Upaya Hukum Terhadap Putusan Bebas.

B. Upaya Hukum Terhadap Putusan Bebas.

Pada pembahasan sebelumnya telah di jelaskan bahwa menurut KUHAP tidak ada kesempatan bagi jaksa penuntut umum untuk mengajukan upaya hukum biasa maupun upaya hukum luar biasa terhadap putusan bebas kepada Mahkamah Agung. Hal ini dapat dilihat pasal 67 KUHAP terdakwa atau penuntut umum berhak untuk minta banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama Pengadilan Negeri, kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan pengadilan dalam acara cepat. Hal serupa juga diatur dalam Pasal 244 KUHAP yang menyatakan terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain dari pada Mahakamah Agung, terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan permintaan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas. Namun dalam prakteknya jaksa penuntut umum tidak mengindahkan Pasal 244 KUHAP ini, terhadap putusan bebas jaksa penuntut umum tetap melakukan upaya hukum yaitu kasasi. Adapun alasan yang biasa digunakan Jaksa Penuntut Umum dalam mengajukan kasasi terhadap putusan bebas adalah: a. Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi judex factie telah salah menerapkan hukum pembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 185 ayat 3 dan ayat 6 KUHAP, b. Cara mengadili yang dilakukan judex factie tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang, Universitas Sumatera Utara c. Putusan judex factie bukan merupakan putusan bebas murni vrijspraak melainkan putusan bebas tidak murni. 94 Hal senada juga dikemukakan oleh Singgih, Jaksa Agung Muda Bidang Khusus dalam Raker Kejaksaan Tinggi seluruh Indonesia Tahun 1990 yang menyatakan bahwa terhadap putusan bebas dapat dimohonkan pemeriksaan kasasi, namun harus diteliti dulu apakah putusan bebas tersebut merupakan putusan bebas tidak murni, dengan memperhatikan: a. Apakah putusan bebas tersebut didasarkan pada penafsiran yang keliru terhadap sebutan tindak pidana yang dimuat dalam surat dakwaan dan bukan didasarkan pada tidak terbuktinya unsur perbuatan yang didakwakan, atau b. Pembebasan tersebut sebenarnya merupakan putusan lepas dari segala tuntutan hukum, atau c. Pengadilan dalam menjatuhkan putusan telah melampaui batas wewenangnya. 95 Adapun dasar hukum yang dijadikan Jaksa Penuntut Umum dalam mengajukan kasasi mengacu pada Lampiran Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.14.PW.07.03 Tahun 1983 tanggal 10 Desember 1983 Tentang Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP yang di dalam butir ke 19 Sembilan belas menyatakan bahwa terhadap pututsan bebas tidak dapat dimintakan banding tetapi situasi dan kondisi, demi hukum, keadilan dan kebenaran, terhadap putusan bebas dapat dimintakan kasasi. Hal ini didasarkan Yurisprudensi. 96 94 M. Sofyan Lubis, Kasasi Terhadap Putusan Bebas Murni, dalam http:infohukum.co.cckasasi-terhadap-putusan-bebas-murni, diakses Tanggal 29 Januari 2011 95 H. Hamrat Hamid dan Harun M. Husein, Op. Cit, hlm. 279. 96 M. Reza Kurniawan, Upaya Kasasi terhadap Putusan Bebas, dalam http:artikel- media.blogspot.com201009upaya-kasasi-terhadap-putusan-bebas.html, diakses tanggal 29 Januari 2011. Universitas Sumatera Utara Pada tanggal 15 Desember 1983 Mahkamah Agung mengeluarkan putusan No. 275 KPid1983 dikenal sebagai kasus Natalegawa. Inilah yurisprudensi pertama yang menerobos larangan kasasi atas vonis bebas. Dalam putusan perkara ini, Mahkamah Agung menerima permohonan kasasi jaksa atas vonis bebas terdakwa Natalegawa yang dijatuhkan PN Jakarta Pusat. Pertimbangan Mahkamah Agung bahwa demi hukum, keadilan dan kebenaran maka terhadap putusan bebas dapat dimintakan pemeriksaan pada tingkat kasasi. 97 Atas keputusan menteri kehakiman yang diikuti dengan yurisprudensi tersebut maka dalam praktek peradilan pidana di Indonesia para Jaksa Penuntut Umum dapat mengajukan upaya hukum kasasi terhadap putusan bebas. Hal ini juga yang mendasari Jaksa Penuntut Umum yang menangani kasus pencurian dengan terdakwa Kohiruddin mengajukan kasasi atas putusan bebas yang dijatuhkan oleh majelis hakim No. 3212Pid.B2007PN. Mdn tanggal 27 November 2007 walaupun akhirnya Mahkamah Agung dalam putusannya tetap menguatkan putusan Pengadilan Negeri Medan sebelumnya yaitu dengan tetap membebaskan terdakwa. Terhadap Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M. 14-PW. 07. 03 Tanggal 10 Desember 1983 yang dijadikan dasar hukum bagi jaksa penuntut umum dalam mengajukan kasasi, pada dasarnya terdapat ketidaksesuaian antara Keputusan Menteri tersebut dengan Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 97 http:www.hukumonline.comberitabacahol21009kasasi-atas-vonis-bebas-yurisprudensi- yang-menerobos-kuhap, diakses pada tanggal 29 Januari 2011. Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 disebutkan bahwa jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut: a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b. Undang-undangPeraturan pemerintah pengganti Undang-undang. c. Peraturan Pemerintah d. Peraturan Presiden e. Peraturan Daerah. Pasal 7 Ayat 4 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 selanjutnya menyatakan bahwa jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Salah satu jenis peraturan perundang-undangan selain yang dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 antara lain adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M. 14-PW. 07. 03 yang dalam hal ini keberadaannya dibawah Undang-undang No. 8 Tahun 1981 KUHAP dan didasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. 98 Dengan kata lain, Undang-undang No. 10 Tahun 2004 mengatur bahwa Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M. 14-PW. 07. 03 Tanggal 10 Desember 1983 yang dijadikan dasar hukum bagi Jaksa Penuntut Umum untuk 98 Perhatikan penjelasan Pasal 7 ayat 4 dan 5 Undang-undang No. 10 Tahun 2004. Universitas Sumatera Utara mengajukan kasasi terhadap putusan bebas, kedudukannya berada dibawah Undang- undang yaitu Pasal 244 Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang Hukum Acara Pidana KUHAP yang jelas-jelas menyatakan bahwa terhadap putusan bebas tidak dapat diajukan upaya hukum kasasi sehingga dengan demikian berdasarkan asas lex superior derogat legi inferiori ketentuan yang lebih tinggi mengenyampingkan ketentuan yang lebih rendah 99 Sedangkan untuk yurisprudensi adalah bahwa yurisprudensi merupakan salah satu sumber hukum formal. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mahadi yang membuat perincian sumber hukum formal yaitu: maka Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M. 14-PW. 07. 03 Tanggal 10 Desember 1983 tidak dapat dijadikan sebagai dasar hukum bagi jaksa penuntut dalam mengajukan kasasi terhadap putusan bebas sebab bertentangan dengan Undang-undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana KUHAP. 100 1. Undang-undang dalam arti luas, meliputi Undang-undang Dasar, Undang-undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan lain sebagainya. 2. Hukum adat. 3. Hukum kebiasaan. 4. Traktat. 99 M. Solly Lubis, disampaikan dalam modul Teori Hukum Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Tahun 2008, hlm. 19. 100 M. Solly Lubis, Asas-Asas Hukum Tata Negara, Bandung: Alumni, 1980, hlm. 39. Universitas Sumatera Utara 5. Yurisprudensi Putusan hakim terdahulu yang diikuti oleh hakim-hakim berikutnya dalam memutus perkara yang sama. 6. Doktrina. Menurut M. Sofyan Lubis, Yurisprudensi hanya dapat dijadikan referensi dan berguna untuk mengisi kekosongan hukum ketika dalam suatu perkara atau upaya hukum belum ada aturan hukum atau peraturan perundang-undangan yang secara tegas mengaturnya. 101 Dilihat dari pengertian yurisprudensi diatas yaitu putusan hakim terdahulu yang diikuti oleh hakim-hakim berikutnya dalam memutus perkara yang sama, dan bila ditinjau dari asas peradilan yang berlaku di Indonesia yang menganut system hukum Eropa Kontinental maka pada dasarnya hakim tidak terikat pada putusan hakim terdahulu mengenai perkara yang sejenis. Hal ini berbeda dengan asas peradilan di Inggris dan Amerika Serikat yang menganut sistem Anglo Saxon yang mewajibkan hakim untuk mengikuti keputusan hakim yang kedudukannya menurut hierarkhi pengadilan lebih tinggi dan wajib pula mengikuti keputusan hakim lain Sementara kasasi untuk putusan bebas sudah diatur dalam Pasal 244 KUHAP yang menyatakan bahwa tidak ada lagi upaya hukum terhadap putusan bebas. yang kedudukannya sederajat tetapi telah lebih dulu membuat penyelesaian terhadap 101 M. Sofyan Lubis, Op.Cit, http:infohukum.co.cckasasi-terhadap-putusan-bebas-murni Universitas Sumatera Utara satu perkara sejenis. 102 Dengan demikian maka pada dasarnya, hakim di pengadilan khususnya hakim Mahkamah Agung tidak terikat dengan yurisprudensi dan ia bisa saja menyatakan tidak dapat menerima permohonan kasasi terhadap putusan bebas yang diajukan jaksa penuntut umum karena sebagaimana yang diatur dalam Pasal 244 KUHAP bahwa terhadap putusan bebas tidak dapat diajukan upaya hukum kasasi. Namun dalam praktek kasasi terhadap putusan bebas dibenarkan dan diterima oleh Mahkamah Agung meskipun bersifat kasuistis artinya tidak semua kasasi terhadap putusan bebas diterima Mahkamah Agung, dilihat dari kasus perkasus. Secara umum dapat dikatakan bahwa Mahkamah Agung akan menerima permintaan kasasi terhadap putusan bebas, apabila pemohon jaksa penuntut umum dalam memori kasasinya dapat membuktikan bahwa putusan bebas yang dimintakan kasasi adalah pembebasan yang tidak murni. 103 Sehubungan dengan kasasi terhadap putusan bebas ini, Mahkamah Agung memberikan petunjuk sebagai berikut: Putusan bebas yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri dan apabila terhadap putusan tersebut tidak dapat diajukan upaya hukum banding maupun kasasi maka dirasakan masih terlalu idealis meskipun undang-undang menentukan demikian. Dikhawatirkan dalam situasi dan kondisi dimana ketidakwajaran dalam putusan Pengadilan Negeri masih sering terdengar, disamping kemampuan tekhnis yang masih belum memadai, kemungkinan akan banyak orang-orang bersalah yang tidak dihukum apabila upaya hukum banding dan 102 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007, hlm. 45. Perhatikan juga Modul Penemuan Hukum Oleh Sunarmi yang disampaikan dalam mata kuliah Penemuan Hukum Tahun 2010 di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, hlm 4 103 H. Hamrat Hamid dan Harun M. Husein, Op. Cit, hlm 269. Universitas Sumatera Utara kasasi terhadap putusan bebas tidak diperbolehkan lagi. Maka demi hukum, keadilan dan kebenaran Mahkamah Agung berpendapat putusan bebas yang dijatuhkan Pengadilan Negeri dapat di kasasi. 104 Menyikapi hal tersebut diatas, sebagaimana yang telah ditentukan dalam KUHAP bahwa terhadap putusan bebas tidak dapat diajukan banding dengan alasan apapun berdasarkan Pasal 67 KUHAP dan ternyata didalam praktek peradilan sampai saat ini masih tetap berpegang teguh dan konsekuen terhadap ketentuan pasal tersebut. Permohonan pemeriksaan kasasi terhadap putusan bebas seharusnya juga tidak dapat diajukan berdasarkan Pasal 244 KUHAP dan Mahkamah Agung sebagai lembaga tempat diajukannya kasasi seharusnya menolak setiap kasasi yang diajukan jaksa penuntut umum atas putusan bebas untuk mencegah terjadinya contra legem yakni praktek dan penerapan hukum yang secara terang-terangan yang bertentangan dengan undang-undang. 105 104 H. Hamrat Hamid dan Harun M. Husein, Ibid, hlm 270. 105 Samidjo, Responsi Hukum Acara Pidana, Bandung: Armico. 1988, hlm. 195. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HAK-HAK TERDAKWA DALAM PUTUSAN BEBAS