commit to user 84
h Surat Kuasa Pemotongan Gaji SKPG
Surat kuasa yang diberikan oleh debitur kepada unit
Loan Service
pada saat akan mengajukan permohonan kredit yang memuat kuasa pegawai kepada bendaharawan gaji yang diketahui pimpinan
instansi untuk memotong gaji sebagai angsuran kredit. i
Daftar tagihan angsuran debitur kolektif Merupakan dokumen yang akan digunakan oleh petugas kolektif
untuk menagih pembayaran debitur kepada bendaharawan gaji instansi debitur.
3 Sistem Akuntansi yang Digunakan
Sistem akuntansi yang digunakan Bank BTN adalah sistem SIBS
Sylvester Integrated Banking Sistem
, yakni merupakan sistem yang bekerja secara
online
dari BTN pusat, sehingga petugas
Bookkeeping and Control Unit
dari masing-masing cabang termasuk cabang Solo hanya tinggal memasukkan data saja dan otomatis
general ledger
yang akan dicetak tiap harinya akan keluar secara otomatis.
b. Proses Sistem Pembayaran Kolektif
Ada beberapa tahapan dalam Sistem Pembayaran Kolektif yang
dijalankan di Bank BTN Cabang Solo, sebagai berikut:
1 Pra-Sistem Pembayaran Kolektif
Pada saat ada berkas permohonan kredit baru masuk ke
Loan Service LS
dari beberapa calon debitur yang bekerja dalam perusahaan yang sama, maka pihak LS wajib menyarankan untuk
commit to user 85
kolektif. Setelah unit LS menerima berkas permohonan kredit yang dikolektifkan maka unit LS akan memberikan data dan alamat
perusahaan calon debitur ke unit kolektif. Kemudian. unit kolektif akan melakukan negosiasi langsung ke perusahaan calon debitur
bekerja untuk menanyakan kesediaan pihak perusahaan melakukan pemotongan gaji atas karyawannya sesuai dengan Surat Kuasa
Pemotongan Gaji SKPG yang sudah ditandatangani. Apabila pihak perusahaan bersedia untuk memotong gaji karyawannya, maka akan
ditindaklanjuti dengan
penandatanganan
Memorandum of
Understanding
MOU yang sudah disiapkan sebelumnya oleh unit kolektif. Penandatanganan MOU ini sekaligus menandai adanya kerja
sama yang akan berlangsung seterusnya antara Bank BTN dengan pihak perusahaan yang karyawannya merupakan calon debitur BTN.
Adapun ketentuan-ketentuan bagi instansi yang akan bekerjasama untuk kolektif dengan Bank BTN, diantaranya: debitur, bendahara gaji
dan pimpinan instansi tersebut menyetujui angsuran potong gaji, jumlah debitur di instansi tersebut minimal 10 orang, debitur bisa
lebih dari 1 orang saja asal di instansi tersebut mempunyai banyak karyawan dan dimungkinkan masih banyak yang akan mengambil
KPR BTN berdasarkan analisa petugas dan dibantu seksi terkait. Berdasarkan hasil kunjungan ke instansi tersebut, unit kolektif
merekomendasikan kepada unit LS bahwa instansi tersebut dapat dikolektifkan dan hasil rekomendasi ini yang akan dibuat oleh Unit LS
commit to user 86
untuk diajukan ke Kelompok Pemutus Kredit KPK. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk berkas permohonan-permohonan kredit baru
berikutnya di mana perusahaan tempat calon debitur bekerja telah bekerja sama dengan Bank BTN tidak perlu dilakukan negoisasi
langsung ke perusahaan calon debitur baru oleh unit kolektif, karena berdasarkan MOU tersebut dinyatakan bahwa karyawan-karyawan dari
perusahaan yang telah menjalin kerja sama dengan Bank BTN apabila akan mengambil kredit di Bank ini, akan langsung diikutsertakan
secara kolektif. Sehingga dalam proses kreditnya cukup dengan mengkonfirmasi gaji calon debitur oleh unit LS ke bendahara gaji
instansi untuk menanyakan apakah gaji calon debitur tersebut masih dapat dikolektifkan atau tidak.
Dengan adanya konfirmasi gaji calon debitur oleh unit LS ini, maka pada saat persetujuan kredit sudah dapat di pastikan bahwa calon
debitur itu kolektif atau tidak. Setelah disetujui dan debitur realisasi maka akan langsung Plag kode kolektif pada debitur yang kolektif.
Plag kode kolektif ini sebagai tanda pembayaran angsuran KPR oleh debitur yang disetujui kreditnya akan dilakukan dengan sistem
pembayaran kolektif. 2
Proses Sistem Pembayaran Kolektif Sistem pembayaran kolektif sebagaimana penjelasan di atas
ditandai dengan plag kode kolektif pada debitur yang kolektif. Proses ini dilakukan setelah kredit disetujui dan debitur realisasi sampai
commit to user 87
diterbitkannya SPD5 Surat Perjanjian Debitur rangkap lima 5 yang salah satunya diberikan kepada unit kolektif oleh unit
Loan Service
dengan dilampiri SKPG Surat Kuasa Pemotongan Gaji yang telah ditandatangani oleh
Branch Manager
agar disampaikan kepada unit kolektif untuk dibuatkan Surat Pemberitahuan Angsuran Kedua ke
masing-masing kolektor. SKPG adalah surat kuasa yang diberikan oleh debitur kepada Bank BTN pada saat mengajukan permohonan kredit
yang memuat kuasa pegawai atau karyawan atau anggota kepada bendaharawan atau bendahara gaji atau juru bayar gaji yang diketahui
oleh pimpinan instansi atau perusahaan untuk memotong gaji sebagai angsuran kredit. Kolektor dalam hal ini adalah orang atau badan usaha
atau bendahara gaji yang ditunjuk oleh debitur untuk mengumpulkan pembayaran angsuran regular debitur setiap bulannya, yang
selanjutnya pembayaran angsuran tersebut disetorkan sendiri oleh kolektor ke Bank BTN atau setoran angsuran debitur diambil oleh
pihak Bank BTN. Uraian di atas dapat diilustrasikan dalam bentuk bagan 3.5 berikut ini.
commit to user 88
Bagan 3.5 Sistem Pembayaran Kolektif di Bank BTN Cabang Solo
Petugas Loan Service
Proses pembayaran dengan cara kolektif selanjutnya menjadi tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh petugas angsuran
kolektif atau unit kolektif sesuai dengan
Standart Operating Procedures SOP
yang berlaku di Bank BTN. Petugas angsuran kolektif yang telah membuat Surat Pemberitahuan Angsuran Kedua
atas instruksi berdasarkan SPD5 dan SKPG yang ada, akan mengirimkan surat tersebut kepada kolektor dan kepada debitur
Mulai
plag kode kolektif pada
debitur kolektif
Memberikan DDK realisasi baru SPD5
SKPG kepada petugas kolektif
SKPG DDK realisasi baru
SPD5
1
commit to user 89
dengan dilengkapi Surat Tata Cara Pembayaran Angsuran Kolektif. Surat ini hanya akan dibuat apabila kolektor yang dimaksud
merupakan kolektor baru BTN yang belum terlibat dalam hubungan kerja dengan BTN. Selain membuat surat tata cara pembayaran,
petugas angsuran kolektif juga harus membuka nomor rekening giro penampungan dan membentuk kode kolektor bagi kolektor baru yang
diajukan lewat
Collection and Work Out CWO
kepada
Branch Manager
,
up Operation Section Head
, dan
Ritel Service Section Head
yang didalamnya memuat nama instansi, alamat instansi, bendahara gaji, jumlah debitur yang kolektif lewat instansi tersebut dengan
dilampiri KTP debitur, formulir pembukaan rekening nasabah lembaga, dan daftar tagihan angsuran debitur kolektif. Berikut ini
penulis cantumkan contoh daftar tagihan angsuran debitur kolektif dalam bentuk rekayasa.
commit to user 90
Tabel 3.4 Daftar Tagihan Angsuran Debitur Kolektif
PT. Bank X Bulan April 2010 No
No. Debitur Nama Debitur
Angsuran Rp
Keterangan
1. 0004.531.A25.5
Tri Hasih 350.000
Staf PT. Bank X
2. 0004.434.A67.9
Yasmine 370.000
Staf PT. Bank X
A Jumlah
720.000
B Fee 1 X A
7.200 C
PPH 5 X B 360
D Yang Disetor Ke BTN
712.440 A-B-C
Setelah terbentuk kode kolektor dan rekening giro penampung, maka proses pembayaran angsuran kolektif siap untuk dilakukan.
Proses pembayaran angsuran ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pembayaran angsuran kolektif oleh kolektor langsung dan
pembayaran angsuran kolektif melalui petugas kolektif di Bank BTN. Uraian di atas dapat diilustrasikan dalam bentuk bagan 3.6 berikut ini.