Sejara dengan E KUIL SHRI MARIAMMAN SEBAGAI OBJEK WISATA

4.2 Sejara dengan E

Pen pengetahua komunitas temuan are ke-14 mem Nusantara Sum ah Masukn Era Penanam ngaruh masu an umum ,d yang ada d ekologis di mperlihatka Dalam Y.S R mber : Aroen nya Komun man Temb uknya kebu dan proses p di negeri in Sumatera m an kesinamb Subbarayalu Gambar Ruangan ten ngbinang,20 itas Tamil akau Deli udayaan Ind penyerapan ni juga masi maupun di Ja mbungan keh u, 2002. r 4.6 ngah kuil 010. Diakses di Sumater dia yang kua unsur-unsu ih berlangsu awa mulai d hadiran per s 2003201 ra Utara da at di Indone ur budaya In ung hingga dari abad ke radaban In 1. an Kaitanny esia sudah m ndia oleh b hari ini. Te e-7 M hingg dia di Kep ya menjadi erbagai emuan- ga abad pulauan Universitas Sumatera Utara Untuk daerah Sumatera Utara misalnya, kehadiran orang-orang India sudah terekam dalam sebuah prasasti bertarikh 1010 Saka atau 1088 M tentang perkumpulan pedagang Tamil di Barus yang ditemukan pada 1873 di situs Lobu Tua Barus, sebuah kota purba di pinggir pantai Samudera Hindia. Prof. K.A. Nilakanta Sastri 1932 seperti dikutip dari tulisan Y. Subbarayalu,2002. http:ipie3.wordpress. com20090606komunitas-tamil-dalam-kemajemukan- masyarakat-di-sumatera-utara. Diakses 20032011. Menulis tentang prasasti itu sebagai berikut : “ Fragmen prasasti dari Loboe Toewa berharga untuk dijadikan sebagai bukti yang jelas bahwa aktivitas perdagangan mereka yaitu perkumpulan pedagang Tamil telah menyebar ke Sumatera. Mungkin tidak tepat menyimpulkan berdasarkan prasasti itu bahwa bahasa Tamil telah digunakan dalam dokumen-dokumen umum di Pulau Sumatera pada abad ke-11 Masehi; namun jelas bahwa sekumpulan orang Tamil telah tinggal di Sumatera secara permanen atau semi permanen, dan termasuk di antaranya tukang-tukang yang mahir mengukir prasasti di atas batu..” Keberadaan kaum pedagang Tamil pada abad ke-11 di pantai barat Sumatera, kemudian dikaitkan oleh sejumlah penulis dengan migrasi yang mereka lakukan ke arah pedalaman Sumatera karena terdesak oleh kekuatan armada pedagang-pedagang dari ArabMesir Brahma Putro, 1979. http:ipie3 .wordpress.com20090606 komunitas-tamil-dalam-kemajemukan-masyarakat-di-sumatera-utara.Diakses2003 2011 . Brahma Putro, seorang warga suku Karo yang menulis buku “Karo dari Jaman ke Jaman” 1979 menyebutkan bahwa orang-orang Tamil yang terdesak dari Barus kemudian terasimilasi dengan suku Karo yang tinggal di Dataran Tinggi Tanah Karo pedalaman Sumatera, dan mereka inilah di kemudian hari yang menjadi keturunan Universitas Sumatera Utara marga klen Sembiring Maha, Meliala, Brahmana, Depari, Sinulingga, Pandia, Colia, Capah, dsb. Secara fisik warga Karo dari kelompok klen tersebut memiliki persamaan dengan orang-orang Tamil. Kehadiran orang Tamil juga dapat dicari di beberapa tempat lain di Sumatera, antara lain di Suruaso Sumatera Barat berdasarkan temuan batu bertulis banda bapahek dalam dua bahasa, salah satunya dalam bahasa India Selatan. Di bagian lain Sumatera, seperti kata Hasan Muarif Ambari, 2008. http:ipie3.wordpress.com 20090606komunitas-tamil-dalam-kemajemukan-masyarakat-di-sumatera-utara. Diakses 20032011. Kehadiran etnis Tamil di Nanggroe Aceh Darussalam sudah menyatu dengan masyarakat Aceh. Hanya fisiknya saja yang menunjukkan mereka berasal dari etnis Tamil, selebihnya mereka sudah menyatu sebagai warga Aceh tulen, berbahasa dan beradat-istiadat Aceh. Pada umumnya ‘sisa’ masyarakat Tamil, kata Ambari, tinggal di daerah Pidie dan Aceh Utara. Di daerah Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan, kehadiran mereka diduga kuat terjadi pada abad ke-13 atau 14 yang bisa diidentifikasikan dari keberadaan peninggalan candi di daerah Portibi, Saba Biara, bahkan yang tertua diduga abad ke-9 masehi di Simangambat. Peninggalan dalam bahasa juga masih bisa dikenali dengan mudah, seperti dalam istilah ‘naraco holing’, ‘banua holing’, ‘tumbaga holing’, ‘pijor koling’, dan lain sebagainya. Tetapi kedatangan orang India dalam jumlah yang cukup besar dan hingga sekarang menetap dan membentuk suatu komunitas di berbagai bagian wilayah Sumatera timur dan khususnya Medan baru terjadi sejak pertengahan abad ke-19, yaitu sejak dibukanya industri perkebunan di Tanah Deli. Menurut catatan T. Universitas Sumatera Utara Lukman Sinar, 2001 http:ipie3 .wordpress.com20090606komunitas-tamil-dalam- kemajemukan-masyarakat-di-sumatera-utara.Diakses 20 032011 di dalam tahun 1874 sudah dibuka 22 perkebunan dengan memakai kuli bangsa Cina 4.476 orang, kuli Tamil 459 orang dan orang Jawa 316 orang. Perkembangan jumlah kuli semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya, yang terbanyak adalah kuli Cina 53.806 orang pada 1890 dan 58.516 orang pada 1900 dan kuli Jawa 14.847 orang pada 1890 dan 25.224 orang pada 1900; sementara kuli Tamil bertambah menjadi 2.460 orang pada 1890 dan 3.270 orang pada 1900. Selain mereka yang didatangkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan sebagai kuli, migran orang Cina, India dan juga Arab mulai berdatangan ke Sumatera timur untuk berdagang dan menjadi pekerja di bidang-bidang lain. Migran dari India yang datang untuk berdagang antara lain adalah orang-orang dari India Selatan Tamil Muslim dan juga orang Bombay serta Punjabi. A. Mani 1980:58. http:ipie3.wordpress.com20090606komunitas-tamil-dalam kemajemu-kan-masyarakat- di-sumatera-utara . Diakses 20032011 . Menyebutkan bahwa di luar pekerja kontrak di perkebunan, orang-orang India yang lain juga banyak datang ke Medan untuk berpartisipasi memajukan berbagai sektor usaha yang sedang tumbuh di kota ini; seperti kaum Chettiars atau Chettis yang berprofesi sebagai pembunga uang, pedagang dan pengusaha kecil; kaum Vellalars dan Mudaliars kasta petani yang juga terlibat dalam usaha dagang; kaum Sikh dan orang-orang Uttar Pradesh. Selain itu juga terdapat orang-orang Sindi, Telegu, Bamen, Gujarati, Maratti Maharasthra, Universitas Sumatera Utara dll. Tetapi orang-orang Indonesia pada umumnya tak mengenali perbedaan mereka dan secara sederhana menyebutnya sebagai orang Keling dan orang Benggali saja. Di masa kolonial, buruh-buruh Tamil yang bekerja di perkebunan biasanya dipekerjakan sebagai tukang angkat air, membetulkan parit dan jalan Dalam Lukman Sinar, 2001; Mahyuddin et.al; tt; sementara orang-orang Punjabi yang beragama Sikh biasanya bekerja sebagai penjaga keamanan, pengawal di istana dan kantor- kantor, penjaga toko, dan lain-lain. Orang Sikh yang bekerja di perkebunan juga bertugas sebagai penjaga malam dan pengantar surat; juga memelihara ternak sapi untuk memproduksi susu Dalam Mani, 1980:58. Pada saat sekarang tidak diperoleh angka yang pasti mengenai jumlah warga keturunan India di Kota Medan, karena sensus penduduk setelah tahun 1930 tidak lagi menggunakan kategori etnik. Menurut A. Mani 1980 pada tahun 1930 terdapat sekitar 5000 orang Sikh di Sumatera Utara. Sementara itu A. Mani 1980 memperkirakan bahwa jumlah orang Tamil di Sumatera Utara adalah sekitar 18.000 jiwa; namun ada juga yang menyebut sekitar 30.000 jiwa pada tahun 1986 http:ipie3.wordpress.com20090606komunitas-tamil-dalam-kemajemukan- masyarakat-di-sumatera-utara . Diakses 20032011.

4.3 Kawasan Kampung Keling Dalam Potensi Kepariwisatan