Peranan Bangunan Bersejarah dalam Kepariwisataan

ke suatu partai tertentu. Kaum muda Tamil banyak juga yang aktif di organisasi kepemudaan seperti Pemuda Pancasila, sehingga mereka semakin dalam terabsorbsi dengan lingkungan pergaulan dan kebudayaan komunitas pribumi http:ipie3. wordpress.com20100128komunitas-tamil-dalam-kemajemukan-masyarakat-di- sumatera-utara. Diakses 20032011.

4.5 Peranan Bangunan Bersejarah dalam Kepariwisataan

Bangunan-bangunan bersejarah di Kota Medan yang dahulu dikenal sebagai kota dengan citra Parijs van Sumatera dapat ditransformasikan dari modal budaya cultural capital menjadi modal ekonomi economic capital dan selanjutnya menjadi modal simbolik symbolic capital dalam konsepsi Bourdieu. Hal ini berangkat dari analisis sosiologis konsumsi pariwisata terkait dengan keinginan wisatawan, sehingga permasalahan konsumsi dan produksi menjadi penting. Khususnya terhadap wisatawan posmodern atau para baby btourism berbasis bangunan bersejarah yang ada di Kota Medan dan sekitarnya. Boerley 1996 dalam Surbakti,2008 menjelaskan bahwa pariwisata budaya merupakan aktivitas yang memungkinkan para wisatawan mengetahui dan memperoleh pengalaman tentang perbedaan cara hidup orang lain, merefleksikan adat-istiadatnya, tradisi religiusnya, dan ide-ide intelektual yang terkandung dalam pusaka budaya yang belum dikenalnya Dalam Surbakti,2009. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya : Universitas Sumatera Utara a. Bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. b. Bahwa untuk melestarikan cagar budaya, negara bertanggung jawab dalam pengaturan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya. c. Bahwa cagar budaya berupa benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan perlu dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya. d. Bahwa dengan adanya perubahan paradigma pelestarian cagar budaya, diperlukan keseimbangan aspek ideologis, akademis, ekologis, dan ekonomis guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. e. Bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya sudah tidak sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu diganti. f. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Cagar Budaya http:arkeologibawahair .wordpress.com20110102 undang-undang- Universitas Sumatera Utara republik-indonesia-nomor-11-tahun-2010-tentang-cagarbudaya.Diakses2003 2011.

4.6 Bangunan Bersejarah Sebagai Pusaka Budaya