BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan maka kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pengembangan produk dan citra merek secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian notebook Acer pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
.
2. Hasil penelitian ini didukung oleh Adjusted R ² atau determinan sebesar
0,778 berarti variabel bebas yaitu : pengembangan produk X
1
, citra merek X
2
mampu menjelaskan variabel terikat yaitu keputusan pembelian Y sebesar 77,8 dan sisanya 22,2 dipengaruhi oleh variabel
yang tidak diteliti.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Mengingat persaingan dalam industri teknologi informasi makin ketat disarankan bagi perusahaan untuk terus meningkatkan desainnya dengan
melakukan inovasi terus-menerus serta memenuhi keinginan konsumen yang selalu berubah.
Universitas Sumatera Utara
2. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk laptop adalah citra merek, citra merek yang
telah terbangun baik dikalangan masyarakat akan ikut membantu untuk memasarkan sebuah produk, untuk itu diharapkan agar perusahaan Acer
terus meningkatkan citra mereknya dengan cara menghasilkan produk- produk yang berkualitas dan inovatif.
3. Untuk meningkatkan keputusan pembelian disarankan bagi pihak perusahaan untuk selalu berinovasi menciptakan desain yang inovatif
terutama dalam hal model dan warna. 4. Hendaknya peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sama untuk
menambah variabel lain selain variabel penelitian diatas sehingga memperoleh hasil penelitian yang bervariasi
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Pemasaran
Kebutuhan keuangan sering tergantung pada kemampuan pemasaran. Operasi keuangan, akunting, dan fungsi bisnis lainnya sesungguhnya tidak berarti
kalau tidak ada permintaan akan produk dan jasa sehingga perusahaan dapat menghasilkan jasa. Asosiasi Pemasaran Amerika, pemasaran adalah satu fungsi
organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan
cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya Kotler dan Keller, 2007:6.
Menurut Manullang 2008:209, pemasaran merupakan sejumlah kegiatan yang terjadi akibat pemindahan barang atau jasa dari tangan produsen hingga ke
tangan konsumen dan tercakup di dalamnya segala kegiatan sebelum dan sesudah kegiatan pemindahan barang atau jasa tersebut. Sedangkan menurut Gitosudarmo
2001:1, pemasaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengusahakan agar produk yang dipasarkannya itu dapat diterima dan disenangi oleh pasar.
Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan.
2.1.2 Bauran Pemasaran Marketing Mix
Suatu bisnis mungkin harus mengubah tujuan dan strategi persaingannya ketika posisi persaingan industri dan bisnisnya matang dan stabil. Strategi
Universitas Sumatera Utara
pemasaran harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan nilai kepada konsumen dan menjaga keunggulan kompetitif yang abadi. Konsep pemasaran,
sebagai seni menjual produk dalam mencapai tujuan pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut
harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan pada pasar sasaran yang
terpilih Kotler dan Keller, 2007:6. Oleh sebab itu bauran pemasaran digunakan sebagai variabel-variabel pemasaran untuk mengimplementasikan dan merakit
program demi menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai bagi konsumen.
Bauran pemasaran menurut Kotler dan Amstrong 2008:62 yaitu kumpulan alat pemasar taktis terkendali produk, harga, tempat, dan promosi yang
dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran. Sedangkan defenisi menurut Kotler dan Keller 2007:23, bauran
pemasaran marketing mix adalah variabel-variabel pemasaran yang dapat dikontrol, yang akan di kombinasikan oleh perusahaan untuk memperoleh hasil
yang maksimal. Alat-alat ini dikenal dengan empat P yaitu product, Harga price, Tempat place dan Promosi promotion dan beberapa indikator dari
setiap alatnya digambarkan pada Gambar 2.1 berikut:
Universitas Sumatera Utara
produk Tempat
keragaman produk Harga Promosi
saluran pemasaran kualitas
daftar harga promosi penjualan
cakupan pasar design
rabatdiskon periklanan
pengelompokan ciri
potongan harga khusus tenaga penjualan
lokasi nama merek periode pembayaran
kehumasan persediaan
kemasan syarat kredit
pemasaran langsung transportasi ukuran
pelayanan garansi
imbalan Sumber: Kotler dan Keller 2007:23
Gambar 2.1 Bauran Pemasaran
2.1.3 Unsur-Unsur Bauran Pemasaran
Dalam strategi pemasaran, akan mencakup produk seperti apa yang akan dipasarkan, kemana harus dipasarkan berapa harga yang layak, dan bagaimana
mengkomunikasikan kepada publik bahwa produk tersebut cocok, pantas, bermutu, dan dijual dimana. Oleh karena itu, perusahaan harus
mempertimbangkan dan mengkombinasikan berbagai unsur bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat, dan promosi.
1. Produk Sebagian besar keuntungan yang didapat oleh perusahaan berasal dari
kepuasan konsumen dalam menikmati produknya. Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk yang berkualitas dengan harga yang
relatif murah. Perusahaan dalam proses kegiatan produksi haruslah mengerti dan mengetahui dengan benar akan arti dari produk itu sendiri. Menurut Kotler dan
Bauran Pemasaran
Universitas Sumatera Utara
Keller 2007:4, produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan.
2. Harga Seperti kita ketahui setiap produk yang diperjual belikan sudah barang
tentu mempunyai label harga sebagai valuenilai yang bisa ditukarkan dengan sejumlah uang untuk mendapatkannya. Begitu pula dengan jenis jasa, konsumen
harus membayarkan sejumlah uang untuk mendapatkan pelayanan atau jasa yang diberikan. Harga suatu produk atau jasa menjadi patokan bagi konsumen dalam
hal pengeluaran sejumlah uang dalam proses transaksi jual beli. Nilai dan manfaat dari suatu barang atau jasa dapat dilihat dari harga yang ditawarkan oleh pihak
penjual. Nilai adalah ukuran kuantitatif bobot sebuah produk yang dapat ditukarkan dengan produk lain. Sedangkan manfaat adalah atribut sebuah barang
yang mempunyai kemampuan untuk memuaskan keinginan. Pengertian harga dapat diartikan menurut Stanton dalam Angipora,
1999:174, harga adalah jumlah uang kemungkinan ditambah beberapa barang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan
pelayanan yang menyertainya. Selain itu Lamb, dkk 1997:151, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya termasuk barang dan jasa lainnya yang
ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga yang ditetapkan dapat menunjukkan nilai produk atau jasa bagi
konsumen, penjual atau produsen. Terkadang harga dari tiap produk sejenis berbeda meski memiliki fungsi atau kegunaan yang sama, sehingga konsumen
dapat menimbang kemudian menentukan produk mana yang akan dibeli. Disini
Universitas Sumatera Utara
produsen harus jeli dan banyak pertimbangan dalam menentukan harga produknya yang akan dijual dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, sehingga produk atau jasa tersebut dapat bersaing dengan kompetitornya. Adapun tujuan penetapan harga adalah untuk mencapai target
pengembalian investasi, mencapai volume penjualan, menstabilkan permintaan dan penawaran, penetrasi pasar lebih dalam, dan menguasai bagian pasar. Harga
merupakan variabel yang menghasilkan pendapatan bagi produsen. Produsen selayaknya harus mempertimbangkan dengan baik tingkat harga jual produknya.
Menurut Tjiptono 1997:157-166, secara garis besar metode penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama yaitu:
1. Metode Penetapan harga berbasis permintaan Metode ini lebih menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan
perferensi pelanggan daripada faktor-faktor, seperti biaya, laba, dan persaingan. Ada tujuh metode penetapan harga yang termasuk dalam metode penetapan harga
berbasis permintaan, yaitu: a. Skimming Pricing, yaitu strategi ini diterapkan dengan jalan menetapkan
harga tinggi bagi suatu produk baru atau inovatif selama tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga tersebut pada saat persaingan mulai ketat.
b. Penetration pricing, yaitu dalam strategi ini perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru dengan harga rendah dengan harapan
akan dapat memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu relatif singkat.
Universitas Sumatera Utara
c. Prestige Pricing, yaitu harga dapat digunakan oleh pelanggan sebagai ukuran kualitas atau prestise suatu barangjasa. Dengan demikian bila
harga diturunkan sampai tingkat tertentu, maka permintaan barang atau jasa tersebut akan turun.
d. Pricing Lining, digunakan apabila perusahaan menjual produk lebih dari satu jenis. Harga untuk lini produk tersebut bisa bervariasi dan diterapkan
pada tingkat harga tertentu yang berbeda. e. Old-Even Pricing, yaitu harga yang besarnya mendekati jumlah genap
tertentu. Pada praktiknya memang untuk satuan atau kuantitas yang kecil, strategi ini kurang mengena sasaran. Tetapi, bila menyangkut satuan atau
kuantitas besar ataupun dikaitkan dengan pembelian belanjaan berbagai macam produk lainnya, maka hasilnya lebih efektif.
f. Demand-Backward Pricing, dimana perusahaan kadangkala memperkirakan suatu tingkat harga yang bersedia dibayar konsumen untuk
produk-produk yang relatif mahal seperti halnya shopping goods. Kemudian perusahaan yang bersangkutan menentukan marjin yang harus
dibayarkan kepada wholesaler dan retailer. Setelah itu barulah harga jualnya dapat ditentukan. Jadi proses ini berjalan ke belakang, sehingga
istilahnya disebut demand-backward pricing. g. Bundle Pricing, yaitu strategi pemasaran dua atau lebih produk dalam satu
harga paket. Misalnya travel agency menawarkan paket liburan yang mencakup transportasi, akomodasi, dan konsumsi. Strategi ini memberikan
Universitas Sumatera Utara
manfaat besar bagi pembeli dan penjual. Pembeli dapat menghemat biaya total, sedangkan penjual dapat menekan biaya pemasarannya.
2. Metode Penetapan harga berbasis biaya Dalam metode ini faktor penentu harga yang utama adalah aspek
penawaran atau biaya, bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga
dapat menutup biaya-biaya langsung, biaya overhead. 3. Metode penetapan harga berbasis laba
Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam penetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target volume laba
spesifik atau dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi. Ada tiga metode penetapan harga yang termasuk dalam metode
penetapan harga berbasis laba, yaitu: a. Target Profit Pricing, yaitu ketetapan atas besarnya target laba tahunan
yang dinyatakan secara spesifik. b. Target Return On Sales Pricing, yaitu perusahaan menetapkan tingkat
harga tertentu yang dapat menghasilkan laba dalam persentase tertentu terhadap volume penjualan.
c. Target Return On Investment Pricing, yaitu perusahaan menetapkan besarnya suatu target ROI tahunan, yaitu rasio antar laba dengan investasi
total yang ditanamkan perusahaan pada fasilitas produksi dan asset yang mendukung produk tertentu.
Universitas Sumatera Utara
4. Metode penetapan harga berbasis persaingan Pada metode ini harga dapat ditetapkan atas dasar persaingan dengan
melihat apa yang dilakukan pesaing. Menurut Tjiptono 1997:152 Pada dasarnya tujuan penetapan harga,
yaitu: 1. Berorientasi pada Laba
Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang tinggi. Dalam persaingan
global yang kondisinya sangat kompleks dan banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan, maksimalisasi laba sangat
sulit dicapai, karena sukar sekali untuk dapat memperkirakan secara akurat jumlah penjualan yang dapat dicapai pada tingkat harga tertentu. Oleh sebab
itu, ada pula perusahaan yang menggunakan pendekatan target laba, yaitu tingkat laba yang sesuai atau yang diharapkan sebagai sasaran laba.
2. Berorientasi pada Volume Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume
penjualan dalam ton, kg, unit, m3, dan lain-lain, nilai penjualan Rp atau pangsa pasar absolute maupun relatif.
3. Berorientasi pada Citra Citra image suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan
harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan
untuk membentuk citra nilai tertentu image of value, misalnya dengan
Universitas Sumatera Utara
memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu. Pada hakikatnya, baik penetapan harga tinggi maupun
rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan.
4. Stabilitas Harga Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu
perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan
stabilitas harga dalam indutri-industri tertentu yang produknya sangat terstandarisasi misalnya minyak bumi. Tujuan stabilisasi dilakukan dengan
jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri industry leader.
5. Tujuan-tujuan Lainnya Harga dapat pula diterapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.
Secara umum ada dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga Kotler dan Armstrong dalam Tjiptono, 1997:154, yaitu:
1. Faktor Internal Perusahaan a. Tujuan Pemasaran Perusahaan
Tujuan bisa berupa maksimasi laba, mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kepemimpinan
Universitas Sumatera Utara
dalam hal kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan tanggung jawab sosial dan lainnya.
b. Strategi Bauran Pemasaran Harga hanyalah salah satu komponen dari bauran pemasaran, oleh karena
itu harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran lainnya, yaitu produk, distribusi dan promosi.
c. Biaya Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus
ditetapkan perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Oleh karena itu, setiap perusahaan pasti menaruh perhatian besar pada aspek struktur biaya
tetap dan variabel, serta jenis-jenis biaya lainnya, seperti out-of-pocket cost, incremental cost, opportunity cost, controllable cost,
dan replacement cost.
d. Organisasi Manajemen perlu memutuskan siapa di dalam organisasi yang harus
menetapkan harga. Setiap perusahaan menangani masalah penetapan harga menurut caranya masing-masing. Pada perusahaan kecil, umumnya
harga ditetapkan oleh manajer puncak, sedangkan pada perusahaan besar, seringkali masalah penetapan harga ditangani oleh divisi atau manajer lini
suatu produk. Dalam pasar industri, para wiraniaga sales diperkenankan untuk bernegosiasi dengan pelanggannya guna menetapkan rentang harga
tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Eksternal Perusahaan a. Sifat Pasar dan Permintaan
Setiap perusahaan perlu memahamisifat pasar dan permintaan yang dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna, monopolistik,
oligopoli, atau monopoli. Faktor lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah elastisitas permintaan.
b. Persaingan Ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam persaingan suatu
industri, yaitu persaingan dalam industri yang bersangkutan, produk substitusi, pemasok, pelanggan, dan ancaman pendatang baru.
c. Unsur-unsur Lingkungan Eksternal Lainnya Selain faktor-faktor di atas, perusahaan juga perlu mempertimbangkan
faktor kondisi ekonomi inflasi, boom atau resesi, tingkat bunga, kebijakan dan peraturan pemerintah, dan aspek sosial kepedulian terhadap
lingkungan. Masalah penetapan harga kembali lagi kepada pihak produsen atau
pelaku bisnis yang menciptakan atau menjual produk, pertimbangan dari semua aspek yang terkait ikut mempengaruhinya sehingga terwujud nilai dari
produk tersebut. 3. Tempat
Menurut Kotler dan Keller 2007:122, saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang
membuat produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencapai pasar sasaran dan konsumen yang dituju, produsen tidak mampu mengerjakan sendiri. Oleh karena itu produsen harus bekerjasama dengan
lembaga lain, yang disebut distributor dan agen. Secara garis besar proses distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha
mempermudah penyampaian barang dari produsen kepada konsumen. 4. Promosi
Menurut Kotler dan Keller 2007:204, promosi adalah sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk dan
mengingatkan konsumen langsung atau tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual.
2.1.4 Pengembangan Produk
Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi,
penjualan, dan pengiriman produk Ulrich dan Steven, 2012:2. Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong 2008:309, pengembangan produk adalah
mengembangkan konsep produk menjadi produk nyata untuk dapat memastikan bahwa ide produk dapat di ubah menjadi produk yang bisa dikerjakan.
Tujuan pengembangan produk yang dilaksanakan oleh perusahaan, yaitu: 1. Mempertahankan posisi pangsa pasar market share, yaitu untuk mencapai
tujuan perusahaan tersebut diperlukan strategi memperkenalkan produk baru atau memperbaharui produk yang sudah ada.
2. Mengembangkan lebih lanjut posisi perusahaan sebagai innovator, sehingga untuk mencapai tujuan ini perusahaan menjalankan strategi memperkenalkan
Universitas Sumatera Utara
produk yang benar-benar baru, tidak hanya mengembangkan dari produk yang sudah ada.
3. Memperoleh laba yang diinginkan melalui volume penjualan yang ditingkatkan, suatu perusahaan harus memperbaiki maupun menambah
produk-produk yang dihasilkannya berdasarkan atas dua fungsi dasar, yaitu pemasaran dan inovasi baru.
Pengembangan produk adalah suatu proses penemuan ide untuk barang dan jasa termasuk di dalamnya merubah, menambah atau merumuskan kembali
sebagian dari sifat-sifat pokok yang sudah ada dalam segi corak, merek dan kuantitas. Pengembangan produk dilaksanakan dengan tujuan untuk melayani
pasar yang telah ada sekarang dengan lebih meningkatkan penjualan, memenuhi usaha menemukan barang baru yang lebih baik, serta melaksanakan aktivitas-
aktivitas dari teknik penelitian, perekayasaan dan perancangan produk. Strategi pengembangan produk dikemukakan oleh Swastha dalam
Djauhari, 2010:29-30: 1. Memperbaiki bentuk-bentuk yang telah ada. Dalam strategi ini perusahaan
tetap menggunakan teknologi dan fasilitas yang ada untuk membuat variasi baru dari produknya.
2. Memperluas lini produk. Semua ditujukan untuk menawarkan lebih banyak alternatif pilihan kepada pembeli tentang produknya.
