BAB 5 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Mancung pada bulan April 2013, maka dibahas secara berurutan sesuai dengan analisis dan variabel penelitian.
5.1. Pengaruh Koseling Keluarga Berencana terhadap Pengetahuan PUS tentang Kontrasepsi IUD
Konseling merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dengan cara pemberian informasi kepada PUS selengkap-lengkapnya mengenai
metode kontrasepsi IUD. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konseling berpengaruh terhadap
pengetahuan karena pada saat pemberian konseling PUS lebih leluasa untuk bertanya mengenai masalah yang dihadapinya sehubungan dengan penggunan kontrasepsi,
sehingga petugas kesehatan lebih mudah untuk menggali semua permasalahan yang dihadapi dan mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut, dengan
memberikan konseling yang baik dan lengkap khususnya metode kontrasepsi IUD mencakup: pengertian, cara kerja, jenis, kerugian, keuntungan, cara pemasangan,
jangka waktu penggunaan, dan kontra indikasi, sehingga pengetahuan PUS mengenai metode kontrasepsi IUD meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian perbedaan rata-rata pengetahuan pre test tidak memiliki perbedaan signifikan pada kelompok perlakuan yaitu 26,104 dan kelompok
kontrol 26,688, dimana nilai tertinggi untuk pengetahuan adalah 40 ini berarti tingkat
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan PUS sebelum diberikan konseling adalah kurang, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan PUS adalah menengah kebawah sehingga mereka sulit memahami
informasi yang berikan oleh petugas kesehatan. Selain itu mayoritas pekerjaan penduduk wilayah Kerja Puskesmas Blang
Mancung adalah petani. Kondisi ini menyebabkan mereka jarang sekali menerima informasi mengenai metode kontrasepsi IUD, baik melalui media cetak maupun
media elektronik dikarenakan waktu mereka untuk mengakses informasi tersebut sanggat terbatas. Oleh karena itu, sumber informasi bagi mereka adalah petugas
kesehatan dan masyarakat dimana mereka tinggal. Hasil post tes kelompok perlakuan memiliki peningkatan pengetahuan yaitu
30,729 berbeda dengan rata rata kelompok kontrol yaitu26,688. Hal ini dibuktikan hasil uji t dengan nilai p=0,001
Sejalan dengan penelitian Banjarnahor 2012 bahwa konseling efektif terhadap peningkatan pengetahuan PUS tentang kontrasepsi IUD p=0.017 dan
konseling efektif terhadap perubahan sikap PUS tentang kontrasepsi IUD p=0,004 di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat.
Penelitian Yusrani 2012 bahwamateri penyuluhan oleh petugas kesehatan efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemilihan metode kontrasepsi jangka
panjang sebesar 75,3, media penyuluhan yang dipergunakan oleh petugas kesehatan efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemilihan kontrasepsi jangka
panjang sebesar 75,3 dan metoda penyuluhan yang dipergunakan oleh petugas kesehatan tidak efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu
.
Universitas Sumatera Utara
Menurut asumsi peneliti dari hasil pre tes kurangnya pengetahuan PUS tentang kontrasepsi IUD disebabkan petugas pelayanan KB tidak memberikan
informasi yang lengkap tentang metode kontrasepsi IUDdisebabkan karena jumlah aseptor yang dilayani tidak sebanding dengan jumlah petugas yang ada. Selain itu
petugas yang ada di Puskesmas Blang Mancung belum ahli dalam memberikan konseling dimana akibatnya petugas tidak mampu menerapkan tehnik-tehnik
komunikasi yang benar. Menurut keteranggan responden bahwa PUS tidak mendapat informasi yang
lengkap tentang metode kontrasepsi disebabkan pada saat PUS menggunakan KB, PUS tidak mendapatkan penjelasan mengenai kekurangan dan kelebihan seluruh
metode kontrasepsi. Kalaupun diberikan, jika PUS bertanya mengenai metode kontrasepsi pilihanya dan petugas pelayanan KB tidak melakukan evaluasi terhadap
kecocokan metode kontrasepsi yang dipilih PUS sehingga sedikit sekali pengetahuan PUS tentang kontrasepsi IUD karena memang jarang sekali petugas pelayannan KB
memperkenalkan seluruh metode kontrasepsi termasuk IUD, baik pada aseptor baru maupun aseptor lama yang ingin mengganti metode kontrasepsi.
Pada umumnya petugas hanyamenjelasan metode yang dipilih PUS tanpa menyediakan alternatif lain jika metode tersebut tidak sesuai dengan keadaan dan
kesehatannya. Serta konseling yang diberikan petugas kurang dapat dipahami PUS karena nada suara petugas yang terlalu lemah juga bahasa petugas yang berbelit-belit,
dan PUS kurang berani untuk menggungkapkan hal yang ingin di ketahuinya disebabkan sikap petugas yang kurang ramah dan terkesan sibuk sehingga PUS
Universitas Sumatera Utara
memilih metode kontrasepsi bukan didasari oleh pengetahuan namun memilih alat kontrasepsi berdasarkan pengalaman orang terdekat dari PUS seperti teman, maupun
orang tua. Menurut hasil penelitian konseling yang diberikan oleh tenaga yang benar-
benar terampil dapat peningkatan pengetahuan hal ini disebabkan karena konselor benar-benar mengikuti tahapan konseling yang baik yaitu tahap persiapan dimana
konselor terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada klien dan berusaha untuk mengenal klien agar interaksi dapat berjalan sesuai dengan tujuan konseling,
kemudian petugas KB juga mampu menggali permasalahan yang dihadapi oleh klien serta dapat mencari jalan keluarnya.Selain itu petugas juga menerapkan sikap
konselor yang baik yaitu dengan m enggunakan
kata-kata yang mudah dipahami, dapat memberikan refleksi dan penjelasan terhadap pernyataan klien, mampu
merespon pesan utama ibu, menggunakan humor secara tepat, memberi informasi sesuai keadaan, nada suara disesuaikan dengan keadaan, dan Ucapan tidak terlalu
cepatlambat serta wajah terkesan ramah dan mudah tersenyum sehingga pesan yang disampaikan lebih mudah diterima dan dipahami peserta konseling. Okun 1987
mengungkapkan bahwa untuk mencapai tujuan konseling, perilaku atau sikap konselor merupakan faktor yang menentukan apakah pesan yang disampaikan
berhasil atau tidak. Hasil penelitian ditemukan 2 orang ibu tidak mengalami peningkatan
pengetahuan walaupun telah diberi perlakuan oleh petugas KB disebabkan latar belakang pendidikan ibu tamatan SMP dan berumur di atas 35 tahun dan di bawah
Universitas Sumatera Utara
25 tahun. Kedewasaan atau peningkatan umur seseorang dan tingkat pendidikan cenderung memengaruhi dalam menerima atau menelaah informasi yang diberikan
kepadanya.
5.2. Pengaruh Konseling Keluarga Berencana terhadap Niat Pasangan Usia Subur tentang kontrasepsi IUD
Niat diasumsikan sebagai faktor pemotivasi di dalam diri individu yang memengaruhi perilaku, Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konseling Keluarga
Berencana berpengaruh terhadap niat PUS tentang metode kontrasepsi IUD karena dengan konseling yang baik PUS dapat lebih memahami metode kontrasepsi
khususnya IUD.Pengunaan metode kontrasepsi IUD dapat ditingkatkan dengan meningkatkan niat penguna. Niat yang dimaksud adalah kecendrungan PUS untuk
menggunakan metode kontrasepsi IUD untuk mencegah dan menjarangkan kehamilannya.
Konseling merupakan salah satu cara untuk meningkatkan niat PUS dalam memilih kontrasepsi IUD disebabkan dengan konseling yang baik dan lengkap akan
dapat merubah pandangan dan penilaian PUS tentang kontrasepsi IUD. Karna tingkat pendidikan PUS mayoritas menengah kebawah sehingga mereka butuh informasi
yang lengkap guna untuk bekal mereka merubah perilaku dan pandangannya. Berdasarkan hasi penelitian bahwa pemberian konseling dapat meningkatkan
niat PUS untuk menggunakan metode kontrasepsi IUD hal ini terbukti dari hasi pre tes dimana terdapat 3 orang pada kelompok perlakuan dan 2 orang pada kelompok
kontrol yang berniat menggunakan metode kontrasepsi IUD, tetapi meraka belum
Universitas Sumatera Utara
mewujudkannya disebabkan PUS masih ragu karna banyaknya mitos-mitos yang beredar di masyarakat dan masih minimnya pengguna metode kontrasepsi IUD hal ini
dapat di lihat dari nilai rata-rata niat untuk kelompok perlakuan 1,479 sedangkan untuk kelompok control 1,813 dengan nilai p= 0,260 berbeda dengan hasil post tes
setelah diberikan konseling pada kelompok perlakukan terjadi peningkatan Niat responden sebanyak 15 orang sedang untuk kelompok kontrol tidak terjadi
peningkatan niat yaitu 2 orang ini dapat di lihat dari nilai rata- rata kelompok perlakuan 3,021 sedangkan untuk kelompok kontrol 1,854 dengan nilai p= 0,001.
Menurut asumsi peneliti bahwa seorang PUS tidak akan mengunakan kontrasepsi IUD bila ia berpenilaian negatif tentang metode kontrasepsi IUD.
Keadaan ini disebabkan karena pengetahuan atau informasi yang diperoleh PUS tidak lengkap sehingga banyaknya mitos-mitos yang berkembang di masyarakat sehingga
melemahkan niat PUS untuk menggunakan metode kontrasepsi IUD. Menurut keterangan responden penyebab mereka tidak menggunakan metode
kontrasepsi IUD dikarenakan banyaknya mitos-mitos yang beredar di masyarakat bahwa kontrasepsi IUD dapat lepas dengan sendirinya, dapat berpindah tempat,
bahkan bisa sampai ke jantung, tingkat kegagalan IUD yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kehamilan. Penyebab lainnya adalah Budaya masyarakat di Wilayah
Kerja Puskesmas Blang Mancung yang tidak terbiasa untuk membuka aurat sedangkan pada pemasangan dan pencabutan kontrasepsi IUD diperlukan prosudur
medis yang membuka aurat. Hal ini membuat PUS malu jika harus membuka bagian yang paling sensitive dari tubuhnya apalagi mayoritas PUS beragama Islam sehingga
Universitas Sumatera Utara
mereka merasa tidak nyaman jika harus membuka aurat . Faktor lainya adalah masih sedikitnya aseptor kontrasepsi IUD sehingga PUS tidak memiliki informasi mengenai
kelebihan kontrasepsi IUD. Mereka juga tidak berniat di sebabkan karna mereka tidak tahu tentang metode kontrasepsi IUD karena selama ini sumber informasi mereka
adalah teman ataupun masyarakat di mana PUS tinggal. Banyak PUS yang tidak mendapat izin dari suami dalam memilih kontrasepsi
IUD disebabkan karena adanya rumor atau informasi yang salah mengenai metode kontrasepsi IUD dimana salah satunya adalah karna IUD dapat menggangu hubungan
suami istri sehingga banyak suami yang tidak memberikan izin pada istri untuk menggunakan metode kontrasepsi IUD.
Penyebab lainnya adalah pelayanan kontrasepsi IUD yang hanya bisa dilakukan di puskesmas dan bidan terlatih karena banyak sekali bidan belum dapat
pemasangan dan mencabutan IUD sehingga PUS harus ketempat pelayanan kesehatan atau puskesmas sehinggamengurangi niat PUS untuk menggunakan kontrasepsi IUD
sehubungan dengan jarak tempuh dari rumah ke tempat pelayanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ajzen 2005 mengatakan bahwa niat
terbentuk dari sikap, norma subjektif dan prilaku kontrol dimana sikap terhadap perilaku adalah penilaian subjektif dari individu menyangkut pengetahuan dan
keyakinan tentang perilaku tertentu, baik buruknya, keuntungan dan manfaatnya. Berdasarkan theory of planned behavior, sikap ditentukan oleh adanya keyakinan
tentang konsekuensi dari tingkah laku hal ini disebut dengan keyakinan bertingkah laku behavioral belefs,.Selain itu, sikap juga ditentukan oleh evaluation
Universitas Sumatera Utara
towardobjek, yakni penilaian seseorangterhadap hasil-hasil yang dimunculkan di dalam suatu perilaku.atau mengarah pada penilaian positif atau negatif dari individu
terhadap perilaku tertentu yang ingin dilakukannya. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh keyakinan merujuk kepada penilaian subjektif PUS berkaitan dengan
berbagai aspek dari dunianya, dan pemahaman PUS mengenai diri dan lingkungannya. Keyakinan diperoleh dengan menghubungkan mamfaat dan atau
kerugian yang akan diperoleh. Keyakinan dapat memperkuat sikap terhadap prilaku apabila penilaian yang di lakukan dapat memberikan keuntungan Fishbein dan
Ajzen, 1975. Norma subjektif adalah persepsi individu mengenai tekanan sosial atau
lingkungan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Persepsi ini sifatnya subjektif sehingga faktor lingkungan disebut juga norma subjektif. Norma
subjektif di pengaruhi oleh keyakinan individu yang diperoleh atas pandangan orang lain di sekitarnya seperti: orang tua, suami istri, teman kantor dan orang–orang yang
terdekat dengan individu tersebut. Ajzen 2005. Mengemukakan bahwa individu meyakini bahwa sebahagian besar orang lain berpengaruh dalam kehidupannya
berfikir bahwa ia harus melakukan suatu prilaku tertentu akan merasakan tekanan bahwa ia harus melakukan prilaku tersebut, sebaliknya apabila individu menyakini
bahwa sebahagian besar orang lain yang berpengaruh baginya tidak mendukungnya melakukan prilaku tersebut, maka iaakan memiliki keyakinan untuk menolak
melakukan prilaku tersebut, Norma subjektif juga ditentukan oleh keinginan individu untuk memenuhi tuntutan yang dikenalkan padanya.
Universitas Sumatera Utara
Persepsi kontrol perilaku merupakan perasaan mampu yang dimiliki PUS sebagai individu untuk menggunakan kontrasepsi berdasarkan persepsinya tentang
ketersediaan sumber daya dan kesempatan yang dibutuhkan untuk mewujudkan perilaku yang dimaksud. keyakinan yang mendasari biasanya berupa pengalaman,
rasa malu atau perilaku-perilaku tertentu. Ajzen 1991 menyatakan kontrol perilaku dan niat berhubungan erat dengan dilakukan atau tidak dilakukanya sebuah perilaku.
Persepsi kontrol memengaruhi niat terhadap perilaku sehingga persepsi kontrol mempunyai dua fungsi, yaitu: 1sebagai motivator yang secara tidak langsung
memengaruhi perilaku melalui niat; 2 mencerminkan kontrol perilaku nyata dan berhubungan langsung dengan perilaku tanpa melalui niat. Kontrol perilaku nyata
dapat berupa ketersediaan sarana yang dibutuhkan untuk mewujudkan perilaku misalnya ketersediaan metode KB, SDM petugas kesehatan, fasilitas kesehatan, dapat
digunakan untuk mempermudah PUS dalam menggunakan kontrasepsi KB. Konseling merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan.
karena komunikasi yang diterapkan adalah komunikasi dua arah sehingga PUS akan bebas mengungkapkan perasan dan pikirannya yang beroreantasi pada kenyataan atau
permasalahannya, saling percaya, saling perhatian, saling memahami, dan saling mendukung. Menurut Walgito 2003 dan Azwar, bahwa faktor pengetahuan dapat
memengaruhi pembentukan sikap dan niat karena keyakinan yang didasari pengetahuan, sifatnya akan lebih lama dan langgeng dibandingkan dengan keyakinan
atau niat yang tidak didasari pengetahuan. Oleh karena itu, semakin baik konseling yang diberikan maka semakin baik pula pengetahuan dan Niat PUS tentang metode
Universitas Sumatera Utara
kontrasepsi IUD. karena tujuan konseling adalah merubah tingkah laku dari yang buruk menjadi kearah yang lebih baik. Dimana hal tersebut tentunya memerlukan
tehnik-tehnik penyampaian materi agar dapat diingat dan diwujudkan di dalam suatu perilaku.Terbukti pada kelompok perlakuan yang diberikan konseling oleh tenaga
kesehatan memiliki pengetahuan dan niat yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ini tercermin dari adanya dua orang PUS dari kelompok perlakuan
yang langsung memasang kontrasepsi IUD setelah mendapatkan konseling dari tenaga tenaga kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan