Uji Kualitas dan Kuantitas DNA Total Padi Lokal Sumatera Utara

12 yaitu pada koleksi padi Ramos, Kukubalam, Sigambiri Merah, Martabe dan Mandailing sedangkan pita yang paling tipis diperoleh pada sumur gel 2 yaitu padi Sigudang. Pita tipis pada DNA total yang diperoleh pada isolasi DNA dengan menggunakan metode CTAB, kemungkinan disebabkan karena teknis kerja yang dilakukan saat isolasi, yaitu saat proses pemipetan. Diduga pada saat pemipetan pada proses purifikasi, lapisan atas tidak keseluruhan diambil melainkan hanya 600 µ L, sedangkan masih terdapat sisa dari lapisan atas yang kemungkinan larutan yang tidak terambil, mengandung banyak DNA total. Menurut Mulyani et al., 2013 pengambilan lapisan air yang menagdung Clorofoam:Isoamylalcohol yang telah disentrifugasi ikut menetukan jumlah DNA total yang diambil. Disamping itu proses pengambilan DNA tersebut ikut menentukan kualitas DNA hasil isolasi yang ditunjukkan pada proses elektroforesis. Isolasi DNA yang dilakukan telah mengalami modifikasi pada beberapa tahapan yaitu saat inkubasi pada sampel yang telah digerus dengan suhu 65 °C selama 45 menit kemudian divortex setiap 15 menit sekali yang jika mengacu pada protokol yang telah dilakukan oleh Borge et al., 2009 hanya dibolak-balik saja. Hal ini sesuai dengan yang telah dilaporkan oleh Mulyani et al., 2013 proses penghomogenan dengan vortex mixer membantu dalam proses lisis sel.

4.2 Uji Kualitas dan Kuantitas DNA Total Padi Lokal Sumatera Utara

DNA total yang telah diperoleh diuji secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan nanofotometer IMPLEN P-360 Nanofotometer P-Class menunjukkan hasil pengukuran DNA yang meliputi kosentrasi dan kemurnian DNA total padi Tabel 4.2 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Pengukuran Kosentrasi dan Kemurnia DNA daun Padi No Nama Sampel Kemurniaan Kosentrasi

1. IR64

1,867 350 ngµL

2. Sigudang

1,930 275 ngµL

3. Sigambi

1,787 210 ngµL 4. Siasahan 1,833 52,5 ngµL

5. Siorsik

1,937 305 ngµL

6. Ramos

1,83 353 ngµL

7. Kukubalam

1,929 410 ngµL

8. Talipuyu

2,00 50 ngµL 9. Sigambiri Putih 1,922 308 ngµL

10. Sigambiri Merah

1,865 232 ngµL

11. Martabe

1,905 453 ngµL 12 Mandailing 1,835 418 ngµL Pada Tabel 4.2 menunjukkan hasil uji kualitatif DNA total padi dengan nilai kemurnian terendah diperoleh sebesar 1,830 pada koleksi padi Siasahan dan nilai kemurniaan tertinggi sebesar 2,00 pada koleksi padi Talipuyu, hal ini sesuai dengan literatur dari Fatchiyah et al., 2011 bahwa nilai kisaran kemurnian DNA adalah 1.8 – 2.0. Kemurnian DNA target sangat penting, karena ketidakmurnian suspesi DNA dapat mempengaruhi reaksi amplifikasi dan dapat menghambat kerja enzim DNA polimerase. Oleh sebab itu, hasil isolasi DNA total padi pada penelitian ini sudah dapat digunakan untuk analisis amplifikasi DNA dengan menggunakan mesin PCR. DNA total padi yang diuji secara kuantitatif pada masing-masing sampel memiliki kosentrasi yang cukup tinggi dan berbeda-beda yaitu dengan kosentrasi terendah sebesar 50 ngµ L pada padi Talipuyu dan kosentrasi DNA sampel tertinggi sebesar 453 ngµ L pada padi Martabe, maka perlu dilakukan pengenceran dikarenakan menurut Padmadi 2009 kosentrasi DNA yang diperlukan untuk amplifikasi PCR tidak begitu besar. Pengenceran dilakukan juga bertujuan untuk menyeragamankan kosentrasi DNA sampel dengan harapan jumlah amplifikasi DNA juga seragam. Menurut Simatupang 2015, Kosentrasi DNA yang biasanya digunakan dalam proses PCR adalah 0,5-50 ngµ L. Menurut Azizah 2009, Universitas Sumatera Utara tingginya kosentrasi cetakan DNA yang digunakan dalam PCR akan menghasilkan amplifikasi DNA yang kurang baik. Cetakan DNA yang terlalu banyak kemungkinan menyulitkan primer yang digunakan untuk menempel. Menurut Haris et al., 2003, kosentrasi DNA akan berdampak pada kualitas fragmen hasil amplifikasi. Kosentrasi DNA yang rendah akan menghasilkan fragmen yang tipis, sebaliknya kosentrasi DNA yang tinggi akan menyebabkan fragmen terlihat tebal sehingga sulit membedakan antar fragmen.

4.3 Amplifikasi DNA Total Padi Lokal Sumatera Utara dengan Menggunakan Marka SSR