SISTEM PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) MELALUI ANGSURAN KOLEKTIF PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SOLO
commit to user
SISTEM PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH
(KPR) MELALUI ANGSURAN KOLEKTIF PADA PT. BANK
TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SOLO
TUGAS AKHIR
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Keuangan Dan Perbankan
Oleh :
TRI HASIH
F3607096
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN DAN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
(2)
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir dengan Judul:
SISTEM PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH
(KPR) MELALUI ANGSURAN KOLEKTIF PADA PT. BANK
TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SOLO
Surakarta, 13 Agustus 2010
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing
(3)
commit to user
NIP. 360700002
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan Judul:
SISTEM PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH
(KPR) MELALUI ANGSURAN KOLEKTIF PADA PT. BANK
TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SOLO
Telah disahkan oleh Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma III Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Juli 2010 Tim Penguji Tugas Akhir
Ariyanto Adhi Nugroho, S.E. ( )
NIP. 360800002
Penguji
Johadi, S.E ( )
(4)
commit to user
LEMBAR MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap “ (QS. Alam Nasyrah : 6-8)
“ The greatest mistakeyou can make in life is to be
continually you will make one ”
“ Kesalahan terbesar dalam hidup yang bisa Anda lakukan adalah terus menerus merasa
takut bahwa Anda akan melakukan kesalahan “
“ The true measure of a man is not how he
behaves in moments of comfort and convenience but how he stands at times of controversy and challenges “
“ Ukuran sebenarnya dari seorang manusia bukan pada bagaimana dia berkelakuan di saat nyaman dan senang,
tetapi pada bagaimana dia menghadapi saat-saat timbulnya pertentangan dan tantangan “
(5)
commit to user
LEMBAR PERSEMBAHAN
Ketika sebuah pengharapan besar dalam hati ini ada, ketika mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh,
ketika hati ini memiliki rasa takut, Ketika tubuh dan pikiran ini memiliki rasa tanggung jawab,
Pengharapan mendapat ridho sang Khalik yang memang mengalahkan segala kebimbangan ini. Dan memang sudah sepantasnya bagi diri kita untuk
mengerjakan segala sesuatunya hanya untuk-Nya, termasuk Tugas Akhir dan kelulusanku ini.
Puji syukur hanya kepada Allah SWT
Kupersembahkan tugas akhir dan kelulusanku ini untuk seorang lelaki yang membisikkan “kalimat yang sangat indah” ketika sesaat setelah aku meninggalkan
alam rahim. Kupersembahkan pula untuk seorang wanita yang dengan kelembutan tangannya membelai dan memberi kasih sayang yang tiada hentinya
hingga batas zaman berakhir.
Untuk Ayahanda Mudo Sugiyoto dan Ibunda Mulyani kupersembahkan karyaku ini sebagai wujud kesungguhanku.
(6)
commit to user
: Maz Dodo, Mbak Atik, Dik Wulan, Yasmine yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir serta selalu memberikan motivasi yang tak pernah surut hingga
akhirnya dapat terselesaikanlah Tugas Akhir ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul “SISTEM PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) MELALUI ANGSURAN KOLEKTIF PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SOLO” .
Tugas Akhir ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keuangan Dan Perbankan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam pembuatan Tugas Akhir ini, penulis banyak sekali mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, yang berupa material maupun spiritual, oleh karena itu dengan penuh rasa cinta dan hormat, penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. DR. Bambang Sutopo, M. Com., Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Nurul Istiqomah, SE, M.Si, selaku Ketua Jurusan Keuangan Dan Perbankan Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
(7)
commit to user
4. Johadi, SE, selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan arahan serta bimbingannya.
5. Drs.Sutanto,M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademis.
6. Bapak dan ibu dosen DIII Keuangan Dan Perbankan UNS yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
7. Bapak Bangun Sulistiyo, Bapak Wahyana, Ibu Susyana Andriyani, dan Ibu Afida Susilowati, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan ilmu yang berguna bagi penulis selama menjalani proses magang di bagian Loan Service.
8. Bapak Heru Setiyanto, selaku pembimbing Institusi Mitra yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam melaksanakan Kegiatan Magang Mahasiswa.
9. Bapak Hendratno, selaku Branch Manager Bank Tabungan Negara (BTN) yang telah memberikan izin pelaksanaan Kegiatan Magang Mahasiswa ini. 10.Ibu Siti Sulistiyati, Ibu Tuty Lestari, Ibu Rini, Bapak Syahroni, Bapak Aris,
Bapak Toni, Bapak Cuk, Bapak Djatmiko, Ibu Elli, Ibu Ismini, Ibu Prapti, Ibu Purwani, Bapak Heri Kristiawan, Ibu Tri Hastuti, Bapak Hadi Wasono, Bapak Agus, Bapak Darmastoto, Bapak Ari, Bapak Baehaqi, Bapak Sehono, Mas Anton, Mas Nova, Mas Sumarsono, Mbak Isna, Mbak Yani, dan pegawai staf lainnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga bagi penulis.
(8)
commit to user
11.My beloved family Ayahanda Mudo Sugiyoto, Ibunda Mulyani, Mas Dodo, Mbak Atik, Dek Wulan, Mas Didit dan keluarga, Eyang Putri Narto, Mbah Kakung sekalian garwo, seluruh keluarga besar Ayam Goreng Kampung
“ Mbak Mul” , dan keluarga besar Karto Diharjo dan Narto Dikromo, terima
kasih untuk segalanya.
12.Special for my love” Ae-yang” you are the best part of my life.
13.Buat keluarga Yasmine, Abi Mansyur, Mamah Atika, Kiki, Nabilla, Kak Ria, Syarif, Najwa, Dedek Zidane, Niqaya, thank you for everything. I never forget all moments with them.
14.Pak mey mey, petugas Perpustakaan Fakultas Ekonomi is the best.
15.Teman-teman seperjuangan D3 Keuangan Perbankan 2007, Suyanti, Yuli, Heni, Ratih, Fika, Ita, Listia, Nita, Yani, dll terima kasih untuk persahabatannya.
16.Teman sepermainan, Poo, Nia, Ambar, Dek Suci, Isti, Dimar, Tiwi, Mbak Eka, terima kasih sobat.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Namun demikian Tugas Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Surakarta, 13 Agustus 2010
(9)
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
ABSTRAKSI ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
LEMBAR MOTTO ...v
LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Perumusan Masalah ...11
C. Tujuan Penelitian ...11
(10)
commit to user
E. Metode Penelitian ...13
BAB IITINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perbankan dan Bank ...18
B. Peranan Bank ...19
C. Kredit ...22
D. Sistem Pembayaran Angsuran Kolektif ...38
BAB IIIPEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ...45
B. Kegiatan Magang Kerja ...64
C. Pembahasan Masalah ...74
1. Sistem Pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Dalam Penerapan Prosedur Kredit Melalui Angsuran Kolektif Di PT. BTN (Persero) Cabang Solo ...75
2. Hambatan / Kendala Dalam Pelaksanaan Sistem Pembayaran KPR Melalui Angsuran Kolektif Pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo ...99
3. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pembayaran KPR Melalui Angsuran Kolektif Pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo ...101
BAB IVPENUTUP A. Kesimpulan ...103
(11)
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
(12)
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Debitur KPR, Debitur Kolektif, dan Sumbangan NPL Debitur Kolektif Terhadap NPL Debitur KPRBank BTN Solo Bulan Februari Sampai Juni Tahun 2010 ...7 Tabel 1.2
Penelitian Terdahulu ...10 Tabel 3.1
Data Jumlah Pegawai Berdasarkan JabatanPadaBankBTN ...52 Tabel 3.2
Data Jumlah Pegawai Berdasarkan Gender Pada Bank BTN ...54 Tabel 3.3
Suku BungaBerdasarkan Penghasilan atau Harga Jual Rumah ...68 Tabel 3.4
Daftar Tagihan Angsuran Debitur KolektifPT. Bank X Bulan April 2010 ...90 Tabel 3.5
Data Perkembangan jumlah debitur KPR, debitur kolektif, dan sumbangan NPL debitur kolektif terhadap NPL debitur KPR Bank BTN Solo Bulan Februari Sampai Juni Tahun 2010 ...98
(13)
commit to user
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Fungsi Bank Sebagai Perantara Keuangan ...20 Bagan 3.1
Struktur PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Solo Kondisi Februari 2010 ...51 Bagan 3.2
Prosedur Pemberian dan Keputusan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ...77 Bagan 3.3
Prosedur Realisasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ...78 Bagan 3.4
Prosedur Pasca RealisasKredit Pemilikan Rumah (KPR) Debitur Kolektif ...79 Bagan 3.5
Sistem Pembayaran Kolektif di Bank BTN Cabang SoloPetugas Loan Service ..88 Bagan 3.6
Sistem Pembayaran Kolektif di Bank BTN Cabang Solo Petugas Angsuran Kolektif ...91 Bagan 3.7
Pembayaran Angsuran Kolektif Oleh Kolektor Langsung ...94 Bagan 3.8
(14)
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan
Lampiran 2. Surat Persetujuan Magang Kerja
Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Magang Kerja Lampiran 4. Lembar Penilaian Magang Kerja
Lampiran 5. Form Permohonan Kredit Perorangan
Lampiran 6. Surat Kepada Pimpinan Instansi Perusahaan Pemohon Lampiran 7. Lembar Hasil Wawancara
Lampiran 8. Surat Kuasa Pemotongan Gaji
Lampiran 9. Surat Perincian Penghasilan Untuk Pemohon Berpenghasilan Tetap Lampiran 10. Surat Perjanjian Kerja Sama
Lampiran 11. Memo Pembentukan Kode Kolektor Baru dan Pembukaan Rekening Giro Penampung
Lampiran 12. Surat Perihal Angsuran Potong Gaji
Lampiran 13. Surat Perihal Penyesuain Suku Bunga dan Angsuran Kredit Lampiran 14. Daftar Instansi Kolektor
(15)
commit to user
ABSTRAKSI
SISTEM PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH MELALUI ANGSURAN KOLEKTIF PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA
(PERSERO) CABANG SOLO
TRI HASIH NIM F3607096
Penggunaan sistem pembayaran yang aman dapat memperkecil resiko dari kegiatan operasional perbankan, khususnya resiko dalam penyaluran kredit. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Solo merupakan salah satu lembaga keuangan perbankan yang fokus pada pembiyaan perumahan menerapkan beberapa sistem pembayaran dalam menjalankan aktivitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR), sistem pembayaran KPR yang dinilai paling aman oleh Bank BTN adalah sistem pembayaran kolektif. Sistem pembayaran kolektif merupakan cara pembayaran angsuran secara tunai bagi debitur yang berpenghasilan tetap dengan cara memotong gajinya setiap bulan melalui bendahara gaji instansi debitur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengevaluasi hambatan, dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari dijalankannya sistem pembayaran KPR melalui angsuran kolektif pada PT. Bank BTN cabang Solo.
Penelitian ini menggunakan tipe diskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi, peristiwa atau aktivitas, wawancara atau interview, sedangkan teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan Studi Kepustakaan dengan mengkaji dokumen-dokumen, surat, arsip, laporan, dan literatur lainnya yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan.
Pelaksanaan sistem pembayaran KPR melalui angsuran kolektif di Bank BTN Cabang Solo dikatakan baik karena telah memenuhi unsur-unsur yang terkandung di dalam suatu sistem. Hambatan yang terjadi adalah mutasi debitur ke daerah, pergantian pimpinan perusahaan debitur, dan debitur di PHK. Kelebihan dari sistem ini adalah aman, dapat mengurangi jumlah antrian di loket, tidak ada
charge, efisien untuk debitur, lebih diprioritaskan, dan menambah relasi bagi
BTN. Belum ditemukan kekurangan pada sistem ini selain hambatan yang muncul dalam proses sistemnya.
Diperlukannya penambahan pasal-pasal dalam MOU antara Bank BTN dengan instansi debitur kolektif untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam sistem pembayaran angsuran kolektif. Pengoptimalan Surat Kuasa Pemotongan Gaji (SKPG) dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan kemananan sistem pembayaran dan menambah relasi bagi Bank BTN.
(16)
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangat besar. Sektor – sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia seperti sektor pertanian, perdagangan, manufaktur, energi dan lainnya berhubungan dengan jasa lembaga keuangan salah satunya adalah jasa – jasa yang disediakan oleh perusahaan perbankan. Aktivitas perbankan juga memberikan peran bagi aktivitas ekonomi masyarakat Indonesia, secara individual. Dengan demikian aktivitas ekonomi masyarakat baik secara individual maupun kelembagaan-kelembagaan atau badan usaha tidak dapat lepas dari jasa perusahaan perbankan. Peran penting perbankan inilah yang menjadi dasar bahwa perekonomian suatu negara sangat tergantung pada aktivitas perbankan. Secara lebih rinci peran perbankan merupakan lembaga keuangan yang mampu menciptakan uang, mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya. (Kasmir, 2005 : 8)
Menurut Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan
(17)
commit to user
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Aktivitas bank dalam menghimpun dana menjadikanya sebagai sarana penyimpanan uang dan berinvestasi bagi masyarakat (surplus of fund). Tujuan utama masyarakat menyimpan uang di bank adalah untuk memberikan rasa aman dari hal-hal yang tidak diinginkan, sedangkan kegiatan investasi dilakukan masyarakat dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Pemenuhan tujuan di atas, baik untuk mengamankan uang maupun untuk melakukan investasi, bank menyediakan sarana yang disebut dengan simpanan. Jenis simpanan yang ditawarkan sangat bervariasi tergantung dari bank yang bersangkutan.
Secara umum jenis simpanan yang ada di bank adalah terdiri dari simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan (saving deposit), dan simpanan deposito (time deposit). Selain itu, aktivitas bank sebagai lembaga keuangan juga memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing) ataupun dari luar kota atau luar negeri (inkaso), Letter of Credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, dan jasa lainnya yang bertujuan untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran. Aktivitas bank yang cukup krusial adalah penyaluran dana
(lending) ke masyarakat dengan memberikan pinjaman (kredit) kepada
masyarakat yang membutuhkan (lack of fund).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pengertian kredit diatur dalam Pasal 1 angka 12, "kredit adalah
(18)
commit to user
penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau
pembagian hasil keuntungan”. Pinjaman atau kredit yang diberikan oleh
bank dibagi dalam berbagai jenis yang mengikuti perkembangan zaman dan disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan nasabah. Jenis kredit yang biasa diberikan oleh bank adalah seperti kredit investasi, kredit modal kerja, kredit komersial, kredit produktif, maupun kredit konsumtif seperti pembelian mobil atau motor, barang elektronik, maupun kredit di sektor properti yang sempat mengalami pasang surut sampai akhirnya
booming sampai sekarang.
Sektor perbankan cukup besar mengucurkan kredit melalui produk pembiayaannya yang dinamakan dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Kredit pembiayaan ini banyak menjadi pilihan bank bahkan fokus bank dalam penyaluran kredit dengan pertimbangan agunan KPR relatif aman, tingkat bunga KPR relatif rendah dibandingkan dengan kredit yang dikucurkan ke sektor konsumsi lain, yakni antara 12% - 13%, outstanding kreditnya turun terus karena ada cicilan, nilai jaminan semakin hari semakin bertambah karena harga tanah dan rumah memang meningkat setiap tahun, dan mudah dieksekusi jika bermasalah. (Panangian Simanungkalit, 2004 : 122)
(19)
commit to user
Pelaksanaan penyaluran kreditnya selain mempertimbangkan kelebihan dari produk KPR, tentunya bank akan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian (prudential banking) karena disadari bahwa disamping menjanjikan keuntungan sebagai sumber pendapatan operasional bank, pemberian kredit juga mempunyai sisi resiko yang tinggi bagi bank, yakni dengan adanya Non Performing Loan (NPL) atau lebih dikenal dengan istilah kredit macet yang apabila tidak diminimalisir dengan baik akan berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan. (Wahyudi, 2008 : 14). Salah satu cara yang dilakukan bank untuk memperkecil resiko tersebut adalah dengan menciptakan sistem atau cara pembayaran kredit yang aman dan dapat mendorong debitur atau nasabah untuk melakukan pembayaran tepat pada waktunya.
Sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup pengaturan, kontrak / perjanjian, fasilitas operasional dan mekanisne teknik yang digunakan untuk penyampaian, pengesahan dan penerimaan instruksi pembayaran, serta pemenuhan kewajiban pembayaran melalui pertukaran “nilai” antar perorangan, bank dan lembaga lainya baik domestik maupun Cross border “antar Negara”. Peran sistem Pembayaran dalam perekonomian semakin penting seiring dengan semakin meningkatnya volume dan nilai transaksi, serta sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi. Menurut Sheppard (1996) peran penting sistem pembayaran dalam perekonomian adalah sebagai berikut :
(20)
commit to user
a. Sebagai elemen penting dalam infrastruktur keuangan suatu perekonomian untuk mendukung stabilitas keuangan. Hal itu disebabkan sistem keuangan dan perbankan berkaitan erat dengan sistem pembayaran. Gangguan pada sistem pembayaran atau kegagalan kewajiban pembayaran, yang pada gilirannya akan menyebabkan turunnya kepercayaan perbankan. Demikian juga sebaliknya. Krisis keuangan dan perbankan yang mempengaruhi satu atau sistem pembayaran akan mempengaruhi setelmen antarbank dan dapat gridlock “kemacetan” didalam seluruh sistem pembayaran. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang baik antara pihak bank dan pengawas pasar keuangan dengan pengawas sistem pembayaran, untuk memastikan agar masalah-masalah tersebut dapat diantisipasi dan diselesaikan sedini mungkin.
b. Sebagai Chanel “saluran penting dalam mengendalikan ekonomi yang efektif, khususnya melalui kebijakan moneter. Dengan lancarnya sistem pembayran, kebijakan moneter dapat mempengaruhi likuiditas perekonomian sehingga proses transmisi kebijakan moneter dari sistem perbankan ke sektor riil dapat menjadi lancar.
c. Sebagai alat untuk mendorong efisisensi ekonomi. Keterlambatan dan ketidaklancaran pembayaran akan mengganggu perencanaan
(21)
commit to user
keuangan usaha dan pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan produktivitas perekonomian.1
Dengan demikian, secara khusus dapat disimpulkan bahwa peranan sistem pembayaran dalam perbankan adalah untuk menjaga sistem stabilitas perusahaan, mendukung sektor riil, serta mendorong efisiensi perencanaan keuangan usaha.
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) adalah salah satu Bank Milik Negara yang fokus pada pembiayaan kredit perumahan (KPR) sesuai dengan visinya yaitu Menjadi Bank Yang Terkemuka Dalam
Pembiayaan Perumahan. Bank BTN dalam penyaluran kreditnya
memiliki lima (5) sistem pembayaran. Lima (5) sistem pembayaran tersebut adalah AGF (Auto Grab Fund), transfer, kantor pos, loket atau ATM, dan kolektif. Secara umum sistem pembayaran ini dimaksudkan untuk memperkecil resiko dari penyaluran kredit seperti uraian di atas. Dari kelima sistem tersebut, sistem pembayaran angsuran kolektif dinilai lebih memberikan keamanan (safe) bagi Bank BTN.2
Sistem pembayaran kolektif merupakan cara pembayaran angsuran secara tunai bagi debitur yang berpenghasilan tetap dengan cara memotong gajinya setiap bulan melalui bendahara gaji instansi debitur, koperasi maupun pihak yang ditunjuk oleh debitur yang didahului dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) antara Bank
1Sri Mulyati Tri Subari dan Ascarya. 2003. Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia. Seri Kebanksentralan ke-8. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) BI 2Surat Edaran Direksi No.22/DIR/DPPK/2008 Perihal Pedoman Penagihan dan
(22)
commit to user
BTN dengan instansi tempat debitur tersebut bekerja. Penulis menilai cara yang paling efektif, efisien, aman, terpercaya, dan tidak beresiko tinggi dari ketepatan pembayaran angsuran adalah pembayaran angsuran secara kolektif atau potong gaji melalui bendahara gaji instansi debitur. Sistem pembayaran angsuran kolektif ini merupakan cara pembayaran yang paling banyak digunakan oleh debitur KPR. Hal ini dipertegas melalui data yang penulis dapat dari intern Bank BTN Solo dari bulan Februari sampai dengan Juni Tahun 2010 mengenai perkembangan jumlah debitur KPR, debitur kolektif, dan sumbangan NPL debitur kolektif terhadap NPL debitur KPR yang dinyatakan dalam bentuk persentase (%).
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Debitur KPR, Debitur Kolektif, dan Sumbangan NPL Debitur Kolektif Terhadap NPL Debitur KPR
Bank BTN Solo Bulan Februari Sampai Juni Tahun 2010 No Bulan Debitur KPR Debitur Kolektif
Jumlah
Debitur
Jumlah
Angsuran
Jumlah
Tunggakan
Jumlah
Debitur
Jumlah
Angsuran
Jumlah
Tunggakan
1 Februari 12.973 2.396.816.747 75.755.017 5.254 2.192.103.958 6.249.330
2 Maret 13.031 3.293.699.318 82.565.779 5.268 2.238.820.726 0
3 April 13.109 2.521.311.422 98.934.111 5.223 2.258.095.911 0
4 Mei 13.152 2.580.402.990 102.783.506 5.229 2.285.857.098 1.707.100
5 Juni 13.214 2.617.192.806 99.901.199 5.252 2.327.387.083 869.500
(23)
commit to user Lanjutan Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Debitur KPR, Debitur Kolektif, dan Sumbangan NPL Debitur Kolektif Terhadap NPL Debitur KPR
Bank BTN Solo Bulan Februari Sampai Juni Tahun 2010
Sumber data : DDM KPR & DDM Kolektif, PT. BTN (Persero) Cabang Solo, 2010
Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah debitur KPR, yakni pada bulan Februari sebesar 12.973 menjadi 13.214 orang pada bulan Juni sementara untuk perkembangan jumlah debitur kolektif fluktuatif, tetapi masih di kisaran lima ribu dua ratusan (
an). Berdasarkan data ini maka dapat dikatakan bahwa rata-rata per bulannya jumlah debitur kolektif menyumbang kurang lebih 40% dari perkembangan jumlah debitur KPR secara keseluruhan (KPR dengan
No Bulan % Debitur Kolektif Terhadap Debitur KPR
% Jumlah
Debitur
% NPL
Kolektiff
% NPL KPR % NPL
Kolektif
Terhadap NPL
KPR
1 Februari 40,50 0,29 3,16 0,09
2 Maret 40,43 0 2,51 0
3 April 39,84 0 3,92 0
4 Mei 39,76 0,07 3,98 0,02
(24)
commit to user
semua sistem atau cara pembayaran). Namun, hal ini mengindikasikan bahwa sistem pembayaran kolektif belum bisa dikatakan aman jika hanya dilihat dari persentase sumbangan jumlah debiturnya saja, melainkan juga harus diperhatikan tingkat resikonya. Maka dari itu penulis juga mencantumkan NPL sebagai sisi keamanan dari sistem pembayaran ini. Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa persentase NPL Kolektif terhadap NPL KPR secara keseluruhan mengalami penurunan, dari kisaran 0,09% di bulan Februari menjadi 0,01% pada bulan Juni. Hal ini mengindikasikan bahwa per bulannya sistem pembayaran angsuran kolektif hanya menyumbang hampir 0,1% dari NPL secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul Tugas Akhir “SISTEM PEMBAYARAN KREDIT MELALUI ANGSURAN KOLEKTIF PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SOLO”.
Penelitian yang hampir sama mengenai sistem atau cara pembayaran kredit pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan judul ” Prinsip-Prinsip Public Relations Dalam Pembinaan Angsuran Secara Kolektif Dalam Meningkatkan Kualitas Kredit Di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo” dan ”Pelayanan Nasabah Kredit Pemilikan Rumah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Melalui Kantor Pos” . Penelitian yang penulis lakukan ini sebenarnya cukup jarang dilakukan oleh peneliti lain, penulis hanya menemukan dua (2) referensi penelitian terdahulu ditambah dengan data-data pendukung, seperti makalah-makalah yang kebanyakan disusun oleh internal Bank BTN dalam rangka memenuhi persyaratan Program Pendidikan dan
(25)
commit to user
Pengembangan Kompetensi Pegawai (P3KP). Hal ini dikarenakan judul atau topik yang penulis teliti memang cukup spesifik di mana tidak setiap tempat penelitian magang mengadopsi sistem pembayaran ini. Berikut ini penulis cantumkan penelitian terdahulu dalam bentuk tabel 1.2
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu
Pembeda Penelitian I Penelitian II
Nama dan tahun penelitian
Daniel Suharjianto 2005
Fasichah Tia Nur 2009
Judul Pelayanan Nasabah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Melalui Kantor Pos Indonesia
Prinsip-Prinsip Public Relations Dalam Pembinaan Angsuran Secara Kolektif Dalam Meningkatkan Kualitas Kredit Di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo
Perumusan Masalah
Menekankan pada proses pelayanan angsuran KPR pada PT. BTN (Persero) Tbk melalui kantor pos, baik secara individu atau biasa dan secara kolektif.
Menekankan pada prinsip-prinsip public relations yang diterapkan dalam pembinaan angsuran kolektif.
(26)
commit to user B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dijadikan pedoman bagi penulis dalam melakukan penelitian secara cermat dan tepat sesuai dengan prinsip-prinsip suatu penelitian yang ilmiah. Dengan perumusan masalah diharapkan dapat mengetahui objek-objek yang diteliti, serta bertujuan agar penguraian dalam penulisan dan ruang lingkup penelitian terarah dan terbatas pada hal-hal yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dalam penerapan prosedur kredit melalui angsuran kolektif di PT. BTN (Persero) Cabang Solo?
2. Apakah terdapat hambatan / kendala dalam pelaksanaan sistem pembayaran KPR angsuran secara kolektif pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo?
3. Apakah terdapat kelebihan dan kekurangan sistem pembayaran KPR melalui angsuran kolektif pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dalam penerapan prosedur kredit melalui angsuran kolektif di PT. BTN (Persero) Cabang Solo.
(27)
commit to user
2. Untuk mengevaluasi dan meminimalisasi hambatan / kendala dalam pelaksanaan sistem pembayaran KPR angsuran secara kolektif pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem pembayaran KPR melalui angsuran kolektif di PT. BTN (Persero) Cabang Solo.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi PT. BTN (Persero) Cabang Solo
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi perusahaan, yang berguna sebagai bahan pertimbangan atau masukan dalam pengevaluasian sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui angsuran kolektif di PT. BTN (Persero) Cabang Solo.
2. Bagi penulis
Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui angsuran kolektif serta dapat digunakan sebagai salah satu kelengkapan persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program D3 Keuangan Perbankan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bagi akademisi dan peneliti
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan masukan yang dapat digunakan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
(28)
commit to user E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah metode yang akan memandu peneliti tentang urut-urutan bagaimana penelitian dilakukan, yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan. Metode dipilih untuk digunakan dalam rangka memperoleh sesuatu data yang akurat dan relevan, untuk dapat dianalisa serta dapat disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan diadakan penelitian tersebut.
Berbagai pengertian yang menjadi bagian metode yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk menjelaskan secara rinci dan mendalam berbagai informasi penting serta menarik kesimpulan terhadap hubungan antara gejala sosial. Pengertian penelitian deskriptif kualitatif menurut Lexy J. Moleong (1995:6) adalah mendalami dan menerobos gejalanya dengan menginterpretasikan masalahnya atau menyimpulkan kombinasi dari berbagai arti permasalahan sebagaimana disajikan oleh situasinya. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar atau bagan. Dimana perhatian dipusatkan pada kasus tunggal secara mendetail yaitu mengenai sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui angsuran kolektif di PT. BTN (Persero) Cabang Solo.
(29)
commit to user
2. Lokasi Penelitian
Untuk penulisan Tugas Akhir ini penulis memilih lokasi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo dengan pertimbangan bahwa penulis merupakan mahasiswa program studi Keuangan Dan Perbankan di mana penulis banyak dibekali berbagai teori dan praktik di bidang keuangan maupun perbankan. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo yang merupakan salah satu bank bonafit dan bank focus dirasa tepat sebagai tempat pembelajaran yang baik untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah penulis dapatkan di bangku perkuliahan dengan dunia kerja. 3. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis data 1) Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yaitu pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo. Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan dalam hal ini meliputi pimpinan, direksi atau karyawan Bank BTN Cabang Solo. 2) Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, studi dokumenter, dan perundang-undangan yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber data yang mendukung data primer dan dibedakan menjadi:
(30)
commit to user
1) Bahan hukum primer meliputi peraturan perundang-undangan, surat perjanjian, dokumen resmi dan data tertulis dari PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo. 2) Bahan hukum sekunder meliputi hasil karya ilmiah,
hasil-hasil penelitian sebelumnya. b. Teknik Pengumpulan Data
Kecermatan dalam penelitian dan menyusun serta mengumpulkan data sangat berpengaruh kepada objektivitas hasil penelitian. Dalam usaha memperoleh data, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1) Observasi
Dalam pengamatan ini penulis melakukan penelitian langsung pada bagian Loan Service Unit selama melakukan kegiatan magang tentang keadaan atau fenomena yang dijumpai secara langsung. Selain itu penulis juga melakukan observasi di bagian lain, yakni pada unit CWO bagian penagihan kredit atau pembiayaan unit kolektif di mana penulis mengkaji dan mempelajari permasalahan lebih dalam sehubungan dengan sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui angsuran kolektif. Alasan penulis melakukan observasi yakni untuk mengamati langsung aktivitas dan peristiwa yang terjadi di PT. BTN (Persero) Cabang Solo.
(31)
commit to user
2) Peristiwa atau Aktivitas
Peristiwa atau aktivitas penulis dapatkan melalui observasi langsung saat pelaksanaan magang pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo yaitu melalui kegiatan-kegiatan yang telah penulis lakukan selama berada di divisi Loan
Service. Aktivitas-aktivitas tersebut mencakup prosedur
pemberian kredit, pelayanan kredit, pengecekan berkas syarat-syarat permohonan kredit, melakukan konfirmasi gaji calon debitur ke bendahara instansi, mengikuti realisasi kredit, dan mengamati bagaimana tata cara pembayaran angsuran sampai dengan pelunasaannya. Untuk semakin memperdalam penelitian yang penulis ambil, maka tidak jarang penulis melakukan pendekatan ke bagian lain yang sangat erat hubungannya dengan penelitian yang penulis ambil, yakni pada bagian CWO (Collection Work Out) di mana mengenai sistem pembayaran KPR melalui angsuran kolektif penulis dapatkan lebih mendetail di bagian ini, yakni bagian penagihan kredit atau pembiayaan pada unit kolektif.
3) Wawancara atau Interview
Wawancara di sini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang mendalam dari informan tentang sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui angsuran kolektif di PT. BTN (Persero) Cabang Solo. Melalui
(32)
commit to user
komunikasi langsung, informasi yang didapatkan semakin rinci dan mendalam sehingga mampu mengorek kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenar-benarnya.
4) Studi Pustaka
Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengkaji dokumen-dokumen, surat, arsip, laporan, dan literatur lainnya.
(33)
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perbankan dan Bank
Pengertian perbankan berdasarkan Undang-undang Nomor 10/1998 pasal 1 dinyatakan bahwa Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae, yang dimaksud dengan bank ialah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada banker sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga. (H. Budi Untung, 2000 : 13)
Pengertian bank berdasarkan Undang-undang Nomor 7/1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (Thomas Suyatno, dkk, 1995 : 4)
(34)
commit to user
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
B. Peranan Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang berperan dalam :
1. Menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, menjadikannya sebagai sarana penyimpanan uang dan berinvestasi bagi masyarakat (surplus of fund). Di mana tujuan utama masyarakat menyimpan uang ini adalah untuk memberikan rasa aman dari hal-hal yang tidak diinginkan, sedangkan kegiatan investasi dilakukan masyarakat dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Untuk memenuhi tujuan di atas, baik untuk mengamankan uang maupun untuk melakukan investasi, bank menyediakan sarana yang disebut dengan simpanan. Jenis simpanan yang ditawarkan sangat bervariasi tergantung dari bank yang bersangkutan. Secara umum jenis simpanan yang ada di bank adalah terdiri dari simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan
(35)
commit to user
2. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti pengiriman uang
(transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota
(clearing) ataupun dari luar kota atau luar negeri (inkaso), Letter of
Credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, dan jasa lainnya yang
bertujuan untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran.
3. Menyalurkan dana (lending) ke masyarakat dengan memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang membutuhkan (lack of
fund). Dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang
membutuhkannya. Pinjaman atau kredit yang diberikan dibagi dalam berbagai jenis sesuai dengan keinginan nasabah. Sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu menilai apakah kredit tersebut layak diberikan atau tidak. Penilaian ini dilakukan agar bank terhindar dari kerugian akibat tidak dapat dikembalikannya pinjaman yang disalurkan bank dengan berbagai sebab. (Kasmir, 2005 : 9-10)
Untuk lebih jelasnya secara ringkas fungsi bank sebagai perantara keuangan dapat dilihat dalam Bagan 2.1 berikut ini.
Bagan 2.1
Fungsi Bank Sebagai Perantara Keuangan
FUNGSI BANK
Beli Dana Jual Dana
Giro Tabungan Deposito
Pinjaman (kredit) Masyarakat yang
Kelebihan Dana
Masyarakat yang Kekurangan Dana 1
2
3
(36)
commit to user
Penjelasan arus perputaran uang yang ada di bank dari masyarakat kembali ke masyarakat, di mana bank sebagai perantara dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Nasabah (masyarakat) yang kelebihan dana menyimpan uangnya di bank dalam bentuk simpanan Giro, Tabungan, atau Deposito. Bagi bank dana yang disimpan oleh masyarakat adalah sama artinya dengan membeli dana. Dalam hal ini nasabah sebagai penyimpan dan bank sebagai penerima titipan simpanan. Nasabah dapat memilih sendiri untuk menyimpnn dana apakah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau Deposito.
2) Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa dari bank berupa bunga bagi bank konvensional dan bagi hasil bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah. Besarnya jasa bunga dan bagi hasil tergantung dari besar kecilnya dana yang disimpan dan faktor lainnya. 3) Kemudian oleh bank dana yang disimpan oleh nasabah di bank yang
bersangkutan disalurkan kembali (dijual) kepada masyarakat yang kekurangan atau membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman/kredit. 4) Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit dari bank,
diwajibkan kembali untuk mengembalikan pinjaman tersebut beserta bunga yang telah ditetapkan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah.
(37)
commit to user C. Kredit
1. Pengertian Kredit
Pengertian kredit dalam bahasa Yunani "Credere" yang berarti "kepercayaan" atau dalam bahasa latin "Creditum" yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Berdasarkan undang-undang nomor 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara Bank dengan lain pihak yang mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan. (Teguh Pudja Mulyono, 1986:9-10)
O.P. Simorangkir mengatakan bahwa kredit adalah pemberian prestasi (misal uang, barang) dengan balas prestasi (kontra prestasi) akan terjadi pada adalah prestasi uang, maka transaksi kredit menyangkut uang waktu mendatang. (Hasanuddin Rahman, 2000:19)
Kredit adalah seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan (barang, uang atau barang). (Thomas Suyatno, dkk, 1992:12)
Pengertian kredit berdasarkan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
(38)
commit to user
meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Kasrnir, 2008:96)
Pengertian kredit menurut Eric L. Kohler : “Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan dan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati”.
2. Unsur-Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
a. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, di mana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentag kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.
b. Kesepakatan
Di samping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredi. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana
(39)
commit to user
masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mancakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka tersebut bisa berbentuk jangka pendek. jangka menengah atau jangka panjang.
d. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/ macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrut usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan dan lainnya.
e. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merapakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. (Kasmir, 2008 : 98-100)
(40)
commit to user 4. Fungsi Kredit
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut:
a. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang b. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
c. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang d. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
e. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha f. Kredit dapat meningkatkan pernerataan pendapatan
g. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional (Thomas Suyatno, dkk, 1992:16)
Fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut : a. Untuk meningkatkan daya guna uang
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disirnpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.
b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah kekurangan uang dengan kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
(41)
commit to user
c. Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
d. Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya sebingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkat jumlah barang yang beredar.
e. Sebagai stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara.
f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha apalagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan. g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi
(42)
commit to user
pengangguran. Disamping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.
h. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman intemasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerirna kredit dengan si pernberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan menirtgkatkkan kerja sama di lainnya. (Kasmir, 2008:101)
5. Tujuan Kredit
Ditinjau dari segi tujuan kredit adalah sebagai berikut:
a. Turut Menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin,
dan dapat memperluas usahanya. (Thomas Suyatno, dkk, 1992:15) Adapun tujuan utama pemberian utama suatu kredit adalah sebagai berikut:
a. Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh pihak bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah Keuntungan ini penting untuk
(43)
commit to user
kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan akan di likuidasi atau dibubarkan.
b. Membantu usaha nasabah
Yaitu tujuan lainnya untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
c. Membantu pemerintah
Yaitu bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan kepada pihak perbankan, maka semakin baik, meningkat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor. (Kasmiir, 2008:100)
6. Manfaat kredit
Manfaat kredit ditinjau dari masing-masing pihak yaitu : a. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan debitor
1) Debitor dapat memperluas dan mengembangkan usahanya dengan lebih leluasa.
2) Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan dana bagi perusahaan debitor.
3) Rahasia keuangan debitor akan lebih terlindungi karena adanya ketentuan rahasia bank dalam undang-undang pokok perbankan
(44)
commit to user
b. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut pandang perbankan 1) Memperoleh pendapatan bunga kredit
2) Menjaga solvabilitas usaha bank
3) Membantu meniasarkan jasa-jasa perbankan yang lain 4) Mempertahankan dan mengembangkan usahanya
5) Untok merebut pasar (market share) dalam industri perbankan 6) Memungkinkan para perbankan untuk mendidik para staffnya
untok mengenal kegiatan industri yang lain secara mendetail. c. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut pandang pemerintah
1) Perkreditan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi
2) Sebagai alat untuk mengendalikan kegiatan moneter
3) Perkreditan sebagai alat untuk menciptakan lapangan usaha atau kegiatan, alat peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat
4) Perkreditan sumber pendapatan negara
d. Manfaat perkreditan ditinjau dari kepentingan masyarakat luas 1) Dengan adanya kelancaran dari proses perkreditan diharapkan
akan diperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan membuka lapangan usaha atau lapangan kerja baru, sehingga akan menimbulkan kenaikan tingkat pendapatan dan pemerataan pendapatan dimasyarakat.
(45)
commit to user
2) Terbukanya kemungkinan keterlibatan golongan profesi tertentu atas suatu proses pemberian kredit oleh bank yang dapat menlngkatkan penghasilannya seperti konsultan, akuntan publik, notaris, aset apreisal
3) Masyarakat dapat menikmati hasil dari pada proyek yang di biayai oleh kredit bank. (Hasanuddin Rahman, 2000:21-24) 7. Klasifikasi Kredit
Keberadaan kredit menurut Muchdarsyah Sinungan (1991;17) dapat digolongkan menurut beberapa klafikasi, antara lain :
a. Menurut jangka waktunya
Menurut jangka waktunya kredit dapat digolongkan ke dalam beberapa klasifikasi, antara lain :
1) Kredit Jangka Pendek ( Short-term loan )
Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari satu tahun. Misalnya kredit untuk membiayai kelancaran operasi perusahaan, termasuk didalamnya berupa kredit modal kerja. Kredit jangka pendek dapat di urutkan dalam tiga kelompok, antara lain : Kredit dagang (trade credit) antar perusahaan, Pinjaman dari suatu perusahaan dagang, dan Surat dagang.
2) Kredit jangka menengah (Medium-term loan)
Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya satu sampai dengan tiga tahun. Biasanya kredit ini untuk menambah modal
(46)
commit to user
kerja, misalnya untuk membiayai pengadaan bahan baku. Kredit jangka menengah dapat pula dalam bentuk kredit investasi
3) Kredit jangka panjang (Long-term loan)
Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya melebihi tiga tahun. Misalnya kredit investasi untuk membiayai suatu proyek dan perluasan usaha.
b. Menurut jaminannya
Menurut jaminannya kredit dapat diklasifikasikan menjadi : 1) Kredit dengan jaminan (Secured Loan)
Yaitu kredit yang disertai penyerahan barang jaminan oleh nasabah. Jenis barang jaminan tersebut sangat tergantung pada jenis kredit yang diberikan. Misalnya kredit komersial untuk modal kerja, jaminannya dapat berupa persediaan. Kredit untuk pembelian mobil atau motor, jaminannya BPKB mobil atau motor tersebut.
2) Kredit tanpa jaminan (Unsecured Loan)
Yaitu kredit yang tidak disertai penyerahan barang jaminan dari nasabah. Jenis kredit ini tidak menggunakan jaminan dalam bentuk fisik, tetapi dalam bentuk bonafiditas dan prospek usaha nasabah yang bersangkutan. Pemberian kredit tanpa jaminan ini dilakukan sepanjang prinsip-prinsip penilaian kredit lainnya telah terpenuhi menurut analisis kredit.
(47)
commit to user
c. Menurut tujuannya
Menurut tujuannya kredit dapat diklasifikasikan menjadi : 1) Kredit Komersial (Commercial Loan)
Yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah di bidang perdagangan. Kredit komersial antara lain meliputi kredit leveransir, kredit untuk usaha pertokoan, kredit ekspor dan lain-lain.
2) Kredit Konsumtif (Consumer Loan)
Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. Misalnya untuk membeli properti (rumah), mobil atau motor, barang elektronik dan berbagai barang konsumsi lainnya. 3) Kredit Produktif (Productive Loan)
Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat meemperlancar produksi. Misalnya kredit untuk pembelian bahan baku, pembayaran upah, biaya pengepakan, biaya pemasaran, biaya distribusi dan lain-lain.
d. Menurut penggunaannya
Menurut penggunaannya kredit dapat digolongkan menjadi : 1) Kredit modal kerja
Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan untuk menambah modal kerja debitur, meliputi modal kerja untuk tujuan komersial, industri, kontraktor bangunan dan lain-lain.
(48)
commit to user
2) Kredit investasi
Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada perusahaan untuk digunakan dalam melakukan investasi melalui pembelian barang-barang modal.
Klasifikasi kredit yang cukup penting bagi penelitian penulis, tetapi tidak tercantum dalam kutipan Muchdarsyah Sinungan (1991;17) yakni penggolongan kredit menurut cara pembayarannya.
Menurut cara pembayarannya kredit dapat digolongkan menjadi : 1) Pinjaman angsuran
Yaitu pinjaman dengan pengembalian pinjaman dengan pokoknya melalui cara angsuran bertahap.
2) Pinjaman tetap
Yaitu pinjaman dengan cara pengembalian pokok pinjaman menurut jangka waktu tertentu
3) Demand Loan
Yaitu pinjaman yang dapat ditarik sewaktu-waktu sesuai fasilitas yang dan pengembaliannya menurut jangka waktu tertentu.
4) Pinjaman Rekening Koran
Yaitu fasilitas kredit yang disediakan oleh bank sesuai mutasi rekening nasabah yang terutama ditujukan untuk menunjang transaksi perdagangannya.
(49)
commit to user
5) Pinjaman promes (AKSEP)
Yaitu pinjaman yang didasarkan atas jaminan promes sesuai nominal maupunjatuh tempo pembayarannya.
6) Pinjaman Call Money (Money Market)
Yaitu pinjaman antarbank yang pembayarannya didasarkan atas dan jangka waktu jatuh temponya sesuai tingkat suku bunga disepakati. (Ruddy Tri Santoso. Andy, 1996:8)
8. Prosedur Umum Perkreditan
Prosedur pemberian kredit dibedakan antara pinjaman perseorangan dan badan hukum, yang secara umum dapat di jelaskan sebagai beriku (Kasmir. 2008: 100-1002):
1) Pengajuan berkas-berkas
Pengajuan proposal kredit berisi antara lain : a) Latar belakang perusahaan
b) Maksud dan tujuan
c) Besarnya kredit dan jangka waktu d) Cara pengembalian kredit
e) Jaminan kredit
Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti :
a) Akte notaries
b) Tanda daftar perusahaan (TDP) c) Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP)
(50)
commit to user
d) Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir e) Bukti diri dari pimpinan perusahaan
f) Foto copy sertifikat jaminan
Penilaian yang dapat kita lakukan untuk sementara adalah dari neraca dan laporan rugi laba yang ada dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut :
a) current ratio
b) inventory turn over
c) sales to receivable ratio
d) profit margin ratio
e) return on net worth
f) working capital
2) Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangannya, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.
3) Wawancara I
Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam.
(51)
commit to user
4) On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya dicocokan dengan hasil wawancara I.
5) Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. 6) Keputusan Kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Biasanya mencakup :
a) jumlah uang yang diterima b) jangka waktu
c) dan biaya-biaya yang harus dibaya 9. Resiko Usaha Bank
Dalam bisnis perbankan dikenal beberapa macam resiko yang dihadapi oleh bank:
a. Resiko Likuiditas
Merupakan resiko yang berkaitan dengan kesulitan bank dalat memenuhi kewajiban jangka pendek kepada nasabah penyimpan maupun pihak lain. Ketidak pastian ini timbul apabila bank tida mengetahui secara tepat kapan dan berapa jumlah dana yang dibutuhkan/akan ditarik oleh nasabah penyimpan.
(52)
commit to user
b. Resiko Kredit
Resiko kredit atau sering pula disebut dengan default risk merupakan suatu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. Ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian kredit yang disepakati kedua pihak, secara teknis keadaan tersebut merupakan default.
c. Resiko Penanaman dalam Sekuritas
Resiko penanaman dalam sekuritas atau dalam perbankan disebut
investment risk berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian
akibat suatu penurunan nilai pokok dari portofolio surat-surat berharga, misalnya, obligasi dan surat-surat berharga lainnya yang dimiliki bank
d. Resiko Fidusia
Resiko fidusia atau fiduciary risk ini akan timbul apabila bank dalam usahanya memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat baik untuk individu maupun badan usaha.
e. Resiko Penyelewengan
Resiko penyelewengan atau penggelapan kadang-kadang disebut dengan fraud risk adalah berkaitan dengan kerugi-rugian yang dapat terjadi akibat ketidakjujuran, penipuan, dan lain-lain.
(53)
commit to user D. Sistem Pembayaran Angsuran Kolektif
1. Pengertian Sistem
John F. Nash dan Martin B. Roberts mendefinisikan sistem sebagai berikut. Suatu sistem adalah sebagai suatu kumpulan komponen yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan dan keutuhan yang komplek di dalam tingkat tertentu untuk mengejar tujuan yang umum.
Menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis, suatu sistem adalah suatu kumpulan dari elemen-elemen (orang, perangkat keras, informasi dan lain lain) diorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Definisi sistem menurut Richard F. Neuschel adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan dikembangkan sesuai dengan suatu skema yang terintegrasi untuk melaksanakan suatu kegiatan utama di dalam bisnis.
Terdapat dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemennya. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai berikut ini: Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.
Pendekatan sistem yang merupakan jaringan kerja dari prosedur lebih menekankan urut-urutan operasi di dalam sistem. Pendekatan
(54)
commit to user
sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya mendefinisikan sistem sebagai berikut :Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pendekatan sistem yang merupakan kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen atau subsistem-subsistem merupakan definisi yang lebih luas dan lebih banyak diterima karena pada kenyataannya suatu sistem terdiri dari beberapa subsitem atau sistem-sistem bagian. Komponen-komponen atau subsistem-sistem-subsistem-sistem dalam suatu sistem tidak dapat berdiri sendiri, semuanya saling berinteraksi dan saling berhubungan membentuk satu kesatuan sehingga sasaran sistem dapat tercapai.3
2. Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran adalah suatu sistem yng mencakup pengaturan, kontrak / perjanjian, fasilitas operasional dan mekanisne tehnik yang digunakan untuk penyampaian, pengesahan dan penerimaan instruksi pembayaran, serta pemenuhan kewajiban pembayaranr melalui pertukaran “nilai” antar perorangan, bank dan lembaga lainnya baik domestik maupun Cross border “antar Negara”. Instrument-instrument dalam sistem pembayaran antara lain :
3
Sugiyanto. H. M. 1988. Sstem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer, Buku Kesatu “Konsep Dasar dan Komponen”. Yogyakarta: BPFE Anggota IKAPI
(55)
commit to user
a. Instrumen Pembayaran Tunai
Instrumen pembayaran tunai adalah mata uang yang berlaku di Indonesia, yaitu Rupiah, yang terdiri dari uang logam dan uang kertas.
b. Instrumen Pembayaran Non Tunai
Di Indonesia instrument pembayaran non tunai disediakan terutama oleh sistem perbankan.
1) Instrumen berbasis warkat
a) Cek adalah surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
b) Bilyet giro adalah Surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan (tidak berlaku untuk penarikan tunai) sejumlah dana dari rekening pemegang saham yang disebutkan namanya.
c) Nota debet adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut.
d) Nota kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
e) Wesel bank untuk transfer adalah wesel yang diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.
(56)
commit to user
f) Surat bukti penerimaan adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank penerima dana transfer melalui kliring lokal.
2) Pemindahan dana
Saat ini bank-bank memberikan berbagai jenis layanan pemindahan dana melalui jaringan kantornya, termasuk perintah pembayaran secara regular dan pemindahan dana secara elektronis.
Layanan pemindahan dana bagi nasabah bank dapat dilakukan oleh bank melalui :
a) Transfer elektronik antar bank
b) Sistem kliring berbasis warkat untuk transaksi local
c) Jaringan bank koresponden bagi pemindahan dana lintas wilayah.
d) Sistem RTGS baik untuk pemindahbukuan dana local maupun lintas wilayah.
3) Pendebetan secara langsung
Pemakaian fasilitas pendebetan secara langsung masih dibatasi untuk transaksi di dalam satu bank.
4) Instrumen berbasis kartu
Dalam perkembangannya terdapat jenis kartu yang dananya telah tersimpan dalam chip elektronik pada kartu tersebut
(57)
commit to user
(dikenal sebagai smart card atau chip card), seperti kartu telpon prabayar.
a) Kartu kredit
Kartu kredit merupakan kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga pembiayaan lainya yang diberikan kepada nasabah untuk dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran dan pengambilan uang tunai.
b) Kartu ATM
Salah satu instrument pembayaran berbasis kartu yang penting dalam sistem pembayaran adalah kartu ATM yang transaksinya dilakukan melalui mesin ATM.
c) Kartu debet
Kartu debet merupakan instrument pembayaran berbasis kartu yang pembayarnya dilakukan dengan perdebetan langsung ke rekening nasabah di bank penerbit kartu tersebut.
d) Instrumen melalui kantor pos
Instrumen Sistem pembayaran yang cukup penting yang disediakan oleh lembaga keuangan bukan bank (PT. POS INDONESIA) adalah giro dan pos wesel baik dalam negeri maupun luar negeri.
(58)
commit to user
e) Instrument berbasis internet / telepon
Jasa Electronic banking melalui internet dan / atau telepon telah disediakan oleh sejumlah bank besar sejak pertengahan 1999. Penggunaan instrument berbasis internet melakukan transaksi, selain memerlukan verifikasi pengaman, seperti PIN dan Password.
