0004.53A25.5 Hambatan Kendala Dalam Pelaksanaan Sistem Pembayaran KPR

commit to user 90 Tabel 3.4 Daftar Tagihan Angsuran Debitur Kolektif PT. Bank X Bulan April 2010 No No. Debitur Nama Debitur Angsuran Rp Keterangan 1. 0004.531.A25.5 Tri Hasih 350.000 Staf PT. Bank X

2. 0004.434.A67.9

Yasmine 370.000 Staf PT. Bank X A Jumlah 720.000 B Fee 1 X A 7.200 C PPH 5 X B 360 D Yang Disetor Ke BTN 712.440 A-B-C Setelah terbentuk kode kolektor dan rekening giro penampung, maka proses pembayaran angsuran kolektif siap untuk dilakukan. Proses pembayaran angsuran ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pembayaran angsuran kolektif oleh kolektor langsung dan pembayaran angsuran kolektif melalui petugas kolektif di Bank BTN. Uraian di atas dapat diilustrasikan dalam bentuk bagan 3.6 berikut ini. commit to user 91 Bagan 3.6 Sistem Pembayaran Kolektif di Bank BTN Cabang Solo Petugas Angsuran Kolektif Bersama dengan pembentukan kode kolektor Bersama dengan surat tata cara pembayaran angsuran kolektif Membuat surat pemberitahuan angsuran ke-2 SKPG DDK realisasi baru SPD5 Membuka rekening giro penampungan 1 2 Daftar tagihan angsuran debitur 1 Kolektor menyetor langsung angsuran ke bank Kolektor menyetor melalui unit kolektif bank commit to user 92 3 Sistem Pembayaran Angsuran Kolektif a Pembayaran angsuran kolektif oleh kolektor langsung Cara pembayaran angsuran kolektif yang pertama adalah bendahara atau kolektor dari instansi debitur langsung memotong gaji per bulan dari debitur kolektif. Kemudian kolektor membayar secara tunai pada nomor giro penampungan debitur ke loket Bank BTN dengan mengisi form slip angsuran senilai jumlah angsuran semua debitur kolektifnya. Teller kemudian akan melakukan input data pembayaran angsuran dan mencetak bukti setoran rangkap dua yang masing-masing akan diserahkan kepada kolektor dan accounting. Bukti setoran sebelum diberikan kepada Bookkeeping and Control terlebih dahulu akan diarsip sementara sesuai dengan tanggal transaksi pembayaran oleh teller. Kemudian pada akhir jam kerja teller akan menghitung saldo awal dan akhir atas sejumlah transaksi yang terjadi pada waktu itu. Dengan mencocokkan saldo awal dan saldo akhir maka akan dapat diketahui penerimaan dan pengeluaran kas posisi terakhir. Cetakan atas kas inilah yang akan digunakan oleh Head teller sebagai dasar pengecekan terhadap jumlah uang yang diterima. Setelah Head Teller menyatakan bahwa pengecekan tersebut cocok, maka akan segera diotorisasi oleh Kasie Retail Service untuk kemudian di simpan di brankas atas sejumlah uang tersebut. Sementara untuk cetakan penerimaan kas dan pengeluaran kas akan disimpan sebagai arsip sesuai commit to user 93 tanggalnya. Bersamaan dengan hal itu, Bookkeeping and Control yang juga sudah menerima bukti setoran dari teller segera menindaklanjuti dengan mengentry data yang tertulis dalam bukti setoran ke dalam general ledger sebagai arsip pembukuan Bank. Dengan cara pertama ini, maka debitur berkewajiban mengirimkan dan atau menyetorkan angsuran debitur kolektif kepada Bank BTN paling lambat tanggal 10 bulan bersangkutan dan pada saat hari kerja dan apabila penyetoran melampaui bulan pemotongan, maka debitur bersedia menanggung beban denda sesuai ketentuan Bank BTN. Dalam hal ini karena kolektor menyetorkan sendiri angsuran debitur kolektif kepada Bank BTN maka pada saat itu juga kolektor menerima bukti setor setiap debitur kolektif. Uraian di atas dapat diilustrasikan dalam bentuk bagan 3.7 berikut ini. . commit to user 94 Bagan 3.7 Pembayaran Angsuran Kolektif Oleh Kolektor Langsung Kolektor Kolektor Bookkeeping and Control Teller menghitung saldo awal akhir pada akhir jam kerja Mencetak penerimaan pengeluaran kas posisi terakhir Penerimaan kas Pengeluaran kas Otorisasi oleh Kasie Retail Service Head Teller mencocokkan penerimaan pengeluaran kas dengan uang yang diterima Uang disimpan di brankas setelah otorisasi Penerimaan kas Pengeluaran kas T T 1 2 Entry General Ledger General Ledger Finish T Slip angsuran 1 1 Kolektor membayar angsuran Input data 2 Slip angsuran 1 1 2 Bukti setoran 1 2 commit to user 95 b Pembayaran angsuran kolektif melalui petugas kolektif di Bank BTN Cara pembayaran angsuran kolektif yang kedua adalah pengambilan pembayaran angsuran kolektif oleh pihak Bank BTN, dalam hal ini adalah pengambilan oleh petugas angsuran kolektif yang mana petugas harus menyerahkan rekap daftar tagihan angsuran debitur kolektif, kemudian debitur melalui kolektor menyerahkan atau menyetorkan sejumlah uang berdasarkan tagihan angsuran debitur kolektif. Dari sejumlah uang yang disetorkan itu, kolektor berhak menerima fee s ebesar 1 satu persen dari jumlah uang yang disetorkan kepada petugas angsuran kolektif setelah sebelumnya dipotong PPh Ps.21 sebesar 5 lima persen dari fee yang dibayarkan. Sejumlah uang yang sudah dikumpulkan oleh petugas kolektif dari kolektor kemudian segera dibayarkan ke teller. Proses pembayaran ke teller sama seperti proses pembayaran dengan cara yang pertama, tetapi yang membedakan adalah pada bukti setor. Bukti setor pada pembayaran angsuran ini diberikan oleh teller kepada petugas kolektif sedangkan pada cara yang pertama diberikan kepada kolektor karena kolektor yang membayar langsung ke teller. Bukti setor yang diterima oleh petugas kolektif ini kemudian akan diserahkan kepada debitur melalui kolektor pada saat pengambilan angsuran commit to user 96 debitur kolektif pada bulan berikutnya. Uraian di atas dapat diilustrasikan dalam bentuk bagan 3.8 berikut ini. Bagan 3.8 Pembayaran Angsuran Kolektif Melalui Petugas Kolektif Bank Kolektor Dengan menunjukkan daftar tagihan angsuran debitur Penyetoran ke teller sesuai dengan pembayaran melalui kolektor langsung. Proses ini sampai pada input data oleh teller Proses 1 2 yang digambarkan dalam bentuk symbol sama seperti proses pada teller service dan bookkeeping control 2 1 Finish Petugas kolektif menarik angsuran ke kolektor 2 Daftar tagihan angsuran debitur Petugas kolektif menyetor uang ke teller Bukti setor debitur melalui kolektor senilai jumlah uang 2 Bukti setoran 1 commit to user 97

c. Keluaran

Output Sistem Pembayaran Kolektif Keluaran atau output yang diharapkan dari dijalankannya Sistem Pembayaran Kolektif ini menurut narasumber penulis adalah sebagai berikut. “Hasil yang diharapkan dari Sistem pembayaran angsuran kolektif yang dijalankan ini bertujuan untuk memberikan keamanan pembayaran angsuran, mempermudah debitur dalam membayar angsurannya, jadi debitur tidak perlu susah-susah untuk mengantri di loket, terus dengan sistem ini sekaligus mampu memperluas hubungan secara langsung dengan instansi debitur…….” Sehono, Petugas Kolektif Bank BTN Cabang Solo, 21 Juli 2010 Pendapat dari narasumber ini juga didukung dengan adanya data yang penulis dapatkan dari Bank BTN Solo Bulan Februari Sampai Juni Tahun 2010 yang menunjukkan bahwa rata-rata per bulannya jumlah debitur kolektif menyumbang kurang lebih 40 dari perkembangan jumlah debitur KPR secara keseluruhan KPR dengan semua sistem atau cara pembayaran. Selain itu, data menunjukkan per bulannya sistem pembayaran kolektif hanya menyumbang hampir 0,1 dari NPL secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini. commit to user 98 Tabel 3.5 Data Perkembangan jumlah debitur KPR, debitur kolektif, dan sumbangan NPL debitur kolektif terhadap NPL debitur KPR Bank BTN Solo Bulan Februari Sampai Juni Tahun 2010 N o Bulan Debitur KPR Debitur Kolektif Jumlah Debitu r Jumlah Angsuran Jumlah Tunggakan Jumlah Debitu r Jumlah Angsuran Jumlah Tunggaka n 1 Februar i 12.973 2.396.816.74 7 75.755.017 5.254 2.192.103.95 8 6.249.330 2 Maret 13.031 3.293.699.31 8 82.565.779 5.268 2.238.820.72 6 3 April 13.109 2.521.311.42 2 98.934.111 5.223 2.258.095.91 1 4 Mei 13.152 2.580.402.99 102.783.50 6 5.229 2.285.857.09 8 1.707.100 5 Juni 13.214 2.617.192.80 6 99.901.199 5.252 2.327.387.08 3 869.500 Sumber data : DDM KPR DDM Kolektif, PT. BTN Persero Cabang Solo, 2010 Lanjutan Tabel 3.5 No Bulan Debitur Kolektif Terhadap Debitur KPR Jumlah Debitur NPL Kolektiff NPL KPR NPL Kolektif Terhadap NPL KPR 1 Februari 40,50 0,29 3,16 0,09 2 Maret 40,43 2,51 3 April 39,84 3,92 commit to user 99 4 Mei 39,76 0,07 3,98 0,02 5 Juni 39,75 0,04 3,82 0,01 Sumber data : DDM KPR DDM Kolektif, PT. BTN Persero Cabang Solo, 2010

2. Hambatan Kendala Dalam Pelaksanaan Sistem Pembayaran KPR

Melalui Angsuran Kolektif Pada PT. BTN Persero Cabang Solo Dalam pelaksanaan suatu sistem tentunya akan dijumpai hambatan- hambatan yang muncul dalam prosesnya, sama halnya dengan sistem pembayaran kolektif pada Bank BTN. Hambatan-hambatan yang muncul dalam sistem kolektif ini sebagaimana dipaparkan oleh bapak Sehono petugas angsuran kolektif : 15 Juli 2010 adalah sebagai berikut: 1. Mutasi debitur ke daerah Hal ini terjadi pada perusahaan yang sering melakukan mutasi atas karyawannya ke berbagai daerah cabang perusahaan sehingga karena terlalu sibuk untuk mengurus kepindahannya, mengakibatkan debitur lupa untuk menginformasikan kepada Bank BTN untuk dikolektifkan di daerah tempat barunya bekerja. Kejadian seperti ini mengakibatkan pembayaran angsuran KPR tertunda. 2. Pergantian pimpinan perusahaan debitur Beberapa perusahaan setiap adanya pergantian pimpinan baru, kebijaksanaanya seringkali berubah dan tidak mau lagi melanjutkan kebijaksanaan pimpinan lama, misalnya sehubungan dengan MOU kerja sama yang telah disepakati antara pimpinan lama perusahaan tersebut dengan Bank BTN. 3. Debitur di PHK commit to user 100 Dalam perjalanan pembayaran kewajiban kreditnya, dijumpai debitur yang tidak bisa melanjutkan angsuran pada bulan-bulan berikutnya padahal semula pembayaran angsuran atas debitur tersebut lancar-lancar saja. Ternyata setelah ditelusuri debitur tersebut di PHK. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam sistem pembayaran KPR melalui angsuran kolektif : 1. Untuk mengatasi hambatan terkait dengan mutasi debitur, maka pihak debitur supaya menginformasikan terlebih dahulu kepada Bank BTN seputar mutasi atas dirinya. Dengan adanya komunikasi atas informasi dari debitur, maka dengan segera pihak BTN bisa mengkolektifkan debitur pada cabang BTN di daerah tempat debitur baru bekerja. 2. Berhubung pimpinan baru instansi debitur bekerja tidak mau melanjutkan kebijaksanaan pimpinan yang lama terkait MOU dengan Bank BTN, maka di sini petugas angsuran kolektif harus bisa mengadakan pendekatan dengan pimpinan baru tersebut untuk meyakinkan pimpinan tersebut dengan cara mengajak makan bersama atau pun dengan cara lainnya yang dapat menyentuh hati pimpinan tersebut. 3. Dalam proses kredit, BI checking debitur dan SP3K sesuai dengan kebijakan Bank BTN yang ada harus di crosscheck kembali selama enam bulan 6 bulan sekali. Pengecekan tersebut salah satunya mengenai konfirmasi pekerjaan debitur, yakni apakah debitur yang bersangkutan masih bekerja di instansi yang sama pada waktu perjanjian kredit. commit to user 101

3. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pembayaran KPR Melalui Angsuran