Faktor yang mempengaruhi Non-Performing Loan

21 bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Status NPL pada prinsipnya didasarkan pada ketepatan waktu bagi nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa pembayaran bunga maupun pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan pengelolaan kredit yang baik diharapkan dapat menekan NPL sekecil mungkin. Dengan kata lain, tingginya NPL sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam menjalankan proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan pemantauan monitoring setelah kredit disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar Djohanputro dan Kountur, 2007 : 3. Sesuai dengan Surat Edaran BI No.330DPNP tanggal 14 Desember 2001, NPL diukur dari rasio perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. Adapun formulasinya sebagai berikut: NPL = ������ ���������� ����� ������ ���� ��������� × 100

2.3 Faktor yang mempengaruhi Non-Performing Loan

Kredit lancar yang diberikan bank dapat berubah menjadi kredit bermasalah kurang lancar, diragukan, maupun macet. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah tersebut, maka perlu diadakan sistem “pengenalan diri” secara sistematis yang berupa daftar kejadian atau gejala yang dapat menyebabkan kredit menjadi bermasalah. Gejala tersebut terjadi karena beberapa faktor berikut Dendawijaya, 2001 : 190 : Universitas Sumatera Utara 22 1. Faktor interal bank yang memberikan kredit, seperti : mark up yang dilakukan dengan sengaja, feasibility study yang dibuat supaya proyek sangat feasible, adanya praktik KKN, kurang ketatnya monitoring kredit, dan sebagainya. Adanya faktor-faktor ini setidaknya berpengaruh terhadap rasio keuangan bank seperti CAR, LDR, NIM, KAP, BOPO dan ROE yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank, serta mempengaruhi total asset yang dimiliki oleh bank yang tercermin dalam rasio bank size. 2. Faktor internal perusahaan nasabah bank, seperti mismanagement dalam perusahaan nasabah, kesulitan keuangan, kesalahan dalam produksi, kesalahan dalam marketing strategy, dan sebagainya. 3. Faktor eksternal seperti keadaan ekonomi secara makro yang tercermin dalam tingkat Gross Domestic Product dan juga tingkat inflasi, kenaikan nilai tukar US dolar terhadap rupiah yang menaikkan harga pokok produkjasa, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Adapun dari berbagai faktor tersebut, dapat diambil beberapa rasio yang sesuai dengan research gap dan fenomena gap yang terjadi, antara lain : 1. Capital Adequacy Ratio CAR Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum didasarkan atas risiko aktiva, salah satunya dalam bentuk resiko kredit Riyadi, 2004 : 50. Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum yang memberikan kredit membentuk cadangan aktiva yang diklasifikasikan. Cadangan yang dibentuk nilainya harus diambil dari modal bank, semakin besar kredit bermasalah maka modal bank akan “digerogoti” oleh banyaknya kredit yang Universitas Sumatera Utara 23 bermasalah terutama yang sudah masuk dalam kategori kredit macet. Oleh karena itu semakin besar cadangan yang dibentuk dari modal dapat menurunkan resiko kredit bermasalah Dendawijaya, 2001 : 191. Dengan demikian semakin tinggi presentase CAR maka NPL semakin menurun. Bank Indonesia menetapkan minimal CAR sebesar 8 Riyadi, 2004 : 143. Rasio CAR dapat dirumuskan sebagai berikut Hasibuan, 2011 : 58 : CAR = ����� ������� ����� ���� + ����� ��������� ���� ������ ������ + ������ ������������ × ��� 2. Loan to Deposit Ratio LDR Menurut Riyadi 2004 : 146, LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga DPK yang dapat dihimpun oleh bank. Praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80. Namun, batas toleransi berkisar antara 85 dan 100 Dendawijaya, 2001 : 119. Ratio LDR menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank Dendawijaya, 2001 : 118. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk membayar kewajibannya. Menurut Irmayanto et al 2009 : 90, semakin tinggi rasio LDR berarti semakin rendah likuiditas bank, karena terlalu besar jumlah dana masyarakat yang dialokasikan ke kredit. Oleh karena itu maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110 Riyadi, 2004 : 146, jika lebih maka jumlah kredit yang disalurkan terlampau besar sehingga memungkinkan terjadinya resiko kredit bermasalah. Dengan demikian semakin tinggi presentase LDR maka NPL juga semakin tinggi. Rasio LDR dapat dirumuskan sebagai berikut Rivai, 2013 : 484 : Universitas Sumatera Utara 24 Loan to Deposit Ratio LDR = ������ ������ ���� ��������� ����� ���� ����� ������ × ��� 3. Net Interest Margin NIM Menurut Rivai et al 2013 : 481, Net Interest Margin NIM adalah rasio yang menunjukkan kemampuan earning assets aktiva produktif dalam menghasilkan pendapatan bunga. Menurut Riyadi 2004 : 140, Net Interest Margin NIM adalah perbandingan antara Interest Income pendapatan bunga dikurangi Interest Expenses biayabeban bunga dibagi dengan Average Interest Earning Assets rata-rata aktiva produktif yang digunakan. Menurut Rivai et al 2013 : 394, didalam pos laporan laba rugi bank umum konvensional, pendapatan bunga terdiri atas : a. Hasil Bunga Pendapatan yang dimasukkan ke pos ini adalah pendapatan bunga, baik dari pinjaman yang diberikan, maupun dari penanaman-penanaman yang dilakukan oleh bank, seperti giro, deposito berjangka, obligasi, dan surat pengakuan utang lainnya. b. Provisi dan Komisi Provisi kredit merupakan sumber pendapatan bank yang akan diterima dan diakui sebagai pendapatan pada saat kredit disetujui oleh bank. Sementara komisi, adalah beban yang diperhitungkan kepada nasabah yang menggunakan jasa bank. Menurut Riyadi 2004 : 9, biaya bunga merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh sebuah bank konvensional, berasal dari dana yang dipinjam atau dibeli. Biaya tersebut dapat dibagi dua yaitu : Universitas Sumatera Utara 25 a. Biaya bunga, dari simpanan nasabah b. Biaya bunga, dari pasar uangmodal Rasio Net Interest Margin NIM dapat dirumuskan sebagai berikut Rivai, 2013 : 481 : NIM = ���������� ������ ���������� �����−����� ����� ������ ��������� × ��� Semakin besar NIM maka biaya bunga yang harus dikeluarkan terus meningkat sementara pendapatan bunga kredit tidak meningkat, karena kualitas pembayaran kredit menurun yang nantinya mengarah pada kredit macet NPL Dendawijaya, 2001 : 185. Dengan demikian semakin tinggi presentase NIM maka NPL juga semakin tinggi. 4. Kualitas Aktiva Produktif KAP Menurut Dendawijaya 2001 : 153, KAP adalah perbandingan antara penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk PPAD dan penyisihan penghapusan akiva produktif yang wajib dibentuk PPAWD. Sedangkan menurut Rivai 2013 : 474, Kualitas aktiva produktif KAP adalah perbandingan antara aktiva produktif yang dikasifikasikanclassified assets kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet dengan total aktiva produktifearning assets kredit yang diberikan, surat berharga, aktiva antarbank dan penyertaan. Menurut Siamat 2005 : 319, aktiva produktif atau earning assets adalah semua penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Menurut Darmawi 2005 : 319, komponen aktiva produktif bank terdiri dari : Universitas Sumatera Utara 26 a. Kredit yang diberikan Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan, termasuk pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan NPA Note Purchase Agreement, dan pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang factoring. b. Penempatan pada bank lain Penempatan pada bank lain antara lain dalam bentuk call money, deposito berjangka, deposit on call, dan setifikat deposito. c. Surat-surat berharga Penanaman dana dalam surat-surat berharga meliputi : Sertifikat Bank Indonesia SBI, Bankers Acceptance, Surat berharga Pasar Uang SBPU, Comercial Paper, Reksadana, dan saham-saham yang terdaftar di bursa efek. d. Penyertaan Penyertaan modal adalah penanaman dana dalam bentuk saham secara langsung direct investment pada bank atau lembaga keuangan lain yang ber - kedudukan di dalam dan di luar negeri. Menurut Siamat 2005 : 210, aktiva produktif yang dikasifikasikan adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian. Besarnya ditetapkan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 27 a. 25 dari aktiva produktif, digolongkan dalam perhatian khusus Special Mention. b. 50 dari aktiva produktif, digolongkan kurang lancar Substandard. c. 75 dari aktiva produktif, digolongkan diragukan Doubtful. d. 100 dari aktiva produktif, digolongkan macet Loss. Semakin kecil rasio ini semakin baik karena aktiva produktif yang bermasalah semakin kecil. Aktiva produktif yang dianggap bermasalah adalah aktiva produktif yang tingkat tagihannya atau kolektibilitasnya tergolong kurang lancar, diragukan dan macet Rivai, 2013 : 474. pengertian aktiva produktif dalam hal ini salah satunya adalah kredit bermasalah NPL. Dengan demikian semakin kecil persentase KAP menggambarkan jumlah NPL semakin menurun. Rasio KAP dapat dirumuskan sebagai berikut Rivai, 2013 : 475 : KAP = ���� �������� ���� ����� × 100 5. Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO Menurut Riyadi 2004 : 140, BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan opersional. Sedangkan menurut Rivai 2013 : 482, BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio BOPO akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya beban operasional dengan pendapatan operasionalnya Rivai, 2013 : 482. Dengan demikian semakin Universitas Sumatera Utara 28 kecil persentase rasio BOPO maka bank dapat menutupi kredit macet yang merupakan salah satu beban operasional bank dengan pendapatan operasionalnya. Batas maksimal rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52, hal ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia Riyadi, 2004 : 141. Rasio BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut Rivai, 2013 : 482 : BOPO = ����� ����� ����������� ���������� ���������� × ��� 6. Bank Size Ukuran sebuah bank dapat dinilai dari total aset yang dimiliki bank tersebut. Bank dengan aset yang besar memliki kemungkinan untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar apabila diikuti dengan hasil dari aktivitasnya. Ukuran bank adalah skala besar kecilnya bank yang ditentukan oleh beberapa hal, antara lain total asset dan modal bank Ranjan dan Dahl, 2003. Rasio Bank Size diperoleh dari logaritma natural dari total assets yang dimiliki bank yang bersangkutan pada periode tertentu. Perhitungan size tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut Ranjan dan Dahl, 2003 : Bank Size = Ln of Total Assets 7. Return On Equity ROE Menurut Dendawijaya 2001 : 120, ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Sedangkan menurut Irmayanto et al, 2009 : 91, Return On Equity ROE digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam memperoleh keuntungan laba bersih bank. Kenaikan dalam rasio Universitas Sumatera Utara 29 ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Semakin besar laba bersih maka semakin besar kemampuan bank dalam membentuk cadangan yang digunakan untuk memperkuat struktur permodalan bagi bank, yang nantinya dapat digunakan untuk tujuan tertentu, salah satunya untuk menutupi kredit macet NPL Riyadi, 2004 : 58. Dengan demikian semakin tinggi persentase ROE maka NPL semakin menurun. Rasio ROE dapat dirumuskan sebagai berikut Rivai, 2013 : 481 : Return On Equity ROE = ���� ������� ����� ����� ������� × ��� 8. Gross Domestic Product GDP Menurut Bakti et al 2010 : 17, pengertian pendapatan domestik bruto gross domestic product sebagai total output yang diproduksi didalam negeri termasuk pendapatan dari perusahaan milik asing. Menurut Mankiw 2006 : 6, Produk domestik bruto-PDB gross domestic product-GDP adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir final yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode. Ada dua tipe GDP Bakti et al, 2010 : 17 : 1 GDP nonimal GDP nominal berupa banyaknya barang yang diproduksi pada tahun tertentu dikalikan dengan harga barang yang bersangkutan pada tahun tersebut. 2 GDP real GDP real adalah banyak barang yang diproduksi pada tahun tertentu dikalikan dengan harga tahun dasar. Universitas Sumatera Utara 30 Komponen-komponen PDB Mankiw, 2006 : 11, yaitu : 1 Konsumsi Konsumsi consumption adalah pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga. 2 Investasi Investasi investment adalah pembelian barang yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa. 3 Belanja pemerintah Belanja pemerintah goverment purchase mencakup pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah daerah, negara bagian, dan pusat federal. 4 Ekspor netto Ekspor netto net exports sama dengan pembelian produk dalam negeri oleh orang asing ekspor dikurangi pembelian produk luar negeri oleh warga negara impor. Pertumbuhan GDP yang lebih tinggi mengakibatkan pendapatan masyarakat meningkat sehingga kemampuan melunasi hutang semakin tinggi Nir Klein, 2013. Dengan demikian semakin tinggi persentase GDP maka NPL semakin menurun. 9. Tingkat Inflasi Menurut Rosyidi 2006 : 131, inflasi adalah gejala kenaikan harga yang berlangsung secara terus-menerus. Menurut Andjaswati 2010 : 133, yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus- menerus. Menurut Bakti et al 2010 : 97, inflasi dapat diartikan sebagai Universitas Sumatera Utara 31 kecenderungan kenaikan harga barang secara umum yang berlangsung sepanjang masa sehingga mengakibatkan jumlah uang yang beredar lebih besar dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia atau nilai uang lebih rendah dihadapkan dengan nilai barang atau jasa. Inflasi yang tinggi melemahkan daya beli masyarakat dan melumpuhkan kemampuan produksi suatu perusahaan yang mengarah pada krisis produksi dan konsumsi, karena tingkat pendapatan menurun Andjaswati, 2010 : 140. Pendapatan menurun akan mempengaruhi kemampuan baik masyarakat atau perusahaan dalam membayar angsuran kredit yang nantinya mengarah pada kredit macet. Dengan demikian semakin tinggi persentase inflasi maka NPL semakin tinggi.

2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi