Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Pustaka

DHF sudah merupakan ancaman nyata di daerah Asia Tenggara yang terletak di daerah tropis. Nyamuk Ae.Aegypti dan Ae.Albopictus sebagai vektor virus dari penyakit tersebut. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit DHF di Indonesia sudah termasuk tinggi Sutaryo, 2004, termasuk salah satunya adalah Propinsi DI Yogyakarta merupakan salah satu daerah dengan kasus yang tinggi. Salah satu faktor pendukung tingginya kasus kejadian DHF di DIY adalah kondisi lingkungan habitat pertumbuhan vektor virus Dengue. Kondisi lingkungan terbuka berupa perkebunan dan persawahan menjadi penunjang penyebaran vektor penyebab DHF. Tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah juga membantu penyebaran vektor secara cepat, khususnya pada wilayah yang kurang didukung oleh sarana dan prasarana sanitasi lingkungan yang baik. Sanitasi lingkungan yang tidak baik mendukung banyak terjadinya genangan air buangan limbah rumah tangga maupun sisa air hujan. Genangan air bersih merupakan tempat ideal bagi perkembangbiakan vektor Dengue. Kasus-kasus ini juga ditemui ditemui di berbagai wilayah perkotaan Brazil untuk jenis nyamuk Ae.Aegypti Degallier dkk, 2000 dalam Sutaryo, 2004. Tercatat bahwa sejak tahun 1994 diberbagai kota di Brazil telah terjadi peningkatan perkembangan penyebaran DHF 9 dan mencapai puncaknya pada tahun 1998 Teixeira,2002. Puncak kejadian kasus terjadi pada tahun 2001 yaitu dengan ditandai oleh munculnya virus DEN-3 yang terjadi lebih tinggi dari akumulasi total kasus dekade sebelumnya. Tercatat pula selama ini bahwa selain munculnya outbreak juga telah dialkukan berbagai tindakan kontrol dan penanganan. Di kawasan Asia Tenggara, Singapura melakukan tindakan kontrol terhadap DHF melalui pengurangan vektor, pendidikan dan promosi kesehatan, serta penegakan hukum. Penelusuran dan penyelidikan secara rutin dilakukan pada wilayah yang di identifikasi sebagai area sensitif dengue. Bahkan sejak tahun 1970, house index untuk Aedes tetap terjaga dibawah 2 Teng, 1997, artinya dari angka 2 populasi nyamuk yang ada masih mampu menimbulkan kasus DHF. Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara beriklim tropis masih berpeluang terkena ancaman kasus DHF, walaupun dengan penanganan yang ketat. Melihat kenyataan terdapatnya hubungan antara karakteristik geografi, demografi wilayah dan urutan kejadian kasus DHF maka perlu dilakukan penanganan secara komprehensif berdasarkan variabel-variabel pendukung penyebabnya tersebut. Salah satu alat untuk menganalisis hubungan antar variabel penyebab kejadian adalah sistem informasi greografi berdasarkan pendekatan ruang dan waktu kejadian. Penelitian yang telah dilakukan oleh Muttitanon et al. 2004 di propinsi Nakhon Pathom, mengidentifikasi variabel georeferenced untuk mengalisis variabel yang berkaitan dengan proses penyebaran DHF. Demikian pula yang dilakukan oleh Bohra dan Adrianasolo 2001 menggunakan SIG sebagai sarana penggabung aspek- 10 aspek sosiokultural dengan data DHF. Faktor-faktor sosiokultural dicatat dan dibagi menjadi 5 kategori resiko kemudian dilakukan superimpose dengan data pasien untuk dimunculkan dalam bentuk peta menggunakan fasilitas SIG. Hasilnya menunjukan bahwa 94,5 terklasifikasikan dengan tepat.

II.2 Dasar Teori