commit to user 90
Tabel 3.4 Daftar Tagihan Angsuran Debitur Kolektif
PT. Bank X Bulan April 2010 No
No. Debitur Nama Debitur
Angsuran Rp
Keterangan
1. 0004.531.A25.5
Tri Hasih 350.000
Staf PT. Bank X
2. 0004.434.A67.9
Yasmine 370.000
Staf PT. Bank X
A Jumlah
720.000
B Fee 1 X A
7.200 C
PPH 5 X B 360
D Yang Disetor Ke BTN
712.440 A-B-C
Setelah terbentuk kode kolektor dan rekening giro penampung, maka proses pembayaran angsuran kolektif siap untuk dilakukan.
Proses pembayaran angsuran ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pembayaran angsuran kolektif oleh kolektor langsung dan
pembayaran angsuran kolektif melalui petugas kolektif di Bank BTN. Uraian di atas dapat diilustrasikan dalam bentuk bagan 3.6 berikut ini.
commit to user 91
Bagan 3.6 Sistem Pembayaran Kolektif di Bank BTN Cabang Solo
Petugas Angsuran Kolektif
Bersama dengan
pembentukan kode
kolektor
Bersama dengan surat tata cara pembayaran
angsuran kolektif Membuat surat
pemberitahuan angsuran ke-2
SKPG DDK realisasi baru
SPD5
Membuka rekening giro penampungan
1 2
Daftar tagihan angsuran debitur
1
Kolektor menyetor langsung angsuran
ke bank Kolektor menyetor
melalui unit kolektif bank
commit to user 92
3 Sistem Pembayaran Angsuran Kolektif a
Pembayaran angsuran kolektif oleh kolektor langsung Cara pembayaran angsuran kolektif yang pertama adalah
bendahara atau kolektor dari instansi debitur langsung memotong gaji per bulan dari debitur kolektif. Kemudian kolektor membayar
secara tunai pada nomor giro penampungan debitur ke loket Bank BTN dengan mengisi form slip angsuran senilai jumlah angsuran
semua debitur kolektifnya. Teller kemudian akan melakukan input data pembayaran angsuran dan mencetak bukti setoran rangkap dua
yang masing-masing akan diserahkan kepada kolektor dan accounting. Bukti setoran sebelum diberikan kepada
Bookkeeping and Control
terlebih dahulu akan diarsip sementara sesuai dengan tanggal transaksi pembayaran oleh teller. Kemudian pada akhir jam
kerja teller akan menghitung saldo awal dan akhir atas sejumlah transaksi yang terjadi pada waktu itu. Dengan mencocokkan saldo
awal dan saldo akhir maka akan dapat diketahui penerimaan dan pengeluaran kas posisi terakhir. Cetakan atas kas inilah yang akan
digunakan oleh
Head teller
sebagai dasar pengecekan terhadap jumlah uang yang diterima. Setelah
Head Teller
menyatakan bahwa pengecekan tersebut cocok, maka akan segera diotorisasi
oleh
Kasie Retail Service
untuk kemudian di simpan di brankas atas sejumlah uang tersebut. Sementara untuk cetakan penerimaan
kas dan pengeluaran kas akan disimpan sebagai arsip sesuai
commit to user 93
tanggalnya. Bersamaan dengan hal itu,
Bookkeeping and Control
yang juga sudah menerima bukti setoran dari teller segera menindaklanjuti dengan mengentry data yang tertulis dalam bukti
setoran ke dalam
general ledger
sebagai arsip pembukuan Bank. Dengan cara pertama ini, maka debitur berkewajiban mengirimkan
dan atau menyetorkan angsuran debitur kolektif kepada Bank BTN paling lambat tanggal 10 bulan bersangkutan dan pada saat hari
kerja dan apabila penyetoran melampaui bulan pemotongan, maka debitur bersedia menanggung beban denda sesuai ketentuan Bank
BTN. Dalam hal ini karena kolektor menyetorkan sendiri angsuran debitur kolektif kepada Bank BTN maka pada saat itu juga
kolektor menerima bukti setor setiap debitur kolektif. Uraian di atas dapat diilustrasikan dalam bentuk bagan 3.7 berikut ini.
.
commit to user 94
Bagan 3.7
Pembayaran Angsuran Kolektif Oleh Kolektor Langsung
Kolektor
Kolektor
Bookkeeping and Control
Teller menghitung saldo awal akhir
pada akhir jam kerja
Mencetak penerimaan
pengeluaran kas posisi terakhir
Penerimaan kas Pengeluaran kas
Otorisasi oleh Kasie Retail Service
Head Teller mencocokkan penerimaan
pengeluaran kas dengan uang yang diterima
Uang disimpan di brankas
setelah otorisasi
Penerimaan kas Pengeluaran kas
T T
1
2
Entry General Ledger
General Ledger
Finish T
Slip angsuran 1 1
Kolektor membayar
angsuran
Input data
2 Slip angsuran 1
1 2
Bukti setoran 1
2
commit to user 95
b Pembayaran angsuran kolektif melalui petugas kolektif di Bank
BTN Cara pembayaran angsuran kolektif yang kedua adalah
pengambilan pembayaran angsuran kolektif oleh pihak Bank BTN, dalam hal ini adalah pengambilan oleh petugas angsuran kolektif
yang mana petugas harus menyerahkan rekap daftar tagihan angsuran debitur kolektif, kemudian debitur melalui kolektor
menyerahkan atau menyetorkan sejumlah uang berdasarkan tagihan angsuran debitur kolektif. Dari sejumlah uang yang
disetorkan itu, kolektor berhak menerima
fee s
ebesar 1 satu persen dari jumlah uang yang disetorkan kepada petugas angsuran
kolektif setelah sebelumnya dipotong PPh Ps.21 sebesar 5 lima persen dari
fee
yang dibayarkan. Sejumlah uang yang sudah dikumpulkan oleh petugas kolektif dari kolektor kemudian segera
dibayarkan ke teller. Proses pembayaran ke teller sama seperti proses pembayaran dengan cara yang pertama, tetapi yang
membedakan adalah pada bukti setor. Bukti setor pada pembayaran angsuran ini diberikan oleh teller kepada petugas kolektif
sedangkan pada cara yang pertama diberikan kepada kolektor karena kolektor yang membayar langsung ke teller. Bukti setor
yang diterima oleh petugas kolektif ini kemudian akan diserahkan kepada debitur melalui kolektor pada saat pengambilan angsuran
commit to user 96
debitur kolektif pada bulan berikutnya. Uraian di atas dapat diilustrasikan dalam bentuk bagan 3.8 berikut ini.
Bagan 3.8 Pembayaran Angsuran Kolektif Melalui Petugas Kolektif Bank
Kolektor
Dengan menunjukkan daftar
tagihan angsuran debitur
Penyetoran ke teller sesuai dengan
pembayaran melalui kolektor langsung.
Proses ini sampai pada input data oleh teller
Proses 1 2 yang digambarkan dalam bentuk symbol sama seperti proses
pada teller service dan bookkeeping control
2 1
Finish Petugas kolektif
menarik angsuran ke kolektor
2
Daftar tagihan angsuran debitur
Petugas kolektif menyetor uang
ke teller Bukti setor debitur
melalui kolektor senilai jumlah uang
2 Bukti setoran 1
commit to user 97
c. Keluaran
Output
Sistem Pembayaran Kolektif
Keluaran atau output yang diharapkan dari dijalankannya Sistem Pembayaran Kolektif ini menurut narasumber penulis adalah sebagai
berikut.
“Hasil yang diharapkan dari Sistem pembayaran angsuran kolektif yang dijalankan ini bertujuan untuk memberikan keamanan
pembayaran angsuran, mempermudah debitur dalam membayar angsurannya, jadi debitur tidak perlu susah-susah untuk mengantri
di loket, terus dengan sistem ini sekaligus mampu memperluas hubungan secara langsung dengan instansi debitur…….” Sehono,
Petugas Kolektif
Bank BTN Cabang Solo, 21 Juli 2010 Pendapat dari narasumber ini juga didukung dengan adanya data
yang penulis dapatkan dari Bank BTN Solo Bulan Februari Sampai Juni Tahun 2010 yang menunjukkan bahwa rata-rata per bulannya jumlah
debitur kolektif menyumbang kurang lebih 40 dari perkembangan jumlah debitur KPR secara keseluruhan KPR dengan semua sistem atau
cara pembayaran. Selain itu, data menunjukkan per bulannya sistem pembayaran kolektif hanya menyumbang hampir 0,1 dari NPL secara
keseluruhan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini.
