b. Storage, yaitu barang yang sudah diinspeksi dan dilakukan primary blasting kemudian dipisah lalu disimpan sesuai dengan jenisnya pada tempat yang
telah disediakan. c. Checking Equipment, yaitu sebelum memulai aktivitas semua peralatan harus
diperiksa terlebih dahulu fungsi dan kelayakannya. d. Blasting painting. Blasting yaitu proses pembersihan dan membuat kekasaran
sehingga cat mudah melekat pada permukaan material dengan cara menembakkan partikel padat dengan tekanan tinggi. Painting yaitu proses
pengecatan atau pelapisan tehadap suatu material yang berfungsi untuk melindungi benda tersebut dari proses perkaratan.
e. Hydrotest, yaitu suatu aktivitas yang bertujuan untuk mengecek kebocoran dan memverifikasi kekuatan benda atau material sesuai dengan tekanan
sewaktu pengoperasiannya nanti. f. Non Destructive Test NDT, yaitu proses pengujian atau inspeksi terhadap
suatu benda atau material untuk mengetahui adanya cacat, retak atau lainnya. g. Deliveryshipping, yaitu pengiriman material kepada klien atau pelanggan.
4.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dimana data yang dikumpulkan melalui wawancara dari informan dan telaah dokumen terkait
pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja sehingga analisis yang dihasilkan memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi
pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di Kota Batam.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan meliputi:
1. Berdasarkan teori-teori yang sudah ada sebelumnya, yaitu teori Mathis dan Jackson, manajemen keselamatan kerja yang efektif yang menjadi faktor-
faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja hanya terdiri dari lima variabel, yaitu komitmen perusahaan, kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja, komunikasi dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja dan penyelidikan kecelakaan, serta
evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja. Sedangkan masih banyak faktor lain yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja.
2. Pemilihan informan yang telah ditetapkan di awal oleh peneliti berjumlah empat orang yaitu koodinator Health, Safety and Environment Quality
HSEQ, Safety Officer SO, Human Resource Development HRD dan informan lain yaitu pekerja supaya data yang dihasilkan lebih lengkap dan
bervariasi. Namun ketika di lapangan terjadi perubahan informan, dimana bulan Juni 2015 yang lalu telah terjadi pergantian top manajemen, sehingga
peneliti tidak diizinkan untuk melakukan wawancara dengan keempat informan di atas kecuali dengan Pimpinan Unit perusahaan tersebut. Dalam
menanggapi hal ini, peneliti berusaha dengan segala daya upaya untuk tetap melakukan wawancara dengan koodinator Health, Safety and Environment
Quality HSEQ selaku informan kedua peneliti, namun wawancara dilakukan di luar kantor.
Universitas Sumatera Utara
3. Selama pelaksanaan wawancara dengan Pimpinan Unit perusahaan ini selaku informan pertama peneliti, peneliti tidak diizinkan untuk melakukan
perekaman suara dikarenakan informan tidak menyukainya. Informan tersebut juga sama sekali tidak menguasai bahasa Indonesia sehingga wawancara
dilakukan dengan menggunakan bahasa Inggris. Informan juga tidak bersedia menandatangani lampiran persetujuan menjadi informan, walaupun begitu
informan tetap bersedia diwawancarai. Terkadang informan ini pun kurang begitu memahami setiap pertanyaan yang diajukan peneliti, sehingga peneliti
perlu menjelaskan kembali maksud dari pertanyaan tersebut. Jawaban yang diberikan informan ini juga kurang memuaskan karena belum memenuhi
kriteria jawaban yang dinginkan peneliti.
4.3 Pencapaian Nihil Kecelakaan Kerja