Legalitas BMT Baitulmal Wa at-tamwil BMT

2. Legalitas BMT

Sebelum berkembang istilah BMT, kita telah lebih dulu akrab dengan istilah Baitulmal selanjutnya ditulis BM.Saat ini mengenal istilah BM hanya sebatas lembaga pengelola ZIS sebenarnya pengertian ini sudah mengalami penyempitan fungsi karena pada masa Nabi saw dan para kholifah sesudahnya, BM hanya berfungsi mengelola sebagian besar keuangan negara meliputi sumber pemasukan dan pengeluaran keuangan negara. Adapun istilah Bait at-Tamwil BT kurang popular. Nama ini pernah terdengar melalui BT. Teknosa di Bandung dan bt. Ridha Gusti dan Jakarta. Fungsinya kurang lebih sama dengan praktek perbankan Islam yang menerapkan system bagi hasil,perbedaannya terletak pada status kelembagaannya sebagai kelompok swadaya masyarakat dan lingkup usaha yang relatif kecil. Pada awal perkembangannya, BMT memang tidak mempunyai badan hukum resmi. 15 Dilihat dari perjalanan sejarahnya maka BMT adalah sebuah organisasi informal dalam berbentuk Kelompok Simpan Pinjam KSP atau Kelompok Swadaya Masyarakat KSM yang pada awalnya diadakan program PHBK Proyek Hubungan Bank dengan Kelompok Masyarakat yang diprakarsai oleh bank Indonesia dengan tujuan menjembatani hubungan bang dengan kelompok swadaya masyarakat. BMT bewrkembang sebagai kelompok swadaya masyarakat KSM Kelompok Simpan Pinjam KSP. Namun untuk mengantisipasi perkembangan ke depan, status menjadi kebutuhan mendesak. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, yang memungkinkan penerapan 15 . Hertanto Widodo, Panduan Praktis Operasional Baitulmaal Wat at-Tamwil, cet ke-2, h. 84-85 system operasional bagi hasil adalah perbankan dan koperasi. Saat ini, oleh lembaga-lembaga Pembina BMT diarahkan kepada berbadan hukum koperasi mengingat BMT berkembang dari kelompok swadaya masyarakt. Selain itu dengan berbentuk koperasi, BMT dapat berkembang keberbagai sektor usaha seperti keuangan dan sektor riil. Bentuk ini juga diharapkan dapat memenuhi tujuan memberdayakan masyarakat luas, sehingga kepemilikan diharapkan BMT sebagaimana konsep koperasi akan lebih mengenai sasaran. Dengan berdasarkan hukum koperasi, BMT diharapkan: a. Memiliki badan hukum yang jelas dan karenanya akan lebih meyakinkan masyarakat untuk mendukungnya. Dengan demikian akan membantu memperkuat ekonomi masyarakat. b. Lebih tangguh bila terjadi hal-hal yang menyangkut hukum dengan segala pihak yang berhubungan dengannya. c. Jelas-jelas pendukung pengembangan ekonomi berdasarkan asas kekeluargaan. d. Program-program pemerintah yang menyangkut pemerataan dan pengentasan kemiskinan akan memiliki saluran kelembagaan yang berperan untuk menyampaikan secara utuh ke tangan golongan ekonomi lemah secara seutuhnya. Dengan berbadan hukum koperasi seperti yang disampaikan diatas, diharapkan BMT akan mampu menyumbang pada pembangunan nasional yakni : a. BMT akan berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat. b. BMT berperan pula dalam mencapai sasaran umum pembangunan. c. BMT juga akan membantu tercapainya sasaran dalam bidang ekonomi dalam rangka penataan dan pemantapan industri nasional. Keseluruhannya bersamaan dengan upaya peningkatan pemerataan yang meliputi peningkatan kesempatan usaha, lapangan kerja serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. d. BMT akan terlihat penuh dalam pemerataan dalam peningkatan kemampuan dan peranan usaha kecil. e. BMT akan mampu menjadi landasan pembangunan koperasi sebagai wadah ekonomi rakyat yang arahnya dimaksudkan agar memiliki kemampuan untuk menjadi badan usaha yang efektif dan efisien sekaligus menjadi gerakan ekonomi rakyat yang tangguh dan berakar dalam masyarakat. f. BMT akan membantu program pencapaian peningkatan fungsi dari peranan kopersi, melalui upaya peningkatan semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih professional. Dan bentuk badan hukum BMT diarahkan dengan koperasi sesuai dengan undang-undang republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 tentang perbangkan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 10 tahun 1998 yaitu : Pada bab VI Bagian pertama tentang perizinan pasal 16 ayat 1yang berbunyi : Setiap pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai bank umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari pimpinan bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan Undang-undang tesendiri. Kemudian pada bagian kedua tentang bentuk hukum pasal 21 yang berbunyi : Bentuk hukum suatu Bank umum dapat berupa : a. Perseroan Terbatas PT b. Koperasi; atau c. Perusahaan Daerah. Dan pada penjelasan Bab tentang perizinan pasal 16 ayat 1 adalah : Kegiatan menghimpunan dana dari masyarakat oleh siapapun pada dasarnya merupakan kegiatan yang perlu diawasi, mengingat dalam kegiatan itu terkait kepentingan masyarakat yang dananya disimpan pada pihak yang menghimpun dana tersebut. Sehubungan dengan itu dalam ayat ini ditegaskan bahwa kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan hanya dapat dilakukan oleh pihak yang telah memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau sebagai Bank Perkreditan Rakyat. Namun di masayarakat terdapat pula jenis usaha lainnya yang juga melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau semacam simpanan, misalnya yang dilakukan kantor pos,oleh dana pensiun, atau oleh perusahaan asuransi kegiatan lembaga-lembaga tersebut tidak termasuk kegiatan usaha perbankan berdasarkan dalam ketentuan ayat ini. Kegiatan penghimpunan dana dari masyarat yang dilakukan lembaga- lembaga tersebut diatur dengan undang-undang tersendiri.

3. Jenis-jenis usaha produk-produk Baitulmal wa at-Tamwil