Hasil Uji Waktu Hancur Film Hasil Uji Disolusi Film

30 20 40 60 80 100 Formula 1 Formula 2 Formula 3 Waktu detik F o rmu la 20 40 60 80 100 Formula 1 Formula 2 Formula 3 Waktu F o rmu la

4.5 Hasil Uji Waktu Hancur Film

Hasil uji waktu hancur film dapat dilihat pada Tabel 4.3. Uji waktu hancur dilakukan dengan cakram dan tanpa cakram. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa waktu hancur sediaan ODF antalgin dari semua formula memiliki waktu hancur yang cepat. Gambar 4.2 Grafik waktu hancur dengan cakram Gambar 4.3 Grafik waktu hancur tanpa cakram Perlakuan tanpa cakram F1 memiliki waktu hancur sebesar 95 detik ± 3,0, F2 sebesar 87 detik ± 2,0, dan F3 sebesar 57,33 detik ± 5,033. Perlakuan dengan cakram F1 memiliki waktu hancur sebesar 87,33 detik ± 7,505, F2 sebesar 67,67 detik ± 4,509, dan F3 sebesar 47,33 detik ± 4,509. Batasan waktu hancur dari sediaan film adalah kurang atau sama dengan 90 detik. Meskipun tidak ada pedoman resmi untuk jalur oral. Umumnya waktu hancur khusus sediaan film untuk jalur oral yaitu 5-30 detik Saini, 2012. Universitas Sumatera Utara 31

