Landasan Teori KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN

2.3 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan hubungan teori sastra dan pemikiran filsafat yang dikemukakan oleh Wellek Austin Warren terjemahan Budianta 1989:134- 135. ‘Sastra sering dilihat sebagai bentuk filsafat, atau sebagai pemikiran yang terbungkus dalam bentuk khusus. Jadi, sastra dianalisis untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran hebat. Meskipun sekarang ilmuwan sudah jenuh mengorek-ngorek hal-hal yang ilmiah dari karya sastra, sampai sekarang karya sastra masih sering dibahas sebagai karya filsafat…karya sastra dapat dianggap sebagai dokumen sejarah pemikiran dan filsafat, karena sejarah sastra sejajar dan mencerminkan sejarah pemikiran.’ Filsafat sebagai salah satu ilmu bantu sastra tentu relevan dalam pengkajian suatu karya sastra. Ilmu filsafat dapat digunakan sebagai optik untuk melihat anasir- anasir dari suatu karya sastra yang menjadi titik temu antara sastra dan filsafat. Hubungan simbiosis antara sastra dengan filsafat bukanlah suatu hal yang asing dalam ilmu sastra maupun dalam ilmu filsafat sendiri. Bahkan Ulrici, peneliti karya- karya Shakespeare dari Jerman, menyatakan hubungan sastra dengan filsafat secara gamblang Wellek dan Austin Warren, 1989: 34. Ia mengatakan sastra dapat dilihat dalam bentuk filsafat atau sebagai bentuk pemikiran yang terbungkus. Pernyataan Ulrici di atas ada kebenarannya. Apabila kita mensejajarkan antara sejarah sastra dengan sejarah pemikiran atau filsafat akan terlihat jelas hubungannya. Ini dikarenakan secara langsung atau melalui alusi-alusi dalam karyanya, kadang- kadang pengarang menyatakan bahwa ia penganut filsafat tertentu, mempunyai Universitas Sumatera Utara hubungan yang dominan pada zamannya, atau paling tidak mengetahui garis besar ajaran paham-paham tersebut Wellek dan Austin Warren, 1980: 38. Oleh karena adanya hubungan antara sastra dengan filsafat mendorong penulis untuk mengkaji suatu karya sastra dari sudut pandang filosofis. Etika adalah bidang kajian filsafat yang terkait dengan persoalan nilai moral prilaku manusia. Dalam sistematika filsafat, ia merupakan bagian dari kajian aksiologi, yaitu cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai. Sebagai bagian dari kajian filsafat, etika merupakan pemikiran filosofis tentang nilai moral, bukan nilai moral itu sendiri Bertens, 2007:6. Nilai moral adalah kualitas prilaku baik dari manusia. Ajaran yang memberi manusia tentang bagaimana berprilaku dengan kualitas baik adalah moralitas atau dalam Islam dikenal dengan akhlak. Seorang akademisi dan rohaniwan Suseno 1992:42 mengatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Yang memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup adalah moralitas. Sedangkan etika justru hanya melakukan refleksi kritis atas norma atau ajaran moral tersebut atau kita juga bisa mengatakan bahwa moralitas adalah petunjuk konkret yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup. Sedangkan etika adalah perwujudan dan pengejawantahan secara kritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai. Keduanya mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi kita orientasi bagaimana dan ke mana kita harus melangkah dalam hidup ini. Tetapi bedanya moralitas langsung mengatakan kepada kita; inilah caranya anda harus melangkah. Sedangkan etika Universitas Sumatera Utara harus mempersoalkan; apakah saya harus melangkah dengan cara itu dan mengapa harus dengan cara itu? Etika dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan sering kali meliputi suatu sistem nilai dan norma sosial, dan etika selalu berlaku dalam suatu konteks budaya yang tertentu Bertens, 2001:12. Etika Jawa merupakan keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk mengetahui bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya Suseno, 2003:6. Etika kekuasaan Jawa sebagai bagian dari kajian filsafat Jawa adalah suatu konsep kepemimpinan yang tumbuh dari kehendak kultural masyarakat Jawa, nilai- nilai yang hidup di masyarakat Jawa. 13 Nilai-nilai luhur itu merupakan ekspresi kultural yang sarat kebijaksanaan, keteladanan dan keluhuran. Untaian kebijaksanaan hidup yang berkaitan dengan moralitas dirangkai dan disarikan dari kitab-kitab Jawa kuno karya para pujangga agung serta ungkapan luhur yang diwariskan secara turun temurun. 13 Lihat Nasruddin Anshoriy CH. 2008. Neo Patriotisme: Etika Kekuasaan dalam Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: LKiS. Universitas Sumatera Utara

2.4 Model Penelitian