commit to user
lxxxix ”udah lumayan kok mas parkirnya, karena saya juga suka mampir maem
di Mbok Galak ini, jadi tukang parkirnya ya udah kenal sama saya. Kalo mau pulang juga disebrangke, pas dateng juga diabani biar parkirnya
nggak semrawut. Lagian saya sendiri sebagai pengguna juga sadar mas kalo saya harus memarkirkan mobil saya tepat pada tempatnya, lha kalo
tidak ya bisa-bisa mobil kesrempet truk gandeng sing wira wiri lewat depan ini.” wawancara tanggal 11 September 2010
3. Ibu Ari, pengguna jasa parkir mobil depan Solo Grand Mall SGM ”Tarifnya masih nggak konsekuen mas, masak kalo lagi hari libur atau pas
SGM lagi rame-ramenya gitu tukang parkirnya suka naikin tarif seenaknya, kadang bisa ampe 3ribu lebih. Pernah saya iseng tanya kok
naik pak..dia jawabnya katanya lagi hari libur, lhah sekarang apa hubungannya coba tarif parkir dengan hari libur?kan nggak konsisten itu
namanya.” wawancara tanggal 11 September 2010
4. Renata, pengguna jasa parkir sepeda pancal di sebelah barat Solo Grand Mall
”Ya kayak gini mas, biasa-biasa wae tuh...yang penting amanlah, tapi kadang ya nggak ditata dengan rapi gitu, kayak dianaktirikan. Apa karena
Cuma sepeda ontel ya? Karcisnya juga udah lusuh gini.” wawancara tanggal 11 September 2010
5. Sony, pengguna jasa parkir motor di daerah Karangasem ”Daerah sini parkirnya ya gitu-gitu aja mas, aku nggak paham apa itu
parkir resmi ato nggak. Karena petugas parkirnya juga suka ganti-ganti orang, kadang dikasih karcis, kadang juga nggak..kadang dikasih gopek
mau, kadang juga minta dibayar seribu.” wawancara tanggal 11 September 2010
6. Asih, pengguna jasa parkir motor di Singosaren
“Nggak nyaman banget mas, selain karena tempatnya sempit gitu, aku juga nggak dibantu kalo mau ngluarin motor. Petugasnya Cuma stand by
di pintu masuk dan keluar saja, padahal bayarnya seribu lho. Apalagi tu pintu masuk dan keluarnya kayak nggak keliatan gitu, tapi berhubung
tempat parkirnya adanya Cuma ini ya mau gimana lagi, nggak Cuma di depan KFC aja deh mas kayaknya, liat aja di daerah Coyudan ini, tukang
parkirnya pada seenaknya sendiri, cenderung cuek mas. Jadi tolonglah buat Pemkot mbak ya ini ditertibkan gitulah.” wawancara tanggal 11
September 2010
commit to user
xc 7. Bapak Heru, pengguna jasa parkir mobil di Jalan Ir. Sutami depan Kampus
UNS
“yach nggak urus mas mau mereka legal atau illegal, yang penting buat saya adalah mobil saya aman pas saya tinggal makan. Pas mau pulang juga
disebrangkan, itu udah cukup buat saya, walaupun harus bayar dua ribu atau tiga ribu.” wawancara tanggal 11 September 2010
8. Bapak Minto, pengguna jasa parkir motor di depan Jurug
“kalo sedang makan saya kadang juga mikir mas apa parkirnya itu legal ya? Sebab dari segi tempatnya saja sudah agak janggal, masak tempat parkir kok
di jalur lambat gitu. Kalo menurut saya sih itu tempat parkir liar mas, dia manfaatin watung tulang lunak yang rame ini. Lumayan kan mas, misalnya
per hari warung ini ada 100 motor, dikali 1000 kan udah berapa itu..satu juta ya? Eh bukan, seratus ribu ya..itu kan lumayan banget mas.” wawancara
tanggal 11 September 2010
Dari hasil wawancara dengan para informan yang merupakan pengguna
jasa parkir di berbagai wilayah kota Surakarta di atas, dapat diketahui bahwa masih banyak masyarakat yang mengeluhkan tentang penyelenggaraan parkir
umum. Keluhan terbanyak menyoroti tentang tariff parkir yang bisa dibilang masih belum konsisten. Adanya praktek yang inkonsistensi ini tentunya
mempengaruhi citra dari UPTD Perparkiran selaku aparat yang berwenang mengurusi masalah tersebut. Jika kita liat pada Tabel 4.3 tentang aturan baku
pemungutan tariff retribusi parkir di Kota Surakarta, seharusnya untuk sekali parkir petugas parkir hanya memungut Rp 500,00 untuk pengguna sepeda motor
dan Rp 1000,00 untuk pengguna mobil. Akan tetapi seolah sudah menjadi rahasia umum, bahwa sekarang ini akan sangat langka sekali kita jumpai tempat parkir
yang hanya memungut Rp 500,00 untuk pengendara motor. Bahkan di beberapa
commit to user
xci tempat, penulis menjumpai adanya tukang parkir yang marah ketika ada pengguna
parkir yang hanya membayar Rp 500,00. Ini tentu saja sangat ironis, terlebih jika kita memperhatikan di beberapa titik parkir telah terpasang papan pengumuman
tentang tariff retribusi parkir yang digariskan dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004. Namun ternyata pemasangan papan pengumuman itu tak cukup
untuk mencegah terjadinya pemungutan tarif parkir yang di luar ketentuan. Tentu saja kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan hal tersebut kepada aparat yang
berwenang. Praktek inkonsistensi bisa terjadi karena banyak hal, baik dari sisi aparatnya maupun dari sisi masyarakat pengguna jasa itu sendiri.
Terkait dengan pemungutan tariff parkir yang tidak sesuai dengan ketentuan, penulis melakukan cross check terhadap petugas parkir yang berada di
tempat parkir resmi. Berikut adalah petikan hasil wawancaranya. Bapak Sardi, petugas parkir di Pasar Gede, mengatakan argumennya
sebagai berikut : “saya itu ya narik bayarannya sesuai aturanlah mas..cukup lima ratus perak
saja buat motor, nek mobil yang seribu. Tapi sok-sok ada orang yang ngasih sewu ning ora njaluk jujul, yowis tho itu tak anggep rejekiku.”
wawancara tanggal 15 September 2010 Sedangkan pernyataan yang berbeda dikemukakan oleh Bapak Karni,
petugas parkir di daerah Pasar Klewer. “sewu nggo pit montor mas, wis kesepakatane koyo ngono kui. Tur yo
ngatur parkir neng kene kan ra gampang, panas, ruwet, motor sing kudu ditata yo akeh. Nek mung limangatus yo ora cucuk, podo wae aku kerjo
bakti mas.” wawancara tanggal 15 September 2010 PIhak UPTD Perparkiran kota Surakarta sendiri dalam kaitannya dengan
pelaksanaan responsivitas atas keluhan dan kebutuhan masyarakat terhadap
commit to user
xcii perparkiran memberikan tanggapannya melalui Bapak Mudo Prayitno, S.Si.T
berikut ini : “Kita memang menyadari mas di luar sana masih banyak sekali
masyarakat yang mengeluhkan kinerja kita dalam menata parkir. Tapi kami selalu melakukan koreksi diri dan terus berupaya memperbaiki
penyelenggaraan parkir di Solo ini. Sebagai bentuk wujud kepedulian kami akan keluhan dan aspirasi dari masyarakat, kita buka kontak layanan
lewat telpon, nomernya 642624. Nomernya sengaja kita buat mudah biar masyarakat juga gampang menghapalnya. Di nomer itu masyarakat bebas
menyampaikan kritik dan saran ke kita, tapi tentunya saya menghimbau buat masyarakat yang mau menyelurkan aspirasinya, mbok yao kalo
menyampaikan kritik dengan sopan santun juga. Sebab tak jarang ada masyarakat yang nelpon dengan kata-kata kasr. Kita di kantor ini kan juga
manusia, bisa gething nek dikasari. Yach saling membantulah gitu, kasih masukan yang konstruktif.
…..ketika ada laporan pengaduan dari bawah, secepat mungkin akan kita tindak lanjuti di lapangan. UPTD Perparkiran akan menerjunkan personel
ke lapangan guna menyelesaikan persoalan yang diadukan ke kantor. Sampai dengan saat ini sudah terbentuk dua timpatroli yang selalu
memantau perkembangan di lapangan. Setiap hari mas tim itu mantau ke lapangannya.” wawancara tanggal 1 September 2010
Sedangkan Bapak Drs. Anindita Prayogo selaku Kepala UPTD
Perparkiran menyatakan: “Responsivitas kami benar-benar diuji di tiap harinya mas, gimana ndak
lhawong aktivitas perparkiran itu kan juga berjalan tiap hari, sekalipun itu hari libur. Ada yang bilang tarifnya mahal lah, kelangan kendaraan lah,
bahkan ampe ngadu dipisuhi tukang parkir pun kita juga pernah terima. Padahal kalo soal perilaku tukang parkir yang buruk gitu kan ya kita susah
ngontrolnya, karena belum tentu dia adalah tukang parkir legal. Maka dari itu kami imbau kepada masyarakat kalo menemui kasus-kasus
menyimpang di lapangan terkait parkir, dihapalkan lokasinya mana, tukang parkirnya pake sragam kuning oranye itu nggak, kalo pake sragam
diingat namanya siapa. Dengan begitu kita mudah melacaknya di lapangan dan bisa kita tindak dan kami tertibkan.
Selain itu, sebagai bentuk responsivitas kami, UPTD Perparkiran ini selalu mengadakan apel pagi dan sore, tujuannya biar kami bisa sharing satu
sama lain, sehingga mampu menampung setiap persoalan yang terjadi serta mencari solusi penyelesaian bersama-sama. Mungkin seperti itu
mas.” wawancara tanggal 1 September 2010
commit to user
xciii Pernyataan yang disampaikan oleh dua orang aparat dari UPTD
Perparkiran di atas menunjukkan adanya langkah dari UPTD Perparkiran untuk meningkatkan daya tanggap mereka terhadap apa-apa saja yang selama ini
dikeluhkan masyarakat terkait perparkiran di Kota Surakarta. Salah satu langkah yang dilakukan adalah membuka kontak layanan melalui nomer telepon 0271
642624. Melalui nomer telepon tersebut masyarakat diberikan media untuk menyampaikan kritik, saran, aspirasi serta keluhan mereka.. namun yang paling
penting adalah sebagus dan sebanyak apapun media dan wahana penampung aspires, tapi jika tidak dibarengi dengan adanya kerja sama yang konstruktif
antara dua belah pihak, maka hanya akan menjadi media yang sia-sia. Oleh karena itu, dalam wawancara dengan penulis, pihak UPTD Perparkiran juga menghimbau
kepada masyarakat untuk menyampaikan keluhannya dengan sopan. Pihak UPTD Perparkiran sendiri juga telah semaksimal mungkin berusaha
menindaklanjuti setiap pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat. Tindak lanjut tersebut terwujud dengan dibentuknya dua tim patroli yang bertugas
menyelesaikan dan mengatasi persoalan yang terhadi di lapangan. Agar lebih bersifat responsive, timpatroli tersebut diterjunkan tiap hari. Harapannya adalah
agar mampu meminimalisir penyelewengan dan penyimpangan dalam penyelenggaraan parkir di tiap harinya. Permasalahannya adalah, bagaimanakah
respon masyarakat atas berbagai langkah yang dilakukan UPTD Perparkiran itu dalam rangka meningkatkan responsivitas terhadap kebutuhan masyarakat ?
Beberapa jawaban di bawah ini mungkin bisa menggambarkan bagaimana
commit to user
xciv masyarakat secara umum merespon tentang sejauh mana tingkat responsivitas
aparat terkait perparkiran di Kota Surakarta.
1. Bapak Warto, pengguna jasa parkir motor di sekitar Pasar Nusukan ”Rumah saya di Sekip sana mas, mungkin karena itu juga saya jarang ngliat
mobil patroli dari dinas parkir yang kontrol kondisi parkir di sekitar sini” wawancara tanggal 11 September 2010
2. Bapak Haris, pengguna jasa parkir mobil di daerah Sumber ”ya kadang-kadang saja saya liat ada petugas yang patroli gitu, ndak tiap hari
mas. Soal hotline gitu saya juga nggak tau berapa nomernya.” wawancara tanggal 11 September 2010
3. Ibu Ari, pengguna jasa parkir mobil depan Solo Grand Mall SGM ”Dari dinas parkirnya kayaknya Cuma muter-muter naik mobil gitu aja deh
mas. Maksudnya ya mereka nggak berhenti trus tanya-tanya ke masyarakat ada yang eprlu dibantu atau nggak gitu-gitu.” wawancara tanggal 11
September 2010
4. Renata, pengguna jasa parkir sepeda pancal di sebelah barat Solo Grand Mall
”Aku nggak pernah liat mas mobil patroli gitu, nomer telepon buat ngasih kritik dan saran aku juga nggak tau. Emang ada tho mas nomer tekepon buat
ngadu tentang parkir?” wawancara tanggal 11 September 2010
5. Sony, pengguna jasa parkir motor di daerah Karangasem ”Liat mobil Dishub sama DLLAJ sih sering mas, tapi kan aku nggak paham
mereka lagi tugas atau lagi keluar cari maem atau mau kemana, wing ya lewat Cuma lewat gitu aja kok.” wawancara tanggal 11 September 2010
6. Asih, pengguna jasa parkir motor di Singosaren