commit to user
xxiv pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi, dan visi organisasi tersebut
1. a Pengukuran kinerja
Menurut Chandler Plano dalam Yeremias 2004:195 pengukuran kinerja adalah an evalution of an employee’s progress or lack of progress
measured in terms of job effectiveness. Batasan ini lebih menekankan evaluasi kemajuan atau kegagalan dari seorang pegawai.
Sedangkan Bernardin dan russel dalam Yeremias 2004:195-196 mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai “ a way of measuring the
contributions of individuals to their organization”. Yang ditekankan dalam batasan ini adalah cara mengukur kontribusi yang diberikan oleh setiap
individu bagi organisasinya. Dan tujuannya adalah memberikan insentifdisinsentif kepada hasil kerja yang dicapai pada masa lampau, dan
memberi motivasi terhadap perbaikan kinerja di masa mendatang. Menurut Robertson dalam Mohammad Mahsun 2009 : 25
Pengukuran kinerja performance measurement adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas : efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa
seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan; hasil kegiatan dibandingkan dengan
maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalan mencapai tujuan.
commit to user
xxv Sedangkan menurut Lohman dalam Mohamad Mahsun 2009:25-26
pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivikasi dari tujuan strategis organisasi. Whittaker menjelaskan
bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Adapun manfaat penilaian kinerja organisasi dikatakan oleh Bastian dalam Hessel Nogi, 2005:173 akan mendorong pencapaian tujuan organisasi dan
akan memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan terus-menerus berkelanjutan. Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan untuk berperan sebagai
mekanisme dalam memberikan penghargaan atau hukuman reward punishment, akan tetapi pengukuran kinerja berperan sebagai alat komunikasi dan alat
manajemen untuk memperbaiki kinerja. Penilaian kinerja berhubungan dengan sistem manajemen kinerja.
Penerapan sistem manajemen kinerja dalam organisasi akan membawa dampak positif, karena dengan melakukan penilaian terhadap kinerja organisasi baik dari
level yang paling rendah maupun level yang tertinggi, akan berpengaruh terhadap manajemen organisasi, kepemimpinan, dan juga meningkatkan kualitas dalam
kehidupan kerja karyawan. Hal ini diungkapkan oleh Juhani Ukko yang ditulis dalam International
Journal of Business Performance Management, Vol 10, No I, 2008 hal 86-98 dalam www.inderscience.com berikut ini:
“When designing and implementing a Performance Management system there are always some impacts on the management,
leadership and further on the QWL quality of the working life of the employees. Hence, the successful implementation of a PM system
commit to user
xxvi should bring out positive impacts. If the PM system can support the
management of the company in leadership and communication, it can enhance for example the employees’ commitment, motivation and
possibilities to affect the decision making“. terjemahan: ketika merencanakan dan mengimplementasikan sebuah
system manajemen kinerja selalu berdampak pada manajerial, kepemimpinan dan juga termasuk didalamnya kualitas kehidupan
pekerja QWL dari para pekerja. Sehingga keberhasilan dari implementasi system manajemen kinerja selalu mambawa dampak
positif. Jika dalam system manajemen kinerja dapat mendukung manajemen di perusahaan dalam hal kepemimpinan dan komunikasi,
itu dapat dijadikan contoh sebagai komitmen karyawan, motivasi, dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
Menurut Mohamad Mahsun 2009:26-28 terdapat empat elemen pokok dalam pengukuran kinerja yaitu:
1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategis organisasi
Tujuan adalah pernyataan secara umum belum secara eksplisit tentang apa yang ingin dicapai organisasi. Sasaran merupakan tujuan organisasi yang
sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas. Strategi adalah cara atau teknik yang digunakan organisasi untuk mencapai
tujuan dan sasaran. Tujuan, sasaran, visi dan misi organisasi. 2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja
Indikator kinerja mengacu pada penelitian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran
kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung. Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian
tujuan, sasaran, dan strategi. Indikator kinerja dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama critical success factors dan indikator kinerja kunci key
performance indicator. Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini
commit to user
xxvii menggambarkan preferensi manajerial dengan memperhatikan variabel-
variabel kunci finansial dan nonfinansial pada kondisi waktu tertentu. Faktor keberhasilan utama ini harus secara konsisten mengikuti perubahan yang
terjadi dalam organisasi. Sedangkan indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik
yang bersifat finansial maupun non finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manager untuk
mendeteksi dan memonitor capaian kinerja. 3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi
Mengukur tingkat ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja ini
menghasilkan penyimpangan
positif, penyimpangan
negatif, atau
penyimpangan nol. Penyimpangan positif berarti palaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta melampaui indikator dan ukuran kinerja yang
ditetapkan. Penyimpangan negatif berarti pelaksanaan kegiatan belum berhasil mencapai indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan.
Penyimpangan nol berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai atau sama dengan indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan.
4. Evaluasi kinerja Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi
mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Capaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Informasi capaian
kinerja dapat dijadikan feedback dan reward-punishment, penilaian kemajuan
commit to user
xxviii organisasi dan dasar peningkatan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas. Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-
target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Pemilihan indikator dan ukuran kinerja dan penetapan target untuk setiap ukuran ini merupakan upaya
konkrit dalam memformulasikan tujuan strategis organisasi sehingga lebih berwujud dan terukur. Pengukuran kinerja juga harus didasarkan pada
karakteristik operasional organisasi. Hal ini terutama diperlukan untuk mendefinisikan indikator dan ukuran kinerja yang digunakan Mohamad Mahsun,
2006: 29-30. Menurut Joko Widodo 2008:94 pengukuran kinerja merupakan metode
untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang ditetapkan. Pengukuran kinerja digunakan untuk penilaian atas keberhasilan
kegagalan pelaksanaan kegiatan program kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi organisasi
pemerintah. Pengukuran kinerja merupakan aktivitas menilai kinerja yang dicapai organisasi, dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Inti aktivitas pengukuran kinerja yakni melakukan penilaian. Untuk bisa melakukan penilaian tertentu dibutuhkan standar penilaian. Hakikat penilaian
yakni membandingkan antara realita dengan dengan standar yang ada. Karena itu, cara melakukan pengukuran kinerja yakni dengan cara a membandingkan antara
rencana dengan realisasi, b realisasi tahun ini dengan tahun lalu, c
commit to user
xxix membandingkan
organisasi lain
yang sejenis
bench-marking, d
membandingkan antara realisasi dengan standarnya. Menurut Marcel Guenoun and Bruno Tiberghien dalam International
Journal Public Sector Performance Management, Vol. 1, No. 1, 2007. “The measurement of the performance in service activities must lead
to focus our attention on various complementary criteria in a balanced way. This general view of performance avoids any focusing
privileging the measurement of a single criterion with the detriment of the others”.
terjemahan: Pengukuran kinerja dalam aktivitas pelayanan harus mengutamakan perhatiannya dalam mempertimbangkan beberapa
tambahan kriteria. Pemikiran yang umum tentang kinerja menghindarkan dari pengukuran kinerja yang hanya mempunyai satu
kriteria dengan kerugian yang lainnya.
Pengukuran kinerja ini menjadi suatu keharusan bagi setiap unit organisasi instansi pemerintah, karena: 1 Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah
membedakan antara keberhasilan dengan kegagalan, 2 Jika suatu keberhasilan tidak diidentifikasi, maka kita tidak dapar menghargainya, 3 Jika keberhasilan
tidak dihargai, kemungkinan besar malahan akan menghargai kegagalan, dan 4 Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti juga tidak akan bisa belajar dari
kegagalan. Mengingat arti pentingnya pengukuran kinerja, maka perlu dilakukan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan setiap aparatur pemerintah dalam
melakukan pengukuran kinerja instansi unit organisasinya. Joko Widodo, 2008: 93-94.
1. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja