erat kaitannya dengan pemberantasan tindak pidana korupsi. Dengan demikian, penulisan skripsi ini merupakan penulisan pertama dan asli adanya.
F. Tinjauan Kepustakaan
1. Tindak Pidana Korupsi
Korupsi berasal dari kata latin “corruptio” atau “corruptus” yang bila
diterjemahkan secara harfiah adalah pembusukan, kuburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, kata-
kata atau ucapan yang memfitnah. Pendapat lain bahwa dari istilah “korupsi” yang berasal dari kata
“corrupteia” yang dalam bahasa latin berarti “bribery” atau “seduction”. Bribery dapat diartikan sebagai memberi kepada seseorang agar
seseorang tersebut berbuat untuk keuntungan pemberi. Sedangkan seduction berarti sesuatu yang menarik agar seseorang menyeleweng.
13
Sedangkan arti harafiah dari korupsi dapat berupa :
14
1. kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejadan, dan
ketidakjujuran; 2.
perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, peenrimaan uang, sogok dan sebagainya;
3. perbuatan yang kenyataannya menimbulkan keadaan yang bersifat
penyuapan dan bentuk-bentuk ketidakjujuran, sesuatu yang dikorup seperti kata yang diubah atau diganti secara tidak tepat
dalam satu kalimat, pengaruh-pengaruh yang korup.
13
http:id.shvoong.comlaw-and-politicslaw2027081-pengertian-korupsi-dan-tindak- pidanaixzz1aAXOjzOd. Diakses pada tanggal 27 Desember 2012.
14
Juniver Girsang, Abuse of Power, Penyalahgunaan Kekuasaan Aparat Penegak Hukum Dalam Penanganan Tindak Pidana Korupsi, Penerbit : JG Publishing, Jakarta, 2012, halaman 8
Universitas Sumatera Utara
Beberapa faktor penyebab timbulnya Tindak Pidana Korupsi, antara lain:
15
1. lemahnya pendidikan agama, moral, dan etika;
2. tidak adanya sanksi yang keras terhadap pelaku korupsi;
3. tidak adanya suatu sistem pemerintahan yang transparan Good
Governance; 4.
faktor ekonomi di beberapa negara, rendahnya gaji pejabat publik seringkali menyebabkan korupsi menjadi “budaya”;
5. manajemen yang kurang baik dan tidak adanya pengawasan yang
efektif dan efisien; serta 6.
modernisasi yang menyebabkan pergeseran nilai-nilai kehidupan yang berkembang dalam masyarakat.
Secara umum tindak pidana korupsi diatur dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi selanjutnya disebut UU PTPK. Selain itu hukum acara dalam menangani tindak pidana korupsi tunduk pada Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana KUHP dan penyimpangannnya yang diatur secara khusus dalam UU PTKP.
16
UU PTKP tidak membuat pengertian tentang tindak pidana korupsi. Akan tetapi, dengan memperhatikan kategori tindak pidana korupsi sebagai delik formil,
maka Pasal 2 dan Pasal 3 UU PTKP mengatur secara tegas mengenai unsur-unsur pidana dari tindak pidana korupsi tersebut. Pasal 2 UU PTPK, menyatakan
sebagai berikut :
15
Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, Penerbit: Sinar Grafika, Jakarta, 2011, halaman 15
16
Firman Wijaya Opcit, halaman 2
Universitas Sumatera Utara
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.... Selanjutnya dalam Pasal 3 UU PTPK, menyatakan :
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.... Defenisi yuridis dalam UU PTPK tersebut merupakan batasan formal yang
ditetapkan oleh badan atau lembaga formal yang memiliki wewenang untuk itu disuatu negara. Oleh karena itu, batas-batas tindak pidana korupsi sangat sulit
dirumuskan dan tergantung pada kebiasaan maupun undang-undang domestik suatu negara.
17
2. Pengertian Tindak Pidana Berkelanjutan dalam Hukum Pidana