Penggunaan Antibiotik Pada Budidaya Perairan Pengaruh Penggunaan Antibiotik Pada Budidaya Perairan

Dalam siklus nutrisi Vibrio sp. berperan penting dalam mengambil bahan organik terlarut. Vibrio sp. menyediakan asam lemak tak jenuh rantai panjang esensial pada rantai makanan aquatik. Vibrio sp. juga dapat mendegradasi kitin, yaitu sebuah homopolimer N-acetyl-glucosamin gula amino yang banyak ditemui di lautan Cottrell Kirchman 2003. Beberapa Vibrio sp. juga mampu mendegradasi senyawa toksik polisiklik hidrokarbon aromatik yang mencemari sedimen laut Svitil et al. 1997. Vibrio sp. dapat memproduksi antibiotik diantara bakteri laut yang lain. Komponen inhibitor yang dihasilkan Vibrio sp. tertentu mampu mereduksi jumlah organisme lain contohnya Alfaproteo-bacteria dan Alteromonas Long Azam 2001. Menurut Sharma et al. 2010 spesies V. alginolyticus ternyata memiliki potensial sebagai imunostimulan terhadap udang sehingga spesies ini dapat digunakan sebagai agen biokontrol pada budidaya udang dan dapat mengurangi penggunaan antibiotik.

2.4 Penggunaan Antibiotik Pada Budidaya Perairan

Antibiotik telah banyak digunakan untuk mengontrol penyakit yang disebabkan oleh bakteri pada budidaya perairan. Indonesia yang merupakan salah satu negara produsen udang terbesar di dunia menggunakan beberapa jenis antibiotik antara lain oksitetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, streptomisin, neomisin, dan enrofloksasin untuk mengatasi penyakit yang disebabkan bakteri. Formalin dan malachite green oxalate secara luas digunakan untuk mengontrol penyakit pada ikan dan udang yang disebabkan fungi dan protozoa sedangkan potassium permanganate digunakan sebagai desinfektan. Penggunaan pupuk organik dan anorganik juga sering digunakan untuk meningkatkan produktivitas primer udang Supriyadi Rukyani 1992. Moriarty 1999 melaporkan tahun 1994 penggunaan antibiotik pada tambak udang di Thailand mencapai 500-600 ton. Universitas Sumatera Utara Hingga saat ini belum ada antibiotik yang didesain khusus untuk mengatasi penyakit pada hewan perairan sehingga penggunaan antibiotik di perairan harus hati- hati. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah keamanan produk, integritas lingkungan, keamanan target, dan keamanan bagi pengelola komponen. Adapun beberapa jenis antibiotik yang diizinkan penggunaannya di perairan adalah oksitetrasiklin, florfenikol, sarafloksasin, eritromisin, dan sulfanamid sedangkan yang dilarang penggunaannya di perairan antara lain; kloramfenikol, enrofloksasin, spectinomisin, dan rimfapim Serrano 2005.

2.5 Pengaruh Penggunaan Antibiotik Pada Budidaya Perairan

Secara umum setelah panen, lahan tambak yang telah digunakan memiliki limbah yang tidak habis terbuang yaitu berupa sisa pakan dan antibiotik. Kehadiran antibiotik dalam air dan sedimen lingkungan potensial mempengaruhi flora normal, plankton, dan hewan sekitarnya, menyebabkan perubahan diversitas mikrobiota dan keseimbangan ekologi Cabello 2006. Hal ini disebabkan karena jumlah substansi antibiotik yang masuk atau dideposit pada suatu lingkungan dapat terdistribusi pada lingkungan yang berbeda dan dapat mengawali terjadinya resistensi Serrano 2005. Residu antibiotik pada produk hewan yang menggunakan antibiotik dalam kurun waktu yang lama dapat menyebabkan alergi dan toksisitas yang sulit di diagnosa Cabello 2006, mempengaruhi flora normal saluran pencernaan menekan pertumbuhan flora normal, tumbuhnya mikroorganisme yang tidak diinginkan, pengembangan gen resisten pada bakteri enteric yang patogen, kolonisasi resisten mengganggu atau merubah aktivitas enzim metabolisme dari flora normal pencernaan Serrano 2005.

2.6 Mekanisme Bakteri Resisten Terhadap Antibiotik