3. Menambah model yang ada. Disini perusahaan menambah beberapa variasi baru pada produknya.
Universitas Sumatera Utara
4. Meniru strategi pesaing. Beberapa pengusaha berpendapat bahwa hubungan antara biaya pengembangan produk dengan laba yang akan diperoleh pada
waktu mendatang adalah tidak pasti. 5. Menambah produk yang tidak ada kaitannya dengan lini yang ada. Strategi ini
dianggap mahal karena produk baru sering menggunakan proses produksi baru, demikian juga fasilitas-fasilitas untuk promosi dan distribusinya.
Adapun faktor-faktor yang menghambat suatu perusahaan mengadakan pengembangan produk menurut Kotler dan Keller 2009:283, yaitu:
1. Kelangkaan ide penting pada wilayah tertentu. Mungkin hanya sedikit cara yang tersisa untuk meningkatkan beberapa produk dasar
2. Pasar yang terfragmentasi. Perusahaan harus mengarahkan produk mereka pada segmen pasar yang lebih kecil, dan ini berarti penjualan dan laba lebih
rendah untuk setiap produk. 3. Batasan sosial dan pemerintah. Produk harus memuaskan keamanan
konsumen dan ramah lingkungan. 4. Biaya pengembangan. Perusahaan biasanya harus menghasilkan banyak ide
untuk menemukan satu nilai kelayakan pengembangan dan sering menghadapi tingginya biaya manufaktur, dan pemasaran.
5. Kelangkaan modal. Beberapa perusahaan mempunyai ide bagus, tetapi tidak dapat mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk meneliti dan
meluncurkannya. 6. Waktu pengembangan yang dibutuhkan lebih pendek. Perusahaan harus
mempelajari bagaimana cara memadatkan waktu pengembangan dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan teknik baru, mitra strategis, uji konsep dini, dan perencanaan pemasaran yang bagus.
Pengembangan produk yaitu mengembangkan produk supaya bisa lebih baik dan dapat menarik minat konsumen serta bisa lebih bersaing dengan seluruh
pesaing yang ada. Menurut Kotler dan Keller 2009:309, pengembangan produk inovasi memiliki karakteristik, yaitu :
1. Keunggulan relatif relative advantage, yaitu sejauh mana inovasi tersebut tampak lebih bagus daripada produk lama.
2. Kesesuaian compatibility, yaitu sejauh mana tingkat sesuainya inovasi dengan nilai dan pengalaman seseorang.
3. Kerumitan complexity, yaitu sejauhmana tingkat sulitnya inovasi untuk dipahami atau digunakan.
4. Kemampuan dipisahkan divisibility, yaitu sejauh mana inovasi tersebut dapat dicoba secara terbatas.
5. Kemampuan komunikasi communicability, yaitu sejauh mana manfaat penggunaan dapat dilihat atau digambarkan kepada orang lain.
Menurut Kotler dan Armstrong 2008:185 berpendapat bahwa lima karakteristik sangatlah penting dalam mempengaruhi pengembangan produk
inovasi, yaitu: 1. Keunggulan relatif adalah tingkat yang menunjukkan keunggulan inovasi
terhadap produk yang telah ada. 2. Kompatibilitas adalah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai dan pengalaman
calon konsumen
Universitas Sumatera Utara
3. Kompleksitas adalah tingkat kesulitan inovasi untuk dimengerti atau digunakan.
4. Divisibilitas adalah tingkat inovasi dapat dicoba sedikit demi sedikit. 5. Komunikabilitas adalah tingkat kemampuan hasil penggunaan inovasi dapat
diobservasikan atau dijelaskan kepada orang lain. Proses pengembangan produk untuk setiap perusahaan adalah berbeda,
tergantung produk serta tingkat kompleksitasnya, dan umumnya kegiatan-kegiatan ini lebih membutuhkan daya analisis intelektual dan manajemen organisasi.
Proses pengembangan produk yang terstruktur serta terdefenisi dengan baik, sangat diperlukan perusahaan dalam merancang produk-produk yang akan dijual
ke pasar. Tahap-tahap pengembangan produk baru seperti yang dikemukakan oleh
Kotler dan Keller 2009:287-306, yaitu: 1. Penciptaan Ide
Proses pengembangan produk baru dimulai dengan pencarian ide. Ide produk baru bisa berasal dari interaksi dengan berbagai kelompok dan menggunakan
teknik yang menghasilkan kreativitas. Untuk menghasilkan arus ide-ide baru yang berkesinambungan, perusahaan
harus dengan agresif menggali banyak sumber-sumber gagasan. 2. Penyaringan Ide
Tujuan dari penyaringan adalah untuk menciptakan sejumlah ide-ide yang baik dan mengesampingkan yang jelek sedini mungkin dan membuang ide
yang buruk seawal mungkin. Ide yang dapat bertahan dapat disaring lebih
Universitas Sumatera Utara
lanjut menggunakan proses pemeringkat sederhana dan jika manajemen merasa bahwa ide produk amat cocok dengan keterampilan pemasaran dan
pengalaman pemasaran, maka perusahaan akan meningkatkan peringkat ide produk secara keseluruhan.
3. Pengembangan dan Pengujian Konsep Ide yang menarik harus disempurnakan menjadi konsep produk yang dapat
diuji. Kita dapat membedakan antara ide produk, konsep produk, dan citra produk. Ide produk adalah ide untuk produk yang mungkin dimana
perusahaan dapat melihat penawarannya sendiri ke pasar. Konsep produk adalah versi terinci dari suatu ide yang dinyatakan dalam istilah-istilah yang
berarti bagi konsumen. Citra produk adalah gambaran tertentu yang konsumen peroleh dari suatu produk aktual atau potensial.
Dalam pengujian konsep mensyaratkan masyarakat berbagai konsep produk diuji pada kelompok konsumen sasaran yang tepat, kemudian reaksi
konsumen tersebut dikumpulkan. Konsep-konsep ini dapat disajikan secara simbolis atau secara fisik. Jika konsep yang diuji semakin menyerupai produk
akhir, pengujian konsep ini dapat semakin diandalkan. 4. Pengembangan Strategi Pemasaran
Setelah uji konsep berhasil, manajer produk baru akan mengembangkan rencana strategi tiga bagian awal untuk memperkenalkan produk baru ke
pasar, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Menggambarkan ukuran pasar sasaran, struktur, dan perilaku; positioning produk yang direncanakan, lalu penjualan, pangsa pasar, dan tujuan laba
yang dicari dalam beberapa tahun pertama. b. Menggarisbawahi harga, strategi distribusi, dan anggaran pemasaran yang
direncanakan selama tahun pertama. c. Rencana strategi pemasaran menggambarkan tujuan penjualan dan laba
jangka panjang serta strategi bauran pemasaran sepanjang waktu. 5. Analisis bisnis
Setelah manajemen mengembangkan konsep produk dan strategi pemasaran, manajemen dapat mengevaluasi daya tarik bisnis dari proposal. Manajemen
harus mempersiapkan penjualan, biaya, dan proyeksi laba untuk menentukan apakah mereka memuaskan tujuan perusahaan. Jika ya, konsep dapat beralih
ke tahap pengembangan. 6. Pengembangan produk
Jika konsep produk dapat melewati ujian bisnis, konsep ini berlanjut ke litbang untuk dikembangkan menjadi suatu produk fisik. Selanjutnya ke
bagian produksi untuk dibuat, diberi merek dan kemasan yang menarik. 7. Pengujian pasar
Setelah manajemen puas dengan kinerja fungsional dan psikologis, produk siap dikemas dengan nama merek dan kemasan dalam uji pasar. Dalam
pengaturan autentik, pemasar dapat mempelajari seberapa besar pasar yang ada dan bagaimana konsumen dan penyalur bereaksi untuk menangani,
menggunakan, dan membeli kembali produk.
Universitas Sumatera Utara
8. Komersialisasi Memperkenalkan produk baru ke pasar merupakan kegiatan penyelesaian
rencana pemasaran, pengkoordinasian kegiatan perkenalan dengan fungsi- fungsi bisnis, pelaksanaan strategi pemasaran serta pengontrolan peluncuran
produk. Menurut ulrich dan steven 2001:3, pengembanagan produk merupakan
aktivitas lintas disiplin yang membutuhkan kontribusi dari hampir semua fungsi yang ada di perusahaan, namun tiga fungsi yang selalu paling penting bagi proyek
pengembangan produk, yaitu: 1. Pemasaran
Fungsi pemasaran menjembatani interaksi antara perusahaan dengan pelanggan. Peranan lainnya adalah memfasilitasi proses identifikasi peluang
produk, pendefinisian segmen pasar, dan identifikasi kebutuhan pelanggan. Bagian pemasaran juga secara khusus merancang komunikasi antara
perusahaan dengan pelanggan, menetapkan target harga dan merancang peluncuran serta promosi produk.
2. Perancangan design Fungsi perancangan memainkan peranan penting dalam mendefinisikan
bentuk fisik produk agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam konteks tersebut tugas bagian perancangan mencakup desain engineering
mekanik, elektrik, software dan lain-lain dan desain industri estetika, user interface
.
Universitas Sumatera Utara
3. Manufaktur Fungsi manufaktur terutama bertanggung jawab untuk merancang dan
mengoperasikan sistem produksi pada proses produksi produk. Secara luas, fungsi manufaktur seringkali mencakup pembelian, distribusi dan instalasi.
2.1.5 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen consumer behavior didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian buying units dan proses pertukaran yang melibatkan
perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide Mowen dan Michael, 2002:6. Dalam pasar yang semakin intensif tingkat
persaingannya, tuntutan konsumen yang semakin tinggi sangat ingin diperlakukan secara khusus, dan pemahaman akan konsumen menjadi sangat tinggi.
Pemahaman terhadap perilaku konsumen ini sangat bermanfaat untuk penyusunan strategi maupun bauran pemasaran. Mangkunegara 2009:4 menyimpulkan
bahwa, perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses
pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan. Perilaku konsumen pada
hakikatnya untuk memahami “why do consumers do what they do”.suwarman 2002:26 mengatakan bahwa, perilaku konsumen adalah semua kegiatan,
tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelumnya membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan
jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.
Universitas Sumatera Utara
Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada dalam dirinya dan faktor-faktor yang ada diluar dirinya. Menurut Kotler dan Kevin
2007:214-230, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
1. Budaya Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku
pembelian. Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Anak- anak yang sedang bertumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi,
dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lain. Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih
menampakkan idenrifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub- budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.
Ketika subkultur menjadi besar dan cukup makmur, perusahaan sering merancang program pemasaran secara khusus untuk melayani mereka.
Pada dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial tersebut kadang-kadang berbentuk sistem kasta dimana para
anggota kasta yang berbeda diasuh dengan mendapatkan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kastanya.
Kelas sosial memiliki beberapa ciri. Pertama, orang-orang di dalam kelas sosial yang sama cenderung berperilaku lebih seragam daripada orang-orang dari
dua kelas sosial yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor sosial Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok
acuan, keluarga, serta peran, dan status sosial. Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung tatap muka atau tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut dan. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok
keanggotaan. Kelompok keanggotaan terdiri dari anggota kelompok primer keluarga, teman, dan rekan kerja yang berinteraksi dengan seseorang secara terus
menerus dan informal dan anggota kelompok sekunder kelompok keagamaan, dan asosiasi perdagangan, yang cenderung lebih formal dan membutuhkan
interaksi yang tidak begitu rutin. 3. Faktor pribadi
Keputusan pembeli juga dipengauhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup; pekerjaan,
keadaan ekonomi; kepribadian dan konsep diri; serta nilai dan gaya hidup pembeli.
Usia dan Tahap Siklus Hidup. Orang membeli barng dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya. Selera orang terhadap pakaian, perabot, dan
rekreasi juga berhubungan dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga dan jumlah, usia, dan gender orang dalam rumah tangga pada suatu saat.
Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi. Pekerjaan seseorang juga memengaruhi pola konsumsinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi
kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan
Universitas Sumatera Utara
jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan produknya pada kelompok pekerjaan tertentu.
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang: penghasilan yang dapat dibelanjakan level, kestabilan, pola waktunya, tabungan
dan aktiva termasuk persentase aktiva yang lancarliquid, utang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap terhadap kegiatan berbelanja dan menabung. Jika
indikator ekonomi menandakan adanya resesi, para pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, melakukan penempatan ulang, dan
menempatkan kembali harga produk mereka sehingga mereka dapat terus menawarkan nilai kepada para pelanggan sasaran.
Kepribadian dan Konsep Diri. Masing-masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku
pembeliannya. Kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia human psychological traits
yang khas yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya.
Gaya Hidup dan Nilai, orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya
hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Para pemasar mencari hubungan antara produk mereka dan kelompok gaya hidup.
Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh nilai inti, yaitu sistem kepercayaan yang melandasi sikap dan perilaku konsumen. Nilai-nilai itu jauh
Universitas Sumatera Utara
lebih dalam daripada perilaku atau sikap, dan pada dasarnya menentukan pilihan dan keinginan orang dalam jangka panjang. Pemasar yang menargetkan konsumen
berdasarkan pada keyakinan nilai mereka dengan menarik bagi innerselves orang sendiri, adalah mungkin untuk memengaruhi outer-selves perilaku pembelian
mereka. 4. Faktor psikologis
Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan
bersifat biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Kebutuhan yang bersifat psikogenis; kebutuhan itu muncul
dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Tiga teori motivasi yang terkenal, antara lain: teori
Sigmund Freud, Abraham Maslow, dan Frederick Herzberg. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih,
mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada
rangsangan fisik, tapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Orang dapat memiliki persepsi
yang berbeda atas obyek yang sama karena tiga proses persepsi: perhatian selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.
Ketika orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian perilaku manusia
adalah hasil belajar. Ahli teori pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja
Universitas Sumatera Utara
antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan, dan penguatan. Semua informasi dan pengalaman yang dihadapi orang ketika mereka mengarungi
hidup dapat berakhir dalam jangka panjang.
2.1.6 Citra Merek Brand Image
Fenomena persaingan yang terjadi semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang memposisikan pemasar untuk
selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar. Salah satu asset yang menjadi kekuatan dalam mencapai keadaan tersebut adalah merek. Merek dapat mencapai
bermacam-macam konsumen secara luas hingga akhirnya dapat diterima oleh pelanggan dan merasa akrab dengannya.
Menurut American Marketing Association dalam Kotler dan Susanto, 2001:575, merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, atau rancangan, atau
kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari
produk pesaing. Menurut Supranto dan Nandan 2007:132, citra merek adalah apa yang
konsumen pikir atau rasakan ketika mereka mendengar atau melihat nama suatu merek atau pada intinya apa yang konsumen telah pelajari tentang merek. Citra
merek disebut juga memori merek yang skematik, berisi interpretasi pasar sasaran tentang atributkarakteristik produk, manfaat produk, situasi penggunaan dan
karakteristik manufakturpemasar. Merek terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Pemberian nama pada
sebuah produk hendaknya bukan hanya sebuah simbol karena merek memiliki
Universitas Sumatera Utara
enam tingkat pengertian yang akan membentuk citra merek Rangkuti, 2004:2-4, yaitu:
1. Atribut Semua merek memiliki atribut. Atribut diciptakan agar pelanggan dapat
mengetahui dengan pasti atribut-atribut yang terkandung dalam sebuah merek. Atribut merupakan kategori dengan fitur-fitur mengenai karakteristik produk
dan jasa yang ada saat proses pembelian dan konsumsi. Atribut ini dapat digolongkan atas 2 bagian:
a. Atribut Produk Asosiasi produk terbentuk secara langsung mengenai karakteristik dari
produk dan jasa yang bersangkutan. Asosiasi ini merupakan strategi yang paling sering digunakan. Mengembangkan asosiasi ini sangat efektif
karena atribut tersebut sangat bermakna dan dapat diterjemahkan dalam pembelian suatu merek.
b. Atribut non Produk Atribut non Produk dapat langsung memperoleh proses pembelian dan
konsumsi tetapi tidak langsung mempengaruhi kinerja produk yang bersangkutan. Atribut non-produk merupakan atribut yang tidak
berhubungan langsung dengan kinerja produk dan terbentuk dari aktifitas bauran pemasaran.
Berikut beberapa contoh atribut non-produk: 1 Negara, perusahaan atau orang yang memproduksi
2 Warna dominan produk yang biasanya terlihat pada kemasan produk.
Universitas Sumatera Utara
3 Kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh merek 4 Mengaitkan dengan orang terkenal Endoser
2. Manfaat Merek memberi banyak manfaat bagi konsumen antara lain membantu
konsumen dalam mengidentifikasi manfaat yang ditawarkan dan kualitas produk. Konsumen tidak membeli merek, tetapi konsumen membeli manfaat. Produsen
harus mampu menerjemahkan atribut menjadi manfaat, baik manfaat fungsional maupun manfaat emosional.
Manfaat fungsioanal mengacu pada kemampuan fungsi produk yang ditawarkan, sedangkan manfaat emosional adalah kemampuan merek untuk
membuat penggunanya merasakan sesuatu selama proses pembelian atau sesudahnya. Ketika konsumen menggunakan merek tertentu maka ia akan
terhubung dengan merek tersebut artinya konsumen akan membawa serta citra dari pengguna sekaligus karakteristik merek itu sendiri dan manfaat yang
diinginkan oleh konsumen akan mempengaruhi pilihannya terhadap berbagai merek.
3. Nilai Merek menyatakan sesuatu tentang nilai bagi konsumen. Nilai sering
diartikan sebagai penilaian konsumen yang menyeluruh terhadap utilitas produk didasarkan atas persepsinya atas apa yang diterima dan dikorbankan. Berdasarkan
defenisi ini, maka tidak mengherankan jika konsumen seringkali melakukan analisa biaya-manfaat sebelum melakukan pembelian untuk menentukan besarnya
nilai yang akan diterimanya. Merek yang memiliki nilai yang tinggi akan dihargai
Universitas Sumatera Utara
oleh konsumen sebagai merek yang memiliki kelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut.
4. Kepribadian Merek memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi penggunanya. Jadi
diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian sipengguna akan tercermin dari merek yang digunakannya.
Ikatan hubungan psikografis antara merek dan konsumen akan menjadi kuat dan memberi warna emosional ketika terdapat kecocokan antara merek dan
kepribadian konsumen. Konsumen sering merasa kesulitasn ketika harus mengekspresikan identitasnya karena itu biasanya mereka menggunakan merek
yang mengandung simbol dan arti yang dapat menggambarkan dirinya. Oleh karena itu konsumen memiliki kecenderungan untuk membeli merek yang
memiliki kepribadian yang serupa dengan konsep dirinya schiffman Kanuk dalam Ferrinadewi, 2008:156. Dalam hal ini pemilihan merek merupakan salah
satu cara individu mengekspresikan dirinya. Hal ini tentunya akan mendorong pemilik merek untuk menyelaraskan gaya hidup konsumennya dengan nilai
emosional merek. Dalam rangka menciptakan citra merek maka asosiasi konsumen terhadap
merek harus kuat, unik dan positif. Bagaimana konsumen menghubungkan antara informasi dalam benak konsumen dengan merek tertentu, konsumen akan
menggunakan asosiasi untuk memproses, mengorganisir dan menyimpan informasi dalam ingatannya sehingga semua dapat digunakan sebagai proses
penyederhanaan pengambilan keputusan pembelian.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Keller dalam Ferrinadewi, 2008:165-166, citra merek adalah persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan
asosiasinya terhadap merek tersebut. Persepsi konsumen akan merek dapat menjadi pertimbangan konsumen untuk melakukan pembelian. Itu sebabnya
penanaman citra merek yang baik harus ditanamkan kuat dibenak konsumen karena keputusan konsumen dalam membeli sering didasari oleh kesan yang
ditampilkan melalui merek dan citra yang dikenal positif bukan karena informasi yang sengaja dicari oleh konsumen. Bagaimana citra merek tersebut adalah
melalui asosiasi merek. Hal ini dapat kita lihat pada gambar 2.3 berikut ini:
Sumber : ferrinadewi, 2008:165
Gambar 2.2 Dimensi Brand Image
Menurut Kotler dan Susanto 2001:581, ada beberapa manfaat merek, antara lain:
1. Bagi Konsumen a. Identifikasi mutu produk, baik berupa barang maupun jasa. MutuKualitas
produk berupa barang nyatatampak dari kondisi barang tersebut, baik dari Brand
image
Brand Association
Favorability, Strength
Uniqueness of brand
Attributes Benefit
Overall evaluation
Product related
Functional Symbolic
Experiential
Non product
Universitas Sumatera Utara
kualitasnnya sampai pada kemasan barang. Sedangkan produk yang berupa jasa, mutuKualitas pelayanan adalah pelayanan kepada tamu.
b. Merek meningkatkan efisiensi pembeli. Dengan adanya namamerek maka akan memudahkan pembeli menemukan produk yang dicaridiminati. Hal
ini tentunya lebih efisien dan efektif. c. Membantu menarik perhatian konsumen atas suatu produk baru yang
mungkin memberikan keuntungan bagi mereka. d. Untuk membantu mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
konsumenresiko konsumen, baik resiko dalam hal kesehatan, resiko kesalahan fungsi produk, kesalahan harga, ataupun resiko ketidaklayakan
produkjasa tersebut dikonsumsi. 2. Bagi Produsen, Penjual
a. Memudahkan penjual memproses pesanan dan menelusuri masalah yang ada.
b. Memberikan perlindungan hukum atas tampilan produk yang unik, yang tanpa itu akan dapat ditiru oleh pesaingnya
c. Memberikan penjual kesempatan untuk menarik pelanggan yang setia dan menguntungkan. Kesetiaan merek memberi penjual perlindungan dari
persaingan serta pengendalian yang lebih besar dalam perencanaan program pemasaran.
d. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar e. Membantu membangun citra perusahaan. Dengan membawa nama
perusahaan, merek membantu mengiklankan mutu dan ukuran perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7 Keputusan Pembelian
Proses pengambilan keputusan melibatkan beberapa alternatif karena keputusan selalu mensyaratkan pilihan diantara beberapa perilaku yang berbeda.
Semua aspek pengaruh dan kognisi dilibatkan dalam pengambilan keputusan konsumen termasuk pengetahuan, arti, kepercayaan yang diaktifkan dari ingatan
serta proses pemahaman dari informasi yang didapatkan dari lingkungan. Menurut Setiadi 2003:414 inti dari pengambilan keputusan adalah proses
pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengambilan keputusan dipandang sebagai pemecahan masalah.
Berikut gambar proses pengambilan keputusan menurut Setiadi 2003:16.
Sumber : Setiadi 2003:16
Gambar 2.3 Proses Pengambilan Keputusan
Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal.
Kebutuhan internal berasal dari kebutuhan dasar dari seseorang, sedangkan kebutuhan eksternal, seperti menonton iklan televisi tentang liburan di hawaii
yang memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan suatu pembelian.
Mengenali kebutuhan
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan membeli
Perilaku pasca
pembelian
Universitas Sumatera Utara
2. Pencarian Informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua level rangsangan, yaitu penguatan perhatian dan aktif mencari informasi. Penguatan
informasi dimana orang hanya sekadar lebih peka terhadap informasi produk. Sedangkan pada level aktif mencari informasi, dimana orang mencari bahan
bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
Yang menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber
tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu: sumber pribadi
keluarga, teman, tetangga, sumber komersial iklan, penyalur, sumber pabrik media massa, dan sumber pengalaman pemakaian produk.
3. Evaluasi alternatif Tidak ada proses evaluasi yang sederhana dan tunggal digunakan oleh
konsumen atau bahkan oleh satu konsumen pada seluruh situasi membeli. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model terbaru yang
memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian
atas produk dengan sangat sadar dan rasional.
Universitas Sumatera Utara
4. Keputusan membeli Keputusan membeli adalah tahap evaluasi konsumen dengan membentuk
preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai.
Menurut Kotler dan Keller 2009:202, bahwa dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen dapat membuat lima keputusan pembelian, yaitu:
a. Memilih Produk Konsumen harus mengambil keputusan produk apa yang akan dibeli untuk
memenuhi kebutuhannya. Setiap konsumen mempunyai berbagai pertimbangan dalam memilih produk mana yang akan dipilih.
b. Memilih Merek Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan
dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah
merek. c. Memilih pemasoksaluran pembelian
Konsumen harus mengambil keputusan tentang pemasok mana yang akan dikunjungi. Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan
penyalur bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang yang lengkap, kenyamanan berbelanja, keleluasaan
tempat dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
d. Jumlah pembelian Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk
yang akan dibeli pada suatu saat. Pembeli yang dilakukan mungkin lebih dari satu. Dalam hal ini, perusahaan harus mempersiapkan banyaknya
produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari pembeli. e. Memilih waktu pembelian
Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa berbeda- beda. Misalnya ada yang membeli satu minggu sekali, sebulan sekali
disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan. f. Metode pembayaran
Merupakan tahap terakhir pada keputusan pembelian yakni menentukan metode pembayaran. Apakah dilakukan dengan cara tunai atau kredit.
5. Perilaku pasca pembelian Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidak sesuaian karena
memperhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap
informasi yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran harus memasok keyakinan dan evaluasi yang mengukuhkan pilihan konsumen dan
membantu dia merasa nyaman dengan merek.
2.1.8 Penelitian Terdahulu
Sitohang 2011, melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Citra Merek Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Produk Sophie Martin
Pada Mahasiswa Lembaga Pendidikan Politeknik MBP Medan”. Hasil Penelitian
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa Brand Image merek Sophie martin memberikan pengaruh sebesar 49,6 terhadap keputusan pembelian mahasiswa lembaga pendidikan
politeknik MBP Medan dan sisanya 50,4 dipengaruhi oleh faktor lain.
2.1.9 Kerangka konseptual
Setiap perusahaan dituntut untuk mampu melakukan inovasi dan lebih kreatif dalam usaha pengembangan produk. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi
perusahaan. karena bila perusahaan tidak mampu mengembangkan produknya atau menciptakan produk baru maka perusahaan akan menghadapi resiko seperti
penurunan volume penjualan dan pangsa pasar. Menurut Kotler dan Armstrong 2008:316, pengembangan produk adalah mengembangkan konsep produk
menjadi produk nyata untuk dapat memastikan bahwa ide produk dapat diubah menjadi produk yang bisa dikerjakan.
Menurut Kotler dan Keller 2009:309 dalam proses penerimaan pengembangan produk inovasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
keunggulan relatif relative advantage, kompleksitas compatibility, kerumitan complexity, kemampuan dipecah-pecah divisibility, dan kemampuan
komunikasi communicability. Konsumen akan membuat keputusan untuk membeli suatu produk apabila
produk tersebut memiliki nilai lebih dibandingkan produk lainnya. Inovasi terpenting yang dapat dilakukan perusahaan adalah pembaharuan yang
menyangkut produk itu sendiri, karena produk menjadi alasan utama seseorang untuk memilih dan membelinya. Banyak modifikasi notebook yang dilakukan saat
ini umumnya menyangkut pengembangan produk dan komponen-komponen yang
Universitas Sumatera Utara
lebih berteknologi. Hal ini dilakukan untuk memenuhi keinginan konsumen akan produk yang semakin bervariasi dan berteknologi sehingga konsumen akan
produk yang semakin bervariasi dan berteknologi sehingga konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut.
Selain pengembangan produk, faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah citra merek. Menurut Supranto dan Nandan 2007:132, citra
merek adalah apa yang konsumen pikir atau rasakan ketika mereka mendengar atau melihat nama suatu merek atau pada intinya apa yang konsumen telah
pelajari tentang merek. Citra merek disebut juga memori merek yang skematik, berisi interpretasi pasar sasaran tentang atributkarakteristik produk, manfaat
produk, situasi penggunaan dan karakteritik manufakturpemasar. Menurut Rangkuti 2004:2-4, merek suatu produk dapat mengandung beberapa pengertian
bagi konsumen yang dapat dilihat juga sebagai pembentuk citra merek, antara lain: Atribut, Manfaat, nilai, dan Kepribadian.
Citra merek dibangun berdasarkan kesan, pemikiran ataupun pengalaman yang dialami seseorang terhadap suatu merek yang pada akhirnya akan
membentuk sikap terhadap merek yang bersangkutan Setiadi, 2003:180. Kesan yang dibangun haruslah kuat tertanam di benak konsumen karena keputusan
konsumen sering sekali didasari oleh kesan dari citra merek yang meliputi manfaat yang ditawarkan produk dan kualitas tersirat yang diungkapkan melalui
merek. Citra yang positif dapat menimbulkan perilaku yang positif terhadap konsumen Durianto dkk, 2001:68. Citra merek sering digunakan sebagai
pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian.
Universitas Sumatera Utara
Dari keterangan di atas, maka dapat dibuat kerangka konseptual yang dapat dilihat pada Gambar 2.4 yang menunjukkan hubungan ke semua faktor,
adalah sebagai berikut:
Sumber : Kotler dan Keller 2009:309, Rangkuti 2004:2-4, Kotler dan Kevin 2009:202Diolah
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual
2.10 Hipotesis