Model GARCH Indeks Saham per Sektor

Melalui tabel 4.2 dapat diketahui bahwa ternyata kebijakan moneter oleh Bank Sentral melalui instrumen diskonto penetapan suku bunga acuan tidak mempunyai pengaruh terhadap return di pasar saham, dimana koefisien tersebut bernilai positif atau lebih besar dari tingkat krisis 5 0,870,05. Hal ini memberikan hasil bahwa volatilitas return dipasar saham secara indeks tidak dipengaruh oleh suku bunga. Dari hasil ini bisa dikatakan bahwa pengendalian volatilitas return di pasar saham ternyata tidak dapat dikendalikan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral melalui kebijakan moneter dengan instrumen diskonto pada tahun 2007 hingga 2012. Dari tabel 4.2 juga diketahui bahwa pasar modal Indonesia ternyata sudah semakin berkembang hal ini dikarenakan bahwa secara teori suku bunga acuan BI rate dapat mempengaruhi volatilitas pasar modal. Namun karena pasar modal yang semakin maju maka semakin banyak faktor yang mempengaruhinya sehingga kekuatan suatu variabel untuk mempengaruhinya semakin kecil.

4.3.2. Model GARCH Indeks Saham per Sektor

Berdasarkan hasil pemodelan sebelumnya yaitu pengaruh kebijakan moneter melalui instrumen diskonto diketahui bahwa penetapan kebijakan moneter oleh bank sentral melalui perubahan suku bunga ternyata tidak mempunyai pengaruh terhadap volatilitas return. Namun secara lebih spesifik kita tidak mengetahui apakah suku bunga memiliki pengaruh terhadap volatilitas return saham di tiap sektor. Melihat penelitian sebelumnya diketahui bahwa tiap sektor dalam saham ternyata mempunyai tanggapan atau perilaku yang berbeda terhadap perubahan suku bunga, namun untuk mengetahui bagaimana pengaruh Universitas Sumatera Utara perubahan suku bunga acuan terhadap masing-masing sektor saham akan terlihat pada penggunaan model GARCH. Sama seperti pada pemodelan sebelumnya, pada awal pengujian kita akan melakukan pemilihan model terbaik dari beberapa model yang dibentuk, pemilihan model didasarkan pada nilai AIC dan SBC. Untuk memilih model yang terbaik dilihat dari nilai SBC yang bernilai minimum. Hasil estimasi data return indeks saham sektoral model GARCH akan disajikan dalam Lampiran 2 Adapun rangkuman statistik deskriptif return indeks saham sektoral akan ditampilkan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Nilai AIC dan SBC Model GARCH pada saham Sektoral Sumber: Lampiran 1 Catatan: Penggunaan nilai SBC terkecil dikarenakan bahwa SBC merupakan acuan terbaik dalam sample yang besar Saham tiap sektor GARCH 1,0 GARCH1,1 GARCH 1,2 GARCH 2,1 AIC SBC AIC SBC AIC SBC AIC SBC Aneka Industri - 1.65 - 1.53 - 1.74 -1.58 - 1.67 - 1.48 - 1.73 - 1.54 Industri Dasar - 1.96 - 1.83 - 2.08 -1.92 - 2.05 - 1.86 - 2.05 - 1.86 Infrastruktur - 2.58 - 2.46 - 2.55 -2.39 - 2.65 - 2.45 - 2.56 - 2.37 Keuangan - 2.18 - 2.05 - 2.25 -2.09 - 2.22 - 2.03 - 2.22 - 2.03 Konsumsi - 2.85 - 2.72 - 2.84 -2.68 - 2.82 - 2.63 - 2.88 - 2.68 Manufaktur - 2.36 - 2.22 - 2.44 -2.28 - 2.41 - 2.22 - 2.45 - 2.26 Perdagangan dan Jasa - 2.10 - 1.98 - 2.18 -2.02 - 2.15 - 1.95 - 2.15 - 1.96 Pertambangan - 1.16 - 1.03 - 1.34 -1.18 - 1.32 - 1.13 - 1.34 - 1.15 Pertanian - 1.57 - 1.44 - 1.51 -1.35 - 1.74 - 1.55 - 1.43 - 1.24 Properti - 2.01 - 1.89 - 2.11 -1.95 - 2.08 - 1.89 - 2.05 - 1.86 Universitas Sumatera Utara Nilai yang tertera pada Tabel 4.3 akan menunjukan model yang terbaik yang digunakan pada tiap sektor di pasar saham. Ada beberapa menunjukan penggunaan model yang berbeda, tetapi ada beberapa juga yang sama. Berdasarkan nilai SBC terkecil, pada sektor infrastruktur dan konsumsi terlihat bahwa model yang digunakan adalah GARCH 1,0. Pada saham sektor aneka industri, industri dasar, keuangan, manufaktur, perdagangan dan jasa, pertambangan dan properti terlihat bahwa model yang dipilih adalah GARCH 1,1. Sedangkan pada sektor pertanian adalah GARCH 1,2. Untuk melihat apakah pemilihan model sudah tepat atau belum kita akan melakukan pengujian autokorelasi deret, uji heterokendasititas dengan ARCH LM Test dan uji asumsi kenormalan dengan uji Jarque-Bera. Pada lampiran 4 ditunjukan pengujian deret autokorelasi terhadap model GARCH dari tiap sektor di pasar saham. Dari hasil pengujian deret autokorelasi model dari tiap sektor pasar saham yang dipilih menunjukan bahwa GARCH 1,0 untuk sektor keuangan dan pertanian tidak signifikan secara statistik, GARCH 1,2 untuk sektor industri barang konsumsi, perdagangan, dan pertambangan tidak signifikan, dan GARCH 1,1 untuk sektor aneka industri, industri dasar, dan properti juga menunjukan hasil yang tidak signifikan secara statistik. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada residual model. Untuk menunjukan model yang masih mengandung efek ARCH atau tidak, dilakukan pengujian LM test untuk tiap model dari return indeks saham sektoral. Tabel 4.4 akan menunjukkan hasil pengujian ARCH LM pada model yang dipilih untuk tiap-tiap sektor saham. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Hasil ARCH LM Test pada tiap Model GARCH Indeks Saham Sektoral Probabilitas Uji Kebebasan Galat Aneka Industri 0,83 Tidak Signifikan Industri Dasar 0,88 Tidak Signifikan Infrastruktur 0,31 Tidak Signifikan Keuangan 0,81 Tidak Signifikan Konsumsi 0,27 Tidak Signifikan Manufaktur 0,80 Tidak Signifikan Perdagangan dan Jasa 0,84 Tidak Signifikan Pertambangan 0,34 Tidak Signifikan Pertanian 0,46 Tidak Signifikan Properti 0,70 Tidak Signifikan Sumber :Lampiran 3 Catatan : Nilai-nilai probabilitas p-value yang lebih besar dari tingkat kritis 0,05 5 menunjukan hasil pengujian tidak signifikan yang berarti tolak hipotesis. Hasil pengujian ARCH LM yang diperlihatkan pada Tabel 4.4 menunjukan bahwa tiap model memiliki hasil yang tidak signifikan yaitu memiliki nilai probabilitas yang l ebih besar dari nilai α = 0,05. Maka dapat disimpulkan keseluruhan model sudah tidak mengandung efek ARCH yang berarti model sudah baik. Pada uji asumsi kenormalan yang diuji dengan uji Jarque-Bera dapat dilihat pada lampiran 2 yang akan dirangkum pada tabel 4.5. Tabel 4.5 memberikan informasi tentang kemenjuluran skewness dan kerunjingan kurtosis. Koefisien kemenjuluran skewness yang merupakan ukuran kemiringan adalah lebih besar dari nol menunjukan data memiliki distribusi yang miring ke kanan, artinya data cenderung menumpuk pada nilai yang rendah. Sedangkan, koefisien yang lebih kecil dari nol menunjukan data memiliki Universitas Sumatera Utara distribusi yang miring ke kiri, artinya data cenderung menumpuk pada nilai yang tinggi. Nilai kurtosis digunakan untuk mengukur tingkat kepadatan sebaran. Tabel 4.5 Stastistika Deskriptif Data Return Indeks Tiap Sektor Sumber : Lampiran 2 Catatan : Nilai-nilai probabilitas p-value yang lebih besar dari tingkat kritis 0,05 5 bahwa error term telah mengikuti distribusi normal. Berdasarkan pada Tabel 4.5 dapat diamati bahwa pada indeks saham sektoral dimana koefisien kemenjuluran skewness semua sektor bernilai negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebaran menjulur ke kiri yang artinya memiliki distribusi yang miring ke kiri sehingga data cenderung menumpuk pada nilai yang tinggi. Dari hasil pengamatan pada Tabel 4.1 terlihat juga bahwa nilai kurtosis dari beberapa indeks saham sektoral lebih besar dari 3, yaitu saham sektor infrastruktur sebesar 5,291639 dan perdagangan dan jasa sebesar 4,059943. Hal ini merupakan gejala awal adanya heteroskedastisitas. Indeks saham skewness kurtosis Jarque bera-test Prob Indeks Aneka Industri -0,227966 2,609973 1,064987 0,587139 Indeks Industri Dasar -0,105991 2,719182 0,366266 0,832674 Indeks Infrastruktur -0,951345 5,291639 26,24585 0,000002 Indeks Keuangan -0,166827 2,990730 0,329589 0,848068 Indeks Konsumsi -0,057994 3,928882 2,592311 0,273582 Indeks Manufaktur -0,106450 3,177776 0,227587 0,892442 Indeks Perdagangan dan jasa -0,667599 4,059943 8,597596 0,013585 Indeks Pertambangan -0,247521 3,504903 1,479148 0,477317 Indeks Pertanian -0,083920 3.262141 0,286626 0,866483 Indeks Properti -0,305917 2,471788 1,932824 0,380446 Universitas Sumatera Utara Pada uji asumsi kenormalan yang diuji dengan uji Jarque-Bera juga terlihat bahwa ternyata tidak semua sektor memiliki nilai probabilitas lebih besar dari alpa 5 atau error term belum berdistribusi normal. Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa sektor infrastruktur mempunyai probabilitas sebesar 0,000002, serta sektor perdagangan dan jasa sebesar 0,013585. Hal ini berarti pada kedua sektor tersebut data belum terdistribusi secara normal. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan model ARCH –M yaitu dengan memasukkan standar deviasi atau varian sebagai varian bebas kedalam model, tetapi model varian error nya tetap menggunakan GARCH terbaik pada tiap sektor. Tabel 4.6 Stastistika Deskriptif Data Return Indeks Tiap Sektor Sumber: Lampiran 2 Catatan: Dengan menggunakan alpa 5 terlihat bahwa error term telah mengikuti distribusi normal Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa nilai kurtosis sudah berada pada kisaran 3 dan berdasarkan uji Jarque-Bera didapat nilai probabilitas sebesar 0,051134 pada sektor industri dan 0,399863 pada sektor perdagangan dan jasa. Dengan menggunakan alpa 5 terlihat bahwa error term telah mengikuti distribusi normal. Indeks saham Skewness kurtosis Jarque bera-test Prob Indeks Infrastruktur 0,611019 3,718853 5,946626 0,051134 Indeks Perdagangan dan jasa 0,269847 2,426914 1,833268 0,399863 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Koefisien GARCH, Model Estimasi dari Return Saham Tiap Sektor 2007-2012 Indeks tiap Sektor Mean Equation Ko ef. AI ID Inf Keu Kon s Man DJ Perd Pert Prop C 0.01 0.02 0.25 0.01 0.11 0.04 6 0.17 -0.22 -0.19 0.12 0.86 0.76 0.93 0.83 0.05 0.44 0.00 0.01 0.01 0.00 Variance equation Ko ef. AI ID Inf Keu Kons Man DJ Perd Pert Prop K 0.01 0.00 2 -0.00 0.00 2 0.00 0.00 -0.00 0.00 -9.19 0.00 0.11 0.33 0.77 0.33 0.42 0.08 0.62 0.09 0.48 0.19 � 1 0.55 0.55 0.37 0.53 -0.03 0.26 0.26 -0.12 0.01 0.04 0.05 0.01 0.07 0.02 0.07 0.18 � 2 -0.32 0.02 � 1 -0.06 0.27 0,87 0.34 0.91 0.10 1.05 0.65 1.08 1.06 0.88 0.48 0.06 0.49 0.00 0.68 0.00 0.00 0.00 0.00 �� ���� 0.002 0.00 -0.01 0.00 -0.01 -0.003 -0.02 0.035 0.03 -0.01 0.81 0.92 0.20 0.90 0.11 0.74 0.00 0.002 0.00 3 0.00 Sumber : Lampiran 1 Catatan : Angka dalam kurung merupakan nilai probabilitas p-value. Bintang satu mengindikasikan bahwa koefisien signifikan secara statistik pada tingkat kritis 5. Dari tabel 4.7 terlihat bahwa Koefisien variabel tersebut memperlihatkan hasil yang berbeda pada tiap sektor di pasar saham. Pada sektor perdagangan dan jasa, sektor pertambangan, sektor pertanian dan sektor properti koefisien BI rate menunjukan hasil yang signifikan dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari titik kritis α yaitu 0,05. Hal ini menunjukan bahwa volatilitas return saham pada sektor-sektor tersebut mempunyai hubungan atau dipengaruhi oleh penetapan suku bunga acuan BI rate. Pada sektor aneka industri, sektor industri dasar, sektor infrastruktur, sektor keuangan, sektor konsumsi dan sektor manufaktur terlihat bahwa koefisien dari sektor tersebut yaitu BI rate yang tidak signifikan Universitas Sumatera Utara secara statistik, dimana nilai probabilitas dari koefisien tersebut lebih besar dari titik kritis α = 0.05. Artinya volatilitas return pada sektor-sektor tersebut tidak dipengaruhi oleh suku bunga acuan. Dari hasil pembentukan model secara keseluruhan dapat diamati bahwa pengumuman penetapan kebijakan moneter oleh bank sentral melalui penetapan suku bunga acuan BI rate ternyara hanya mempunyai pengaruh terhadap lima sektor saja di pasar saham yaitu sektor saham infrastruktur, sektor perdagangan dan jasa, sektor pertambangan, sektor pertanian dan sektor properti. Sedangkan sektor lainnya tidak dipengaruhi oleh penetapan suku bunga acuan BI rate pada tahun 2007 hingga tahun 2012. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN