STRATEGI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN BOYOLALI DALAM PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PENGGING

(1)

commit to user

i

STRATEGI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN BOYOLALI DALAM PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PENGGING

SKRIPSI

Disusun Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Sarjana Sosial

UniversitasSebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh: HARYANTO

D0106063

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

MOTTO

“Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan

Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan”

(Q.S. Ali Imran : 148)

“There is a will, there is a way”

(Rizal mallarangerng)

“Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin,

hari esok harus lebih baik dari hari ini”


(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecilku ini aku persembahkan untuk:

© ALLAH SWT atas semua hal terbaik yang diberikan untukku.

© Bapak dan Ibuku, Wagimin Pono Sukarto dan Giyarni, atas semua doa, kasih

sayang, pengertian dan pengorbanan yang diberikan untukku.

© Kakakku, wahyudi dan Muladi, yang telah memberikan semangat dan nasehat

terbaik untukku

© Keluarga besarku, atas doa dan dukungan yang diberikan sehingga aku bisa

melalui semua tantangan dalam meraih mimpiku.

© Sahabat-sahabatku Terimakasih atas persahabatan yang tulus yang kalian

berikan untukku.

© Sahabatku terbaik dimasa-masa kuliah Di masa-masa kuliah ini, banyak hal

yang kita lewati untuk mengerti tentang hidup. Mari kita raih sukses bersama-sama teman. All is well.

© Teman-teman Administrasi Negara angkatan 2006. Semoga kesuksesan selalu


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr, Wb,

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam Pengembangan Obyek Pariwisata Pengging”. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, maka pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan khusus kepada:

1. Drs. Sukadi. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Budiarjo, M.Si. selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.

3. Drs. Sudarto, M.Si. dan Drs. Agung Priyono, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Supriyadi SN., SU. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ir. Rahmad Hadi Santoso, MM. selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali.


(7)

commit to user

vii

6. Ibu Dra Kristina Purwanti, Bapak Sri Hartono, Bpk Tubinu S.sos, Bpk Drs. Sutrisno M.Hum, Drs M. Basuni dan Ibu Dra Suciati MM, selaku Staf dinas pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali yang telah bersedia menjadi informan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Rusmanto, Sholeh Abas dan Suratmin yang telah bersedia menjadi informan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Dwi Santoso, S. Sos. yang banyak membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan penulis perhatikan. Sebagai kata penutup, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Program Studi Ilmu Administrasi Negara, serta bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Surakarta, April 2011


(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….i

HALAMAN PENGESAHAN………...…...ii

HALAMAN PERSETUJUAN………...……....iii

HALAMAN MOTTO………..….…..iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………..….…...v

KATA PENGANTAR………vi

DAFTAR ISI………...vii

DAFTAR TABEL………...viii

DAFTAR GAMBAR………...x

ABSTRAK………..…….………..…..xi

ABSTRACT...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….……….…..1

B. Rumusan Masalah……….………...5

C. Tujuan Penelitian……...……….………...5

D. Manfaat Penelitian………...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori..………...7


(9)

commit to user

ix

B. Kerangka Pemikiran………30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian………...33

B. Lokasi Penelitian ...33

C. Sumber Data ………...………...34

D. Teknik Pengumpulan Data………...35

E. Teknik Sampling…..………...37

F. Validitas Data……….38

G. Teknik Analisis Data……….38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali……...42

B. Analisis Swot dan Strategi dalam Pengembangan Obyek Pariwisata Pengging Oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Boyolali………...56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………. 123

B. Saran ..……… 126

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

1.1 Tabel jumlah pengunjung Obyek Pariwisata Pengging………...4

2.2 Tabel pedoman test limuts………..23

2.3 Tabel pedoman matrik SWOT………...…………25

4.1 Tabel potensi Obyek Pariwisata Pengging……….51

4.2 Tabel Tingkat Pendidikan Pegawai Disparbud………..58

4.3 Tabel Pegawai dan Tingkat pendidikan UPT Pengging……….60

4.4 Tabel rincian Anggaran Non Rutin tahun 2006-2010………62

4.5 Tabel Pendapatan Obyek Pariwisata Pengging………..63

4.6 Tabel Sarana dan Prasarana Disparbud………..64

4.7 Tabel Sarana dan Prasarana Obyek Pariwisata Pengging…………..65

4.8 Tabel Jumlah Pengunjung………..72

4.9 Tabel Analisis SWOT………....81

4.10 Tabel Test limuts isu-isu startegis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali……….84


(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman 2.1 Gambar Diagram Analisis SWOT………..27

2.2

3.1 4.1

Bagan Kerangka Berfikir Strategi Dinas Pariwisata Dan

Kebudayaan Kabupaten Boyolali Dalam Pengembangan Obyek pariwisata Pengging………...32

Model Analisis Interaktif …………...………..41 Bagan Susunan Organisasi DISPARBUD Kabupaten Boyolali ………...55


(12)

commit to user

xii

ABSTRAK

HARYANTO. D0106063. STRATEGI DINAS PARIWISATA DAN

KEBUDAYAAN (DISPARBUD) KABUPATEN BOYOLALI DALAM PENGEMBANGAN OBYEK PARIWISATA PENGGING. Skripsi. Program Studi Administrasi Negara. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011. 135 hal

Pariwisata pada era otonomi daerah merupakan bidang yang sangat penting bagi daerah dalam konstribusinya terhada Pendapatan asli Daerah. Untuk Kabupaten Boyolali Pariwisata merupakan bidang yang mempunyai kontribusi yang sangat besar, hal itu dikarenakan bpyolali mempunyai bebrapa obyek pariwisata yang menarik, salah satunya obyek pariwisata Pengging. Pengging merupakan Obyek Pariwisata yang memiliki lebih dari satu obyek pariwisata yang mempunyai daya tarik tinggi, tetapi masih terdapat kendala tentang pengembanganya seperti terutama dalam pembangunan dan pengelolaanya yang kurang optimal . Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi Pengembangan Obyek Pariwisata Pengging yang dilakukan Oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan narasumber dan arsip/ dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling digunakan ketika peneliti menetapkan narasumber yaitu pegawai Disparbud Kabupaten Boyolali. Snowball sampling digunakan untuk menentukan siapa narasumber selanjutnya yang mengetahui permasalahan penelitian setelah pegawai Disparbud Kabupaten Boyolali. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi data. Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan model analisis interaktif.

Hasil penelitian yang dilakukan di Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Boyolali dapat diketahui bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali telah melaksanakan bebrapa kegiatan berdasarkan analisis SWOT tahun Anggaran 2006-2010 seperti strategi pengembangan infrastruktur, pengembangan promosi dan pemasaran, strategi kerjasama di bidang kepariwisataan, strategi peningkatan kualitassumberdaya manusia dan strategi pemberdayaan masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian juga dapat diketahui hambatan yang ditemui dalam implementasi strategi Dimnas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam Pengembangan obyek pariwisata Pengging yaitu ,terbatasnya anggaran, keterbatasan infrastruktur, masih rendahnya sumber daya Manusia yang ada, rendahnya investasi dan dukungan Stake holder


(13)

commit to user

xiii

ABSTRACT

HARYANTO. D0106063.TOURISM AND CULTURE DEPARTMENT

(DISPARBUD)STRATEGIC IN DEVELOPING TOURISM OBJECT.SCRIP STATE ADMINISTRATION DEPARMENT.SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE FACULTY SEBELAS MARET UNIVERSITY. SURAKARTA .2011.135 pages

Tourism is regional authority era is a crucial section for the region in its contribution to the original income. For boyolali regency tourism is a section that gives a great contribution, because Boyolali owred several interesting tourism object, one of it is Pengging. Pengging is tourism object that has more than has more than are object of attraction , therefore thre are still obsctudes to develop. It is mainly on developing and maintainance that hasn’t been don’t optimally . this study is directed to describe development of Pengging Tourism Object that is done by Tourism and Culture Deparment Boyolali

Method used in this study descriptive qualitative method. The data source is obtained by doing interview with informant and files or document related with the study. The obtaining the sample uses purposive sampling and snowball sampling. Purposive sampling was used when the writer determined the informant that is the DISPARBUD official in Boyolali. Snowball sampling was used to determine who is the next informant who has information about the object of the study after the DISPARBUD official in Boyolali. The technique in obtaining the data is by doing interview , observation and document study . the validity of the data used in this study is data triangulation method. The data analysis used in the study is interactive analysis data model

The result of the study thas awas done by tourism and culture department Boyolali , regency can be seen that tourism and culture Department Boyolali has carried out several activities based on SWOT analysis 2006-2010 budget years as a strategy of developing infrastructure, promotion and marketing development , cooperation strategy in tourism section, human resources quality developing strategy an empowering society strategi

Based on the result of the study can also be known the obstacles in implementing tourism and culture department strategy in developing tourism object in pengging. That is limitation of the budget, the limitation of infractructure, the lack of human sourse available the investation is low and the sfule holdy suppart is also low.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Otonomi daerah memberikan implikasi pada peningkatan pendapatan daerah (PAD). Dengan adnya otonomi daerah yang diatur dengan Undang-Undang No 32 tahun 2004 memaksa bagi pemerintah daerah untuk mulai meninjau ulang pendekatan dan cara pandang mereka dalam mengelola pemerintahan daerah, di mana salah satunya adalah bidang kepariwisataan. Di era otonomi daerah ini pariwisata merupakan aset yang sangat berharga bagi pemerintahan daerah, dengan adanya pariwisata akan menambah pendapatan asli daerah ( PAD ) bagi pemerintah daerah. Selain berperan dalam menambah PAD suatu pemerintahan daerah, industry pariwisata juga berperan dalam pembangunan suatu pemerintah daerah. Untuk pembangunan, pariwisata merupakan bagian integral pembangunan nasional dan daerah yang menyumbang terhadap bidang-bidang strategis dalam pembangunan, diantaranya adalah nenciptakan dan memperluas lapangan usaha, menciptakan dan memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pencapatan masyarakat dan pemerintahan daerah, mendorong pelestarian pengembangan dan pelestarian kebudayaan, mendorong peningkatan pembangunan di sector lainya dan, mendorong perkembangan daerah ( Hari karyono, 1997 : 89)


(15)

Boyolali merupakan Kabupaten, dimana berdasarkan Undang-undang no 32 tahun 2004 Pemerintaha Daerah Boyolali merupakan daerah otonomi, dimana Pemerintah Boyolali lebih mempunyai wewenamg untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan bertumpu pada pendapatan asli daerah (PAD). Untuk itu agar bisa mendapatkan PAD yang dapat menunjang pelaksanaan Pemerintahan, Pemerintah Boyolali harus dapat mengembangkan potensi daerah yang dimiliki. Hal tersebut sesuai dengan pasal 1 butir 6 Undang-Undang no 32 tahun 2004 yang berbunyi pemerintah daerah mempunyai wewenang untuk mengembangkan sumberdaya produktif ( Tumar Sumiharjo, 2008; 29), hal itulah sebagai pijakan Pemerintah Daerah Boyolali untuk menggali dan meningkatkan pengembangan sumberdaya dan potensi lokal yang dapat dijadikan unggulan daerah. Bicara tentang potensi produktif yang dimiliki daerah Boyolali salah satunya adalah potensi bidang pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang berkembang di Kabupaten Boyolali, pada saat ini sektor pariwisata bersama-sama sektor lain diharapkan menjadi andalan untuk menggerakkan seluruh ptensi ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan PAD Kabupaten Boyolali.

Ditinjau dari segi pariwisata Boyolali mempunyai masa depan yang sangat baik, alasan yang pertama adalah mempunyai letak yang strategis yaitu terletak pada jalur arteri Solo Jakarta dan Solo Semarang. Kedudukan yang strategis ini memberikan dampak positif bagi Kabupaten Boyolali dalam perkembangan pembangunan dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Hal itu merupakan peluang


(16)

yang menaungi kepariwisataan untuk mendapatkan pasar ke luar daerah boyolali dalam upaya pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata ( ODTW) di Kabupaten Boyolali.

Alasan yang kedua adalah Kabupaten Boyolali mempunyai beberapa obyek pariwisata yang menarik antara lain Obyek Pariwisata Tlatar sebagai obyek pariwisata pemandian, Obyek Pariwisata Merapi, Cepogo dan Selo sebagai pariwisata alam, serta Obyek Pariwisata Pengging sebagai obyek pariwisata air, pemandian dan budaya atau ritual. Selain itu masih beberapa obyek pariwisata lain yang dimiliki Kabupaten Boyolali. Dari obyek-obyek pariwisata tersebut yang paling menonjol adalah Obyek Pariwisata Pengging, karena di daerah obyek pariwisata Pengging merupakan obyek pariwisata yang mempunyai atraksi pariwisata cukup banyak antara lain adalah atraksi pariwisata air atau pemandian dengan beberapa kolam renang baik yang dibuat atau terbentuk secara alami, ataraksi pariwisata ziarah dengan adanya makam R. Ng. Yosodipuro, atraksi pariwisata pemancingan serta atraksi pariwisata budaya dengan beberapa event kebudayaan yang diselenggarakan. Dilihat sangat banyaknya atraksi pariwisata tersebut, pengging merupakan obyek daerah pariwisata yang potensial untuk dijadikan ikon pariwisata Boyolali. Di obyek Pariwisata pengging banyak wisatawan yang berkunjung, untuk wisata pemandian dan pemancingan biasanya pengunjung membludak pada hari-hari libur, sedangkan untuk wisata ziarah dan budaya membludak pada hari-hari tertentu yaitu malam jumat, khususnya malam jumat pahing. Walaupun dengan fasilitas yang terbatas dan ada beberapa dari


(17)

tidak berkurang, malah semakin lama-semakin meningkat. Hal tersebut terlihat dari tabel pengunjung Obyek Pariwisata Pengging tiga tahun terakhir

Tabel 1.1

Jumlah Pengunjung Obyek Pariwisata Pengging

no tahun Jumlah pengunjung

ziarah pemandian

1 2008 53.745 0rang 11.358 orang 42.387orang 2 2009 59.509 orang 14.638 orang 44.871 orang 3 2010 67.197orang 18,458 orang 49.739 orang Sumber : kantor dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, 2010

Akan tetapi di obyek pariwisata pengging masih terdapat beberapa kekurangan khususnya dalam sarana dan prasarana penunjang seperti penginapan atau hotel untuk para wisatawan khususnya dari luar daerah atau mancanegara.

Semakin meningkatnya pengunjung serta kebutuhanya, maka diperlukan perbaikan dan pengembangan kawasan wisata Pengging sebagai upaya pemuasan para pengunjung dan untuk memaksimalkan pendapatan Asli Daerah dari sector pariwisata. Terdapatnya perpaduan atraksi pariwisata dan gairah masyarakat di sekitar obyek pariwisata Pengging dinilai menjadi aspek pendukung untuk mengembangkan dan memajukan Obyek Pariwisata Pengging, karena selain


(18)

berkonstribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar terutama melalui kegiatan perdagangan.

Untuk itulah diperlukan strategi untuk pengembangan Obyek pariwisata Pengging agar dapat mendukung semua kegiatan wisata dan terpenuhinya semua kebutuhan sarana dan prasarana dari seluruh aspek pendukung pariwisata serta secara sosial ekonomi dapat meningkatkan PAD dan meningkatkan kesjahteraan masyakat Boyolali pada umumnya, dan masyarakat disekitar pariwisata Pengging pada khususnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut :

Bagaiman strategi dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam pengembangan obyek pariwisata Pengging ?

C. Tujuan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapakan penulis mampu mengetahui strategi yang dilakukanDinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali serta menganalisis kesesuaian antara strategi dengan kondisi internal dan eksternal dalam Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali


(19)

D. Manfaat penelitian

1. Dari penelitian ini diharapkan dapat member masukan kepada Pemerintah Boyolali khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam pengembangan Obyek Pariwisata Pengging.

2. Dapat menjadi tambahan sumbangan pemikiran dalam bidang lingkungan hidup, terutama dalam pengembangan obyek pariwisata Pengging.

3. Memberikan tambahan pustaka bagi siapapun yang ingin mengetahui, mempelajari dan meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan ini


(20)

Bab II

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Berpikir

A. Tinjauan Pustaka 1. Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang memiliki arti harfiah “jenderal”. Sehingga dapat pula diartikan sebagai seni perang para jenderal yang memimpin suatu peperangan (fitri Lukiastuti dan Muliawan, 2008:11).

Sedangkan menurut Matloff (1967) dalam J. Salusu (2004;85) menerangkan strategy adalah the art of general (seni jenderal). Dalam yunani kuno jenderal dianggap bertanggung jawab pada peperangan, kalah atau menang. Dengan kata lain strategi adalah sebuah seni dalam berperang.

Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (1994:964) strategi memiliki beberapa arti yaitu siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang baik menurut siasat perang atau dapat pula diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dari pengertian di atas maka pengertian strategi sangat berkaitan erat dengan perang.

Saat ini istilah strategi banyak digunakan dalam organisasi. Strategi sangat diperlukan dalam perusahaan dalam pencapaian


(21)

tujuan organisasi. Strategi adalah rencana yang disatukan menyeluruh dan terpadu mengkaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang

untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaaan. (R.Jauch, William F. Glueck 1999:2) dalam, skripsi Dwi Irawati 2008

Dalam Rangkuti (2006:4), Argyris (1985), Mintzberg (979), Steiner dan Miner (1977) menerangkan bahwa:

“Stategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal yang dapat mempengaruhi organisasi.”

Sedangkan Chandler (1962) menjelaskan bahwa:

“strategi merupkan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya” ( Rangkuti (2006:4).

Selain definisi strategi di atas ada juga pengertian strategi menurut Hamel dan Parlad (1995) dalam Husein Umar (2001: 31) mereka berdua mendefinisikan strategi yang terjemahan nya sebagai berikut:


(22)

“strategi merupakan tindakan yang bersifat

incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian strategi hampir selalu dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola consumen memerlukan kompetensi inti (core competencias). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti dalam bisnis yang dilakukan.” (Hamel dan Parlad dalam Husein Umar (2001: 31)).

Sementara, Kennet Andrew dalam fitri Lukiastuti dan Muliawan, 2008 menjelaskan bahwa strategi sebagai upaya untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan dibandingkan dengan peluang serta ancaman dalam lingkungan yang dihadapi. Namun secara umum strategi diartikan sebagai suatu cara yang digunakan oleh manager atau pimpinan puncak untuk mencapai tujuan orgnisasi. Strategi merupakan landasan awal bagi sebuah organisasi untuk menyusun langkah-langkah atau tindakan-tindakan dengan memperhitungkan faktor-faktor internal dan eksternal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Strategi bisa juga digunakan untuk mengubah suatu budaya organisasi agar organisasi tersebut dapat bekerja lebih baik dari sebelumnya.

Dari beberapa pendapat, definisi, pengertian dan penjelasan seperti yang tersebut di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi merupakan suatu seni,siasat,ide dan rencana yang cermat untuk digunakan menghadapi tantangan atau permasalahan


(23)

yang sedang di hadapi dengan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi dibandingkan dengan peluang serta ancaman yang dapat mempengaruhi organisasi. Strategi juga melihat perubahan lingkungan organisasi yang selalu berubah yang bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, konsep strategi berkembang sangat pesat dan memiliki arti yang lebih luas. Tidak terkecuali dalam berbagai bidang, seperti halnya dalam bidang organisasi. Dalam sebuah organisasi, upaya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut dibutukan suatu strategi. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi (2000:147-148) strategi secara etiomolgi dalam manajemen sebuah organisasi dapat diartikan sebagai kiat, cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi. Disadari atau tidak bahwa, strategi memiliki andil dalam setiap pengambilan keputusan manajerial dan juga secara teoritis menjadi suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari setiap organisasi. Strategi sebagai perencanaan suatu organisasi dalam menjalankan kegiataannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sementara itu, Fauklner dan Johnson dalam bukunya Michael Amstrong (2003:38) strategi memperhatikan sungguh-sungguh arah


(24)

jangka panjang dan cakupan organisasi. Strategi juga secara kritis memperhatikan dengan sunguh-sungguh posisi organisasi itu sendiri dengan memperhatikan lingkungan dan secara khusus memperhatikan pesaingnya. Strategi memperhatikan secara sungguh-sungguh pengadaan keunggulan kompetitif, yang secara ideal berkelanjutan sepanjang waktu, tidak dengan manuver teknis, tetapi dengan menggunakan perspektif jangka panjang secara keseluruhan. Pada dasarnya, strategi adalah mengenai penetapan tujuan (tujuan strategi) dan mengalokasikan atau menyesuaikan sumber daya dengan peluang (strategi berbasis dumber daya) sehingga dapat mencapai kesesuaian stratejik diantara mereka. Dalam bukunya, Michael Amstrong (2003:39) memberikan tiga konsep utama dalam strategi yakni:

1. Keunggulan kompetitif

Konsep keunggulan kompetitif ini diformulasikan oleh Porter (1985). Keunggulan kompetitif, seperti yang dikatakannya timbul dari sebuah perusahaan yang menciptakan nilai untuk pelanggannya. Kemudian, dia mengembangkan kerangka kerjanya yang terkenal mengenai tiga strategi generik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, ketiga hal tersebut adalah :

a. Inovasi

Menjadi produser yang unik. b. Kualitas

Menyampaikan barang dan jasa yang berkualitas tinggi kepada pelanggan.

c. Kepemimpinan biaya

Hasil kebijakan yang direncanakan bertujuan kepada pengelolaan pengurangan pengeluaran.

2. Kapabilitas khusus

Merupakan karakteristik yang tidak dapat ditiru oleh pesaing, atau sulit sekali ditiru. Kapabilitas khusus atau kompetensi inti, mendiskripsikan sesuatu yang secara khusus atau unik dapat


(25)

dilakukan oleh organisasi. Empat kriteria yang diusulkan oleh Barry dalam bukunya Michael Amstrong (2003:41) mengatakam dalam menentukan apakah sumber daya dapat dianggap sebagai kapabilitas khusus atau kompetensi khusus:

a. Penciptaan nilai bagi pelanggan b. Memiliki sesuatu yang sangat langka c. Tidak dapat ditiru

d. Tidak ada subsitusinya 3. Kesesuaian stratejik

Menyatakan bahwa untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif perusahaan, maka harus menyesuaikan kapabilitas dan sumber daya yang ada dengan peluang yang tersedia dalam lingkungan ekternal. Seperti halnya yang disimpulkan oleh Hofer dan Schendel (1986) dalam Michael Amstrong (2003:42):

Bagian penting dari tugas manajemen puncak pada saat ini adalah memasukkan kompetensi organisasi yang sesuai (sumber daya internal; dan ketrampilan) dengan peluang dan resiko yang diciptakan oleh perubahan lingkungan sehingga akan efektif dan efisien sepanjang waktu seperti ketika sumber daya akan direncanakan.

Sementara itu, dalam menetapkan suatu strategi dibutuhkan berbagai informasi yang dapat memperkaya organisasi dalam menetapkan alternatif-alternatif. Sarah Kaplan dan Paula Jarzabkowski (2006:7-8) dalam AIM Working Paper Series: 047-August-2006 menegaskan bahwa:

“Indeed, much of the information needed for making strategy may be unclear or conflicting. As strategy is about the future, there will always be an aspect that cannot be known, so that setting a strategy means deciphering existing information and deriving a point of view about what to do. Such uncertainty can result in myriad interpretations about what is going on and what should be done.”

(Memang, sebagian besar informasi yang dibutuhkan untuk membuat strategi mungkin tidak jelas atau bertentangan. Seperti strategi adalah tentang masa depan, akan selalu ada sebuah aspek yang tidak dapat diketahui, sehingga penetapan


(26)

strategi berarti mengartikan informasi yang ada dan menurunkan sudut pandang tentang apa yang harus dilakukan. Ketidakpastian tersebut dapat menghasilkan berbagai interpretasi tentang apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan).”

Dari pemikiran diatas, dijelaskan bahwa informasi yang dibutuhkan untuk membuat strategi mungkin tidak berhubungan bahkan bertentangan. Strategi merupakan sesuatu yang dilakukan organisasi di masa depan. Maka dalam membuat strategi, organisasi perlu menggali informasi yang ada tentang apa yang harus dilakukan organisasi. Sehingga akan didapatkan informasi yang lengkap tentang peluang dan ancaman yang dapat digunakan dalam menetapkan strategi. Sedangkan Hax dan Majluf (dalam Salusu,1998:100) mencoba menawarkan rumusan yang komprehensif tentang strategi sebagai berikut. Strategi:

1. Ialah suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral;

2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya;

3. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi;

4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal oganisasi, dan kekuatan serta kelemahanya;

5. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.

Di lain pihak, Bryson (2005:189), mengemukakan bahwa strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program,


(27)

tindakan, keputusan atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang dikerjakan organisasi, dan mengapa organisasi melakukannya. Oleh karena itu strategi merupakan perluasan misi guna menjembatani organisasi dan lingkungannya. Strategi biasanya digunakan untuk mengatasi isu strategis, strategi menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok. Lain halnya dengan J. Salusu (2004:101) mengatakan bahwa:

Strategi adalah suatu seni yang menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.

Kotten (dalam Salusu, 1998:105) mencoba menjelaskan mengenai tipe-tipe strategi. Tipe-tipe strategi yang yang ia kemukakan berikut ini sering pula dianggap sebagai suatu hierarki. Tipe-tipe strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Corporate Strategy (strategi organisasi)

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan inisiatif-inisiatif stratejik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.

b. Program Strategy (strategi program)

Strategi ini lebih memberikan perhatian kepada implikasi-implikasi stratejik dari program tertentu. Apa


(28)

kira-kira dampaknya apabila program tertentu diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi c. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber

daya)

Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan sebagainya.

d. Institutional Strategy (strategi kelembagaan)

Fokus dari strategi ini adalah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik.

Setiap strategi yang disusun, diharapkan dapat secepatnya dilaksanakan agar dapat segera bisa mencapai tujuan organisasi. Untuk bisa mencapai tujuan organisasi, menurut Hatten dan Hatten (dalam Salusu, 1998:107) mengatakan bahwa terdapat prinsip-prinsip agar strategi bisa sukses, yaitu :

1. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya 2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi

3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya tidak menceraiberaikan satu dengan yang lainnya

4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya


(29)

5. Sumber daya adalah sesuatu yang kritis

6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar

7. Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang telah dicapai

8. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi

Sama halnya Fuchs and his colleagues (Fuchs et al, 2000) dalam Gursoy, Guner (2009:214) mengemukakan bahwa:

”The key dimensions of effective strategy development and implementation as orchestrating all the elements of strategy around a powerful core theme and alignment of coherent product-market focus supported by operating capabilities and resources. (Dimensi kunci dari efektifitas pengembangan strategi dan implementasi seperti mengarang musik semua unsur-unsur strategi di sekitar kekuatan tema inti dan meluruskan fokus pasar produk yang padu didukung dengan operasi kemampuan dan sumber daya.)”

(International Journal of Bussines and Emerging Market, 2009: 214)

Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa dimensi kunci dari membangun dan implementasi strategi yang efektif itu seperti mengarang musik semua unsur disekitar inti tema yang kuat dan hubungan fokus produk pemasaran yang berurutan didukung oleh kemampuan beroperasi dan sumber daya.

Strategi selayaknya merupakan respon terhadap harapan-harapan masyarakat dan apa yang menjadi prioritas dalam kelompok masyarakat yang dilayani. Harapan dan kepentingan masyarakat itu


(30)

diseimbangkan dengan harapan dan kepentingan dari para eksekutif dan para karyawan organisasi. Jadi, diperlukan keserasian atau harmoni antara kepentingan organisasi dan kepentingan masyarakat. Strategi yang mengabaikan kepentingan masyarakat tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan dikehendaki oleh para eksekutif (Salusu, 1998:110). Dari berbagi definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu cara yang digunakan oleh manajer atau manajemen puncak untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi merupakan landasan awal bagi sebuah organisasi dan elemen-elemen di dalamnya untuk menyusun langkah-langkah atau tindakan-tindakan dengan memperhitungkan faktor-faktor internal dan eksternal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam keberhasilan berjalanya sebuah strategi, Bryson menganggap sangat ditentukan oleh proses penyusunan strategi. Menurut Bryson, terdapat delapan tahapan dalam proses penyusunan strategi, yaitu :

1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategi.

2. Mengidentifikasi mandat strategi.

3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi.

4. Menilai lingkungan eksternal: peluang dan ancaman 5. Menilai lingkungan internal : kekuatan dan kelemahan. 6. Mengidentifikasi isu strategi yang dihadapi organisasi. 7. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu

8. menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan.


(31)

Delapan langkah diatas menurut Bryson harus mengarah kepada tindakan, hasil, dan evaluasi. Dan setiap tindakan, hasil dan evaluasi tersebut harus ada setiap langkah, dengan kata lain implementasi dan evaluasi tidak harus menunggu sampai akhir namun menjadi bagian yang menyatu dari proses dan terus menerus (Bryson, 2007:55).

Selanjutnya dalam hal ini untuk melihat strategi yang ada di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, peneliti mengacu pada langkah-langkah proses perencanaan strategis Bryson. Peneliti hanya membatasi pada empat langkah saja yaitu dimulai dari langkah menilai lingkungan eksternal (peluang dan ancaman), menilai lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan), mengidentifikasi isu strategis dan merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu. Hal ini dikarenakan organisasi yang diteliti sudah mempunyai visi dan misi.

1) Menilai Lingkungan eksternal : Peluang dan Ancaman

Lingkungan eksternal adalah suatu kekuataan yang berada diluar perusahaan dimana perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali trhadapnya (uncontrollable) sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja semua perusahaani dalam industri tersebut (Agustinus Sri Wahyudi, 1995:47), jadi lingkungan eksternal meupakan lingkungan diluar organisasi yang tidak dikendalikan oleh organisasi, namun mempengaruhi organisasi.


(32)

Lingkungan ini terdiri atas dua variabel yaitu peluang dan ancaman. Peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu organisasi, yaitu perubahan undang-undang yang membuka kesempatan baru dalam kegiatan usaha, identifikasi segmen pasar yang belum diperhatikan, perubahan dalam kondisi persaingan. Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan organisasi, seperti : masuknya pesaing baru pertumbuhan ekonomi yang pesat, undang-undang yang terlalu membatasi, dan sebagainya (Siagian, 2004:173). Analisis lingkungan eksternal dalam penelitian ini dilakukan melalui:

a) Identifikasi trhadap prubahan sistem politik, ekonomi, fenomena dan perkembangan teknologi yang dapat mempengaruhi aktivitas-aktivitas organisasi.

b) Identifikasi pihak-pihak berkepentingan (stakeholder) yang meliputi:

1. Konsumen

Konsumen yang dimaksud di sini adalah pengunjung yang merupakan kelompok sasaran organisasi, untuk itu perlu bagi organisasi mengetahui karakteristik dan minat pasien.


(33)

Kolaborator adalah pihak-pihak yang bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali dalam menjalankan aktivitasnya

3. Kompetitor

Kompetitor adalah pesaing yang menjadi ancaman bagi organisasi dalam menjalankan aktivitasnya. Oleh karena itu, oganisasi perlu menyusun langkah-langkah strategis agar apa yang disajikan dapat menjadi daya tarik konsumen

2) Menilai Lingkungan Internal : Kekuatan dan Kelemahan

Lingkungan internal adalah lebih pada analisis intern perusahaan dalam rangka menilai tau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan (Agustinus Sri Wahyudi, 1995:49). Lingkungan internal merupakan situsi dan kondisi organisasi yang saling mempengaruhi serta terkait dengan misi, mandat, tugas dan fungsi organisasi tersebut dalam rngka pencapaian tujuan organisasi. Adapun variabel dari lingkungan internal adalah kekuatan dan kelemahan. Kekuatan adalah meupakan kompetensi khusus yang tedapat dalam organisasi yang menjadi keunggulan komparatif organisasi tersebut. Kompetensi tersebut meliputi sumber daya, ketrampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuat organisasi lebih kuat dari pesaingnya dalam memuaskan


(34)

kebutuhan pelanggan (pemilih). Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya, ketrampilan, dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan (Siagian, 2004: 172-173).

Hasil identifikasi terhadap lingkungan tersebut memberikan gambaran mengenai kekuatan (strenght), Kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (treath) yang dijabarkan sebagai berikut :

a) Kekuatan (strenght) adalah keunggulan dalam sumber daya, ketrampilan atau keunggulan lainya yang dimiliki organisasi dan tidak dimiliki pesaing.

b) Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya, ketrampilan dan kemampuan yang dapat menghambat pelaksanaan aktivitas organisasi.

c) Peluang (opportunity) adalah kondisi yang menguntungkan organisasi, seperti perubahan peraturan, perubahan teknologi, dan perubahan minat pemilih.

d) Ancaman (treath) adalah kondisi yang tidak menguntungkan organisasi dan merupakan


(35)

pengganggu dalam kelancaran aktivitas organisasi, seperti perubahan dan munculnya pesaing.

3) Mengidentifikasi Isu Strategis Yang Dihadapi Organisasi

Setelah pengidentifikasian lingkungan internal dan eksternal kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi terhadap isu-isu strategis. Isu-isu strategis adalah faktor-faktor lingkungan yang berasal dari lingkungan yang berasal dari dalam maupun luar organisasi yang akan memberikan pengaruh langsung terhadap kemampuan organisasi untuk mencapai tujuanya (Crown Dirgantoro, 2001:45). Indentifikasi isu organisasi adalah marupakan jantung dalam proses penyusunan strategi. Karena hal ini sangat terkait dengan pemilihan kebijakan pokok organisasi yang didasarkan pada kekuatan dan peluang yang dimiliki serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada. Setidaknya ada tiga macam isu strategis yang akan dihadapi organisasi:

1. Isu-isu yang tidak dibutuhkan tindakan sekarang, namun isu tersebut harus terus dipantau.

2. Isu-isu dapat ditangani sebagai bagian dari strategi reguler organisasi.

3. Isu-isu yang memerlukan tanggapan segera dan tidak dapat ditangani dengan strategi yang bersifat reguler.

Mengidentifikasi isu-isu strategis merupakan tahapan yang paling menentukan dalam proses perencanaan strategi, identifikasi ini


(36)

dilakukan dengan berdasarkan dari analisis SWOT. SWOT adalah merupakan akronim dari Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Oportunities (peluang), dan Treaht (ancaman). Dalam proses perencanaan strategi model Bryson, langkah 4 dan 5 mengarsip peluang dan ancaman eksternal maupun kekuatan dan kelemahan internal. Dari hasil penilaian tersebut akan menjadi wahana untuk mengidentifikasi isu-isu strategi, sebab isu strategi berkenaan dengan bagaimana organisasi berhubungan dengan lingkungan yang lebih besar dimana organisasi menjadi penghuni.

Manfaat menggunakan analisis SWOT (Bryson, 2007:147) adalah : Pertama, membantu berfikir logis para pengambil keputusan kunci, yaitu dalam memilih alternatif stategis. Kedua, dengan pendekatan ini akan diperoleh gambaran mengenai posisi organisasi atau perusahaan, yaitu dengan melihat perbandingan antara kekuatan dan peluang yang dimiliki juga kelemahan dan ancaman dimasa depan.

Alat yang digunakan untuk mengidentifikasi isu-isu stategis adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi suatu organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Setelah diidentifikasi kemudian isu strategis tersebut harus diurutkan berdasarkan urutan prioritas, logis, atau aturan temporal


(37)

sebagai urutan temporal sebagai pendahuluan dalam pengembangan strategi dalam langkah berikutnya strategi dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan program, tindakan, keputusan, alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang dikerjakan, dan mengapa organisasi melakukanya. Untuk menentukan strategisnya sebuah isu dapat menggunakan teknik “Litmust Test” yaitu setiap isu strategis yang sudah teridentifikasi diberikan tiga belas pertanyaan. Dari setiap petanyaan kemudian diberikan penilaian. Isu yang memiliki skor tertinggi adalah isu yang benar-benar strategis dan isu operasional adalah yang memiliki skor terendah. Penentuan skor sebagai berikut :

· Skor 1 untuk isu yang bersifat operasional.

· Skor 2 untuk isu yang cukup strategis.

· Skor 3 untuk isu yang sangat strategis.

Dari hasil peralian antara jumlah soal dan skor diperoleh nilai tertinggi 39 dan terendah 13. Sehingga ditrapkan kategorisasi sebagai berikut:

· Nilai 13-21 untuk isu kurang strategis

· Nilai 22-30 untuk isu cukup strategis

· Nilai 31-39 untuk isu sangat strategis

Untuk memperjelas akan peneliti sajikan dalam bentuk lembar kerja dibawah ini

Tabel 2.2


(38)

Operasional...Strategis

Pertanyaan (1) (2) (3)

1. Kapan tantangan atau peluang isu-isu strategis ada dihadapan anda?

Sekarang Tahun Depan

Dua Tahun atau lebih dari sekarang 2. Seberapa luas isu

akan berpengaruh pada organisasi anda?

Unit atau devisi tunggal

Beberapa devisi

Seluruh Departemen 3. Seberapa banyak

resiko/pluang keuangan organisasi anda?

Kecil Sedang Besar

4. Apakah strategi bagi pemecahan membutuhkan: a.Pengembangan saaran program? b.Perubahan signifikan dalam sumber-sumber atau jumlah pajak c.Perubahan signifikan dalam ketepatan peraturan? d.Penambahan modifikasi fasilitas? e.Penambahan

staff yang signifikan? Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya 5. Bagaimana pendekatan terbaik bagi pemecahan isu?

Jelas, siap untuk diemplementasikan

Parameter luas, agak terperinci


(39)

4) Merumuskan Strategi untuk mengelola isu-isu

“Strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang dilakukan, dan mengapa organisasi itu melakukanya”. (Bryson, 2005:189)

6. Tingkat manajemen manakah yang dapat

menetapkan bagaimana menanggulangi isu?

Pengawas staff lini Ketua Tim

sukses Ktua DPD

7. Konsekuensi apakah yang mungkin terjadi bila isu tidak

diselesaikan? Ada gangguan efisiensi Kekacauan kinerja organisasi, kehilangan sumb er dana Kekacauan kinerja organisasi jangka panjang, biaya besar, merosotnya perolehan suara 8. Seberapa banyak

departemen lain dipengaruhi oleh isu ini dan harus dilibatkan dalam pemecahan?

Tidak ada Satu sampai tiga

Empat atau lebih 9. Bagaimana

sensitifitas isu ini terhadap nilai sosial, politik, religius, dan kultural?


(40)

Jadi, merumuskan trategi adalah merumuskan program-program strategis atau alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk mengelola isu. Pada tahap ini dirumuskan program-program strategis, alternatif-alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk menanggapi isu strategis yang berada pada tahap sebelumnya.

Untuk merumuskan strateginya digunakan analisis SWOT dengan melihat faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Dengan menggunakan analisis SWOT tersebut akan diperoleh kemungkinan alternatif strateginya. Berikut ini Matriks analisis SWOT:

Tabel 2.3

Matriks Analisis SWOT IFAS EFAS STRENGHTS (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal WEAKNESSES (W)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan

internal

OPPORTUNITIES (O)

Tentukan 5-10 faktor yang menjadi peluang

ekstrnal STRATEGI (SO) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI (WO) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREATS (T)

Tentukan 5-10 faktor yang menjadi ancaman

ekstrnal STRATEGI (ST) Ciptakan strategi yang menggunkan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI (WT) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman


(41)

Sumber: Matriks Analisis SWOT (Freddy Rangkuti, 2001:31)

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan yang similiki untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yan ada serta menghindari ancaman.

Dari Matrik SWOT diatas dapat digambarkan diagram SWOTnya sebagai berikut:


(42)

Gambar 2.1

Diagram Analisisis SWOT

1. Mendukung Strategi Agresif 3. Mendukung Strategi

Turnaround

4. Mendukung strategi

defensif 2. Mendukung Strategi Diversifikasi

(Freddy Rangkuti, 2001:19)

· Kuadran 1

Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Groth Orinted System)

Berbagai Peluang

Kekuatan Internal

Berbagai Ancaman Kelemahan


(43)

· Kuadran 2

Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan ipeluang jangka panjang dengan cara strategi diversivikas (produk/pasar)

· Kuadran 3

Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

· Kuadran 4

Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan terebut menghadapi ancaman dan kelemahan internal.

Ada beberapa cara juga untuk menentukan atau menyusun strategi menurut Hadari Nawawi, 2000:176-177, diantaranya adalah:


(44)

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program dan mengatur langkah-langkah atau tindakan mendobrak penghalang, rintangan, atau ancaman untuk mencapai keunggulan/prestasi yang ditargetkan.

2. Strategi Konsevatif

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program dan mengatur langkah-langkah atau tindakan dengan cara sangat berhati-hati disesuaikan dengan kebisasaan yang berlaku.

3. Strategi Difensif

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program dan mengatur langkah-langkah atau tindakan untuk mempertahankan kondisi keunggulan atau prestasi yang sudah dicapai.

4. Strategi Kompetitif

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program dan mengatur langkah-langkah atau tindakan untuk mewujudkan keunggulan yang melebihi organisasi non profit lainya yang sama posisi dan jenjangnya sebagai paratur pemerintah.


(45)

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program, proyek dan mengatur langkah-langkah atau tindakan agar organisasi non profit selalu tampil sebagai pelopor pembaharuan dalam bidang pemerintahan khususnya dibidang tugas pokok masing-masing, sebagai suatu keunggulan.

6. Strategi Diversivikasi

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program, proyek dan mengatur langkah-langkah atau tindakan berbeda dari strategi yang biasanya dilakukan sebelumnya, atau berbeda dari strategi yang dipergunakanorganisasi non profit lainya dibidang politik dan dalam melaksanakan pembangunan.

7. Strategi Preventif

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program, proyek dan mengatur langkah-langkah atau tindakan untuk mengoreksi dan memperbaiki kekeliruan, baik yang dilakukan oleh organisasi sendiri maupun yang diperintahkan oleh organisasi diatasnya.


(46)

Kerangka pemikiran adalah landasan berfikir seseorang tentang bagaimana ia menjelaskan suatu fakta atau hubungan antara faktor atau dapat juga menjelaskan antar variabel atau hubungan antar variabel dengan mengacu pada landasan teori. Untuk mempermudah memahami mengenai Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam pengembangan Obyek Pariwisata Pengging

Kerangka berpikir ini berawal dari adanya otonomi daerah yang memaksa Pemerintah Daerah Boyolali untuk mengoptimalkan sumberdaya produktif dimana salah satunya adalah sektor pariwisata. Kabupaten Boyolali merupakan daerah tingkat dua yang mempunyai banyak potensi pariwisata, salah satunya adalah Obyek Pariwisata Pengging. Obyek Pariwisata Pengging merupakan potensi pariwisata yang sangat potensial untuk berkontribusi dalam peningkatan PAD, Namun di dalam potensi yang besar tersebut belum bisa dioptimalkan oleh Pemerintah Boyolali untuk meningkatkan PAD. Dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang memayungi urusan pariwisata yang bertujuan untuk terwujudnya Kabupaten Boyolali sebagai tujuan wisata yang kompetitif dan peningkatan PAD melalui kegiatan pariwisata dituntut untuk memiliki strategi untuk merespon hal tersebut. Sehingga mampu untuk mencapai tujuan tersebut.


(47)

Dalam menentukan strategi tersebut tentunya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali akan menghadapi lingkungan organisasi, baik yang ada dalam organisasi (internal) dan yang ada diluar organisasi (eksternal). Namun Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali juga dihadapkan pada hambatan-hambatan dan tantangan-tantangan. Oleh karena itu, dalam menghadapi berbagai kondisi tersebut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali perlu membuat strategi untuk pengembanagn Obyek Pariwisata Pengging dengan menggunakan analisis SWOT dimana dalam melakukan analisis SWOT ini langkah yang dilakukan yakni menganalisis lingkungan eksternal dan internal Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, langkah selanjutnya mengidentifikasi isu-isu strategis kemudian menentukan strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam pengembangan Obyek Pariwisata Pengging

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat pada bagan kerangka berfikir dibawah ini


(48)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Mandat, Visi, dan Misi DISPARBUD Kab. Boyolali

Analisis SWOT DISPARBUD. Boyolali

Identifikasi Isu Strategi DISPARBUDr Kab. Boyolali

Strategi DISPARBUD kab. Boyolali dalam Pengembangan

Obyek Pariwisata Pengging Lingkungan

Internal DISPARBUD Kab. Boyolali

Lingkungan Eksternal DISPARBUD Kab. Boyolali


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha memecahkan masalah dengan memaparkan, menggambarkan serta menganalisa keadaan atau fenomena sosial masyarakat berdasarkan fakta-fakta yang ada.

Menurut H. B. Sutopo (2002:111), deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan cara mendeskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan. Jadi penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk menyusun gambaran mengenai objek apa yang diteliti dengan terlebih dahulu peneliti mengumpulkan data di lokasi penelitian, lalu data itu diolah dan diartikan untuk kemudian dianalisa dari data yang telah disajikan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali. Pemilihan lokasi penelitian ini didasari atas pertimbangan bahwa instansi inilah yang mempunyai tugas pokok


(50)

melaksanakan urusan rumah tangga daerah di bidang pariwisata di lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali, termasuk didalamnya pengembangan Obyek Pariwisata Pengging.

C. Sumber Data

Lofland dan Lofland dalam Lexy J. Moleong (2000:112) mengungkapkan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti arsip, dokumen, dan lain-lain. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data sebagai berikut :

a. Informan.

Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (informan/ narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber memiliki posisi yang sama dan narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi narasumber lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki (H.B. Sutopo, 2002:50).


(51)

2. Staf UPT Pengging Kabupaten Boyolali 3. Masyrakat

b. Dokumen atau arsip

Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa diteliti dan dipahami atas dasar kajian dari dokumen atau arsip-arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti (H.B. Sutopo, 2002:54).

Dalam penelitian ini dokumen atau arsip yang digunakan, antara lain : Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Boyolali dan Obyek Pariwisata Pengging, Laporan Berkala pengunjung dan pendapatan dari Obyek Pariwisata Pengging Tahun 2009, Laporan Akhir Tahun Seksi UPT Pengging Tahun 2009, Laporan Kegiatan Pengembangan dan Pembangunan Obyek Pariwisata Pengging Tahun 2009

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara mendalam

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara


(52)

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2000:135).

Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konsep mengenai pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai bagian dari masa lampau, dan memproyeksikan hal-hal itu dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang (H.B Sutopo, 2002:58).

Dalam penelitian ini peneliti bertanya langsung kepada informan dalam bentuk wawancara mendalam dengan menggunakan kerangka atau daftar pertanyaan sebagai pedoman mengenai apa yang akan ditanyakan supaya lebih terarah. Peneliti melakukan wawancara dengan Staf Seksi pengembangan Obyek Pariwisata Kabupaten Boyolali dan Staf Seksi UPT Pariwisata Pengging Kabupaten Boyolali

2. Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan, pencatatan secara sistemik kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Iskandar, 2009:121). Dalam hal ini peneliti mendatangi secara langsung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dan


(53)

melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang diteliti.

3. Telaah Dokumen

Teknik pengumpulan data dengan cara analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di tempat penelitian ataupun yang berada di luar tempat penelitian, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut (Iskandar, 2009:134). Peneliti mengumpulkan dan memahami data-data yang diperoleh dari dokumen dan arsip sebagai pendukung dan pelengkap data penelitian yang ada di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali Kabupaten Boyolali.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

snowball sampling dimana pemilihan informan berdasarkan petunjuk dari informan sebelumnya dan seterusnya sehingga didapatkan data yang lengkap dan akurat. Seperti yang diungkapkan Susanto (2006:121) bahwa :

“Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Jadi penarikan sampel dilakukan melalui beberapa tahap, ibarat bola salju yang bila menggelinding, makin lama makin besar.


(54)

F. Validitas Data

Pengembangan validitas data dapat digunakan dengan pemilihan teknik trianggulasi. Trianggulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data. Patton (dalam H.B Sutopo, 2002:79) menyatakan bahwa dalam trianggulasi data, peneliti menggunakan beberapa sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sama. Dalam penelitian ini, trianggulasi data dilakukan dengan menggunakan sumber data yang berbeda-beda sehingga sumber data yang satu dan yang lainnya dapat saling melengkapi untuk kemudian dapat dibandingkan dan diuji.

G. Teknik Analisis Data

Dalam proses analisis terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan dan menentukan hasil akhir, tiga komponen tersebut menurut H. B. Sutopo (2002:91-94) adalah :

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Artinya, rreduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus,


(55)

pengumpulan data yang akan digunakan.

Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh dilapangan. Dalam menyusun ringkasan tersebut peneliti juga membuat coding,

memusatkan tema dan menentukan batas-batas permasalahan, dan juga menulis memo. Proses reduksi data berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian selesai disusun.

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini merupakan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bias mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannnya tersebut. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai petanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema, jaringan kerja, kaitan kegiatan, dan juga table sebagai pendukung


(56)

c. Penarikan Simpulan

Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantab dan benar-benar bias dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat fikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis ,yaitu: reduksi data, sajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi berjalan bersama pada waktu kegiatan pengumpulan data sebagai satu siklus yang berlangsung sampai akhir penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat skema bagan model analisis interaktif berikut ini


(57)

commit to user Gambar 3.1

Model Analisis Interaktif (H.B. Sutopo, 2002:96)

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.DISKRIPSI LOKASI

A.1 DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAAN KABUPATEN BOYOLALI

Boyolali merupakan Kabupaten yang memiliki beberapa potensi unggulan yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, salah satu potensi tersebut adalah potensi pariwisata yang siap untuk dikembangkan. di Boyolali Potensi Pariwisata belum berkembang secara optimal, hal itu tampak masih sedikitnya jumlah wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan mancanegara yang berkunjung ke obyek-obyek wisata di kabupaten Boyolali. Padahal pariwisata di Kabupaten Boyolali mempunyai peranan Strategis antara lain peningkatan PAD Kabupaten Boyolali, peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar obyek pariwisata melalui kegiatan perekonomian, serta mengurangi pengangguran.

Banyak usaha selama ini yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali dalam mengembangkan Pariwisata Boyolali baik dalam unsur internal kelembagaan maupun unsur eksternal dalam kelembagaan. Dalam menjalankan fungsinya sebagai Dinas yang memayungi kepariwisataan dan


(59)

kebudayaan daerah Kabupaten Boyolali, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali mempunyai Visi dan Misi:

1. VISI Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali

“Terwujudnya Kabupaten Boyolali sebagai daerah tujuan Wisata yang Kompetitif melalui Pengembangan “.

Sedangkan Misinya adalah :

1. Meningkatkan kualitas produk pariwisata dan deversifikasi produk wisata serta pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha pariwisata 2. Menguatkan SDM pariwisata melalui pelatihan yang relevan dan

Berkelanjutan.

3. Meningkatkan upaya konservasi Budaya 4. Meningkatkan pemasaran dan

5. Meningkatkan jaringan kerja sama antar daerah dalam bidang promosi pariwisata

2. Tujuan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali

1. Meningkatkan dan promosi daerah tujuan pariwisata serta bertambahnya kerjasama antar daerah dalam bentuk paket-paket wisata

2. Meningkatkan kerjasama antar daerah se-SUBOSUKOWONOSRATEN antara lain Surakarta, Boyolali,


(60)

Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, dan Klaten sesuai dengan keputusan bersama

3. Meningkatkan mutu pelayanan dan deversifikasi produk wisata yang dapat menaikkan daya tarik obyek wisata

4. Meningkatkan kualitas pelayanan pada setiap obyek wisata

5. Melestarikan budaya daerah Kabupaten Boyolali hingga mampu dijadkan salah satu daya tarik wisata.

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu rangka yang menunjang dan menunjukkan alur distribusi fungsi, tugas, dan wewenang dari seluruh sumber daya manusia yang ada dalam sebuah organisasi. Tugas dan wewenang masing-masing jabatan sesuai dengan tingkatan dalam struktur organisasi.

Berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2001. Struktur organisasi dan Kebudayaan Boyolalali Kabupaten Boyolali sebagai berikut :

1. Kepala Dinas 2. Bagian Tata Usaha;

a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Kepegawaian dan Keuangan c. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan 3. Bidang Obyek dan daya tarik Wisata terdiri :


(61)

b. Seksi Usaha Rekreasi dan Hiburan 4. Bidang Sarana Pariwisata Terdiri dari :

a. Seksi Tenaga Kerja b. Seksi Akomodasi

c. Seksi Restoran dan Makanan 5. Bidang Pemasaran Terdiri dari:

a. Seksi Promosi b. Seksi Informasi

c. Seksi Bimbingan Wisata 6. Bidang Kebudayaan terdiri dari:

a. Seksi Kesenian, bahasadan satra daerah b. Seksi Akomodasi

c. Seksi Bimbingan Wisata

7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) terdiri dari : a. UPTD Obyek Wisata Kawasan Pengging

b. UPTD Arga Merapi Merbabu c. UPTD obyek Wisata Tlatar

d. UPTD Pengeloal Lapangan dan Olahraga

Berikut ini adalah uraian tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali :

1. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali


(62)

Pariwisata dan Kebudayaan yang menjadi tanggungjawabnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Bupati.

Untuk melaksanakan sebagaimana yang dimaksud di atas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali mempunyai fungsi :

a. Perumusan Teknis pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap urusan objek wisata, pramuwisata khusus, penginapan remaja, urusan rumah makan restoran, usaha rekreasi dan hiburan umumserta atraksi pariwisata, promosi pariwisata serta urusan kebudayaan b. Perencanaan teknis operasional dan pengembangan urusan-urusan kepariwisataan dan kebudayaan yang menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d. Pemberian perijinan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan


(63)

e. Pengawasan dan pengendalian teknis atas pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

f. Penyusunan dan pelsksanaan tugas administrasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

2. Bagian Tata Usaha

Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah tangga, perencanaan dan pelaporan keuangan dan umum.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, bagian tat usaha mempunyai fungsi :

a. Pengelolaan perencanaan dan pelaporan b. Pengelolaan kepegawaian

c. Pengelolaan keuangan d. Pengelolaan urusan umum

3. Sub Dinas Obyek dan Daya Tarik Wisata

Sub Dinas Obyek dan Daya Tarik Wisata mempunyai tugas pemimpin dan membina kegiatan penyiapan bahan pembinaan, pengembangan dan pemantauan obyek wisata, atraksi wisata, rekreasi dan hiburan umum.


(64)

a. Perumusan perencanaan dan pelaksanaan penyiapan bahan pembinaan, pengembangan , dsn pemantauan obyek wisata dan atraksi wisata, rekreasi dan hiburan umum

b. Penyiapan perijinan di bidang pengembangan obyek wisata, atraksi wisata rekreasi dan hiburan

c. Pengawasan dan pengendalian kegiatan obyek wisata,atraksi wisata, rekrasidan hiburan umum

4. Sub Dinas Sarana Pariwisata

Sub dinas sarana pariwisata mempunyai tugas memimpin dan membina kegiatan penyiapan bahan pembinaan, pengembangan dan pemantauan pengusaha akomodasi rumah makan dan restoran serta tenaga kerja pariwisata

Dalam melaksanakan tugasnya diatas sub dinas sarana pariwisata mempunyai fungsi

a. Perumusan perencanaan dan pelaksanaan penyiapan bahan pembinaan pengembangan perijinan dan pemantauan pengusaha akomodasi, rumah makan dan restoran serta tenaga kerja pariwisata

b. Pengawasan dan pengendalian atas pembinaaan pengembangan perijinan dan pemantauan pengusaha akomodasi, rumah makan dan restoran serta tenaga kerja pariwisata


(65)

5. Sub Dinas Pemasaran dan Penyuluhan

Sub dinas pemasaran dan penyuluhan mempunyai tugas memimpin dan membina penyiapan bahan pembinaan, pengembangan dan pemantauan pemasaran dan penyuluhan wisata

Dalam melaksanakan tugasnya di atas Sub dinas pemasaran dan penyuluhan mempunyai fungsi :

a. Perumusan perencanaan dan pelaksanaan penyiapan bahan pembinaaan pengembangan pemasaran dan penyuluhan pariwisata

b. Pengawasan dan pengandalian dan pelaporan kegiatan pemasaran dan penyuluhan pariwisata

6. Sub Dinas kebudayaan

Sub dinas Kebudayaan mempunyai tugas memimpin dan membina penyiapan bahan pembinaan , pengembangan pelestarian dan pengelolaan kebudayaan

Dalam melaksanakan tugasnya di atas sub dinas Pemasran dan Penyuluhan mempunyai fungsi :

a. Perumusan perencanaan dan pelaksanaan penyiapan bahan kegiatan pembinaan, pengembangan, pelestarian dan pengelolaan kebudayaan


(66)

b. Pengawasan dan pengendalian dan pelaporan kegiatan pembinaan, pengembangan pelestarian dan pengeloalaan kebudayaan

7. Unit Pelaksana Tekhnik Dinas

Unit pelaksana Teknis Dinas mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, pengelolaaan obyek, pengawasan obyek dan memberikan informasi kepariwisataan serta melaksanakan evaluasi dan melaporkan hasil evaluasi.

A.2 Obyek wisata pengging

Obyek Wisata Pengging dterletak di Desa Dukuh Kecamatan Banyudono 12 KM sebelah timur Kota Boyolali atau 17 Km sebelah barat Kota Surakarta. Obyek Pariwisata Pengging merupakan Obyek Pariwisata Tirta, Ziarah dan Kebudayaan.

Di dalam pengelolaannya Parwisata Pengging dikelola oleh UPTD Obyek Pariwisata Pengging yang merupakan bagian dari Sub Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali. Didalam UPT Bidang Obyek dan Daya Tarik Wisata mempunyai tugas memimpin dan membina kegiatan penyiapan bahan pembinaan, pengembangan, dan pemantauan Atraksi Wisata, Rekreasi dan Hiburan Umum. Dibawah ini merupakan potensi wisata yang dimiliki oleh Obyek Pariwisata Pengging


(67)

Tabel 4.1

Daftar potensi yang dimilkiki oleh Obyek Pariwisata Pengging

Jenis Obyek Pariwisata Obyek Pariwisata

1. Pariwisata tirta Umbul Penganten, Umbul Ngabean, Umbul Dudo, Umbul Sungsang, Umbul Ngendad, Kolam ikan besar dan kecil

2. Pariwisata Ziarah Makam Sri Amangkurat Hadayaningrat, Makam R.Ng Yosodipuro, Makam Dyah Ayu Retno Kedaton (Roro Kendad), makam R.Ng kebo Kenongo 3. Atraksi /Pariwisata budaya Sebaran Apem, Padusan,

pertunjukkan Wayang Kulit dan keroncong.

4. Bangunan Yang mempunayi Unsur Budaya

Masjid besar tirto mulya, bangunan Umbul Nganten, Bangunan Umbul Ngabean,


(68)

A.2.1 Fungsi UPT Obyek Pariwisata Pengging

Dalam pelaksanaan tugas pokok UPT Obyek Pariwisata Pengging mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan teknis penerimaan jenis pendapatan yang berada di obyek wisata di wilayah kerjanya.

b. Pemeliharaan kekayaan yang berada di obyek wisata di wilayah kerjanya.

c. Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan obyek wisata di wilayah kerjanya

A.2.2 Tugas UPT Pengging

1. Kepala UPT Obyek Pariwisata Pengging

Untuk kepala UPT Obyek Wisata mempunyai tugas pokok memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan sebagian kegiatan operasional dan kegiatan teknis penunjang dalam urusan pengeloalan obyek wisata

Penjabaran tugas pokok sebagaimana dimaksud sebagai berikut a. Merumuskan kebijaksanaan teknis pada unit kerjanya b. Menyusun rencana, program kerja, kegiatan, laporan

kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

c. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pada unit kerjanya


(69)

e. Mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan

f. Menyiapkan sarana dan prasarana bagi pengunjung obyek wisata

g. Melaksanakan pungutan retribusi pengadministrasian retribusi pengunjung dan penyetoran hasil pendapatan ke kas daerah

h. Melakukan pemeliharaan, perawatan dan pengamanan asset obyek wisata di wilayah kerjanya

i. Pengaturan, pebgawasan dan pengendalian pemanfaatan asset obyek wisata di wilayah kerjanya

j. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di unit kerjanya k. Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan serta

memberikan DP3

1. Sub Bagian Tat Usaha UPT Obyek Pariwisata Pengging

Sub bagian tata usaha pada UPT Obyek Wisata mempunyi tugas pokok untuk melaksanakan urusan rumah tangga , kepegawaian keuangan umum, pengelolaan barang, perencanaan dan pelaporan

Kepala Sub bagian Tata Usaha pada UPT Obyek Wisata mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan urusan rumah tangga, kepegawaian, keuangan umum, pengeloalan barang,


(70)

Penjabaran tugas pokok sebagaimana yang dimaksud sebagai berikut :

a. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pada unitnya

b. Menyusun rencana program kerja, kegiatan , laporan kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja

c. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas sub bagian tat usaha unut kejanya

d. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasanya

e. Mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan

f. Menyelenggarakan urusan umum dan kepegawaian, keuangan dan pengelolaan barang serta perencanaan dan pelaporan

g. Mengelola administrasi surat menyurat, pengarsipan pemeliharaan rumah tangga kantor

h. Melakuakan monitoring dan evaluasi kinerja sub bagian tat usaha unit kerjanya

i. Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan serta memberikan DP3


(71)

(72)

B. Analisis Swot dan Strategi Pengembangan Obyek Pariwisata Pengging oleh dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali

Pariwisata merupakan salah satu sektor strategis bagi perekonomian daerah Kabupaten boyolali yang apabila dikembangkan akan membuka peluang yang dapat mendorong kesejateraan masyarakat Kabupaten Boyolali khususnya pada masyarakat di dekat daerah obyek pariwisata. Dalam pembahasan ini akan dibahas strategi pengembangan Obyek Pariwisata Pengging. Dalam pengembangan Obyek Pariwisata Pengging pemerintahan kabupaten boyolali memberikan kewenangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, karena dinas ini yang berkompeten untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang kepariwisataan seni, dan budaya termasuk dalam mengambil kebijakan dalam bidang kepariwisataan.

Dalam upaya pengembangan Pariwisata Pengging dibutuhkan suatu strategi yang tepat yang didasarkan pada kondisi internal dan eksternal Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dan Obyek Pariwisata Pengging yang selalu berubah dengan cepat serta tidak terlepas dari misi dan visi yang diemban DISPARBUD . Sesuai dengan pendapat para ahli Argrys, minzberg, steiner dan miner yang menyatakan strategi merupakan respon terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi ( dikutip dari Freddy Rangkuti, 2008 :4).


(1)

kalau berkunjung lebih dari satu hari hanya menginap dalam kendaraan, mungkin ini salah satu factor yang menyebabkan kunjungna pariwisata yang singkat” (wawancara 13 oktober 2010)

Bapak menembahkan

“obyek dipengging bisa dinikmati hanya dalam satu hari saja selesai, sebenarnya jika obyek-obyek pariwisata yang lain sudah dikelola mungkin hasilnya akan beda mas, masih banyak terdapat potensi yang belum dikelola tapi sudah dalam tahap pengembangan oleh dinas

Dari hasil kedua wawancara tersebut dapat disimpulkan ada bebarapa factor yang menyebabkan wisatawan berkunjung dalam waktu yan singkat, untuk hal ini maka perlu pembangunan-pembangunan fasilitas baru yang menunjang untuk wisatawan tinggal lebih lama dan pembangunan serta pengembangan potensi wisata yang lain guna menambah obyek pariwisata yang tersedia.


(2)

commit to user

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Melihat rumusan di atas serta berdasarkan hasil penelitian dapat diambilkesimpulan bahwa program pengembangan obyek pariwisata pengging yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali sebagi berikut

1 Pengembangan Infrastruktur, sarana dan prasarana Obyek pariwisata

Pengging

Pengembanga ibrastruktur sarana dan fasilitas dalam obyek pariwisata pengging terbagi menjadi dua yaitu yangdlakukan pariwisata dan yang dilakukan pemerintah pusat. Untuk yamh dilakukan oleh dinas pariwisata dan kebudayaan antara lain adalah pemugaran obyek pariwisata dan sedangkan untuk yang dilakukan oleh pemerintah pusat berupa revitalisasi obyek pariwisata Pengging.

1. Pengembangan Promosi Pariwisata Obyek Wisata Pengging

Pengembangan yang dilakukan dinas pariwisata dalam promosi obyek pariwisata pengging adala sebagai berikut Melakukan pengadaan barang-barang promosi seperti pembuatan baliho, leaflet, spanduk, terbangunya gapura dan papan penunjuk Pengging, Melakukan promosi melalui jaringan elektronik dan media cetak seprti radio, website, Koran, promosi


(3)

multi media. Mengikuti pekan-pekan promosi di tingkat nasional maupun regional

2. Melakukan Kerja Sama Dibidang Pariwisata

Kerjasama yang dilakukan dalam pengembangan obyek pariwisata pengging terdiri dari kerjasam dengan dinas dilingkungan internal kabupaten Boyolali seperti kerjas ama yang dilakukan dengan BAPPEDA dan dinas perhubungan kabupaten Boyolali, sedangkan yang kedua yaitu kerjasama dengan daerah lain yaitu daerah yang sering disebut SUBOSUKAWONOSRATEN

3. Peningkatan manajemen Dan Sumber Daya Manusia Dinas Pariwisata

Kabupaten Boyolali

Untuk meningkatkan manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia dalam rangka pengembangan Pariwisata boyolali khusunya pariwisata pengging adalah

a. Peningkatan aparat pemerintah melalui pelatihan, pemagangan,

studi banding guna mendorong sebagai fasilitator, motivator serta regulator,

b. Peningkatan kualitas SDM dilingkungan industry dan sector swasta

melalui kerjasama usaha besar kecil dan penyediaan jasa dan produk terkait di bidang pariwisata

c. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam melakukan pemantauan


(4)

commit to user

kepariwisataan pengging melalui keikutsertaanya dalam proses perencanaan, pemograman, dan evalusai kegiatan

4. Pemberdayaan Masyarkat Pengging

masyarakat pengging merupakan unsure yang sangat penting dalam pengembangan obyek pariwisata pengging. Untuk itu kami selaku dinas pariwisata melakukan sebagai berikut

a Pembinaan dan penataan pedagang di sekitar obyek wisata pengging

a. Pembinaan sopir andong

b. Pembinaan tukang becak

c. Pembinaan kelompok seni penduduk seperti kesenian campur

sari, reog dan kesenian lain

d. Pembinaan rumah makan

e. Pemasyarakatan sapta pesona di masyarakat pengging

Pada umumnya program pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh dinas kabupaten Boyolali sudah baik, sehingga hanya perlu pengoptimalan strategi-strategi yang ada megingat dari lingkungan internal dan eksternal permasalahan yang muncul dari tahun ketahun adalah permasalahan yang sama.


(5)

commit to user

B. SARAN

· Perlu adanya upaya intensif pemerintah kabupaten Boyolali untuk terus

dapat menarik investor guna mengatasi masalah anggaran di dalam pengembangan obyek pariwisata Pengging

· Perlu dikembangkanya paket wisata yang dapat dijadikan suatu ciri khas

dari pariwisata pengging sehingga akan menjadi magnet bagi para wisatawan.

· Perlu perhatian lebih dari pemerintah boyolali dalam promosi dan

pengembangan terhadap potensi-potensi pariwisata pengging yang belum dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali

· Untuk pengembangan pariwisata yang paling utama adalah strategi

promosi dan pemasaran, dalam hal ini dinas pariwisata perlu mengemas isi promosi Obyek pariwisata Pengging secara menrik. Dalam hal ini

Pengging mempunyai cerita atau sejarah yang terkenal mungkin sejarah tersebut dapat dimasukkan dalam promosi dan pemasaran Obyek Pariwisata Pengging .

· Dinas Pariwisata dan Pariwisata perlu mengangkat sejarah dari Pengging

untuk dijadikan muatan lokal. Dengan menjadikanya menjadi muatan lokal maka Obyek Pariwisata Pengging dapat lebih dimengerti oleh setiap orang mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Yang diperlukan disini adalah kerjasama dengan stake holer lain seperti dengan Dinas Pendidikan Boyolali, DISPARBUD dapat bekerja sama mengangkat Sejarah yang dimiliki Oleh Obyek Pariwisata Pengging untuk dikenalakan ke siswa


(6)

commit to user

dengan dimasukkan sejarahnya dalam bahan ajar yang mengajarkan tentang muatan lokal. Dengan begitu secara tidak langsung membantu dalam mempromosikan Obyek Pariwisata Pengging dan akan lebih efektif untuk menarik Konsumen