Pengaruh Capital Inflow dan Capital Outflow Terhadap Nilai Tukar Rupiah

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji, 1995. Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal asing, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

Ardhiansyah, Rudi, 2006 : Analisis Neraca Pembayaran Terhadap Nilai Tukar Rupiah.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia,2008. Analisis Hubungan Kointegrasi dan Kausalitas serta Hubungan Dinamis antara Aliran Modal Asing, Perubahan Nilai Tukar dan Pergerakan IHSG di Pasar Modal Indonesia.

Baillie, Richard dan Patrick McMahon, (1998) The foreign exchange market: Theory and econometric evidence, Cambrige : cambrige University perss. Bank Indonesia, 2005-2013. Laporan Neraca Pembayaran Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia.

Hady, Hamdy. 2001. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Juanda, Bambang & Junadi 2012. Ekonometrika Deret Waktu, Bogor : IPB Press Krugman, Paul R & Maurice Obstfeld, 1996.Ekonomi Internasional :Teori dan

Kebijakan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Levi, Maurice D, 2004. Keuangan Internasional, Yogyakarta : Andi.

Madura, jeff , 2000. International financial management, USA : South Westhern , college publishing.

Murdayanti, Yunika, 2012. Pengaruh Gross Domestic Product, Inflasi, Suku Bunga ,Money Supply, Current Account dan Capital Account terhadap Nilai Tukar Rupiah. Jurnal ekonomi, vol 10, no 1

Nachrowi, Hardius Usman, 2006. Ekonometrika : Untuk Analisis Ekonomi dan keuangan, Jakarta : LPFEUI

N.Gregor , Mankiw, 2000. Teori Makro Ekonomi, Jakarta: Erlangga.

Rosadi, Dedi, 2011. Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan , Yogyakarta: Andi.

Salvatore, Dominick, 1997. Ekonomi Internasional, Jakarta : Erlangga.


(2)

Wahyu, Ario Pratomo & Paidi Hidayat, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews Dalam Ekonometrika, Medan: USU Press.

Widarjono, Agus, 2005. Ekonometrika Teori dan Aplikasinya, Edisi Pertama. Yogyakarta: Ekonisia.

Website :

http://www.bi.go.id http://www.bkpm.go.id/


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu prosedur ilmiah yang dipergunakan untuk melakukan penelitian, dengan tujuan mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian empiris dimana data dalam bentuk angka atau sesuatu yang dapat dihitung. Penelitian ini ditujukan untuk menguji variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu pengaruh capital inflow dan capital outflow terhadap nilai tukar rupiah.

3.2 Batasan Operasional

Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk melihat pengaruh capital inflow dan capital outflow negara Indonesia terhadap nilai tukar rupiah, dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dimana variabel capital inflow dan capital outflow sebagai variabel independen, mencakup investasi langsung (direct invesment), investasi tidak langsung (portfolio invesment), serta aliran modal lainnya ( other types flow) yang dicatat didalam neraca pembayaran. Kemudian nilai tukar rupiah adalah variabel dependen, merupakan harga atau nilai mata uang rupiah yang dinyatakan dalam satuan mata uang US dollar.


(4)

3.3 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Didalam operasional penelitian, terdapat variabel dependen yaitu nilai tukar rupiah. Kemudian variabel independen yang menjelaskan capital inflow adalah direct investment, portfolio investment, other investment yang masuk ke Indonesia dan variabel independen yang menjelaskan capital outflow adalah direct investment, portfolio investment, other investment keluar Indonesia. Dimana : 1. Nilai tukar rupiah merupakan harga atau nilai mata uang rupiah terhadap mata

uang dollar Amerika.

2. Direct Investment inflow merupakan Investasi langsung yang dilakukan oleh bukan penduduk Indonesia pada perusahaan di Indonesia dalam satuan mata uang USD.

3. Portfolio investment inflow merupakan Investasi portofolio yang dilakukan oleh bukan penduduk Indonesia di Negara Indonesia dalam satuan mata uang USD.

4. Other investment inflow merupakan Transaksi penerimaan pinjaman dan kewajiban lainnya oleh bukan penduduk Indonesia kepada bukan penduduk Negara Indonesia dalam satuan mata uang USD.

5. Direct Investment outflow merupakan Investasi langsung yang dilakukan oleh penduduk Indonesia pada perusahaan di luar Negara Indonesia dalam satuan mata uang USD

6. Portfolio investment outflow merupakan Investasi portofolio yang dilakukan oleh penduduk Indonesia di luar Negara Indonesia dalam satuan mata uang USD.


(5)

7. Other investment outflow merupakan Transaksi pemberian pinjaman dan tagihan lainnya oleh penduduk Indonesia kepada bukan penduduk Negara Indonesia dalam satuan mata uang USD.

3.4 Skala Pengukuran Variabel

Proses pengukuran variabel yang digunakan didalam penelitian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1

Skala Pengukuran Variabel

Variabel Dependent Pengukuran Skala

Nilai tukar rupiah (dependent variabel)

Harga atau nilai mata uang rupiah terhadap mata uang dollar AS.

Rasio

Variabel Independent Pengukuran Skala

Direct Investment inflow

Portfolio investment inflow

Other investment inflow

Direct Investment outflow

Jumlah investasi langsung di Indonesia oleh Negara asing.

Jumlah investasi portofolio (penjualan asset) di Indonesia oleh Negara asing.

Jumlah penerimaan pinjaman dan kewajiban lainnya oleh penduduk Indonesia dari bukan penduduk Indonesia.

Jumlah investasi langsung ke luar Indonesia oleh penduduk Indonesia.

Rasio

Rasio

Rasio


(6)

Portfolio investment outflow

Other investment outflow

Investasi portofolio (pembelian asset) di luar negeri Indonesia oleh penduduk Indonesia.

Pemberian pinjaman dan tagihan lainnya kepada bukan penduduk Indonesia oleh penduduk Indonesia.

Rasio

Rasio

Sumber : Diolah

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif runtun waktu (time series) setiap triwulannya dari tahun 2005 -2013 dan bersumber dari Bank Indonesia, World Bank dan International Monetery Funding (IMF), serta berbagai situs yang berhubungan dengan penelitian.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diambil dari web site Bank Indonesia (BI) dan instansi terkait lainnya dengan melakukan pencatatan langsung. Untuk mencari studi pustaka maka peneliti melakukan pengumpulan literatur berupa kumpulan materi kuliah, jurnal, artikel dan buku-buku yang berhubunganan dengan penelitian.

3.7 Model Analisis

Untuk menyederhanakan variabel nilai tukar yang dipengaruhi capital inflow dan capital outflow dapat dijelaskan dengan fungsi berikut :


(7)

Dapat dispesifikasikan ke dalam model berikut,

��=–���–���–���+ ���+���+ ��� (2) Dimana:

ERt = Nilai tukar rupiah

X1 = Direct Investment Inflow

X2 = Portfolio Investment Inflow

X3 = Other Investment Inflow

X4 = Direct Investment Outflow

X5 = Portfolio Investment Outflow

X6 = Other Investment Outflow �0 = Intercep

� = Koefisien regresi

Ɛt = eror term ( Kesalahan penganggu) 3.8 Metode dan Teknik Analisis

Metode analisis yang digunakan didalam penelitian ini adalah model VECM (Vector Eror Correction Model) . Metode VECM merupakan turunan dari metode VAR (Vector Autoregressive), dimana metode VECM sebagai alternative pembentukan VAR disaat variabel yang diteliti mempunyai hubungan jangka panjang (terkointegrasi), untuk mengkoreksi apakah variabel yang diamati memiliki hubungan keseimbangan jangka pendek. Untuk mengestimasi dengan metode VECM ( Vector Eror Correction Model) , beberapa tahapan harus dilewati sebagai berikut :


(8)

3.8.1 Uji Akar Unit Uji Stasioneritas (Unit Root Test)

Uji stasioneritas penting dilakukan untuk menghindari terjadinya regresi lancung didalam persamaan. Dimana nilai koefisien determinasi yang mungkin tinggi serta nilai koefisien variabel pengaruh yang tinggi dan signifikan secara statistik, namun sebenarnya variabel independen dan dependen tidaklah mempunyai hubungan, melainkan hanya menunjukkan trend saja. Maka untuk mengestimasi data time series, data yang digunakan harus stasioner. Metode yang paling populer digunakan untuk menguji masalah stasioner data salah satunya adalah uji akar-akar unit (unit root test) Dickey-Fuller. Adapun formulasi uji Augmented Dickey Fuller (ADF) sebagai berikut :

∆Yt= a0 + Yt-1 + =i ∆Yt-1+1 + t (3)

Dimana :

Y = variabel yang diamati

∆Yt = Yt ─ Yt-1

= koefisien

� = operasi kelambanan waktu T = trend waktu

Hipotesis yang dikemukakan adalah :

H0 : ρ = 0 (Terdapat unit roots, variabel Y tidak stasioner)


(9)

Kriteria pengambilan keputusan :

• Ho diterima jika nilai ADF lebih kecil dari nilai kritis Mackinnon pada α = 1 %, α = 5%, α = 10%.

• Ha diterima jika nilai ADF lebih besar dari nilai statistik Mackinnon pada

α = 1 %, α= 5%, α = 10%. 3.8.2 Penentuan Lag optimal

Penentuan kelambanan (lag) optimal sangat dibutuhkan dalam pengujian model VAR (Vector Autoregressive), untuk menangkap tingkat kelambanan waktu (lag) didalam model analisis yang telah ditentukan. Untuk mendapatkan kelambanan (lag) optimal didalam penelitian, dilakukan pengujian lag length criteria. Kriteria kelambanan (lag) optimal pada pengujian lag length criteria ditentukan berdasarkan nilai likelihood ratio (LR) , akaike information criterion (AIC), schwarz information criterion (SIC), dan hannan-quinn information criterion (HQ) paling terkecil.

3.8.3 Uji Kointegrasi (Cointegration Test)

Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui kemungkinan terdapat keseimbangan jangka panjang antara variabel-variabel yang diamati. Uji kointegrasi yang saat ini banyak digunakan adalah uji kointegrasi yang dikembangkan oleh Johansen (Johansen test). Pada pengujian ini, Johansen menyarankan untuk melakukan dua uji statistik, yaitu :


(10)

Uji statistik trace (trace test) yaitu menguji hipotesis nol (HO) yang mensyaratkan bahwa jumlah dari arah kointegrasi adalah kurang dari atau sama dengan p, dilakukan dengan metode sebagai berikut :

trace(r) = -T ∑�=+�� (� − ��) (4)

Dimana �r+1,. . ., �n adalah nilai egeinvectors terkecil (p-r). Null hypothesis yang

disepakati adalah jumlah dari arah kointegrasi sama dengan banyaknya r. Ketentuan :

• Jika nilai trace statistik lebih kecil dari nilai kritis pada α = 5%, variabel yang diamati tidak terkointegrasi.

• Jika nilai trace statistik lebih besar dari nilai kritis pada α= 5%, variabel yang diamati terkointegrasi

2. Uji Maksimum Eigen Value

Uji maksimum eigenvalue (�max) yang dilakukan dengan formula sebagai

berikut :

max (r, r+1) = -T in (1-r+1) (5)

Uji berdasarkan pada uji null hypothesis bahwa terdapat r dari vektor kointegrasi yang berlawanan (r+1) dengan vektor kointegrasi.

Ketentuan :

• Jika nilai Max-Eigen stat lebih kecil dari nilai kritis pada α= 5%, variabel yang diamati tidak terkointegrasi.


(11)

• Jika nilai Max-Eigen stat lebih besar dari nilai kritis pada, α= 5%, variabel yang diamati terkointegrasi.

3.8.4 Analisis Vector Eror Correction Model (VECM)

Apabila data variabel stasioner pada tingkat first difference dan memiliki hubungan kointegrasi, maka bentuk model VAR yang digunakan adalah VECM (Vector Eror Correction). Metode VECM (Vector Eror Correction) merupakan sebuah koreksi keseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang yang didalamnya juga diperoleh informasi jangka pendek dan jangka panjang variabel yang diamati. Adapun persamaan VECM yang digunakan adalah sebagai berikut :

∆�� = ∑�−��=��∆��−� + µ� + µ�� + ����−� + Ɛ� (6)

Persamaan VECM diatas merupakan persamaan yang memberikan informasi keseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang terhadap perubahan Yt . Dimana Γ merupakan matriks koefisien regresi variabel-variabel yang terdapat didalam penelitian dan nilai µ merupakan nilai yang menjelaskan besaran intercept pada persamaan yang disusun didalam matriks. Kemudian untuk mengetahui nilai koefisien variabel yang digunakan, akan diketahui melalui vector koefisien regresi (µ1t) yang ada didalam persamaan. Sebagaimana metode VECM adalah bentuk VAR yang terestriksi karena data tidak stasioner namun memiliki hubungan kointegrasi, didalam persamaan VECM juga menjelaskan terdapatnya hubungan keseimbangan jangka panjang (kointegrasi) melalui nilai vector kointegrasi (�).


(12)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Aliran Modal Asing Masuk (Capital Inflow) di Indonesia

Aliran modal masuk asing (capital inflow) terdiri dari investasi langsung (direct investment), investasi portofolio (portfolio investment), dan investasi lainnya (other investment) yang masuk ke Indonesia oleh penduduk luar negeri. Posisi dan sumber-sumber capital inflow tersebut secara lengkap dicatat didalam neraca pembayaran Indonesia pada point transaksi modal dan finansial.

4.1.1 Direct Investment Inflow

Direct investment inflow merupakan investasi yang dilakukan oleh bukan penduduk dalam negeri ke dalam negeri. Secara rata-rata tingkat investasi langsung yang masuk ke Indonesia setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini dinilai karena wilayah Indonesia cukup strategis untuk berinvestasi langsung.Mencari keuntungan yang lebih tinggi dan melakukan diversifikasi resiko merupakan motif dasar suatu Negara melakukan investasi langsung (foregin direct invesment). Berbagai keunggulan spesifik yang dimiliki Negara Indonesia, mampu menarik perhatian investor asing untuk mendapatkan motif tersebut.


(13)

Sebagaimana faktor produksi utama adalah land and labour, kekayaan sumber daya alam (land) dan biaya tenaga kerja (labour) yang murah di Indonesia merupakan manfaat yang diambil Negara asing untuk meningkatkan efisiensi dalam melakukan usaha. Hal ini didukung dengan wilayah yang luas dan jumlah penduduk Indonesia yang cukup tinggi sebagai sasaran pemasaran yang strategis, untuk meingkatkan skala ekonomis Negara yang berinvestasi. Berikut dalam gambar 4.1 merupakan perkembangan jumlah direct investment inflow di Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan 2013.

Gambar 4.1

Pergerakan Direct Investment Inflow Indonesia (Juta USD) 2005-2013

Sumber : www.bi.go.id

Derasnya aliran modal masuk investasi langsung di Indonesia signifikan dimulai pada tahun 2010 sampai pada tahun 2013. Dimana sejak tahun 2005 sampai pada tahun 2009 rata-rata jumlah investasi langsung di Indonesia hanya

(data diolah) 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 T W 1 2 0 0 5 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 6 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 7 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 8 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 9 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 0 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 1 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 2 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 3 T W 2 T W 3 T W 4 Direct investment inflow


(14)

sebesar 3.08 miliar dolar AS, berkembang pesat dari tahun 2010 hingga sekarang dengan rata-rata pertahun mencapai 9.87 miliar dolar AS.

Ditinjau dari Negara asal, perkembangan dewasa ini Investasi langsung di Indonesia berasal dari Negara ASEAN, Jepang, Emerging Market Asia, Eropa, dan Amerika Serikat dan didominasi oleh Negara-negara ASEAN dan Jepang.

Gambar 4.2

Investasi langsung di Indonesia Menurut Negara Asal 2012-2013

Sumber : www.go.bi.id

Negara kelompok ASEAN dalam memajukan perekonomian Negara anggotanya, melakukan kerjasama dengan bentuk integarasi ekonomi dan perjanjian perdagangan internasional yang disingkat dengan AFTA ( Asean Free Trade Area). Negara tergabung AFTA ( Asean Free Trade Area) termasuk Indonesia berusaha menciptakan hubungan kerjasama melalui pergerakan arus barang, jasa, modal, dan faktor produksi lainnya yang lancar antarnegara anggota dan juga menurunkan berbagai hambatan-hambatan perdagangan internasional.


(15)

Negara Singapura merupakan penyumbang terbesar investasi langsung di Indonesia dari beberapa Negara ASEAN lainnya. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, terakhir pada triwulan empat 2013 nilai investasi langsung singapura mencapai 391 juta dollar AS atau setara dengan 88 % dari total keseluruhan investasi langsung Negara ASEAN.

Disusul negara Jepang, Negara jepang merupakan Negara dengan tingkat investasi langsung tertinggi di Indonesia, Berdasarkan data yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), nilai investasi langsung Jepang di Indonesia rata-rata diatas 50 % dari total keseluruhan Negara-negara di ASIA luar ASEAN. Pencatatan data realisasi oleh BKPM selama tahun 2013, pada triwulan pertama nilai investasi Jepang senilai 168 juta dolar AS, pada triwulan ke dua senilai 278 dolar AS, pada triwulan ke tiga 200, dan pencatatan yang terakhir pada triwulan empat 2013 nilai investasi langsung Jepang mencapai 312 juta dolar AS. Apabila kita melihat perkembangan data tersebut, tingkat investasi langsung oleh Jepang selalu mengalami peningkatan.

Menurut survei JBIC (Japan Bank for International Cooperation), Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara yang paling menarik bagi investor Jepang di seluruh dunia, menggantikan Republik Rakyat China. Hal ini disebabkan karena kerjasama perdangangan internasional antara Jepang dengan Indonesia sudah lama terjalin. Dimana produk-produk otomotif sebagian besar di Indonesia, didominasi berasal dari Jepang, dan produk-produk primer (bahan baku) di Jepang banyak berasal dari Indonesia. Untuk meningkatkan efisiensi produksi baik dari segi bahan baku, biaya pengangkutan produk, dan pemasaran


(16)

yang cukup luas, Negara Jepang banyak membuka perusahan-perusahaan di Indonesia sebagai perwakilan perusahaan induk di Negaranya.

Kemudian secara sektoral, sektor-sektor ekonomi yang menjadi pilihan Negara-negara asing untuk berinvestasi langsung adalah sektor pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan, manufaktur, konstruksi, keuangan dan perdagangan, dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3

Investasi langsung di Indonesia Menurut Sektor Perekonomian 2012-2013

Sumber :

Investasi langsung pada sektor manufaktur merupakan pilihan yang paling tinggi oleh Negara asing dalam berinvestasi langsung dengan rata-rata investasi mencapai 2 triliun dolar AS. Posisi Negara Indonesia yang belum mampu untuk unggul pada sektor manufaktur berbiaya tinggi dan sulit dimasuki oleh perusahaan


(17)

baru, menjadi alasan strategis mengapa sector manufaktur banyak dimasuki oleh Negara asing. Sebagaimana Negara-negara asing seperti Eropa, Jepang, Amerika yang berinvestasi langsung di Indonesia adalah Negara-negara yang unggul pada sektor manufaktur.

4.1.2 Portofolio Investment Inflow

Capital inflow dari sisi Investasi portofolio, dilihat dari sisi kewajiban atau kredit pada akun neraca pembayaran , dimana Negara Indonesia telah menerima dana masuk melalui pembelian asset keuangan (surat-surat berharga) Indonesia oleh penduduk negara asing. Penjulan asset keuangan Negara Indonesia ke Negara asing terjadi dalam dua sektor, yaitu sektor publik dan sektor swasta. Sektor publik terdiri dari dari kewajiban atas penerbitan saham, surat berharga Indonesia (SBI), denominasi valuta asing dan denominasi rupiah. Sedangkan pada sektor swasta terdiri dari penerbitan saham, obligasi dan wesel. Berikut merupakan perkembangan investasi portofolio yang masuk ke Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan 2013.


(18)

Gambar 4.4

Pergerakan Portfolio Investment Inflow Indonesia (Juta USD) 2005-2013

Sumber :

Investasi portofolio Indonesia sangat sensitif terhadap kondisi perekonomian global. Pengaruh krisis dan penurunan ekonomi global akan berdampak sangat cepat pada kepercayaan investor, sehingga tidak jarang penarikan investasi portofolio disuatu Negara terjadi secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat pada saat krisis. Hal ini dapat dibuktikan pada saat terjadi krisis global di tahun 2008, penarikan kembali modal oleh kepemilikan asset portofolio penduduk Negara asing di Indonesia terjadi signifikan pada triwulan keempat 2008, dimana pada triwulan sebelumnya jumlah investasi portofolio masuk di Indonesia masih mencapai 1.4 miliar dolar AS. Penarikan yang cukup besar

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 T W 1 2 0 0 5 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 6 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 7 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 8 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 9 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 0 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 1 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 2 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 3 T W 2 T W 3 T W 4 Portfolio Investment Inflow


(19)

tersebut bahkan telah membuat defisit posisi investasi portofolio masuk mencapai 4 miliar dolar AS.

Begitu juga disaat krisis hutang yang melanda Negara-negara Eropa pada tahun 2011, melemahkan bukan hanya pada jumlah ekspor Indonesia, namun juga membuat penarikan dan penurunan aset portofolio di Indonesia pada triwulan ketiga 2011. Pada triwulan dua tahun 2011 investasi portofolio Indonesia yang masih mencapai 8.1 miliar dolar AS, menurun drastis pada triwulan ketiga menjadi 524 juta dolar AS atau terjadi penurunan sebesar 7.5 miliar dolar AS. Penurunan permintaan para investor pada investasi asset portofolio di Indonesia juga telah membuat anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan.

Perkembangan terakhir pada tahun 2013, tingkat capital inflow investasi portofolio menunjukkan trend yang menurun pada setiap triwulannya sejak triwulan kedua, dimana pada tahun 2012 telah mengalami peningkatan dari setelah krisis hutang di Eropa. Kebijakan tapering off quantitive easing oleh The fed membuat permintaan asset keuangan di Amerika serikat sangat tinggi bahkan menarik dana investor dari negara-negara global, termasuk Indonesia. Peralihan permintaan atau kepemilikan asset keuangan dari dalam negeri menuju Amerika serikat, didukung oleh kenaikan harga BBM yang menimbulkan persepsi buruk timbul pada perekonomian. Akibatnya sejak triwulan dua pada tahun 2013, investasi portofolio yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan setiap triwulannya, dari 5.67 miliar dolar AS ke 3.91 miliar dolar AS, kembali menurun pada triwulan ke-4 menjadi 3.06 miliar dolar AS.


(20)

4.1.3 Other Investment Inflow

Selain daripada investasi langsung dan investasi portofolio yang masuk ke Indonesia, neraca pembayaran juga mencatat investasi lainya yang dilakukan oleh Negara asing ke Negara Indonesia. Investasi masuk lainnya Indonesia yang dicatat oleh Bank Indonesia terdiri dari dua sektor, yaitu sektor swasta dan sektor publik. Investasi lainnya yang masuk ke Indonesia dari sektor publik yaitu pinjaman masuk melalui otoritas moneter, pinjaman yang dilakukan oleh pemerintah untuk program maupun proyek. Sedangkan investasi lainnya yang masuk ke Indonesia dari sektor swasta, terjadi melalui utang dagang swasta, pinjaman swasta, uang dan simpanan oleh penduduk asing, dan kewajiban lainnya. Dalam gambar 4.5 merupakan perkembangan jumlah investasi masuk lainnya ke Indonesia.


(21)

Gambar 4.5

Pergerakan Other Investment Inflow Indonesia (Juta USD) 2005-2013

Sumber :

Pencatatan terakhir yang dilakukan Bank Indonesia, investasi lain dari sektor swasta yang masuk ke Indonesia pada triwulan keempat tahun 2013 cukup tinggi, mencapai 16.38 miliar dolar AS . Angka tersebut juga pernah terjadi pada tahun 2012 triwulan keempat, yaitu 16.39 miliar dolar AS dan merupakan jumlah tertinggi sejak tahun 2005 hingga 2013. Uang dan simpanan adalah point yang mendominasi tingginya surplus tersebut. Hal ini disebabkan tingginya tingkat suku bunga perbankan, dimana Bank Indonesia pada saat itu menetapkan BI rate pada akhir tahun 2013 mencapai 7,5 % mampu menarik uang dan simpanan penduduk Negara asing pada perbankan domestik. Sedangkan untuk sektor

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 T W 1 2 0 0 5 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 6 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 7 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 8 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 9 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 0 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 1 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 2 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 3 T W 2 T W 3 T W 4 Other Investment Inflow


(22)

publik, pinjaman yang dilakukan setiap periodenya relative stabil dan menunjukkan puncak setiap akhir tahun.

4.2 Perkembangan Aliran Modal Asing Keluar (Capital Outflow) di Indonesia

Keluarnya modal dari dalam negeri menuju Negara asing, dapat dilakukan dengan cara investasi langsung (direct investment ), investasi portofolio (portfolio investment), dan investasi lainnya (other investment) ke luar negeri. Hal-hal yang termasuk pada investasi tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci beserta perkembangannya pada bagian dibawah ini.

4.2.1 Direct Investment Outflow

Investasi langsung keluar Indonesia merupakan investasi yang dilakukan oleh penduduk Negara Indonesia ke Negara asing secara langsung atau berwujud, seperti pembangunan pabrik, gedung. Keluarnya modal dari dalam negeri dalam bentuk investasi langsung merupakan capital outflow yang paling tinggi dibanding dalam bentuk portofolio dan investasi lainnya. Capital outflow dari sisi investasi langsung secara teori disebabkan oleh tidak stabilnya perekonomian didalam Negeri, faktor perubahan dan perkembangan teknologi dan prospek perekonomian yang kurang menggambarkan masa depan. Berikut dalam grafik 4.6 merupakan perkembangan investasi langsung keluar Indonesia dari tahun 2005 sampai pada tahun 2013.


(23)

Gambar 4.6

Pergerakan Direct Investment Outflow Indonesia (Juta USD) 2005-2013

Sumber :

Selama pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2013, capital outflow dari sisi investasi langsung dirata-ratakan sebesar 1.14 miliar dolar AS, lebih rendah dibanding rata-rata investasi langsung yang masuk kedalam negeri sebesar 6.1 miliar dolar AS. Perbandingan investasi langsung di Indonesia yang lebih besar dibanding investasi langsung keluar negeri merupakan gambaran kondisi internal dalam Negara memberikan prospek masa depan yang lebih baik. Namun pergerakan investasi langsung ke luar Indonesia tidak terlepas dari naik turunnya investasi yang dilakukan oleh penduduk dalam negeri.

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 T W 1 2 0 0 5 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 6 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 7 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 8 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 9 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 0 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 1 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 2 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 3 T W 2 T W 3 T W 4 Direct Investment Outflow


(24)

Selanjutnya pada tahun 2008, investasi langsung keluar Indonesia terbilang cukup tinggi dengan rata-rata 1,4 miliar dolar AS. Namun trend pada tahun 2008 menunjukkan pola yang menurun setiap triwulannya, seiring dengan krisis global pada pertengahan 2008 yang sempat membuat investor dalam negeri takut untuk menanamkan modal dalam negeri maupun luar negeri.

Perkembangan terakhir pada triwulan keempat tahun 2013 investasi langsung ke luar Indonesia mengalami peningkatan yang sangat tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Jumlah investasi langsung keluar Indonesia yang senilai 372 juta dolar AS pada triwulan ketiga melonjak tinggi mencapai 2.48 milar dollar AS pada triwulan keempat. Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya transaksi akuisisi ladang minyak di luar negeri yang membutuhkan jumlah investasi cukup besar.

4.2.2 Portfolio Investment Outflow

Capital outflow dari sisi investasi portofolio merupakan pembelian asset keuangan oleh penduduk Negara Indonesia di luar Negara Indonesia. Kepemilikan asset keuangan tersebut terdiri dari sektor publik dan sektor swasta. Aset portofolio sektor publik di luar negeri meliputi kepemilikan saham dan surat utang dan sektor swasta meliputi kepemilikan saham, surat utang dalam bentuk obligasi dan wesel. Dalam grafik dibawah ini merupakan pergerakan arus modal keluar investasi portofolio sejak tahun 2005 sampai pada tahun 2013.


(25)

Gambar 4.7

Pergerakan Portofolio Investment Outflow Indonesia (Juta USD) 2005-2013

Sumber

Selama pada tahun 2005 sampai tahun 2013, pembelian portofolio diluar negeri oleh penduduk Indonesia rata-rata senilai 667 juta dolar AS. Secara tahunan, pada tahun 2005 hanya mencapai 325 juta dolar AS, pada tahun 2006 meningkat menjadi 532 juta dolar AS, dan meningkat pesat pada tahun 2007 yang mencapai 1,13 miliar dolar AS. Peningkatan yang sangat tinggi arus modal keluar melalui investasi portofolio pada triwulan keempat tahun 2012 mencapai 5.08 miliar dolar AS, dimana pada triwulan sebelumnya masih mengalami hanya senilai 154 juta dolar AS.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 T W 1 2 0 0 5 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 6 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 7 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 8 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 9 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 0 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 1 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 2 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 3 T W 2 T W 3 T W 4 Portofolio Investment Outflow


(26)

4.2.3 Other Investment Outflow

Capital outflow Indonesia dari sisi investasi lainnya juga terdiri dari sektor publik dan sektor swasta melalui pemberian pinjaman ke luar negeri, uang dan simpanan oleh penduduk Indonesia di Negara asing dan kepemilikan asset lainnya yang tercatat didalam neraca pembayaran. Berikut merupakan pergerakan arus modal keluar Indonesia melalui investasi lainnya dari tahun 2005 sampai pada tahun 2013.

Gambar 4.8

Pergerakan Other Investment Outflow Indonesia (Juta USD) 2005-2013 Sumber 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 T W 1 2 0 0 5 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 6 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 7 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 8 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 9 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 0 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 1 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 2 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 3 T W 2 T W 3 T W 4 Other Investment Outflow


(27)

Perkembangan terakhir pada tahun 2013 diawali dengan lonjakan yang tinggi investasi lainnya yang keluar Indonesia. Pada triwulan pertama investasi lainnya mencapai 6,9 miliar dolar AS, melonjak tinggi dari triwulan sebelumnya jumlah investasi lainnya keluar senilai 688 juta dolar AS. Kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan simpanan perbankan domestik diluar negeri. Meningkatnya simpanan perbankan tersebut adalah sebagai upaya menghindari kebijakan Bank Indonesia yang mengambil alih penyediaan sebagian besar kebutuhan valas untuk pembayaran impor minyak dari perbankan domestik.

Hal tersebut dibuktikan pada triwulan dua tahun 2013 investasi lainnya yang masuk ke Indonesia kembali menurun, oleh karena penarikan kembali simpanan sektor swasta diperbankan luar negeri pada triwulan pertama sebesar 5.63 miliar dolar AS. Penarikan sektor swasta sebagian besar dilakukan oleh perbankan domestik, sebagai pemanfaatan atas instrument term deposit valas dan fasilitas lindung nilai berupa instrument swap valas yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada triwulan dua 2013.

4.3 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah merupakan nilai tukar resmi Negara Indonesia. Kata rupiah diambil dari kata rupee dalam bahasa Mongolia, yang berarti perak. Sejarah perkembangan nilai tukar di Indonesia sangatlah panjang, seperti halnya perjalanan bangsa Indonesia. Pada awal kemerdekaan, Negara Indonesia belum menggunakan mata uang rupiah, tapi menggunakan mata uang yaitu ORI dan disahkan secara resmi pada 30 Oktober 1946 oleh de Javasche Bank. Kemudian


(28)

pada tanggal uang resmi yang baru.

Nilai kurs mata rupiah terhadap dolar pada saat pertama kali sebesar Rp 3,80 per satu dolar AS dan meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 1962 sudah mencapai Rp 1205 per dolar AS. Kejatuhan presiden Soekarno meninggalkan kondisi perekonomian yang buruk, dimana nilai kurs sudah mencapai Rp 5000 per dolar AS. Pemerintah orde baru (Soeharto) membangun keterpurukan tersebut dengan melakukan langkah devalusi. Nilai tukar rupiah kembali rendah pada tingkat Rp 415 per dolar AS secara nominal. Sejak pada tahun 1997, sistem nilai tukar diserahkan pada mekanisme pasar seluruhnya atau disebut system nilai tukar mengambang bebas penuh. Kebijakan tersebut seperti membiarkan mata uang rupiah terjun bebas ditengah ketidakpastian dan kondisi perekonomian yang tidak stabil.

Tingginya pinjaman swasta pada tahun 1900 terutama oleh sektor keuangan seperti perbankan dan dilakukan secara bebas tanpa adanya hedging, menyebabkan pengembalian pinjaman secara serentak dan besar-besaran oleh utang yang telah jatuh tempo, terjadi pada tahun 1996-1997. Sebagai dampak, nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar melonjak tinggi dari Rp 2.450/USD menjadi Rp 13.513 per dolar AS di Januari 1998 dan tertinggi pada bulan April Rp 17.200 per dolar AS.

Pada tahun 1999, pemerintah habibie melakukan perbaikan terhadap Rupiah menjadi sebesar Rp. 7.810/US$, namun pada tahun 2001 rupiah kembali


(29)

melemah menjadi Rp 10.625/USD. Krisis nilai tukar rupiah pada tahun 1997/1998 merupakan pengalaman terburuk didalam perjalanan perekonomian Indonesia hingga pada saat ini. Oleh karena itu pemerintah Indonesia selalu melakukan penjagaan ketat terhadap fluktuasi nilai dolar secara terus-menerus dengan cara ikut mengintervensi sistem nilai tukar. Berikut merupakan grafik pergerakan nilai tukar selama periode observasi, tahun 2005 sampai dengan tahun 2013.

Gambar 4.9

Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika 2005-2013

Sumber

Sejak tahun 2005 sampai pada tahun 2013, tingkat rata-rata nilai kurs rupiah terhadap dolar adalah senilai Rp 9.529 per dolar AS. Pergerakan nilai tukar tidaklah mulus, walaupun pengawasan dan pengendalian nilai tukar telah

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 T W 1 2 0 0 5 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 6 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 7 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 8 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 0 9 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 0 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 1 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 2 T W 2 T W 3 T W 4 T W 1 2 0 1 3 T W 2 T W 3 T W 4 Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS


(30)

dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah melalui Bank Sentral. Triwulan ke-4 tahun 2008, nilai tukar rupiah kembali terdepresiasi tajam oleh pengaruh krisis global yang berawal dari krisis di Amerika Serikat yang berujung hingga awal triwulan 2009. Nilai tukar rupiah secara perlahan stabil dengan tingkat rata-rata Rp 9.321 per dolar AS. Kebijakan pengurangan stimulus moneter atau tapering off Quantitve Easing oleh The Fed sejak bulan juni 2013 lalu, kembali memicu depresiasi nilai tukar rupiah mulai triwulan ke-3 naik menjadi Rp.10.469 per dolar dan terakhir pada triwulan ke-4 2013 sudah mencapai rata-rata Rp 11.684 per dolar AS.

4.4 Uji Stasioneritas (Unit Root Test)

Uji stasioner data variable sangat penting untuk menentukan proses pembentukan model VAR (Vektor Atoregresive). Sebagaimana permasalahan mendasar dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antar variable dalam jangka panjang dan jangka pendek, apabila data tidak stasioner pada level maka kemungkinan akan terjadi hubungan jangka panjang antar variable, yang kemudian bisa dilanjutkan pada model VECM (Vector Error Correction Model). Uji stasioner dilakukan untuk mengetahui apakah data capital inflow (direct investment inflow, portfolio investment inflow, other investment inflow ), capital outflow (direct investment outflow, portfolio investment outflow, other investment outflow ) dan nilai tukar rupiah stasioner.

Pengujian yang dilakukan adalah uji stasioneritas yang dikembangkan oleh Dikey Fuller atau dikenal dengan uji ADF. Apabila nilai absolute statistic lebih besar dari nilai kristis Mackinnon, maka data tersebut stasioner, sebaliknya


(31)

apabila nilai abslolute statistic ADF lebih kecil dari nilai kritis Mackinnon maka data tersebut tidak stasioner. Berikut ini merupakan hasil uji stasioner setiap variable didalam penelitan.

Tabel 4.1

Hasil Uji Stasioner (Unit Roots Test)

Variabel Nilai Statistik ADF

Critical Value

Derajat Integrasi

ER X1 X2 X3 X4 X5 X6

-3.532954 -8.836132 -4.310692 -7.829767 -4.772648 -5.486741 -5.851276

-3.639407 -3.639407 -3.632900 -3.653730 -3.632900 -3.632900 -3.632900

Frist Difference Frist Difference Level

Frist Difference Level

Level Level Sumber : Data olahan eviews, lampiran 2 s.d lampiran 8

Catatan: * = Signifikan pada α= 10%

** = Signifikan pada α= 5%

*** = Signifikan pada α= 1%

Berdasarkan hasil uji stasioner diatas (table..) dapat disimpulkan bahwa :

1. Nilai statistic ADF ER lebih besar dari Nilai Kritis Mackinnon pada level I (I) , untuk tingkat signifikansi α=5%. Artinya, variabel untuk nilai tukar (ER) stasioner pada tingkat first difference dengan tingkat signifikansi pada α=5%.


(32)

2. Nilai statistic ADF X1 lebih besar dari Nilai Kritis Mackinnon pada level I (I), untuk tingkat signifikansi α=5%. Artinya, variabel untuk direct investment inflow (X1) stasioner pada tingkat first difference dengan tingkat signifikansi pada α=5%.

3. Nilai statistic ADF X2 lebih besar dari Nilai Kritis Mackinnon pada level I, untuk tingkat tingkat signifikansi α=1%. Artinya, variabel untuk portfolio investment inflow (X2) stasioner pada tingkat level dengan tingkat signifikansi pada α=1%.

4. Nilai statistic ADF X3 lebih besar dari Nilai Kritis Mackinnon pada level I (I) untuk tingkat signifikansi α=1%. Artinya, variabel untuk other investment inflow (X3) stasioner di tingkat first difference dengan tingkat signifikansi pada α=1%.

5. Nilai statistic ADF X4 lebih besar dari Nilai Kritis Mackinnon pada level I , untuk tingkat singnifikansi α=1%. Artinya, variabel untuk direct investment outflow (X4) stasioner pada tingkat level dengan tingkat signifikansi pada

α=1%.

6. Nilai statistic ADF X5 lebih besar dari Nilai Kritis Mackinnon pada level I , untuk tingkat signifikansi pada α=1%. Artinya, variabel untuk portfolio investment outflow (X5) stasioner pada tingkat level dengan dengan tingkat signifikansi pada α=1%.

7. Nilai statistic ADF X6 lebih besar dari Nilai Kritis Mackinnon pada level I , untuk tingkat signifikansi α=5%. Artinya, variabel untuk other investment


(33)

outflow (X1) stasioner pada tingkat level dengan tingkat signifikansi pada

α=1%.

4.5 Penentuan Lag optimal

Penentuan kelambanan (lag) dilakukan melalui uji lag length criteria dimana lag optimal ditentukan berdasarkan nilai likelihood ratio (LR) , akaike information criterion (AIC), schwarz information criterion (SIC), dan hannan-quinn information criterion (HQ) terkecil. Berikut merupakan hasil pengujian lag length criteria.

Tabel 4.2

Hasil Penentuan Lag Optimal

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 1 2

-1980.113 -1914.972 -1839.651

NA 98.69807 82.16881

4.73e+43 1.91e+43 5.97e+42

120.4311 119.4529 117.8576

120.7485 121.9924 122.6192

120.5379 120.3073 119.4598 Sumber : Data olahan eviews, lampiran 9

Berdasarkan hasil pengujian lag length criteria diatas, dapat disimpulkam nilai likelihood ratio (LR) , akaike information criterion (AIC) dan hannan-quinn information criterion (HQ) terkecil berada pada tingkat lag dua. Maka dapat ditentukan pada pengujian kointegrasi Johansen yang akan dilakukan, tingkat kelambanan (lag) optimum adalah tingkat kelambanan (lag) dua.


(34)

4.6 Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi dilakukan untuk melihat hubungan keseimbangan jangka panjang capital inflow (direct investment inflow, portfolio investment inflow, other investment inflow ) dan capital outflow (direct investment outflow, portfolio investment outflow, other investment outflow ) dengan nilai tukar rupiah. Pengujian kointegrasi dilakukan dengan integrasi tingkat derajat yang sama antar variable yang diteliti. Sebagaimana pengujian kointegrasi yang dilakukan adalah menggunakan uji kointegrasi Johansen (Johansen cointegration test), uji kointegrasi Johansen yang digunakan didalam penelitian ini adalah uji maksimum eigen value.

Jika nilai Max-Eigen stat lebih kecil dari Critical Value pada α = 5%, variabel yang diamati tidak terkointegrasi, sebaliknya jika nilai Max-Eigen stat lebih besar dari Critical Value α = 5%, variabel yang diamati terkointegrasi. Berikut merupakan hasil uji rank kointegrasi dengan menggunakan Johansen cointegration test pada lag interval yang ditentukan yaitu dua.


(35)

Tabel 4.3

Hasil Estimasi Uji Kointegrasi

Sumber : Data olahan eviews, lampiran 10

Berdasarkan hasil uji kointegrasi diatas dapat diketahui bahwa terdapat tiga nilai Max-Eigen Statistik lebih besar dari Critical Value (At most 1, At most 2, At most 3). Artinya didalam variabel yang diamati, terdapat tiga model persamaan kointegrasi. Pertama, nilai tukar rupiah secara bersama-sama terkointegrasi dengan other investment inflow direct investment outflow, portfolio investment outflow, other investment outflow. Kedua direct investment inflow secara bersama-sama terkointegrasi dengan other investment inflow, direct investment outflow, portfolio investment outflow, other investment outflow. Ketiga portfolio investment inflow secara bersama-sama terkointegrasi dengan other investment inflow, direct investment outflow, portfolio investment outflow, other investment outflow.

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized

No. of CE(s) Eigenvalue

Max-Eige Statistic

0.05

Critical Value Prob.**

None * At most 1 * At most 2 * At most 3 At most 4 At most 5 At most 6 *

0.968722 0.760122 0.702289 0.559478 0.354166 0.220396 0.115576 110.8751 45.68397 38.77223 26.23343 13.99081 7.967012 3.930203 46.23142 40.07757 33.87687 27.58434 21.13162 14.26460 3.841466 0.0000 0.0106 0.0120 0.0736 0.3658 0.3821 0.0474 Max-eigenvalue test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values


(36)

Sebagaimana permasalahan didalam penelitian ini adalah untuk melihat hubungan keseimbangan jangka panjang capital inflow (direct investment inflow, portfolio investment inflow, other investment inflow ) dan capital outflow (direct investment outflow, portfolio investment outflow, other investment outflow ) dengan nilai tukar rupiah, maka model persamaan kointegrasi yang akan dibahas untuk hasil estimasi jangka panjang pada bagian selanjutnya adalah model persamaan kointegrasi pertama.

4.7 Hasil Estimasi Untuk Persamaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang Model VECM (Vector Error Corecction Model) merupakan formulasi model yang dibangun untuk dapat menjawab permasalahan mendasar didalam penelitian , yaitu bagaimana pengaruh capital inflow (direct investment inflow, portfolio investment inflow, other investment inflow ) dan capital outflow (direct investment outflow, portfolio investment outflow, other investment outflow ) terhadap nilai tukar rupiah dalam jangka pendek dan jangka panjang. Adapun hasil estimasi model VECM adalah sebagai berikut :

4.7.1 Hasil Estimasi Persamaan Jangka Pendek

Berikut ini merupakan hasil estimasi persamaan jangka pendek model VECM (Vector Error Correction Model).


(37)

Tabel 4.4

Hasil Persamaan Jangka Pendek Model VECM

Variabel Koefisien Standart Eror T.Statistik

C D(ER(-1)) D(ER(-2)) D(X1(-1)) D(X1(-2)) D(X2(-1)) D(X2(-2)) D(X3(-1)) D(X3(-2)) D(X4(-1)) D(X4(-2)) D(X5(-1)) D(X5(-2)) D(X6(-1)) D(X6(-2)) 48.53857 0.164107 -0.380696 -0.016847 -0.167607 -0.016905 0.054586 0.002983 0.073048 0.492159 0.433778 0.472245 0.038146 0.011497 0.031799 0.24852 0.39223 0.10516 0.08789 0.04906 0.04600 0.07126 0.04243 0.19675 0.16587 0.30881 0.16957 0.10622 0.06698 0.66033 -0.97058 -0.16020 -1.90703 -0.34458 1.18675 0.04186 1.72165 2.50143 2.61520 1.72926 0.22496 0.10823 0.47474

Sumber : Data olahan eviews, lampiran 11

Catatan t.tabel 1% = 2.75000

t.tabel 5% = 2.04227


(38)

∆ER = 48.53857 – 0.016847∆���−� – 0.167607 ∆���−� – 0.016905 ∆���−� +

0.054586 ∆���−� + 0.002983 ∆���−� + 0.073048 ∆���−� + 0.492159

���−� + 0.433778 ∆���−� + 0.472245 ∆���−� + 0.038146 ∆���−� +

0.011497 ∆���−� + 0.031799 ∆���−�

1. Direct Investment Inflow

Berdasarkan hasil estimasi jangka pendek diatas dapat diketahui pada tingkat kelambanan (lag) satu ( X1t−1) , direct investment inflow (X1) berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 0.016847 dan pada tingkat kelambanan (lag) dua ( X1t−2) , direct investment inflow (X1) berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 0.167607. Namun dalam hasil estimasi diatas , nilai tukar ( ER) signifikan dipengaruhi oleh direct investment inflow tingkat kelambanan (lag) dua ( X1t−2) pada tingkat kepercayaan 90 %, dengan nilai t.statistik -1.90703 yang lebih besar dari nilai t.tabel pada α = 10 %.

Artinya setiap peningkatan 1000 jumlah direct investment inflow di Indonesi akan menyebabkan nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dolar AS senilai Rp.167, pada dua triwulan berikutnya, ceteris paribus. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan, dimana dalam jangka pendek peningkatan direct investment inflow akan mengapresiasi nilai tukar rupiah. Melalui hasil tersebut juga dijelaskan bahwa pengaruh direct investment inflow


(39)

tidak langsung berpengaruh pada nilai tukar rupiah pada satu triwulan berikutnya melainkan pada dua triwulan berikutnya.

2. Portfolio Investment Inflow

Berdasarkan hasil estimasi jangka pendek diatas dapat diketahui pada tingkat kelambanan (lag) satu ( X2t−1) , portfolio investment inflow (X2) berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 0.016905 dan pada tingkat kelambanan (lag) dua ( X2t−2) , portfolio investment inflow (X2) berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 0.054586. Namun dalam hasil estimasi diatas , nilai tukar ( ER) tidak signifikan dipengaruhi oleh portfolio investment inflow (X2) pada tingkat kelambanan (lag) satu ( X2t−1) , maupun pada tingkat kelambanan (lag) dua ( X2t−2), dimana nilai t.stasitiknya lag satu dan lag dua lebih kecil dari nilai t.tabel pada α = 1 % , α = 5%, α = 10%.

Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Kondisi ini kemungkinan disebabkan karena pergerakan capital inflow melalui portofolio sangatlah cepat. Investasi melalui asset portofolio di Indonesia dapat melonjak tinggi atau turun sangat drastis dalam masa satu waktu bulan, satu minggu, bahkan harian. Padahal pengertian dalam jangka pendek berdasarkan penelitian ini adalah masa satu triwulan (tiga bulan) dan dua triwulan (enam bulan), yang tidak dapat menangkap pengaruh portfolio investment inflow terhadap nilai tukar rupiah secara signifikan.


(40)

3. Other Investment Inflow

Berdasarkan hasil estimasi jangka pendek diatas dapat diketahui pada tingkat kelambanan (lag) satu ( X3t−1) , other investment inflow (X3) berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 0.002983 dan pada tingkat kelambanan (lag) dua ( X3t−2) , other investment inflow (X3) berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 0.073048. Namun pada hasil estimasi diatas , nilai tukar ( ER) signifikan dipengaruhi oleh other investment inflow (X3) pada tingkat kelambanan (lag) dua ( X3t−2) dengan tingkat kepercayaan 90 %. Dimana nilai t.statistik X3t−2 sebesar 1.72165, lebih besar dari nilai t.tabel pada

α = 10 %.

Artinya setiap peningkatan 1000 jumlah other investment inflow di Indonesi akan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS senilai Rp.73, pada dua triwulan berikutnya, ceteris paribus. Hasil ini juga berbeda dengan hipotesis yang telah tentukan, dimana other investment inflow yang diduga mengapresiasi nilai tukar rupiah, melalui hasil penelitian ini dijelaskan other investment inflow mendepresiasi nilai tukar rupiah pada dua triwulan berikutnya.

4. Direct Investment Outflow

Berdasarkan hasil estimasi jangka pendek diatas dapat diketahui pada tingkat kelambanan (lag) satu ( X4t−1) , direct investment outflow (X4) berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 0.492159 dan pada tingkat kelambanan (lag) dua ( X4t2) , direct investment outflow (X4)


(41)

berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 0.433778. Pada hasil estimasi diatas , nilai tukar ( ER) signifikan dipengaruhi oleh direct investment outflow (X4) pada tingkat kelambanan (lag) satu ( X4t−1) dan pada tingkat kelambanan (lag) dua ( X3t−2) dengan tingkat kepercayaan 95 %. Dimana nilai t.statistik X4t1 sebesar 2.50143 dan X4t2sebesar 2.61520 lebih besar dari nilai t.tabel pada α = 5 %. Artinya setiap peningkatan 1000 jumlah direct investment outflow di Indonesia akan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi senilai Rp.492 terhadap dolar AS pada satu triwulan berikutnya dan senilai Rp.433 pada dua triwulan berikutnya, ceteris paribus.

5. Portfolio Investment Outflow

Berdasarkan hasil estimasi jangka pendek diatas dapat diketahui pada tingkat kelambanan (lag) satu ( X5t−1) , portfolio investment outflow (X5) berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 0.472245 dan pada tingkat kelambanan (lag) dua ( X5t2) , portfolio investment outflow (X5) berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 0.038146. Namun pada hasil estimasi diatas , nilai tukar ( ER) signifikan dipengaruhi oleh portfolio investment outflow (X5) pada tingkat kelambanan (lag) satu ( X5t−1) dengan tingkat kepercayaan 90 %. Dimana nilai t.statistik X5t−1 sebesar 1.72926 dan lebih besar dari nilai t.tabel pada α = 10 %. Artinya setiap peningkatan 1000 investasi keluar portofolio Indonesia akan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi senilai Rp.38 terhadap dollar AS pada dua triwulan berikutnya, ceteris paribus.


(42)

6. Other Investment Outflow

Berdasarkan hasil estimasi jangka pendek diatas dapat diketahui pada tingkat kelambanan (lag) satu ( X6t−1) , other investment outflow (X6) berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 0.011497dan pada tingkat kelambanan (lag) dua ( X6t−2) , other investment outflow (X6) berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 0.031799. Namun pada hasil estimasi diatas , nilai tukar ( ER) tidak signifikan dipengaruhi oleh other investment outflow (X6) pada tingkat kelambanan (lag) satu ( X6t−1) maupun tingkat kelambanan (lag) dua ( X6t−2). Dimana nilai t.statistik

X6t−1 sebesar 0.10823 dan nilai t.statistik X6t−2 sebesar 0.47474 lebih kecil dari nilai t.tabel pada α = 1 % , α = 5%, α = 10 %. Walaupun tanda koefisien jangka pendek variabel other investment inflow sesuai dengan hipotesis yang ditentukan sebelumnya, namun koefisien tersebut disimpulkan tidak mampu menerangkan perubahannya terhadap nilai tukar rupiah karena tidak memiliki tingkat signifikansi pada α (1 %, 5 % 10%).

4.7.2 Hasil Estimasi Persamaan Jangka Panjang

Didalam hasil estimasi model VECM juga dimuat hasil persamaan jangka panjang (kointegrasi), hasil tersebut sesuai dengan hasil uji kointegrasi yang dilakukan sebelumnya (Johansen cointegration test). Dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.


(43)

Tabel 4.5

Hasil Estimasi Persamaan Jangka Panjang

Variabel Koefisien Standart Eror T.Statistik

C X3(-1) X4(-1) X5(-1) X6(-1)

758.1023 -2.706476 1.064192 6.379927 4.213713

0.78678 2.04292 2.05921 0.84692

-3.43995 0.52092 3.09825 4.97533

Sumber : Data olahan eviews, lampiran 11

Hasil estimasi persamaan jangka panjang merupakan persamaan yang menjelaskan bagaimana pengaruh variabel-variabel independent yang diteliti terhadap variabel dependent untuk jangka panjang. Setelah dilakukan uji kointegrasi dan estimasi model VECM (Vector Error Corecction Model ), persamaan jangka panjang yang akan dibahas didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

ER = 758.1023 – 2.706476 X3 + 1.064192 X4 + 6.379927 X5 + 4.213713 X6 1. Other Investment Inflow

Berdasarkan hasil persamaan jangka panjang diatas dapat ditentukan other investment inflow (X3) berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 2.706476 dan signifikan pada tingkat kepercayaan 99 %, dimana nilai t.statistik X3 sebesar -3.43995 lebih besar dari nilai t.tabel pada α = 1 % . Artinya dalam jangka panjang setiap peningkatan 1000 other investment inflow di Indonesia akan menyebabkan nilai tukar rupiah terapresiasi senilai Rp.2,700


(44)

terhadap dolar AS, ceteris paribus. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang ditentukan sebelumnya.

2. Direct Investment Outflow

Berdasarkan hasil persamaan jangka panjang diatas dapat ditentukan direct investment outflow (X4) berpengaruh positif terhadap ER sebesar 1.064192. Namun tidak signifikan pada α = 1 %, α = 5 % , α = 10% , karena nilai t.statistik X4 sebesar 0.52092 lebih kecil dari nilai t.tabel pada α = 1 %, α = 5 % , α = 10%. Walaupun tanda koefisien jangka panjang variabel direct investment outflow sesuai dengan hipotesis yang ditentukan sebelumnya, namun koefisien tersebut disimpulkan tidak mampu menerangkan perubahannya terhadap nilai tukar rupiah karena tidak memiliki tingkat signifikansi pada α (1 %, 5 % 10%).

3. Portfolio Investment Outflow

Berdasarkan hasil persamaan jangka panjang diatas dapat ditentukan portfolio investment outflow (X5) berpengaruh positive terhadap nilai tukar rupiah (ER) sebesar 6.379927 dan signifikan pada tingkat kepercayaan 99 %, dimana nilai t.statistik X4 sebesar 3.09825 lebih besar dari nilai t.tabel pada Ω = 1 % . Artinya dalam jangka panjang setiap peningkatan 1000 portofolio investment outflow di Indonesia akan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi senilai Rp. 6,379 terhadap dolar AS, ceteris paribus.

4. Other Investment Outflow

Berdasarkan hasil persamaan jangka panjang diatas dapat ditentukan other investment outflow (X6) berpengaruh positive terhadap nilai tukar rupiah (ER)


(45)

sebesar 4.213713 dan signifikan pada tingkat kepercayaan 99 %, dimana nilai t.statistik X6 sebesar 4.9733 lebih besar dari nilai t.tabel pada α = 1 % . Artinya dalam jangka panjang setiap peningkatan 1000 jumlah other portofolio investment outflow di Indonesia akan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi senilai Rp. 4,213 terhadap dolar AS, ceteris paribus.


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil estimasi yang telah dilakukan , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel direct investment inflow (X1) dalam jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah (ER) pada dua triwulan berikutnya. Dimana setiap peningkatan direct investment inflow (X1) menyebabkan nilai tukar rupiah (ER) mengalami apresiasi. Sedangkan dalam jangka panjang variabel direct investment inflow (X1) tidak mempunyai hubungan terhadap nilai tukar rupiah (ER).

2. Variabel portofolio investment inflow (X2) tidak mampu menerangkan perubahannya terhadap nilai tukar rupiah (ER) dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal tersebut dibuktikan dengan koefisien variabel portofolio investment inflow (X2) jangka pendek yang bertanda negatif terhadap nilai tukar rupiah (ER), namun tidak signifikan pada α (1%, 5% ,10%). Begitu juga untuk jangka panjang variabel portofolio investment inflow (X2) tidak memiliki hubungan terhadap nilai tukar rupiah (ER). 3. Variabel other investment inflow (X3) berpengaruh signifikan terhadap


(47)

(ER) mengalami depresiasi. Hasil tersebut berbeda dengan hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan dalam jangka panjang variabel other investment inflow (X3) berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah (ER) dengan tanda koefisien yang berbeda dengan koefisien jangka pendek.

4. Variabel direct investment outflow (X4) berpengaruh signifikan terhadap terhadap nilai tukar rupiah (ER) baik pada satu triwulan berikutnya maupun pada dua triwulan berikutnya. Dimana setiap peningkatan direct investment outflow (X4) menyebabkan nilai tukar rupiah (ER) mengalami depresiasi. Sedangkan dalam jangka panjang, variabel direct investment outflow (X4) berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah (ER), namun tidak signifikan karena nilai t.statistiknya lebih kecil dari nilai t.tabel (1%,5%, 10%).

5. Variabel portfolio investment outflow (X5) berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah (ER) pada satu triwulan berikutnya. Dimana setiap peningkatan portfolio investment outflow (X4) menyebabkan nilai tukar rupiah (ER) mengalami depresiasi. Begitu juga untuk jangka panjang variabel portfolio investment outflow (X5) berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah (ER), dengan tanda koefisien yang sama dengan koefisien jangka pendek.

6. Variabel other investment outflow (X6) tidak mampu menerangkan perubahannya terhadap nilai tukar rupiah (ER) dalam jangka pendek. Hal tersebut dibuktikan dengan koefisien variabel other investment outflow


(48)

(X6) yang bertanda positif terhadap nilai tukar rupiah (ER), namun tidak

signifikan pada α (1%, 5%, 10%). Sedangkan untuk jangka panjang

variabel other investment outflow (X6) berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah (ER), dengan tanda koefisien positif.

5.2 Saran

Kondisi nilai tukar rupiah yang stabil sangat dibutuh didalam dinamika perekonomian nasional, dimana nilai tukar rupiah merupakan fundamental perekonomian didalam lingkungan perekonomian terbuka. Naik turunya nilai tukar rupiah tidak terlepas dari pengaruh variabel-variabel ekonomi internal maupun eksternal Negara Indonesia. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa capital inflow yang signifikan menyebabkan nilai tukar rupiah terapresiasi dalam jangka pendek (triwulanan) adalah jumlah direct investment inflow pada dua triwulan sebelumnya.

Oleh karena itu, untuk mengapresiasi nilai tukar rupiah dalam jangka pendek pemerintah perlu mendorong arus modal masuk investasi langsung dengan berbagai kebijakan yang diterapkan. Hal tersebut juga dibuktikan apabila terjadi peningkatan direct investment outflow di Indonesia, nilai tukar rupiah dalam jangka pendek akan terdepresiasi signifikan oleh pengaruh direct investment outflow satu triwulan sebelumnya maupun dua triwulan sebelumnya.

Kemudian jumlah portofolio investment outflow di Indonesia juga akan menyebabkan nilai tukar terdepresiasi dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Kepercayaan para investor dalam negeri harus tetap dijaga untuk


(49)

menghindari terjadinya arus modal keluar asing melalui investasi portofolio. Pihak pemerintah juga harus dengan cepat menerapkan kebijakan dalam upaya mempertahankan dana portofolio dalam negeri , disaat adanya pengaruh eksternal yang sangat kuat, seperti halnya perkembangan dewasa ini.

Terdapat beberapa variabel yang digunakan didalam penelitian tidak signifikan maupun tidak sesuai dengan hipotesis. Oleh karena itu, disaran kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hubungan capital flow terhadap nilai tukar rupiah dengan menggunakan data yang lebih berjangka pendek, seperti harian dan bulanan. Hal ini didasarkan karena data triwulanan yang digunakan didalam penelitian ini diduga tidak mampu menangkap pengaruh perubahan jangka pendek. Sebagaimana pergerakan capital flow di Indonesia khususnya portofolio, dapat berubah pesat sewaktu-waktu dalam waktu yang singkat.


(50)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Tukar (Exchange Rate) 2.1.1 Pengertian Nilai Tukar

Beberapa pendapat mengenai pengertian nilai tukar Nilai Tukar. Krugman dan Obstfeld (1999) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Mankiw (2000) membedakan antara dua nilai tukar yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang kedua negara. Secara lebih luas nilai tukar menurut (Iskandar Syarief, 2003) merupakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang nilai tukar riil dengan mitra dagang Indonesia.

2.1.2 Jenis-Jenis Nilai Tukar Jenis kurs ada dua yaitu :

1. Kurs Nominal

Kurs nominal merupakan harga relative dari mata uang suatu Negara terhadap mata uang Negara lain. Sebagai contoh, kurs antara US Dolar dan rupiah adalah Rp 9.500 per dolar, maka di pasar dunia masyarakat bisa menukar 1


(51)

dolar masyarakat membayar Rp 9.500 pada setiap satu dolar. Ketika masyarakat di pasar dunia mengacu pada “kurs” dianatara kedua Negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal.

2. Kurs Rill

Kurs Rill (real exchange rate) merupakan harga relative dari barang-barang kedua Negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang dari satu negara untuk barang dari negara lain.

2.1.3 Fungsi Nilai Tukar

Didalam perekonomian terbuka peranan nilai tukar sangat penting, dimana suatu negara tidak terlepas dari pengaruh negara lain dan antarnegara selalu melakukan transaksi demi kepentingan masing-masing negara. Untuk dapat berada dan bertahan didalam perekonomian terbuka, nilai tukar merupakan fundamental suatu negara. Oleh karena itu, pada dasar nilai tukar memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Menyeimbangkan Neraca Pembayaran

Neraca pembayaran terdiri dari neraca transaksi berjalan (current account) dan neraca modal (capital account ). Nilai tukar dapat berfungsi sebagai alat pengendali neraca pembayaran, terutama untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor suatu negara, atau sebaliknya mendorong impor dan mengurangi ekspor.

2. Instrument Moneter

Nilai tukar dapat dijadikan sebagai sasaran operasional kebijakan moneter khususnya bagi Negara yang menerapkan suku bunga untuk


(52)

mengendalikan jumlah uang beredar. Depresiasi dan apresiasi nilai tukar akan mempengaruhi suku bunga yang juga akan mempengaruhi jumlah uang beredar. 3. nominal anchor

Dalam pengendalian inflasi, nilai tukar banyak digunakan oleh Negara yang mengalami inflasi berat sebagai nominal anchor baik melalui pengendalian depresiasi nilai tukar maupun dengan memegang nilai tukar suatu Negara dengan suatu mata uang asing.

4. Menjaga Kestabilan Pasar Domestik

Kenaikan nilai mata uang suatu Negara yang melebihi nilai wajar (overvaluation) dapat dijadikan alat untuk spekulasi atau untuk mencari keuntungan, dengan menjual atau menukar mata uang Negaranya pada valas. Sebaliknya, pada saat nilai tukar mengalami undervaluation, masyarakat dapat membeli atau menukar valas pada mata uang Negaranya. Oleh karena itu, nilai tukar yang stabil dan wajar berfungsi untuk menjaga kestabilan pasar domestik. 2.1.4 Perubahan Nilai Tukar

Perubahan kurs disebabkan oleh berbagai faktor baik itu dari sisi permintaan maupun penawaran atas mata uang serta kebijakan pemerintah untuk menentukan.

1. Devaluasi merupakan suatu kebijakan oleh pemerintah yang menurunkan nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang negara lain.

2. Revaluasi adalah kebijakan oleh pemerintah yang menaikkan nilai tukar dalam negeri terhadap nilai tukar negara lain.


(53)

3. Deresiasi merupakan penurunan nilai tukar mata uang yang disebabkan oleh pergerakan penawaran dan permintaan mata uang tersebut (mekanisme pasar).

4. Apresiasi merupakan fenomena naiknya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang asing, akibat pergerakan penawaran dan permintaan mata uang yang bersangkutan (mekanisme pasar).

2.1.5 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kurs

Perubahan nilai tukar dapat terjadi dengan perlahan,cepat dan mengejutkan. Hamdy hady (2001:42) kurs valas atau forex rate ditentukan oleh mekanisme perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Secara langsung, permintaan akan valuta asing ditentukan oleh impor barang dan jasa yang memerlukan valas, ekspor modal (capital outflow), serta transfer valas lainnnya dari dalam ke luar negeri dan penawaran valuta asing dipengaruhi oleh ekspor barang dan jasa yang menghasilkan valas dan impor modal (capital inflow), serta transfer valas lainnya dari luar negeri ke dalam negeri.

Sedangkan secara tidak langsung penawaran dan permintaan valuta asing dipengaruhi oleh posisi neraca pembayaran (BOP), tingkat inflasi, tingkat bunga, tingkat income, peraturan dan kebijakan pemerintah dan spekulasi atau isu. Mauriece D. Levi, (2004:132) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kurs itu adalah Nilai tukar perdagangan dan jumlah perdagangan, inflasi, perdagangan jasa, aliran pendapatan, dan transfer investasi asing. Dapat disimpulkan permintaan dan penawaran mata uang asing, sehingga menyebabkan perubahan kurs, disebabkan oleh faktor ekonomi maupun non-ekonomi, seperti


(54)

stabilitas politik, kepastian hukum. Adapun faktor ekonomi yang mempengaruhi perubahan kurs, yaitu :

1. Neraca Pembayaran

Neraca pembayaran merupakan pencatatan kegiatan internasional suatu negara, yang terdiri dari neraca transaksi berjalan dan neraca modal. Dimana jumlah impor dan capital outflow suatu negara akan meningkatkan permintaan mata uang asing, karena pembayaran impor dan investasi diluar negeri membutuhkan mata uang asing. Sebaliknya, jumlah ekspor dan capital inflow akan meningkatkan penawaran mata uang asing, karena ekspor dan investasi didalam negeri akan mendatangkan devisa.

2. Pelaku Pasar Valuta asing

Berbagai tujuan yang dilakukan oleh pelaku pasar valuta asing baik itu individu, perusahaan, dan bank untuk melakukan transaksi valuta asing, seperti untuk transaksi pembayaran (ekspor dan impor), mempertahankan daya beli, melakukan spekulasi, pemagaran resiko, kemudahan berbelanja. Tindakan para pelaku pasar valuta asing sangat mempengaruhi permintaan dan penawaran valas.

3. Perekonomian Global

Krisis global tahun 2008 terbukti membuat nilai mata uang global terhadap dolar, termasuk Indonesia. Begitu juga kebijakan pengetatan pajak intensive oleh Amerika, dapat menarik jumlah peredaran dolar pada perekonomian global, sehingga penawaran akan dolar rendah dan permintaannya tinggi dan membuat


(55)

mata uang dolar terapresiasi. Hal ini sebagai bukti bagaimana dampak perekonomian global dapat mempengaruhi nilai kurs.

2.1.6 Sistem Nilai Tukar

Pada umunya terdapat tiga kelompok besar sistem nilai tukar mata uang yang diterapkan oleh berbagai Negara ,yaitu :

1. Sistem Nilai Tukar Mengambang Penuh (Freely Flexible reely Floating) Exchanges Rate System.

Pada sistem nilai tukar mengambang penuh, penentuan nilai tukar tidak dicampuri oleh pihak pihak apapun baik itu pemerintah (bank sentral). Namun, setiap perubahan nilai tukar ditentukan oleh mekanisme pasar atau pergerakan permintaan dan penawaran akan mata uang tersebut.

2. Sistem nilai Tukar Tetap (Fixed Pagged Exchange Rate System)

Sistem nilai tukar tetap merupakan sistem dimana penentuan nilai tukar terhadap mata uang asing ditentukan oleh pemerintah. Pemerintah berperan aktif didalam pasar valuta asing untuk mengontrol pergerakan nilai tukar suatu mata uang agar berada pada suatu acuan nilai tukar tertentu.

3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed/Controlled Semi Pagged) Exchanges Rate System

Pada sistem nilai tukar ini, nilai tukar diambangkan suatu interval atau rentan tertentu. Apabila nilai tukar berada diluar tingkat interval yang sudah ditentukan, maka pemerintah (Bank sentral) akan melakukan intervensi untuk mengembalikan posisi nilai tukar pada batas yang telah ditentukan. Namun,


(56)

apabila nilai tukar mengalami pergerakan masih pada interval yang sudah ditetapkan, pemerintah tidak perlu ikut intervensi.

2.1.7 Teori-Teori Nilai Tukar

Teori kurs secara umum dapat dibagi dua yaitu teori kurs tradisional yang didasarkan pada arus perdagangan dan paritas daya beli serta menjelaskan pergerakan kurs dalam jangka panjang, dan teori kurs modern yang memusatkan perhatiaanya pada pasar-pasar modal dan arus permodalan internasional dan berusaha menjelaskan gejolak kurs dalam jangka pendek yang keseimbangan (titik ekuilibrium) jangka panjang. Dapat dijelaskan pada rincian berikut,

1. Pendekatan Perdagangan atau Pendekatan Elastisitas Terhadap Pembentukan Kurs

Model ini melihat bahwa nilai tukar atau kurs antara dua mata uang dari dua negara ditentukan oleh besar-kecilnya perdagangan barang dan jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut. Menurut pendekatan ini kurs ekuilibrium adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai ekspor dan impor dari suatu negara. Jika impor negara tersebut lebih besar ketimbang ekspornya (defisit perdagangan), maka kurs mata uangnya akan mengalami penurunan nilai mata uang (depresiasi). Depresiasi nilai tukar akan mengurangi impor dan akan menaikkan tingkat ekspor sebagai pemulihan neraca perdagangan. Karena kecepatan proses penyesuaian tersebut ditentukan oleh seberapa responsif atau elastis ekpor dan impor terhadap perubahan harga kurs, maka pendekatan ini juga dikatakan sebagai pendekatan elastisitas (elasticity approach).


(57)

2. Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity Teori, PPP) untuk Menjelaskan Proses Pembentukan Kurs

Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1556 oleh Martin De Azpilcueta Navarro. Teori PPP didasarkan pada hukum satu harga (one law price) yang menyatakan bahwa nilai tukar mata uang pada mata uang lain didasarkan pada tingkat harga pada kedua negara tersebut. Misalnya di Indonesia harga 5 kg beras Rp 18.000 sedangkan di Amerika harga 5 kg beras U$D 2, artinya 2 dolar sama dengan 18.000 rupiah. Oleh karena itu, kurs antara Indonesia (rupiah) dengan Amerika (U$D) apabila disesuaikan dengan daya beli adalah Rp 9.000 per satu dolar. Teori ini terdapat dua versi yaitu versi absolut dan versi relatif.

a. Versi Absolut

Dalam versi absolut menganggap U$D 1 sama dengan Rp 9.000. Jika pemerintah menetapkan kurs sebesar Rp7000 per U$D, maka nilai rupiah dikatakan overvaluation dan dolar dikatakan undervaluation. Sebaliknya jika pemerintah menetapkan kurs sebesar Rp10.000 per U$D, maka nila rupiah dikatakan undervaluation dan dolar overvaluation. Karena dalam versi absolut teori PPP ini dilihat kurang realistis, maka muncul versi lain untuk menjelaskan teori PPP dengan memperhitungkan biaya transport, tarif dan kuota barang yang disebut sebagai versi relatif.

b. Versi relatif

Dalam versi relatif menganggap kedua barang tersebut tidaklah realistis apabila hanya disesuaikan pada satu harga, karena pada kenyataannya barang


(58)

tersebut apabila dikirim ke negara yang berbeda mempunyai biaya (transport, tarif dan kuota) dan biaya tersebut berbeda-beda pada setiap negara. Versi relatif kemudian memperhitungkan biaya tersebut selain dari pada penyesuaian dalam hukum satu harga.

3. Pendekatan Moneter Terhadap Pembentukan Kurs dan Lonjakan Kurs

Pendekatan moneter (monetary approach) mempostulasikan atau menyatakan bahwa kurs tercipta dalam proses penyamaan atau penyeimbangan stok atau total permintaan dan penawaran mata uang nasional dimasing-masing negara. Penawaran disuatu negara diasumsikan dapat ditetapkan atau diciptakan secara independen oleh otorita moneter dari negara yang bersangkutan. Namun sebaliknya, permintaan uang akan sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan riil oleh negara tersebut, atau tingkat harga-harga umum yang berlaku serta suku bunga.

4. Pendekatan Keseimbangan Portofolio Terhadap Pembentukan Kurs

Perbedaan lain dari keseimbangan portofolio ini adalah penekanan bahwa kurs sesungguhnya terbentuk dalam proses penyamaan dan penyeimbang stok atau total permintaan dan total penawaran asset-asset finansial seperti saham dan obligasi dalam setiap negara..

2.1.8 Sistem Kurs Alternatif (Maurice D. Levi, 2004:171)

Sistem kurs alternatif menceritakan pengalaman sejarah sistem kurs yang pernah terjadi dan berkembang hingga saat ini.


(59)

1. Sistem Standart Emas Klasik

Ciri pokok dari standart emas klasik adalah bahwa setiap negara siap mengkonversikan uang kertas atau uang fiatnya (fiat money) ke dalam emas pada tingkat harga yang tetap. Penetapan harga emas ini membuat kurs atau mata uang terbentuk. Mekanisme tingkat harga dalam sistem standart emas disebut mekanisme price-specie automatic adjustmen, dimana specie adalah kata lain logam mulia. Mekanisme price-specie adjusment bekerja tidak hanya melalui harga relatif antara negara, tetapi juga melalui perubahan harga relatif dalam setiap negara. Standart emas berakhir dan ditinggalkan dengan depresiasi dalam periode 1929-1933.

2. Bretton Woods dan Standart Dolar

Sistem ini disebut sistem bretton woods berasal dari nama sebuah kota di New Hampshire tempat ide dasar sistem ini dirumuskan dan diterapkan pada tahun 1944. Metode alternatif dalam penentuan kurs ini memungkinkan tingkat kurs dimana bank sentral asing menjual dan membeli mata uang mereka untuk memperoleh dolar. Amerika serikat menetapkan nilai dolar terhadap emas. Dengan demikian standart emas mencakup tawaran dari pemerintah Amerika Serikat untuk menukarkan dolar atau emas pada suatu tingkat harga yang resmi dan tawaran dari negara lain untuk menukarkan mata uang mereka atas dolar dalam kurs yang resmi. Sistem bretton woods berakhir pada tahun 1973, masa ini disebut juga sebagai standart dolar.


(60)

3. Sistem Moneter Eropa (European Monetary System- EMS)

Sistem ini dimulai pada tahun 1972, yang dirancang untuk menjaga supaya kurs di negara-negara Uni Eropa berada dalam band yang lebih sempit daripada yang telah dipakai sebagai bagian dari usaha terakhir untuk menyelamatkan sistem standart dolar. Ciri pokok sistem ini adalah sebuah kisi yang menempatkan batas atas dan bawah kurs antara dua mata uang. Didalam sistem moneter eropa, negara-negara anggotanya bekerja sama dalam mengendalikan kurs. Kurs ditetapkan dalam kisi (grid) paritas yang terbatas, yang mencakup batas atas dan bawah terhadap Unit Mata uang Eropa.

4. Sistem Kurs Hibrida

Sistem kurs hibrida merupakan kombinasi sitem kurs fleksibel dan tetap. Di antara kedua ekstrim kurs tersebut terdapat berbagai sistem kurs yang telah diterapakan dalam masa yang berbeda, yaitu mengambang terkendali, band yang lebih besar (wider band), kurs tertambat merangkak (crawling peg), campuran antara kurs tetap dan kurs fleksibel, intevensi bersama atas pasar yang bergejolak, dan zona sasaran (target zone).

2.2 Aliran Modal Masuk Asing (Capital Inflow)

2.2.1 Defenisi Aliran Modal Masuk Asing (Capital Inflow)

Aliran Modal Masuk Asing (capital inflow) merupakan masuknya sejumlah dana luar negeri kedalam suatu negara untuk tujuan investasi. Paul R. Krugman dan Maurice obstfeld (1994:29), capital inflow merupakan transaksi penjualan asset kepada luar negeri. Sebab penjualan asset pada asing akan


(61)

mendapatkan dana dari negara asing dan negara asing tersebut memperoleh asset. Aliran modal masuk asing (capital inflow) dapat terjadi dalam bentuk investasi langsung (foreign direct investment), investasi portofolio (portofolio invesment), dan aliran bentuk modal lain (other types of flows).

Investasi langsung (foregin direct investment) merupakan investasi yang dilakukan secara langsung atau rill, misalnya membangun gedung, pabrik dan dengan dalam jangka waktu panjang . Investasi portofolio (portofolio investment) merupakan investasi yang dilakukan tidak secara langsung namun dalam bentuk aset financial, seperti saham dan obligasi, sedangkan aliran modal lain (other types of flows) merupakan aliran dana masuk asing yang meliputi kredit perdagangan dan pinjaman pemerintah dan swasta.

2.2.2 Motif Penanaman Modal Asing

1. Motif Investasi Portofolio (Portofolio Invesment)

a. Motif dasar international portofolio invesment adalah untuk mencari tingkat hasil yang lebih tinggi. Sesuai dengan teori Hecsksher-Ohlin, penduduk suatu negara akan membeli saham ataupun obligasi dari perusahaan yang berada dinegara lain bila memberikan return yang lebih tinggi.

b. Motif lain international portofolio investment adalah diversifikasi resiko. Sesuai dengan teori portofolio yang mengatakan bahwa investasi diberbagai surat berharga dapat menghasilkan return tertentu dengan risiko yang lebih kecil.


(62)

2. Motif Investasi langsung (foregin direct invesment)

a. Motif investasi langsung pada dasarnya keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi melalui tingkat pertumbuhan suatu negara yang lebih tinggi, perpajakan yang lebih murah, tenaga kerja yang lebih murah, dan infrastruktur yang lebih baik.

b. Investasi langsung juga dilakukan untuk diversifikasi resiko (risk diversification). Diversifikasi resiko merupakan penanaman modal pada berbagai sektor yang berbeda-beda dengan tidak memiliki multikolinerity untuk memperkecil resiko investasi yang dihadapi.

c. Untuk menghindari tarif yang dibebankan pada impor. 2.2.3 Teori Penanaman Modal Asing

Teori penanaman modal asing berusaha untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing (PMA).

Adapun teori tersebut adalah :

1. Teori Alan M. Rugman

Alan M. Rugman (1981), menyatakan bahwa penanaman modal asing atau foreign direct invesment (FDI) dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan variabel internalisasi.

a. Variabel Lingkungan

Variabel lingkungan seringkali disebut sebagai keunggulan spesifik negara. Ada tiga jenis variabel lingkungan yang menjadi perhatian, yaitu ekonomi,


(63)

nonekonomi, dan pemerintah dan menjadi pertimbangan oleh investor untuk melakukan penanaman modal pada suatu negara. Setiap persentase pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap jumlah produksi suatu negara adalah alasan mengapa investasi dilakukan. Didalam fungsi sederhananya hanya menganggap tenaga kerja dan modal saja sebagai faktor produksi Q = ʄ (L,K) . Namun untuk lebih dalam lagi, investor juga mempertimbangkan faktor produksi yang mencakup teknologi, sumber daya alam, sumber daya manusia. Selain faktor ekonomi, spesifikasi suatu negara juga dilihat dari kondisi politik, budaya, dan sosialnya dan bagaimana kondisi pemerintahan oleh suatu negara.

b. Variabel internalisasi

Variabel internalisasi ini merupakan keunggulan internal yang dimiliki perusahaan multinasional dengan melihat keunggulan spesifik perusahaan-perusahaan yang ada pada suatu negara. Keunggulan spesifik perusahaan-perusahaan tersebut dipengaruhi oleh struktur manajemen, teknik pemasaran, atau rencana strategi keseluruhan yang mengarah pada keunggulan spesifik perusahaan.

2. Teori Vernon

Vernon (1966) menjelaskan penanaman modal asing dengan model yang disebut model siklus produk dengan mengikuti tiga tahap. Dalam tahap pertama produk baru diproduksi dan dikonsumsi pada negara sendiri dan pasar luar negeri dilayani dengan ekspor. Dalam tahap kedua produk yang dewasa diproduksi di luar negeri, karena pertimbangan biaya produksi di negara lain tersebut lebih murah dilihat upah tenaga kerja yang lebih rendah, bahan baku yang tersedia.


(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ..…i

ABSTRAC ... ….ii

KATA PENGANTAR ... …iii

DAFTAR ISI ... .…v

DAFTAR GAMBAR ... ..viii

DAFTAR TABEL ... ....ix

DAFTAR LAMPIRAN ... …..x

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Perumusan Masalah ...7

1.3 Tujuan Penelitian ...7

1.4 Manfaat Penelitian ...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...9

2.1 Nilai Tukar (Exchange Rate) ...9

2.1.1 Pengertian Nilai Tukar...9

2.1.2 Jenis -Jenis Nilai Tukar ...9

2.1.3 Fungsi Nilai Tukar ...10

2.1.4 Perubahan Nilai Tukar ...11

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs ...12

2.1.6 Sistem Nilai Tukar ...14

2.1.7 Teori-Teori Nilai Tukar ...15


(2)

2.2 Aliran Modal Masuk Asing (Capital Inflow) ...19

2.2.1 Defenisi Aliran Modal Masuk Asing (Capital Inflow) ...19

2.2.2 Motif Penanaman Modal Asing ...20

2.2.3 Teori Penanaman Modal Asing ...21

2.3 Aliran Modal Keluar Asing (Capital Outflow) ...25

2.3.1 Motif yang Mendasari Investasi Langsung di Luar Negeri ...26

2.4 Penelitian Terdahulu ...29

2.5 Kerangka Konseptual ...30

2.6 Hipotesisi ...30

BAB III METODE PENELITIAN ...32

3.1 Jenisi Penelitian ...32

3.2 Batasan Operasional ...32

3.3 Defenisi Operasional ...33

3.4 Skala Pengukuran Variabel ...34

3.5 Jenis dan Sumber Data ...35

3.6 Metode Pengumpulan Data ...35

3.7 Model Analisis ...35

3.8 Metode dan Teknik Analisis ...36

3.8.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test) ...37


(3)

4.1.2 Portfolio Investment Inflow ...47

4.1.3 Other Investment Inflow ...49

4.2 Perkembangan Aliran Modal Keluar (Capital Outflow) di Indonesia. ... 51

4.2.1 Direct Investment Outflow ...51

4.2.2 Portfolio Investment Outflow...53

4.2.3 Other Investment Outflow ...54

4.3 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ...56

4.4 Uji Stasioneritas (Unit Root Test) ...59

4.5 Penentuan Lag Optimal ...61

4.6 Uji Kointegrasi ...62

4.7 Hasil Estimasi Untuk Persamaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang ...64

4.7.1 Hasil Estimasi Persamaan Jangka Pendek ...65

4.7.8 Hasil Estimasi Persamaan Jangka Panjang ...70

BAB V KESIMPULAN ...73

5.1 Kesimpulan ...74

5.2 Saran ...75

DAFTAR PUSTAKA ...77


(4)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 29

3.1 Skala Pengukuran Variabel ... 34

4.1 Hasil Uji Stasioner (Unit Root Test) ... 60

4.2 Hasil Penentuan Lag Optimal ... 62

4.3 Hasil Estimasi Uji Kointegrasi ... 63

4.4 Hasi Persamaan Jangka Pendek Model VECM ... 65


(5)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

4.1 Pergerakan Direct Investment inflow ... 43

4.2 Investasi Langsung di Indonesia Menurut Negara Asal ... 44

4.3 Investasi Langsung di Indonesia Menurut Sektor Perekonomian ... 46

4.4 Pergerakan Portfolio Investment Inflow Indonesia ... 47

4.5 Pergerakan Other Investment Inflow Indonesia ... 50

4.6 Pergerakan Direct Investment Outflow Indonesia ... 52

4.7 Pergerakan Portfolio Investment Outflow Indonesia ... 54

4.8 Pergerakan Other Investment Outflow Indonesia ... 55

4.9 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika ... 58


(6)

No. DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Data Variabel Skripsi ... 79

2 Hasil Uji Akar Unit Nilai Tukar Rupiah ... 80

3 Hasil Uji Akar Unit Direct Investment Inflow ... 81

4 Hasil Uji Akar Unit Portfolio Investment Inflow ... 82

5 Hasil Uji Akar Unit Other Investment Inflow ... 83

6 Hasil Uji Akar Unit Direct Investment Outflow ... 84

7 Hasil Uji Akar Unit Portfolio Investment Outflow ... 85

8 Hasil Uji Akar Unit Other Investment Outflow... 86

9 Hasil Uji Lag Length Criteria ... 87

10 Hasil Uji Kointegrasi Johansen ... 88