Untuk kasus yang pencurian dengan pemberatan atas nama Kohiruddin yang tercatat dalam register perkara No: 3212Pid.B2007PN.Mdn tersebut maka majelis
hakim menjatuhkan putusan bebas yang berdasarkan hasil pemeriksaan di sidang pengadilan, kesalahan terdakwa Kohiruddin atas perbuatan yang didakwakan
kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan dengan demikian maka terdakwa Kohiruddin oleh majelis hakim di putus bebas. Memulihkan hak terdakwa
dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya dengan demikian maka terdakwa dibebaskan dari tahanan.
B. Bentuk-Bentuk Putusan Pengadilan Dalam Perkara Pidana.
Adapun bentuk-bentuk putusan pengadilan dalam perkara pidana adalah sebagai berikut:
1. Putusan yang menyatakan tidak berwenang mengadili.
Dalam hal menyatakan tidak berwenang mengadili dapat terjadi setelah persidangan dimulai dan jaksa penuntut umum membacakan surat dakwaan maka
terdakwa atau penasehat hukum terdakwa diberi kesempatan untuk mengajukan eksepsi keberatan. Eksepsi tersebut antara lain dapat memuat bahwa pengadilan
negeri tersebut tidak berkopetensi berwenang baik secara relative maupun absolute
Universitas Sumatera Utara
untuk mengadili perkara tersebut.
47
Jika majelis hakim berpendapat sama dengan penasehat hukum maka dapat dijatuhkan putusan bahwa pengadilan Negeri tidak
berwenang untuk mengadili.
48
2. Putusan yang menyatakan bahwa dakwaan batal demi hukum.
Pengadilan Negeri dapat menjatuhkan putusan yang menyatakan bahwa dakwaan batal demi hukum. Baik hal itu oleh karena atas permintaan yang diajukan
oleh terdakwa atau penasehat hukum dalam eksepsi maupun atas wewenang hakim karena jabatannya. Alasan utama untuk membatalkan surat dakwaan demi hukum
adalah apabila surat dakwaan tidak menjelaskan secara terang segala unsur konstitutif yang dirumuskan dalam pasal pidana yang didakwakan kepada terdakwa. Artinya
adalah bahwa beberapa alasan pokok yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk menyatakan dakwaaan jaksa batal demi hukum yaitu:
49
a. Apabila dakwaan tidak merumuskan semua unsur dalih yang didakwakan.
47
Pengadilan tidak berkompetensi berwenang secara relative maksudnya adalah berkaitan dang an wilayah hukum bagi setiap pengadilan, pengadilan tertentu hanya mempunyai kekuasaan atau
wewenang untuk mengadili suatu perkara dalam suatu wilayah hukum yang menjadi kekuasaan atau wewenangnya. Sedangkan pengadilan tidak berkompetensi berwenang secara absolute maksudnya
adalah berkaitan dengan lingkungan peradilan yang terdiri dari 4 empat yaitu: lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lengkungan peradilan militer dan lingkungan peradilan tata usaha
Negara, tegasnya apa yang menjadi wewenang peradilan umum secara mutlak hanya dapat diperiksa dan diadili oleh peradilan umum, sedangkan peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata
usaha Negara secara mutlak tidak boleh memeriksa dan mengadilinya dan demikian juga sebaliknya. Perhatikan M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan
Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi Dan Peninjauan Kembali , Op. Cit, hlm. 92.
48
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm. 52
49
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi Dan Peninjauan Kembali, hlm. 359.
Universitas Sumatera Utara
b. Tidak merinci secara jelas peran dan perbuatan yang dilakukan terdakwa
dalam dakwaan. c.
Dakwaan kabur atau obscuur libel karena tidak dijelaskan bagaimana kejahatan dilakukan.
3. Putusan yang menyatakan bahwa dakwaan tidak dapat diterima.
Putusan yang menyatakan bahwa dakwaan tidak dapat diterima pada dasarnya termasuk kekurangcermatan penuntut umum, sebab putusan tersebut dijatuhkan
karena:
50
a. Pengaduan yang diharuskan bagi penuntutan dalam delik aduan tidak ada.
b. Perbuatan yang di dakwakan kepada terdakwa sudah pernah diadili nebis in
idem. c.
Hak untuk menuntut hukuman telah hilang karena daluarsa verjaring.
4. Putusan yang menyatakan bahwa terdakwa lepas dari segala tuntutan hukum.
Putusan lepas dari segala tuntutan hukum diatur dalam Pasal 191 ayat 2 KUHAP yang menyatakan bahwa jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang
didakwakan kepada terdakwa terbukti tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana maka terdakwa diputus bebas dari segala tuntutan hukum.
Pada dasarrnya, putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum onslag van alle rechtsvervolding dapat terjadi apabila majelis hakim beranggapan bahwa apa
50
Evi Hartanti, Op. Cit, hlm. 53
Universitas Sumatera Utara
yang didakwakan kepada terdakwa memang terbukti secara sah dan meyakinkan, akan tetapi sekalipun terbukti hakim berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan
tidak merupakan tindak pidana.
51
Putusan yang menyatakan bahwa terdakwa lepas dari segala tuntutan hukum juga dapat terjadi disebabkan oleh karena:
52
a. Materi hukum pidana yang didakwakan tidak cocok dengan tindak pidana.
b. Terdapat keadaan-keadaan istimewa yang menyebabkan terdakwa tidak dapat
dihukum. Keadaan istimewa tersebut antara lain: 1.
Tidak mampu bertanggung jawab. 2.
Melakukan dibawah pengaruh daya paksa overmacht. 3.
Adanya pembelaan terdakwa. 4.
Adanya ketentuan undang-undang. 5.
Adanya perintah jabatan. 5.
Putusan pemidanaan pada terdakwa. Putusan pemidanaan dalam tindak pidana apabila perbuatan yang didakwakan
kepada terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 193
ayat 1 KUHAP. Hakim dalam hal ini membutuhkan kecermatan, ketelitian serta kebijaksanaan
memahami setiap yang terungkap dalam persidangan. Sebagai hakim ia berusaha untuk menetapkan suatu hukuman yang dirasakan oleh masyarakat dan oleh terdakwa
51
Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, Normatif, Teorotis, Praktik Dan Masalahnya, Bandung: Alumni, 2007, hlm 324.
52
Evi Hartanti, Op. Cit, hlm. 54. Perhatikan juga Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50 dan Pasal 51 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Universitas Sumatera Utara
sebagai suatu hukuman yang setimpal dan adil. Untuk mencapai penjatuhan yang setimpal dan adil, maka hakim harus memperhatikan:
53
a. Sifat tindak pidana.
b. Ancaman hukuman terhadap tindak pidana.
c. Keadaan dan suasana waktu dilakukannya tindak pidana.
d. Pribadi terdakwa.
e. Sebab-sebab melakukan tindak pidana.
f. Sikap terdakwa dalam pemeriksaan.
g. Kepentingan umum.
Putusan yang menjatuhkan hukuman pemidanaan kepada seorang terdakwa
tiada lain dari pada putusan yang berisi perintah untuk menghukum terdakwa sesuai dengan ancaman pidana yang disebut dalam pasal pidana yang didakwakan. Memang
benar hakim dalam menjatuhkan berat ringannya hukuman pidana yang akan dikenakan kepada terdakwa adalah bebas. Undang-undang memberi kebebasan
kepada hakim untuk menjatuhkan pidana antara hukuman minimum dan maksimum yang diancamkan dalam pidana yang bersangkutan. Namun demikian, titik tolak
hakim menjatuhkan putusan pemidanaan harus didasarkan pada ancaman yang disebutkan dalam pasal pidana yang didakwakan.
6. Putusan bebas.
Pasal 191 ayat 1 KUHAP menyatakan jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang
didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.
53
Evi Hartanti, Op. Cit, hlm 55.
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang dimaksud dengan perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan adalah tidak cukup bukti menurut penilaian
hakim atas dasar pembuktian dengan menggunakan alat bukti menurut ketentuan hukum acara pidana.
54
Putusan bebas berarti terdakwa dijatuhi putusan bebas atau dinyatakan bebas dari tuntutan hukum vrijspraak. Inilah pengertian terdakwa diputus bebas, terdakwa
dibebaskan dari tuntutan hukum, dalam arti dibebaskan dari pemidanaan. Tegasnya terdakwa tidak dipidana. Adapun yang menjadikan alasan paling mendasar
dijatuhkannya putusan bebas adalah apabila majelis hakim berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang pengadilan kesalahan terdakwa atas perbuatan yang
didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.
55
Oleh karena itu, secara yuridis dapat disebutkan bahwa putusan bebas apabila majelis hakim yang telah memeriksa pokok perkara dan bermusyawarah beranggapan
bahwa: a.
Tidak memenuhi asas pembuktian menurut undang-undang secara negative. Pembuktian yang diperoleh dipersidangan tidak cukup membuktikan
kesalahan terdakwa dan sekaligus kesalahan terdakwa yang tidak cukup terbukti itu tidak diyakini oleh hakim atau dengan perkataan lain bahwa
54
Perhatikan penjelasan Pasal 191 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
55
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi Dan Peninjauan Kembali,Op. Cit, hlm. 347.
Universitas Sumatera Utara
ketiadaan alat bukti seperti ditentukan dalam asas minimum pembuktian menurut undang-undang secara negatif sebagaimana dianut oleh KUHAP.
56
b. Tidak memenuhi asas batas minimum pembuktian.
Maksudnya adalah bahwa kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa hanya didukung oleh satu alat bukti saja.
57
Putusan bebas pada umumnya didasarkan pada penilaian dan pendapat hakim tentang:
58
1. Kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa sama sekali tidak terbukti,
semua alat bukti yang diajukan dipersidangan baik berupa keterangan saksi, keterangan ahli, surat dan petunjuk maupun keterangan terdakwa
tidak dapat membuktikan kesalahan yang didakwakan. Berarti perbuatan yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan karena
menurut penilaian hakim semua alat bukti yang diajukan tidak cukup atau tidak memadai untuk membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada
terdakwa, atau,
56
Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, Normatif, Teorotis, Praktik Dan Masalahnya, Bandung: Alumni, 2007, Op. Cit, hlm 323.
57
Sedangkan menurut ketentuan Pasal 183 KUHAP, agar cukup untuk membuktikan kesalahan seorang terdakwa harus dibuktikan dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah.
Dalam ketentuan Pasal 183 tersebut terkandung 2 dua asas yaitu pertama asas pembuktian menurut undang-undang secara negative yang menyatakan bahwa disamping kesalahan terdakwa cukup terbukti
harus pula dibarengi dengan keyakinan hakim akan kebenaran kesalahan terdakwa. Kedua, asas minimum pembuktian, yang dianggap cukup untuk membuktikan kesalahan terdakwa harus sekurang-
kurangnya dengan dua alat bukti yang sah.
58
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi Dan Peninjauan Kembali,Op. Cot, hlm. 348.
Universitas Sumatera Utara
2. Secara nyata hakim menilai, pembuktian kesalahan yang didakwakan
tidak memenuhi ketentuan batas minimum pembuktian. Misalnya alat bukti yang diajukan dipersidangan hanya terdiri dari
seorang saksi saja. Dalam hal yang seperti ini, disamping tidak memenuhi asas batas minimum pembuktian juga bertentangan dengan asas unus
testis nullus testis atau seorang saksi bukanlah saksi, atau,
3. Putusan bebas bisa juga didasarkan atas penilaian adanya kesalahan yang
terbukti namun tidak didukung oleh keyakinan hakim. Penilaian yang demikian sesuai dengan system pembuktian yang
dianut oleh KUHAP yang mengajarkan pembuktian menurut undang- undang secara negative. Keterbuktian kesalahan yang didakwakan dengan
alat bukti yang sah, harus didukung oleh keyakinan hakim sekalipun secara formal kesalahan terdakwa dapat dinilai cukup terbukti namun
nilai pembuktian yang cukup tersebut akan lumpuh apabila tidak didukung oleh keyakinan hakim. Dalam keadaan penilaian seperti ini,
putusan yang akan dijatuhkan pengadilan adalah membebaskan terdakwa dari tuntutan hukum.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, jika ditelaah dari aspek teoritik, menurut pandangan doktrina
59
a. Pembebasan murni de zuivere vrijspraak dimana hakim mempunyai
keyakinan mengenai tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa adalah tidak terbukti.
putusan bebas vrijspraak dibagi lagi dalam beberapa bentuk yaitu:
b. Pembebasan tidak murni de onzuivere vrijspraak yaitu dalam hal
batalnya dakwaan secara terselubung atau pembebasan yang menurut kenyataannya tidak didasarkan pada ketidakterbuktian dalam surat
dakwaan.
c. Pembebasan berdasarkan alasan pertimbangan kegunaan yaitu bahwa
berdasarkan pertimbangan haruslah diakhiri suatu penuntutan yang sudah pasti tidak akan ada hasilnya.
d. Pembebasan yang terselubung de bedekte vrijspraak dimana hakim
telah mengambil putusan tentang suatu peristiwa hukum dan menjatuhkan putusan pelepasan dari tuntutan hukum, padahal putusan tersebut
berisikan suatu pembebasan secara murni.
Namun menurut pengamat hukum acara pidana T. Nasrullah menyatakan
bahwa KUHAP tidak mengenal bentuk-bentuk putusan bebas murni maupun bebas tidak murni sebab di dalam Pasal 244 KUHAP disebutkan bahwa “terhadap putusan
perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan permintaan
kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas” hanya menggunakan kata “bebas”. KUHAP tidak mengenal putusan bebas murni atau tidak
murni.
60
59
Lilik Mulyadi, Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana Teori, Praktik, Teknik Penyusunan Dan Permasalahannya, Op.Cit, hlm. 158.
60
T. Nasrullah, Kasasi Atas Vonis Bebas Yurisprudensi Yang Menerobos KUHAP, dalam http:www.hukumonline.comberitabacahol21009kasasi-atas-vonis-bebas-yurisprudensi-yang-
menerobos-kuhap, diakses pada hari Senin , tanggal 3 Mei 2010, pukul 10. 45 wib.
Universitas Sumatera Utara
C. Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Perkara No. 3212Pid.B2007PN.Mdn.