Indikator Responsivitas 1 Parkir Umum Tetap
commit to user
lxxxvi incidental juga menghadapi persoalan yang relative sama dengan problem
yang saya sebutkan dulu. Pengawasan yang kita jalankan masih dinilai kurang, terlebih kalo kita tau parkir incidental kebanyakan terjadi pada
saat hari libur. Akan tetapi untuk mensiasati hal ini, kita kerja sama dengan Dinas Perhubungan. Kadang kita turunkan personel buat ngecek
kondisi di lapangan. Kita juga nggak maulah mas ada oknum yang memanfaatkan hari libur untuk menyelenggarakan parkir liar dengan
tarifnya yang mencekik masyarakat” wawancara tanggal 20 Desember 2010
Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa problematika yang dihadapi
dalam kaitannya dengan pencapaian efektivitas di UPTD Perparkiran hingga saat ini juga berkutat pada minimnya pengawasan yang bisa dilakukan oleh UPTD
Perparkiran. Akan tetapi khusus untuk pengawasan terhadap parkir incidental, UPTD Perparkiran menggalang kerja sama dengan Dinas Perhubungan yang
memang pada hari-hari libur masih menugaskan beberapa personelnya untuk turun ke lapangan memantau situasi yang ada.
Berangkat dari hasil wawancara di atas maka dapat dikatakan bahwa efektivitas pencapaian tujuan pada level penyelenggaraan parkir incidental juga
masih belum berjalan secara efektif. Hal ini juga disebabkan oleh kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh UPTD Perparkiran Kota Surakarta. Tentunya hal
ini harus menjadi pekerjaan rumah besar bagi instansi terkait, sebab banyak masyarakat pengguna jasa parkir yang mengeluhkan buruknya penyelenggaraan
parkir incidental ini. Untuk lebih lengkapnya mengenai keluhan masyarakat terkait dengan parkir incidental ini dapat dilihat pada pembahasan indicator
responsivitas di bawah ini.
2. Indikator Responsivitas 2.1 Parkir Umum Tetap
commit to user
lxxxvii Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Secara singkat responsivitas disini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Sebuah organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya masyarakat pengguna layanan akan menganggap bahwa kinerja organisasi
tersebut rendah pula. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena hakekatnya responsivitas menggambarkan secara langsung
kemampuan UPTD Perparkiran Kota Surakarta dalam melaksanakan kinerjanya untuk mengatasi, menanggapi dan memenuhi kebutuhan, keluhan, tuntutan dan
aspirasi masyarakat dalam menangani permasalahan perparkiran. Dalam menjalankan tugas serta fungsinya UPTD Perparkiran Kota
Surakarta dituntut kemampuannya dalam menanggapi berbagai keluhan dari masyarakat seputar parkir di kota Surakarta. Kemampuan untuk merespon
keluhan dari masyarakat tak hanya berkutat pada persoalan ada atau tidaknya media khusus penampung keluhan yang disediakan oleh UPTD Perparkiran, tapi
juga tentang bagaimana pihak UPTD Perparkiran melakukan follow up atas keluhan tersebut. Sehingga yang perlu ditekankan adalah adanya komunikasi dua
arah yang interaktif antara masyarakat selaku pengguna jasa dengan UPTD Perparkiran selaku penyedia layanan provider. Terlebih jika kita mengingat
bahwa sekarang ini telah disahkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang mana dengan lahirnya undang-undang tersebut
commit to user
lxxxviii mebuat bargaining power masyarakat pengguna jasa menjadi lebih tinggi daripada
provider-nya. Responsivitas mampu mencerminkan kinerja UPTD Perparkiran Kota
Surakarta sebab indikator ini bisa dikatakan menjadi garda depan dalam pembentukan kinerja yang positif bagi suatu organisasi publik. Jika dianalogikan
sebagai sebuah bangunan rumah tinggal, maka bisa dibilang responsivitas adalah pintu atau halamanteras depan dari rumah tersebut. Sedangkan bangunan rumah
secara keseluruhan adalah kinerja itu sendiri. Sehingga dari analogi ini bisa dikatakan bahwa baik atau buruknya rumah tersebut, tentu yang pertama kali
dilihat adalah bagaimana tampilan terashalaman depannya. Begitu pula dengan responsivitas dan kinerja. Baik atau buruknya kinerja, yang pertama kali dilihat
adalah tentang bagaimana kemampuan organisasi tersebut dalam menyikapi setiap keluhan, aspirasi, saran, maupun kritikan yang ditujukan pada organisasi tersebut.
Dalam proses pengumpulan data di lapangan, penulis berhasil mewawancarai beberapa pengguna jasa parkir terkait dengan pendapat mereka
tentang penyelenggaraan parkir di Kota Surakarta ini. Berikut beberapa keluhan dan aspirasi yang disampaikan oleh informan.
1. Bapak Warto, pengguna jasa parkir motor di sekitar Pasar Nusukan ”Dulu sebelum pasar ini direnovasi parkirnya mawut mas, saya pilih
nunggu di atas motor saja daripada nitipin ke tukang parkir. Lha piye meneh, ora meyakinkan..apalagi karcisnya itu nggak baru, dadi ono dua
nomer. Mudheng karepku tho mas? Karcisnya itu udah bekas, udah ditulisi plat nomer lain, trus dicoret trus diganti plat nomerku trus dikasihkan ke
saya” wawancara tanggal 11 September 2010
2. Bapak Haris, pengguna jasa parkir mobil di daerah Sumber
commit to user
lxxxix ”udah lumayan kok mas parkirnya, karena saya juga suka mampir maem
di Mbok Galak ini, jadi tukang parkirnya ya udah kenal sama saya. Kalo mau pulang juga disebrangke, pas dateng juga diabani biar parkirnya
nggak semrawut. Lagian saya sendiri sebagai pengguna juga sadar mas kalo saya harus memarkirkan mobil saya tepat pada tempatnya, lha kalo
tidak ya bisa-bisa mobil kesrempet truk gandeng sing wira wiri lewat depan ini.” wawancara tanggal 11 September 2010
3. Ibu Ari, pengguna jasa parkir mobil depan Solo Grand Mall SGM ”Tarifnya masih nggak konsekuen mas, masak kalo lagi hari libur atau pas
SGM lagi rame-ramenya gitu tukang parkirnya suka naikin tarif seenaknya, kadang bisa ampe 3ribu lebih. Pernah saya iseng tanya kok
naik pak..dia jawabnya katanya lagi hari libur, lhah sekarang apa hubungannya coba tarif parkir dengan hari libur?kan nggak konsisten itu
namanya.” wawancara tanggal 11 September 2010
4. Renata, pengguna jasa parkir sepeda pancal di sebelah barat Solo Grand Mall
”Ya kayak gini mas, biasa-biasa wae tuh...yang penting amanlah, tapi kadang ya nggak ditata dengan rapi gitu, kayak dianaktirikan. Apa karena
Cuma sepeda ontel ya? Karcisnya juga udah lusuh gini.” wawancara tanggal 11 September 2010
5. Sony, pengguna jasa parkir motor di daerah Karangasem ”Daerah sini parkirnya ya gitu-gitu aja mas, aku nggak paham apa itu
parkir resmi ato nggak. Karena petugas parkirnya juga suka ganti-ganti orang, kadang dikasih karcis, kadang juga nggak..kadang dikasih gopek
mau, kadang juga minta dibayar seribu.” wawancara tanggal 11 September 2010