Penyelidikan Kecelakaan Kerja Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Penyelidikan Kecelakaan Kerja

orang, kecuali si observernya dan akan dibawa dalam Toolbox Talk pada keesokan harinya. Hal tersebut terbukti dari ungkapan Koordinator HSEQ PT. Expro Indonesia, yang mengatakan: “Pelaksanaan inspeksi K3 dilakukan secara terjadwal, ada harian, mingguan, bulanan, tetapi sekarang ini kami buat harian, lalu dibuat lagi dalam bulanan. Untuk inspeksi K3, semua karyawan melaksanakannya sesuai schedule untuk memastikan di area tersebut benar-benar penerapan K3 sudah ada. Untuk inspeksi, semua terlibat, mulai dari level helper sampai ke atas lalu inspeksi itu kita tuangkan ke dalam Positive Intervention Card untuk stop kerja dan itu sangat efektif. Kemudian untuk di inspeksi itu ada Good Behavior, ada Need Improvement. Kalau Good Behavior, contohnya semua pekerja yang kita temukan memakai PPE yang lengkap, lalu area sekitarnya seperti kabel manajemennya bagus dan orang sekitarnya melengkapi alat pelindung dirinya, electrical di sekelilingnya dan overhead cranenya juga sudah bagus. Sedangkan Need Improvement, kalau di lapangan semuanya kacau, misalnya mau welding tidak memakai welding top, memanjat tidak memakai full body harness atau area sekitarnya kotor. Hasil temuan dari inspeksi K3 tersebut diletakkan di tempat box Positive Intervention Card dan setiap sore tim K3 akan datang untuk mengambil serta membacanya, kemudian hasil temuan ini pada keesokan harinya akan dibawa dalam toolbox talk. Namun sesuai prosedur perusahaan, di dalam hasil temuan itu, tidak mencantumkan nama orang, kecuali si observernya.”

4.2.4.2 Penyelidikan Kecelakaan Kerja

Dalam menyelidiki kecelakaan, penting untuk menetapkan kondisi fisik dan lingkungan yang turut memengaruhi terjadinya kecelakaan itu. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, untuk melakukan penyelidikan kecelakaan kerja manajemen PT. Expro Indonesia menggunakan Top Set Investigation melalui observasi yang dilakukan oleh tim keselamatan dan kesehatan kerja, manajemen, supervisor, foreman untuk menggali permasalahannya serta melakukan wawancara terhadap karyawan yang mengalami kecelakaan apabila masih memungkinkan, atasan dan para saksi kecelakaan. Hasil dari penyelidikan kecelakaan kerja tersebut harus Universitas Sumatera Utara dilaporkan dalam waktu tidak boleh lebih dari 24 jam. Top Set Investigation yang dimaksud adalah: T = Technology, yaitu semua peralatan yang digunakan ketika bekerja O = Organization, yaitu budaya dan manajemen perusahaan P = People, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan karyawan S = Similar event, yaitu ditemukan kejadian yang sama E = Environment, yaitu lokasi area kerja T = Time, yaitu waktu kecelakaan kerja tanggal, bulan, tahun dan jam Hal tersebut terbukti dari ungkapan Koordinator HSEQ, yang mengatakan: “Kami pakai ada namanya Top Set Investigation dari UK, mulai dari awal terjadi kecelakaan sampai proses closing root cause dibuat dalam story board. Biasanya wawancara dilakukan oleh tim HSE, manajemen, supervisor, foreman dan wawancara juga dari korbannya sendiri, itupun kalau korbannya masih bisa diwawancarai, kalau sudah fatal gunakan saksi untuk menggali permasalahannya sehingga apa nanti yang perlu diperbaiki. Dilakukan juga wawancara terhadap atasan supervisor untuk melihat apakah supervisinya kurang ataukah behavior orang tersebut tidak mau tahu. Dan untuk reporting di perusahaan kita tidak boleh lebih dari 24 jam, dalam waktu 24 jam itu harus sudah selesai, meskipun nanti improvement beberapa minggu ke depan tetapi investigasinya harus sudah selesai dalam 1x24 jam.”

4.3.5 Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja