BAB III UPAYA HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH
JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM HAL TERDAKWA DIPUTUS BEBAS
A. Jenis Upaya Hukum.
Upaya hukum terbagi 2 dua yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Terdapat beberapa perbedaan diantara kedua upaya hukum tersebut, yaitu:
90
a. Upaya hukum biasa diajukan terhadap putusan pengadilan yang belum
mempunyai kekuatan hukum tetap, sedangkan upaya hukum luar biasa diajukan terhadap putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
b. Upaya hukum biasa tidak memerlukan syarat-syarat yang bersifat khusus atau
syarat-syarat tertentu, sedangkan upaya hukum luar biasa hanya dapat diajukan dengan syarat-syarat khusus atau syarat-syarat tertentu.
c. Upaya hukum biasa tidak selamanya diajukan ke Mahkamah Agung, sedangkan
upaya hukum luar biasa diajukan kepada Mahkamah Agung dan diperiksa serta diputus Mahkamah Agung sebagai instansi pertama dan terakhir.
Upaya hukum biasa dan luar biasa juga memiliki persamaan dalam hal tujuan yaitu sama-sama bertujuan untuk mengoreksi dan meluruskan kesalahan yang
terdapat dalam putusan yang telah dijatuhkan pada putusan sebelumnya.
90
Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Op. Cit, hlm. 190.
Universitas Sumatera Utara
1. Upaya hukum biasa, diatur dalam Bab XVII KUHAP, terdiri dari:
a. Pemeriksaan Tingkat Banding
Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam pasal 67 KUHAP terdakwa atau penuntut umum berhak untuk minta banding terhadap putusan pengadilan tingkat
pertama Pengadilan Negeri, kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan
putusan pengadilan dalam acara cepat. Jadi menurut ketentuan yang diatur dalam pasal 67 KUHAP terhadap putusan
Pengadilan Negeri sebagai putusan pengadilan tingakat pertama terdakwa maupun penuntut umum berhak mengajukan upaya hukum banding kepada Pengadilan Tinggi
PT, kecuali:
91
1. Terhadap putusan bebas sebagaimana dimaksud dala Pasal 191 ayat 1
KUHAP, 2.
Terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum.
3. Terhadap putusan pengadilan dalam acara pemeriksaan cepat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 205 ayat 3 KUHAP, karena dalam Acara Pemeriksaan Cepat tersebut putusan hakim merupakan putusan
tingkat pertama dan terakhir, kecuali kalau dalam putusan Acara Pemeriksaan Cepat tersebut dijatuhkan pidana perampasan kemerdakaan
kurungan, terdakwa tetap dapat meminta banding.
91
HMA. Kuffal, op. cit, hlm. 376.
Universitas Sumatera Utara
Permintaan banding sebagaimana dimaksud dalam pasal 67 KUHAP dapat diajukan kepada Pengadilan Tinggi oleh terdakwa atau oleh penasehat hukum yang
dikuasakan untuk itu atau oleh penuntut umum Pasl 233 ayat 1 KUHAP.
b. Pemeriksaan Untuk Kasasi.
Berdasarkan Pasal 244 KUHAP, terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain Mahkamah agung,
terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan permintaan pemeriksan kasasi kepada Mahkamah Agung, kecuali terhadap putusan bebas.
Selain itu dalam Pasal 245 ayat 3 dikatakan, dalam hal pengadilan negeri menerima permohonan kasasi baik yang diajukan oleh penuntut umum atau terdakwa,
maupun yang diajukan oleh penuntut umum dan terdakwa sekaligus maka panitera wajib memberitahukan permintaan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain. Dari
ketentuan diatas maka yang berhak mengajukan kasasi adalah terdakwa, penuntut umum atau terdakwa dan penuntut umum secara bersama-sama mengajukan kasasi.
Untuk kuasa hukum yang akan mengajukan kasasi tidak diatur dalam Pasal 245 ayat 3 KUHAP namun dalam keputusan Menteri Kehakiman tanggal 10
November 1983 No. M.14-PW.07.03 Tahun 1983 angka 24 memperbolehkan penasehat hukum untuk mengajukan kasasi dengan menyatakan bahwa permintaan
pemeriksaan kasasi dapat juga diajukan oleh orang yang dikuasakan terdakwa untuk
Universitas Sumatera Utara
itu, dibuat secara khusus untuk mengajukan kasasi dan dibuat setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa.
92
2. Upaya hukum luar biasa yang diatur dalam Bab XVIII KUHAP, terdiri atas:
a. Pemeriksaan Tingkat Kasasi Demi Kepentingan Hukum.
Pasal 259 ayat 1 KUHAP menyatakan demi kepentingan hukum terhadap semua keputusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dari pengadilan lain
selain dari pada Mahkamah Agung, dapat diajukan satu kali permohonan kasasi oleh Jaksa Agung. Dengan demikian, putusan yang dapat dikasasi demi kepentingan
hukum hanya terbatas pada putusan pengadilan negeri dan pengadilan tinggi yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan yang berhak mengajukan kasasi demi
kepentingan hukum adalah Jaksa Agung. Selanjutnya Pasal 259 ayat 2 KUHAP mengemukakan, putusan kasai demi
kepentingan hukum tidak boleh merugikan pihak yang berkepentingan. M. Yahya Harahap
93
1. Tidak menjatuhkan putusan pemidanaan atas putusan bebas.
memberi batasan terhadap ketentuan Pasal 259 ayat 2 ini yaitu:
2. Putusan pidana kasasi demi kepentingan hukum tidak bisa lebih berat dari
pada pidana yang telah dijatuhkan. 3.
Tidak boleh mencabut hak perdata terdakwa jika hak itu tidak terdapat dalam putusan yang dikasasi.
92
Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, op. cit, hlm. 214
93
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi Dan Peninjauan Kembali, op. cit, hlm. 611.
Universitas Sumatera Utara
b. Peninjauan Kembali Putusan Pengadilan Yang Telah Memperoleh Kekuatan
Hukum Tetap. Pasal 263 ayat 1 KUHAP menyatakan bahwa terhadap putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan
peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung. Dengan demikian, peninjauanndapat diajukan terhadap semua putusan pengadilan kecuali terhadap putusan bebas atau
putusan lepas dari segala tuntutan hukum. Selanjutnya Pasal 263 ayat 2 KUHAP menyatakan, permintaan peninjauan
kembali dilakukan atas dasar sebagi berikut: 1.
Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung,
hasilnya akan berupa putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara
itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan. 2.
Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang
dinyatakan telah terbukti itu ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain.
3. Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan atau
suatu kekeliruan yang nyata.
Universitas Sumatera Utara
B. Upaya Hukum Terhadap Putusan Bebas.