Asumsi Operasionalisasi Konsep PENDAHULUAN

I.5 Asumsi

Ralph LaRossa dan Donald C.Reitzes mencatat tujuh asumsi yang mendasari teori interaksionisme simbolik memperlihatkan tiga tema besar, yakni: 1 Pentingnya makna bagi perilaku manusia, 2 Pentingnya konsep mengenai diri, dan 3 Hubungan antara individu dan masyarakat 8 . Tiap anggota Triple S mempunyai makna tersendiri tentang SS501, saat mereka berkumpul dan berinteraksi maka mereka mulai mempunyai makna yang sama terhadap SS501 dan interaksi ini juga dapat membentuk identitas diri mereka.

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka adalah hasil pemikiran yang rasional, merupakan uraian yang bersifat kritis serta memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan mengantar penelitian pada rumusan hipotesis. Menurut Kerlinger konsep ialah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi konsep merupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu objek 9 Ada pun konsep – konsep yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: . 8 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Jakarta: Salemba Humanika, 2008, hlm 96. 9 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Prenada Kencana Media Group, 2009, hlm 17. Universitas Sumatera Utara

I.6.1 Komunikasi

Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai kemampuan untuk melakukan interaksi yang telah menyebabkannya berbeda dengan makhluk- makhluk lain. Dalam prosesnya, terjadi pertukaran informasi dan adanya saling ketergantungan. Sementara penyampaiannya dilakukan secara langsung maupun melalui media. Komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk mencapai suatu tujuan komunikasi yang dapat dilihat dari berbagai kegiatan. Tujuan komunikasi itu adalah untuk perubahan sikap attitude change, perubahan pendapat opinion change, perubahan perilaku behavior change, perubahan sosial social change 10

I.6.2 Identitas Diri

. Jadi, lingkup komunikasi menyangkut persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan substansi interaksi social orang-orang dalam masyarakat, termasuk konten interaksi komunikasi yang dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan media komunikasi. Identitas diri merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, ”siapakah saya?” dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri self oleh individu- individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. Identitas diri merupakan perasaan keunikan seseorang, keinginan untuk menjadi orang yang berarti, dan mendapat pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Setelah memasuki masa remaja, individu mulai menilai dirinya sejalan dengan 10 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, hlm 26 Universitas Sumatera Utara pertumbuhan fisik dan kemasakan kognisi yang pesat. Bourne dalam Mukti 2005 mengatakan bahwa individu yang telah mencapai rasa identitas diri yang mantap setelah masa pencarian yang aktif cenderung lebih otonom dan kreatif. Mereka juga menunjukkan kapasitas yang lebih besar untuk menjalin keakraban dengan lingkungannya, mempunyai identitas jenis kelamin seksual yang mantap, dan penalaran moral yang lebih dewasa serta mampu bersikap mandiri 11 Identitas diri dapat juga dilihat dari gaya hidup, gaya hidup membantu memahami apa yang orang lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan apakah yang mereka lakukan bermakna bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku . 12

I.6.3 Komunitas

. Oleh karena itu, banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang, misalnya: gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya. Istilah komunitas yang berasal dari kata community dapat diartikan sebagai masyarakat setempat. Apabila anggota-anggota sesuatu kelompok baik kelompok besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan 11 Rustam Rosidi, Hubungan Antara Self Body Image Dengan Pembentukan Identitas Diri Remaja. 2009. etd.eprints.ums.ac.id37351F100040101.pdf 12 Dimitri Nindyastari, Dona Eka Putri, Psi., M.Si, Adolescent Lifestyle That Does Clubbing. 2008. http:papers.gunadarma.ac.idindex.phppsychologyarticleview2223 Universitas Sumatera Utara bahwa kelompok tersebut memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi disebut masyarakat setempat Soekanto, 2001:162 13 Ciri-ciri komunitas adalah: . - A common life - Community centiments, mencakup unsur-unsur; seperasaan, sepenanggungan, dan saling memerlukan. - Locality centiments 14

I.6.4 Budaya Populer

Pop Culture atau Budaya Populer atau dapat disebut juga dengan Budaya Massa merupakan hasil produksi dari industri budaya culture industry yang proses produksinya pun didasarkan pada mekanisme kekuasaan sang produser baca: kapitalis dalam bentuk penentuan gaya dan maknanya. Lahirnya media massa semakin meningkatkan komersialisasi budaya. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Budaya Massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen massa. Budaya massa adalah adalah budaya populer yang diproduksi untuk massal 15 .

I.7 Operasionalisasi Konsep

13 Dr. Atie Rachmiatie M.Si, Radio Komunitas; Eskalasi Demokratisasi Komunikasi , Bandung: Simbiosa Rekatama Media , 2007, hlm 71 14 R.M. Mac Iver dan Charles H. Page, Society An Introductory Analysis, London: , 1961, hlm 293. 15 Dominic Strinati, Popular Culture; Pengantar Menuju Teori Budaya Populer ,Yogyakarta: Bentang , 2003, hlm. 12. Universitas Sumatera Utara Mead menciptakan tiga konsep kunci dalam interaksi simbolik : • Mind; Pikiran manusia mengartikan dan menafsirkan benda-benda dan kejadian yang dialami menerangkan asal muasal dan meramalkan mereka. Pikiran manusia menerobosi dunia di luar dan seolah -olah mengenalnya dari balik penampilan. • Self; Manusia menerobosi diri sendiri juga dan membuat hidupnya sendiri menjadi objek pengenalannya, yang disebut aku atau diri. Diri ’aku’ dikenal olehnya mempunyai ciri-ciri dan status tertentu. Manusia ditanyai ”siapakah dia?” dan akan menjawab, bahwa ia mempunyai nama. • Society; mind dan self berasal dari society atau dari proses – proses interaksi. Hanya dengan menyerasikan diri dengan harapan – harapan orang lain, interaksi akan menjadi mungkin 16 16 West Turner, Op. Cit., hlm. 104-107. Universitas Sumatera Utara

BAB II URAIAN TEORI

II.1 Komunikasi

Komunikasi sebenarnya bukan hanya ilmu pengetahuan, tapi juga seni bergaul. Agar kita dapat berkomunikasi efektif, kita dituntut tidak hanya memahami prosesnya, tapi juga mampu menerapkan pengetahuan kita secara kreatif Kincaid Schramm, 1977:2. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dalam mana makna yang distimulasikan serupa atau sama dengan yang dimaksudkan komunikator–pendeknya, komunikasi efektif adalah makna bersama Verderber, 1978:7 17 .

II.2 Teori Interaksionisme Simbolik

Teori interaksionisme-simbolik dikembangkan oleh kelompok The Chicago School dengan tokoh-tokohnya seperti Goerge H.Mead dan Herbert Blummer. Awal perkembangan interaksionisme simbolik dapat dibagi menjadi dua aliran mahzab yaitu aliran mahzab Chicago, yang dipelopori oleh oleh Herbert Blumer, melanjutkan penelitian yang dilakukan George Herbert Mead. Blumer meyakini bahwa studi manusia tidak bisa diselenggarakan di dalam cara yang sama dari ketika studi tentang benda mati. Peneliti perlu mencoba empati dengan pokok materi, masuk pengalamannya, dan usaha untuk memahami nilai 17 Deddy Mulyana, Dr, MA, Mengapa Kita Mempelajari Komunikasi?: Sebuah Pengantar, dalam Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication, Konteks-konteks Komunikasi buku kedua. PT Remaja Rosdakarya Bandung, cetakan keempat, Oktober 2005, halaman viii . 14 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Konstruksi Identitas Diri Murid pada Lembaga Pendidikan Non Formal (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Emphaty Medan).

2 74 151

FENOMENA KOREAN WAVE ATAU HALLYU SEBAGAI ALAT DIPLOMASI KOREA SELATAN

1 3 89

JILBAB DAN IDENTITAS DIRI MUSLIMAH (Studi Kasus Pergeseran Identitas Diri Muslimah Jilbab dan Identitas Diri Muslimah Studi Kasus Pergeseran Identitas Diri Muslimah di Komunitas Solo Hijabers Kota Surakarta.

0 5 14

ANALISIS PERILAKU FANATISME PENGGEMAR BOYBAND KOREA (STUDI PADA KOMUNITAS SAFEL DANCE CLUB).

15 36 81

Identitas Diri Dalam Komunitas Punks (Studi Kasus Identitas Diri Anak Punk Yang Sudah Bekerja Dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi Pada Komunitas Punks Di Kota Medan)

0 0 12

Identitas Diri Dalam Komunitas Punks (Studi Kasus Identitas Diri Anak Punk Yang Sudah Bekerja Dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi Pada Komunitas Punks Di Kota Medan)

0 0 2

Identitas Diri Dalam Komunitas Punks (Studi Kasus Identitas Diri Anak Punk Yang Sudah Bekerja Dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi Pada Komunitas Punks Di Kota Medan)

0 0 16

Identitas Diri Dalam Komunitas Punks (Studi Kasus Identitas Diri Anak Punk Yang Sudah Bekerja Dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi Pada Komunitas Punks Di Kota Medan)

0 0 59

Identitas Diri Dalam Komunitas Punks (Studi Kasus Identitas Diri Anak Punk Yang Sudah Bekerja Dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi Pada Komunitas Punks Di Kota Medan)

0 0 5

FENOMENA HALLYU DALAM PEMBENTUKAN TREN REMAJA (Studi kasus pada Sone penggemar Girl Band Korea “Girls Generation” di Han-Guk Aein Community) - FISIP Untirta Repository

0 0 134