4.6 Hasil Uji Disolusi Film

Penetapan jumlah obat dalam film merupakan evaluasi yang dilakukan untuk menilai cara kerja pembuatan sediaan sehingga dirasa cukup untuk menghasilkan sediaan yang dapat diaplikasikan. Jumlah obat dalam film dihitung dengan metode spektrofotometri. Indeks mengembang terkait dengan pelepasan obat dari film, yaitu bila indeks mengembang besar, maka pelepasan obat akan lebih baik, terutama bagi obat yang mudah larut dalam air seperti antalgin. Uji disolusi dilakukan dengan cara mengamati sejumlah zat aktifobat yang terlarut dalam suatu medium sebagai fungsi waktu. Hasil uji disolusi dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil uji disolusi film Formula Waktu detik Kumulatif Kontrol 15 33,16 30 34,41 45 35,27 60 36,88 90 38,87 F I 15 36,13 30 49,51 45 56,79 60 64,93 90 75,17 F II 15 33,88 30 50,64 45 74,11 60 78,24 90 89,88 F III 15 57,90 30 73,03 45 87,99 60 99,58 90 105,73 Uji disolusi sediaan ODF antalgin dilakukan pada detik ke-15, 30, 45, 60 dan 90. Dari semua formula ODF antalgin pada detik ke-30 sudah memiliki Universitas Sumatera Utara 32 persen kumulatif yang tinggi yaitu F1 sebesar 49,51 , F2 sebesar 50,64 , dan F3 sebesar 73,03 . Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan formula akan menyebabkan disolusi zat aktifnya berbeda. Data yang diungkapkan dalam persentase jumlah zat aktif terlarut pada tabel diatas menunjukkan F3 memiliki profil pelepasan obat yang paling baik. Cepat tidaknya obat larut ke dalam medium dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kelarutan.Kecepatan disolusi sangat ditentukan oleh kelarutan zat aktif dalam medium.Semakin besar kelarutannya dalam medium, maka semakin banyak jumlah zat aktif yang terlarut di dalamnya Fudholi, 2013. Tabel 4.5 Hasil uji disolusi detik ke 15, 30, 45, 60 dan 90 berdasarkan uji statistik anova ANOVA persen kumulatif Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 6231,528 3 2077,176 7,413 ,002 Within Groups 4483,432 16 280,215 Total 10714,961 19 Berdasarkan analisis statistik metode one way anova diperoleh nilai p value 0,002 0,05, sehingga disimpulkan bahwa H tidak diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan persen kumulatif obat dari ketiga formula tersebut.Konsentrasi PEG 400 mempengaruhi karakter disolusi dan pelepasan obat dari masing – masing formula. Polyethylenglycol PEG mempunyai titik lebur yang relatif rendah sehingga mempermudah pembuatan dispersi padat.Mempunyai berat molekul BM yang tinggi, sehingga memungkinkan pembentukan dispersi padatan interstisial Fudholi, 2013. Universitas Sumatera Utara 33 20 40 60 80 100 120 20 40 60 80 100 Waktu detik Formula 1 Formula 2 Formula 3 kontrol Ku m u lat if Teori pengembangan menyatakan bahwa setelah ODF kontak dengan medium, larutan medium masuk ke dalam tablet dan berpenetrasi pada bahan penghancur dan partikel mengembang. Akibatnya mendesak ke partikel lain, sehingga kohesi antarpartikel menurun, dan sediaan hancur. Asumsi utama adalah, bahwa proses pengembangan bahan penghancur ini merupakan fenomena pokok disintegrasi Fudholi, 2013. Adapun jumlah obat yang dilepas dalam sedian film dapat dilihat pada Gambar 3.1 Gambar 4.4 Grafik disolusi ODF antalgin Obat yang diberikan per oral dalam bentuk sediaan padat, ketersediaan hayatinya dapat bervariasi dari nol sampai 100 .Oleh sebab itu sebelum memberikan obat kepada pasien perlu dipastikan berapa nilai ketersediaan hayati suatu sediaan obat.AUC merupakan parameter yang penting sebagai ukuran dalam mengambarkan jumlah obat dalam tubuh, sehingga sering dikaitkan dengan efek farmakologi suatu obat.Setiap perubahan AUC dapat mencerminkan perubahan efek obat. Lukman, 2013 Universitas Sumatera Utara 34 Tabel 4.6 Tabel hasil AUC Jenis Formula AUC mcgml Kontrol 2.955,450 Formula I 4.731,925 Formula II 5.488,050 Formula III 6.750,300 4.7 Hasil Uji Daya Mengembang Daya mengembang film diukur dengan melihat besarnya peningkatan massa film yang dibiarkan mengembang dalam larutan dapar fosfat pH 6,8 selama 45detik. Hasil uji daya mengembang dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 4.7 Hasil uji daya mengembang Formula Waktu detik Daya Mengembang F1 15 69,21 ± 3,735 30 114,82 ± 3,611 45 143,97 ± 3,459 F2 15 100,64 ± 1,845 30 156,11 ± 2,294 45 179,06 ± 2,180 F3 15 146,22 ± 2,371 30 170,16 ± 4,374 45 182,57 ± 2,105 Peningkatan massa dari film menunjukkan jumlah air yang diserap atau peningkatan hidrasi yang terjadi. Tingkat hidrasi polimer terkait kemampuan polimer untuk menginduksi sehingga terjadinya mobilitas rantai polimer yang memperbesar proses interpenetrasi antar polimer dan musin Gotalia, 2012. Semakin banyak air yang diserap, maka semakin baik daya mengembangnya. Diketahui bahwa pada 15 detik pertama film masih memiliki bentuk film yang baik. Diatas waktu tersebut film mulai mengalami kehancuran fisik terjadi erosi. Daya mengembang film setelah detik ke 45 tidak diperhitungkan karena film mengalami kehancuran fisik dan menyulitkan teknis dalam menimbang bobot akhir film. Universitas Sumatera Utara 35 50 100 150 200 10 20 30 40 50 D aya m en ge m b an g waktu detik Formula 1 Formula 2 Formula 3 Gambar 4.5 Grafik daya mengembang ODF antalgin Dari Tabel 3.4 diketahui bahwa film dari formula 3 mengalami pengembangan dan erosi yang lebih cepat dibanding film formula 1 dan 2. Hal ini dikarenakan polietilen glikol PEG dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan profil disolusi dari satu senyawa dengan membuat dispersi padat dan kandungan PEG yang sesuai Raymond,2006. Nilai pengembangan film penting untuk memprediksi pelepasan obat dari film. Pelepasan obat akan terjadi lebih cepat bila polimer lebih cepat terhidrasi dan mengalami swelling. Universitas Sumatera Utara 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN