Sejarah Tenega kerja Indonesia menjadi Buruh Migran di Malaysia

d. Dimensi-dimensi dampak: 1. waktu; 2. selisih antara dampak aktual dan yang diharapkan; 3. tingkat agregasi dampak; 4. jenis dampak. 2.3 KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO SBY MENGENAI MASALAH TENAGA KERJA INDONESIA DI MALAYSIA

2.3.1 Sejarah Tenega kerja Indonesia menjadi Buruh Migran di Malaysia

Malaysia merupakan negara federasi yang terdiri dari 13 negara bagian, dengan luas wilayah 329.847 kilometer persegi dan memiliki penduduk sebanyak ±28 juta orang. Pendapatan per kapitanya mencapai USD 14.000, sehingga Malaysia dapat digolongkan sebagai negara industri baru. Meningkatnya industri padat karya membuat Malaysia kekurangan tenaga kerja, dan mulai bergantung pada tenaga kerja asing. Malaysia merupakan salah satu negara penerima buruh migran terbesar, diperkirakan buruh migran yang bekerja di Malaysia mencapai 2,5 juta orang. Jsumlah tersebut merupakan 20-25 persen dari jumlah total tenaga kerja di negeri itu. Bagi sebagian pekerja migran Indonesia, Malaysia dijadikan negara tujuan utama sejak tahun 1980an. Faktor persamaan adat, budaya, dan bahasa, serta kedekatan jarak secara geografis mendorong para pekerja migran untuk mengadu nasib di sana. Selain itu, kondisi ekonomi yang lebih baik dari Indonesia terutama pasca krisis 1998, membuat terbukanya peluang pekerjaan di berbagai sektor. Universitas Sumatera Utara Kondisi ini juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru yang tidak dipenuhi dari tenaga kerja Malaysia itu sendiri, karena ada lapangan pekerjaan yang secara konsep mobilisasi sosial ditinggalkan oleh rakyat Malaysia sendiri, contohnya pekerjaan-pekerjaan kasar, pekerjaan- pekerjaan lapangan, pekerjaan yang berat, karena mereka tidak lagi bekerja pada pekerjaan- pekerjaan di sektor tersebut atau biasa disebut dengan pekerjaan 3D, yaitu pekerjaan yang susah Difficult, pekerjaan yang kotor Dirty, dan yang berbahaya Danger. Untuk jumlah buruh migran sendiri, data penempatan buruh migran yang dimiliki oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI BNP2TKI menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2005 hingga 2009 Indonesia telah penempatan nasional. Jumlah rata-rata penempatan per tahun adalah 577.151 orang. Dari total jumlah buruh migran yang ditempatkan, 76 di antaranya merupakan perempuan yang 90 bekerja di sektor informal, dan 24 sisanya adalah laki-laki. Pemerintah Indonesia mempunyai sebuah kebijakan yang akan selalu ditetapkan pada setiap Perwakilan-Perwakilan yang ada di setiap luar negeri, yaitu kebijakan kepedulian dan keberpihakan. 29 Kebijakan ini harus dilaksanakan dengan baik oleh Perwakilan pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh warga negara Indonesia terutama permasalahan yang dihadapi oleh para tenaga kerja Indonesia di Malaysia, karena sebenarnya permasalahan buruh migran di Malaysia ibarat fenomena gunung es yang kalau dibiarkan lama akan menyebabkan kerugian sosial bagi kedua Negara. Untuk itu, akan banyak dibahas pada tulisan ini tentang permasalahan-permasalahan apa saja yang sering terjadi pada tenaga kerja kita di Malaysia, dan kebijakan-kebijakan, serta upaya-upaya apa saja yang dilakukan pemerintah Indoensia untuk menyelesaikannya. 29 Payaman Simanjuntak, Ketentuan Pokok-pokok Ketenagakerjaan, Halaman 3. Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Arti Penting Buruh Migran Bagi Indonesia