3. Pengertian Angsuran Kolektif
Angsuran adalah sejumlah uang untuk pembayaran pokok kredit atau pembiayaan ditambah bunga atau margin yang wajib dibayar secara bulanan oleh debitur atau nasabah pembiayaan sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian Kredit atau Akad.4
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa angsuran kolektif merupakan pembayaran pokok kredit ditambah bunga yang wajib dibayar secara bulanan oleh debitur atau nasabah pembiayaan dengan memotong gaji setiap bulan melalui bendahara gaji instansi debitur, koperasi maupun pihak yang ditunjuk oleh debitur. Dalam hal ini pembayaran kolektif diwajibkan bagi debitur-debitur di mana instansi tempatnya bekerja telah bekerja sama dengan bank pemberi kredit (dalam hal ini bank pemberi kredit yang dimaksud adalah PT. Bank BTN (Persero) Cabang Solo selaku bank pemberi kredit KPR).
4
Surat Edaran Direksi No.22/DIR/DPPK/2008 Perihal Pedoman Penagihan dan Penyelamatan Kredit /Pembiayaan Perorangan
(59)
commit to user
4. Pengertian Sistem Pembayaran Angsuran Kolektif
Dengan melihat definisi-definisi penjabaran di atas yang menjelaskan tentang sistem itu sendiri maupun definisi angsuran kolektif, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian sistem pembaran angsuran kolektif.
Sistem pembayaran angsuran kolektif adalah suatu bentuk sistem atau cara pembayaran yang dapat dimanfaatkan oleh debitur/nasabah Pembiayaan dalam rangka membayar angsuran Kredit/Pembiayaan dengan memotong gaji setiap bulan melalui bendahara gaji instansi debitur, koperasi maupun pihak yang ditunjuk oleh debitur di mana instansi tempatnya bekerja telah bekerja sama dengan bank pemberi kredit.
5. Manfaat Sistem Pembayaran Kolektif
Adapun manfaat secara umum dari sistem pembayaran ini, diantaranya:
a. Perjanjian kerjasama kolektif membawa dampak terhadap kelancaran angsuran
b. Memberi kemudahan cara pembayaran kepada debitur kolektif c. Memiliki kesempatan penyaluran kredit terhadap debitur lancar
kolektif
d. Menambah portofolio kredit yang menjadikan nilai asset kredit semakin besar
e. Mengurangi beban biaya promosi dan Inventarisari data debitur yang akurat.
f. Meningkatkan pendapatan bunga kredit semula dari KPR menjadi bunga komersial
(60)
commit to user
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Perkembangan PT. Bank Tabungan Negara (Persero)
Pada tanggal 16 Oktober 1897 POSTSPAARBANK didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda, yang bertujuan untuk mendidik masyarakat agar gemar menabung, yang kemudian berjalan lancar dan berkembang hingga tercatat pada tahun 1939 telah memiliki empat cabang yaitu, Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makasar. Pada tahun 1940 kegiatannya terganggu akibat penyerbuan Jerman atas Netherland yang mengakibatkan terjadinya penarikan tabungan besar-besaran dalam waktu yang singkat
(rush). Namun demikian keadaan keuangan POSTSPAARBANK pulih
kembali pada tahun 1941.
Tahun 1942, Belanda menyerah pada Jepang yang berakibat kegiatan POSTSPAARBANK dibekukan oleh pemerintahan Jepang dan kemudian pemerintah Jepang mendirikan sebuth bank bernama TYOKIN KYOKO sebuah bank yang bertujuan menarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha pemerintah Jepang ini tidak sukses karena dilakukan dengan paksaan. TYOKIN KYOKO hanya mendirikan satu cabang yaitu cabang Yogyakarta.
(61)
commit to user
Sejalan dengan kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 telah memberikan inspirasi kepada Bp. Darmosoetanto untuk memprakarsai pengambilalihan TYOKIN KYOKO dari pemerintah Jepang ke pemerintah RI dan terjadilah penggantian nama menjadi KANTOR TABUNGAN POS yang dipimpin oleh Bapak Darmosoetanto sebagai direktur yang pertama oleh pemerintah RI. Tugas pertama KANTOR TABUNGAN POS adalah melakukan penukaran uang Jepang dengan 0eang Republik Indonesia (ORI). Tetapi kegiatan KANTOR TABUNGAN POS tidak berlangsung lama akibat adanya agresi Belanda (Desember 1946) mengakibatkan didudukinya semua kantor, termasuk kantor cabang dari KANTOR TABUNGAN POS hingga tahun 1949. Saat KANTOR TABUNGAN POS dibuka lagi pada tahun 1949, namanya diganti menjadi BANK TABUNGAN POS RI dan lembaga ini bernaung di bawah Kementerian Perhubungan.
Banyak kejadian bernilai sejarah sejak tahun 1950, tetapi yang paling subtantif bagi sejarah BTN adalah dikeluarkannya UU Darurat No. 9 Tahun 1950 yang mengubah nama POSTSPAARBANK IN INDONESIA berdasarkan staatblat No.295 Tahun 1941 menjadi BANK TABUNGAN POS dan memindahkan induk kementerian dari Kementerian Perhubungan ke Kementerian Keuangan di bawah menteri Urusan Bank Sentral. Walaupun dengan UU darurat tersebut masih bernama BANK TABUNGAN POS tetapi pada tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal lahir BANK TABUNGAN NEGARA.
(62)
commit to user
Nama BANK TABUNGAN POS menurut UU Darurat dikukuhkan dengan UU No. 36 Tahun 1053 tanggal 18 Desember 1953. Perubahan nama dari BANK TABUNGAN POS menjadi BANK TABUNGAN NEGARA didasarkan pada PERPU No. 4 Tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963 yang kemudian dikuatkan dengan UU No. 2 Tahun 1964 tanggal 25 Mei 1964.
Penegasan status BANK TABUNGAN NEGARA sebagai bank milik negara ditetapkan dengan UU No. 20 Tahun 1968 yang sebelumnya (sejak tahun 1964) BANK TABUNGAN NEGARA menjadi BNI unit V. Jika tugas utama saat pendirian POSTSPAARBANK (1897) sampai dengan BANK TABUNGAN NEGARA (1968) adalah bergerak dalam lingkup penghimpunan dana masyarakat melalui tabungan, maka sejak tahun 1974 BANK TABUNGAN NEGARA ditambahi tugasnya yaitu memberikan palayanan KPR dan untuk petama kalinya penyaluran KPR terjadi pada tanggal 10 Desember 1976, karena itulah tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari KPR bagi BTN.
2. Sejarah Berdirinya PT. Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Solo Kantor Cabang Solo merupakan perpanjangan dari kantor pusat, di mana kantor cabang Solo pertama kali berdiri pada tahun 1990 yang merupakan pemekaran dari BTN kantor cabang Jakarta. Pertimbangan pembukuan kantor cabang Solo karena dinilai mempunyai potensi yang baik dalam pertumbuhan ekonomi. Sejak tahun 1990 Btn kantor cabang Solo mengalami perpindahan sebanyak tiga kali.
(63)
commit to user
Pertama kalinya BTN kantor cabang Solo terletak di jalan Slamet Riyadi Nomor 228, kemudian pada tahun 1993, pindah ke Ruku Beteng Blok A11-12 Jalan Kapten Mulyadi. Akhirnya pada tahun 1997 BTN kantor cabang Solo pindah ke gedung milik sendiri yaitu di Jalan Slamet Riyadi 282 Solo yang dipakai melaksanakan aktivitas perkantorannya hingga saat ini.
3. Bentuk Hukum dan Kerahasiaan Bank
Bentuk hukum BTN mengalami perubahan lagi pada tahun 1992, yaitu dengan dikeluarkannya PP No. 24 Tahun 1992 yang merupakan pelaksanaan dari UU No. 7 Tahun 1992 bentuk badan hukum BTN berubah menjadi Perusahaan Perseroan. Sejak itu nama BTN menjadi PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) dengan call name Bank BTN. Berdasarkan kajian konsultan independent, Price Waterhouse Coopers, pemerintah menteri BUMN dalam surat No. S-544/M-MBU/2002 tanggal 21 Agustus 2002 memutuskan BTN sebagai Bank Umum dengan fokus bisnis pembiayaan rumah tanpa subsidi.
Kerahasiaan Bank Tabungan Negara adalah berupa Pasiva Bank. Seperti misalnya tabungan, deposito, kredit nasabah, dll. Bank harus menjaga kerahasiaan tersebut demi menjaga kepercayaan nasabah terhadap bank. Karena kepercayaan nasabah pada pihak bank adalah faktor yang paling penting dan paling utama dalam kemajuan bank.
(64)
commit to user 4. Sumber Dana
BTN merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Persero. BUMN adalah badan usaha seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Sedangkan Persero BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara RI. 51% Saham BTN memang dimiliki oleh negara, sedangkan sisanya dijual lewat obligasi dan sekarang dimilki oleh beberapa organisasi seperti Jamsostek dan Galangan Kapal.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, BTN menghimpun dana secara mandiri melalui penghimpunan dana dari masyarakat. Dana tersebut dihimpun dalam bentuk tabungan, deposito maupun produk-produk dana lainnya. Jadi, sumber dana bank itu bisa dari masyarakat dan dari pemerintah. Pada umumnya pada bank-bank cabang memperoleh modal atau dana dari pusat yang bersumber dari masyarakat maupun pemerintah.
5. Visi dan Misi PT. Bank Tabungan Negara a. Visi
Menjadi Bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan dan mengutamakan kepuasan nasabah
(65)
commit to user b. Misi
1) Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri yang terkait, serta menyediakan produk dan jasa perbankan lainnya.
2) Menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan professional dan memiliki integritas yang tinggi. 3) Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan nasabah.
4) Melaksanakan manajemen perbankan yang sehat sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan Good Corporate Government untuk meningkatkan Shareholder Value.
5) Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungan.
6. Struktur Organisasi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo
Dalam pembentukan struktur organisasi, Bank Tabungan Negara menerapakan prinsip divisionalization / departementisasi. George R. Terry mendefinisikan departementisasi sebagai aktivitas untuk menyusun satuan-satuan organisasi yang akan diserahi bidang kerja tertentu atau fungsi tertentu.
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) merupakan salah satu kantor cabang yang membawahi Kantor Cabang Pembantu UNS, Klaten, Sukoharjo, Palur, dan Mojosongo. BTN cabang Solo ini sendiri dipimpin oleh Branch Manager dan di bawahnya terdapat beberapa kepala seksi
(1)
commit to user
Dalam perjalanan pembayaran kewajiban kreditnya, dijumpai debitur yang tidak bisa melanjutkan angsuran pada bulan-bulan berikutnya padahal semula pembayaran angsuran atas debitur tersebut lancar-lancar saja. Ternyata setelah ditelusuri debitur tersebut di PHK.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam sistem pembayaran KPR melalui angsuran kolektif :
1. Untuk mengatasi hambatan terkait dengan mutasi debitur, maka pihak debitur supaya menginformasikan terlebih dahulu kepada Bank BTN seputar mutasi atas dirinya. Dengan adanya komunikasi atas informasi dari debitur, maka dengan segera pihak BTN bisa mengkolektifkan debitur pada cabang BTN di daerah tempat debitur baru bekerja.
2. Berhubung pimpinan baru instansi debitur bekerja tidak mau melanjutkan kebijaksanaan pimpinan yang lama terkait MOU dengan Bank BTN, maka di sini petugas angsuran kolektif harus bisa mengadakan pendekatan dengan pimpinan baru tersebut untuk meyakinkan pimpinan tersebut dengan cara mengajak makan bersama atau pun dengan cara lainnya yang dapat menyentuh hati pimpinan tersebut.
3. Dalam proses kredit, BI checking debitur dan SP3K sesuai dengan kebijakan Bank BTN yang ada harus di crosscheck kembali selama enam bulan (6 bulan) sekali. Pengecekan tersebut salah satunya mengenai konfirmasi pekerjaan debitur, yakni apakah debitur yang bersangkutan masih bekerja di instansi yang sama pada waktu perjanjian kredit.
(2)
commit to user
3. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pembayaran KPR Melalui Angsuran Kolektif Pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo
Berdasarkan keterangan mengenai sistem pembayaran kolektif yang penulis dapatkan dari proses wawancara dan kegiatan selama magang di sana, dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan kekurangan dari sistem pembayaran kolektif adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan sistem pembayaran kolektif
Kelebihan sistem pembayaran kolektif sebagaimana diungkapkan oleh head teller Bank BTN Cabang Solo sebagai berikut :
1. Lebih aman dalam kelancaran angsuran 2. Mengurangi jumlah antrian di loket
3. Tidak dikenakan charge seperti pembayaran di loket 4. Lebih diprioritaskan
5. Efisien untuk debitur
6. Menambah relasi bagi BTN dengan adanya MOU (Memorandum of
Understanding) ke berbagai instansi kolektif
b. Kekurangan sistem pembayaran kolektif
Kekurangan dari sistem pembayaran kolektif berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bapak Sehono selaku petugas kolektif tanggal 15 Juli 2010 adalah sebagai berikut.
(3)
commit to user
“Selama ini belum ada kekurangan dari sistem pembayaran kolektif ini, selain hambatan-hambatan yang dijumpai dalam prosesnya di lapangan seperti yang saya katakan …...”
Namun menurut hasil pengamatan penulis selama melaksanakan aktivitas magang di bagian Loan Service, penulis melihat bahwa SKPG kurang dioptimalkan. SKPG pada waktu pengisiannya hanya sebagai persyaratan administrasi kredit saja. Padahal SKPG tersebut sudah ditandatangani oleh pimpinan dan bendaharawan gaji instansi debitur. Ternyata setelah di cek instansi tersebut belum ada kerja sama dengan BTN sehingga tidak ditindaklanjuti untuk dikolektifkan.
(4)
commit to user
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang berjudul “Sistem Pembayaran Kredit Melalui Angsuran Kolektif Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui angsuran kolektif di Bank BTN Cabang Solo bisa dikatakan baik karena telah memenuhi unsur-unsur yang terkandung di dalam suatu sistem. Unsur-unsur dalam sistem pembayaran kolektif yang dimulai dari adanya
input sistem yakni unit yang terkait, dokumen-dokumen yang dengan jelas
digunakan dalam sistem, serta sistem akuntansi yang digunakan untuk pembukuan telah mendukung dalam tercapainya sistem pembayaran kolektif yang berjalan sesuai yang diharapkan oleh Bank BTN Cabang Solo. Pelaksanaan dari proses sistemnya pun tidak menemui hambatan atau kendala-kendala yang berarti kecuali faktor-faktor ekstern atau di luar sistem, sehingga output yang dihasilkan pun sesuai dengan yang diharapkan yakni dengan sistem pembayaran kolektif dapat mempermudah debitur dalam membayar angsuran, memperluas relasi Bank BTN dengan berbagai instansi debitur kolektif, dan sistem ini lebih memberikan keamanan dalam pembayaran angsuran. Hal ini didukung dengan adanya
(5)
commit to user
data yang penulis dapatkan dari Bank BTN Solo Bulan Februari Sampai Juni Tahun 2010 yang menunjukkan bahwa rata-rata per bulannya jumlah debitur kolektif menyumbang kurang lebih 40% dari perkembangan jumlah debitur KPR secara keseluruhan (KPR dengan semua sistem atau cara pembayaran). Selain itu, data tersebut juga menunjukkan per bulannya sistem pembayaran kolektif hanya menyumbang hampir 0,1% dari NPL secara keseluruhan.
2. Hambatan / kendala yang sering terjadi dalam pelaksanaan sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui angsuran kolektif pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo lebih cenderung ke faktor eksternal yaitu dari debitur itu sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa fakta di lapangan seperti, mutasi debitur ke daerah, pergantian pimpinan perusahaan debitur, dan debitur di PHK.
3. Kelebihan sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui angsuran kolektif pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo adalah lebih aman dalam kelancaran angsuran, mengurangi jumlah antrian di loket, tidak dikenakan charge seperti pembayaran di loket, efisien untuk debitur, lebih diprioritaskan, dan menambah relasi bagi BTN dengan adanya MOU
(Memorandum Of Understanding) ke berbagai instansi kolektif. Sementara
untuk kekurangan sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui angsuran kolektif pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo belum ada, selain hasil dari pengamatan penulis yakni, Surat Kuasa Pemotongan Gaji (SKPG) kurang dioptimalkan.
(6)
commit to user
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan dalam penelitian yang berjudul “Sistem Pembayaran Kredit Melalui Angsuran Kolektif Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo”, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui angsuran kolektif di Bank BTN Cabang Solo sudah baik dan dapat ditingkatkan dengan koordinasi yang lebih baik antara fungsi-fungsi terkait dalam tahapan-tahapan sistemnya agar diperoleh hasil atau output sistem yang juga dapat lebih mendukung sasaran dan tujuan dari dibuatnya sistem tersebut.
2. Untuk mengatasi hambatan dalam sistem pembayaran kolektif, penulis menyarankan agar lebih dioptimalkannya MOU antara Bank BTN dengan instansi debitur kolektif yang dapat dilakukan dengan penambahan pasal-pasal yang mengatur tentang ketentuan mengenai mutasi debitur, debitur di PHK, dan ketentuan-ketentuan terkait dengan pergantian pimpinan instansi debitur.
3. Surat Kuasa Pemotongan Gaji (SKPG) dapat lebih dioptimalkan dengan menindaklanjuti calon debitur, bendahara, dan pimpinan instansi debitur yang telah menyetujui untuk dilakukan pemotongan gaji dalam pembayaran angsurannya. Penindaklanjutan SKPG ini dapat menambah tingkat keamanan dari pembayaran angsuran debitur dengan semakin luasnya kerjasama Bank BTN dengan instansi-instansi calon debitur untuk penggunaan sistem pembayaran kolektif.