commit to user 98
Tabel 3.5 Data Perkembangan jumlah debitur KPR, debitur kolektif, dan
sumbangan NPL debitur kolektif terhadap NPL debitur KPR Bank BTN Solo Bulan Februari Sampai Juni Tahun 2010
N
o Bulan
Debitur KPR Debitur Kolektif
Jumlah Debitu
r Jumlah
Angsuran Jumlah
Tunggakan Jumlah
Debitu r
Jumlah Angsuran
Jumlah Tunggaka
n 1
Februar i
12.973 2.396.816.74
7 75.755.017
5.254 2.192.103.95
8 6.249.330
2 Maret
13.031 3.293.699.31
8 82.565.779
5.268 2.238.820.72
6
3 April
13.109 2.521.311.42
2 98.934.111
5.223 2.258.095.91
1
4 Mei
13.152 2.580.402.99
102.783.50 6
5.229 2.285.857.09
8 1.707.100
5 Juni
13.214 2.617.192.80
6 99.901.199
5.252 2.327.387.08
3 869.500
Sumber data : DDM KPR DDM Kolektif, PT. BTN Persero Cabang Solo, 2010
Lanjutan Tabel 3.5
No Bulan
Debitur Kolektif Terhadap Debitur KPR Jumlah
Debitur NPL
Kolektiff NPL
KPR NPL Kolektif Terhadap
NPL KPR 1
Februari 40,50
0,29 3,16
0,09
2 Maret
40,43 2,51
3 April
39,84 3,92
commit to user 99
4 Mei
39,76 0,07
3,98 0,02
5 Juni
39,75 0,04
3,82 0,01
Sumber data : DDM KPR DDM Kolektif, PT. BTN Persero Cabang Solo, 2010
2. Hambatan Kendala Dalam Pelaksanaan Sistem Pembayaran KPR
Melalui Angsuran Kolektif Pada PT. BTN Persero Cabang Solo
Dalam pelaksanaan suatu sistem tentunya akan dijumpai hambatan- hambatan yang muncul dalam prosesnya, sama halnya dengan sistem
pembayaran kolektif pada Bank BTN. Hambatan-hambatan yang muncul dalam sistem kolektif ini sebagaimana dipaparkan oleh bapak Sehono petugas
angsuran kolektif : 15 Juli 2010 adalah sebagai berikut: 1.
Mutasi debitur ke daerah Hal ini terjadi pada perusahaan yang sering melakukan mutasi atas
karyawannya ke berbagai daerah cabang perusahaan sehingga karena terlalu sibuk untuk mengurus kepindahannya, mengakibatkan debitur lupa
untuk menginformasikan kepada Bank BTN untuk dikolektifkan di daerah tempat barunya bekerja. Kejadian seperti ini mengakibatkan pembayaran
angsuran KPR tertunda. 2.
Pergantian pimpinan perusahaan debitur Beberapa perusahaan setiap adanya pergantian pimpinan baru,
kebijaksanaanya seringkali berubah dan tidak mau lagi melanjutkan kebijaksanaan pimpinan lama, misalnya sehubungan dengan MOU kerja
sama yang telah disepakati antara pimpinan lama perusahaan tersebut dengan Bank BTN.
3. Debitur di PHK
commit to user 100
Dalam perjalanan pembayaran kewajiban kreditnya, dijumpai debitur yang tidak bisa melanjutkan angsuran pada bulan-bulan berikutnya padahal
semula pembayaran angsuran atas debitur tersebut lancar-lancar saja. Ternyata setelah ditelusuri debitur tersebut di PHK.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam sistem pembayaran KPR melalui angsuran kolektif :
1. Untuk mengatasi hambatan terkait dengan mutasi debitur, maka pihak
debitur supaya menginformasikan terlebih dahulu kepada Bank BTN seputar mutasi atas dirinya. Dengan adanya komunikasi atas informasi dari
debitur, maka dengan segera pihak BTN bisa mengkolektifkan debitur pada cabang BTN di daerah tempat debitur baru bekerja.
2. Berhubung pimpinan baru instansi debitur bekerja tidak mau melanjutkan
kebijaksanaan pimpinan yang lama terkait MOU dengan Bank BTN, maka di sini petugas angsuran kolektif harus bisa mengadakan pendekatan
dengan pimpinan baru tersebut untuk meyakinkan pimpinan tersebut dengan cara mengajak makan bersama atau pun dengan cara lainnya yang
dapat menyentuh hati pimpinan tersebut. 3.
Dalam proses kredit, BI checking debitur dan SP3K sesuai dengan kebijakan Bank BTN yang ada harus di crosscheck kembali selama enam
bulan 6 bulan sekali. Pengecekan tersebut salah satunya mengenai konfirmasi pekerjaan debitur, yakni apakah debitur yang bersangkutan
masih bekerja di instansi yang sama pada waktu perjanjian kredit.
commit to user 101
3. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pembayaran KPR Melalui Angsuran