Subyek Penelitian Metode Pemeriksaan

viii. Sampel vial 100 poliprotein vial dengan tutup berpenusuk 1,5 ml.

3.4.2.2 Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kadar gula darah adalah : a. Sampel : serum 10 µL berasal dari 2 ml whole blood tanpa EDTA. b. Reagensia : i. Phosphatase buffer, pH 7,40 100 mmoll. ii. Phenol 10 mmoll. iii. 4 ‐Aminoantipyrine 0,3 mmoll. iv. Glucose oxidase 10000 Ul. v. Peroxidase 700 Ul.

3.4.2.3 Pemeriksaan Fundus

Pada pemeriksaan fundus menggunakan oftalmoskopi digunakan midriatikum merek midriatyl tetes mata 2 tetes pada setiap mata yang diperiksa.

3.5 Subyek Penelitian

Manusia, penderita DM tipe 2.

3.6 Metode Pemeriksaan

3.6.1 Pengukuran Berat Badan

Pengukuran berat badan menggunakan timbangan dilakukan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Pasien diminta membuka alas kaki, topi, mantel, menurunkan tas, mengeluarkan benda‐benda logam seperti kunci dari bajucelana, telepon seluler dan benda‐benda berat lainnya. b. Posisi timbangan pada titik 0. c. Pasien naik ke atas timbangan, pandangan lurus ke depan dan tidak bergerak. d. Peneliti mencatat berat badan pada kuesioner, apabila jarum timbangan sudah tidak bergerak diam. e. Pasien turun dari timbangan, dan prosedur pemeriksaan kembali diulang untuk pasien berikutnya.

3.6.2 Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan dilakukan menggunakan meteran badan dengan tahapan sebagai berikut: a. Pasien diminta melepaskan alas kaki sandalsepatu, topi penutup kepala. b. Alat geser dipastikan berada di posisi atas kepala. c. Pasien diminta berdiri tegak tepat di bawah alat geser. d. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada besi pengukur tinggi badan. e. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas. Universitas Sumatera Utara f. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggerakkan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala pasien sambil melihat angka yang sejajar dengan tinggi kepala. g. Peneliti mencatat tinggi badan pasien pada kuesioner. h. Pasien turun dari tempat pengukuran, dan prosedur pengukuran diulang kembali untuk pasien berikutnya.

3.6.3 Pengukuran Lingkar Pinggang

Pengukuran lingkar pinggang menggunakan meteran pita di dalam ruangan yang tertutup melalui tahapan berikut : a. Pertama ‐tama kepada pasien dijelaskan tujuan pengukuran lingkar pinggang dan tindakan apa saja yang akan dilakukan dalam pengukuran. b. Untuk pengukuran ini pasien diminta dengan cara yang santun untuk membuka pakaian bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir pasien untuk menetapkan titik pengukuran. c. Titik batas tepi tulang rusuk paling bawah ditentukan. d. Titik ujung lengkung tulang pangkal pahapanggul ditentukan. e. Titik tengah di antara diantara titik tulang rusuk terakhir dengan titik ujung lengkung tulang pangkal pahapanggul ditentukan dan titik tengah tersebut dengan alat tulis ditandai. Universitas Sumatera Utara f. Pasien berdiri tegak dan bernafas dengan normal ekspirasi normal. g. Pengukuran lingkar pinggang ditentukan, dimulaidiambil dari titik tengah kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah diawal pengukuran. h. Apabila pasien mempunyai perut yang gendut ke bawah, pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah tersebut lagi. i. Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati angka 0,1 cm. Hal ‐hal yang perlu diperhatikan: a. Pengukuran lingkar pinggang yang benar dilakukan dengan menempelkan pita pengukur di atas kulit langsung. Pengukuran di atas pakaian sangat tidak dibenarkan. b. Apabila pasien tidak bersedia membukamenyingkap pakaian bagian atasnya, pengukuran dengan menggunakan pakaian yang sangat tipis kain nilon, silk dll diperbolehkan dan beri catatan pada kuesioner. c. Apabila pasien tetap menolak untuk diukur, pengukuran lingkar pinggang tidak boleh dipaksakan dan pada kuesioner dilakukan pencatatan. Universitas Sumatera Utara

3.6.4 Pemeriksaan Tekanan Darah

Tekanan darah arteri adalah tekanan atau gaya lateral darah yang bekerja pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini berubah‐ubah sepanjang siklus jantung. Tekanan tertinggi terjadi selama ejeksi jantung dan disebut tekanan sistolik. Titik terendah dalam siklus ini disebut tekanan diastolik. Selisih angka tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi. Pengukuran tekanan darah paling tepat bila diukur secara langsung dengan memakai jarum intra‐arteri. Dalam praktek sehari‐hari digunakan cara tidak langsung dengan alat pengukur tekanan darah dinamakan sfigmomanometer, terdiri dari kantong yang dapat digembungkan yang terbungkus dalam manset yang tidak dapat mengembang, pompa karet berbentuk bulat, manometer dimana tekanan darah dibaca, dan lubang pengeluaran untuk mengempiskan sistem tersebut Burnside, 1995. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan melalui tahapan berikut Burnside, 1995: a. Pengukuran dilakukan setelah penderita beristirahat selama 15 menit. b. Tensimeter dan steteskop disiapkan. c. Pengukuran dapat dilakukan dalam keadaan duduk dan berbaring. d. Lengan dalam keadaan bebas dan relaks, dibebaskan dari tekanan oleh karena pakaian. e. Manset dipasang sedemikian rupa sehingga melingkari lengan atas secara rapi dan tidak terlalu ketat, kira‐kira 2,5 cm di atas siku. Universitas Sumatera Utara f. Lengan penderita ditempatkan sehingga siku dalam keadaan sedikit ekstensi. g. Arteri brakhialis dicari, biasanya terletak di sebelah medial tendo biseps. h. Dengan satu jari arteri brakhialis diraba, manset dipompa dengan cepat sampai kira‐kira 30 mmHg di atas tekanan ketika pulsasi arteri brakhialis menghilang. i. Tekanan manset diturunkan perlahan‐lahan sampai denyutan arteri brakhialis teraba kembali, inilah tekanan sistolik palpatoir. j. Steteskop diambil, kemudian dipasangkan corong bel steteskop pada arteri brakhialis. k. Manset dipompa kembali sampai ±30 mmHg diatas tekanan sistolik palpatoir. l. Kemudian secara perlahan tekanan manset diturunkan dengan laju ±3 ‐4 mmHgdetik. Diperhatikan saat denyutan arteri brakhialis terdengar. Bunyi yang terdengar setelah manset dikempiskan disebut bunyi Korotkoff. Hal ini digunakan untuk menentukan secara kasar tekanan sistolik. Penurunan tekanan manset dilanjutkan sampai suara denyut melemah dan kemudian menghilang. Bunyi yang pertama kali muncul menunjukkan tekanan sistolik sedangkan bunyi yang terakhir sebelum menghilang menunjukkan tekanan diastolik. m. Apabila menggunakan tensimeter air raksa, diusahakan agar posisi manometer vertikal dan pada waktu membaca hasilnya mata harus berada segaris horizontal dengan level air raksa. Universitas Sumatera Utara n. Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah pengukuran pertama.

3.6.5 Pengukuran Tajam Penglihatan

Metode pengukuran tajam penglihatan yang umum menggunakan alat khusus berbentuk huruf. Yang paling sering digunakan adalah kartu uji Snellen Snellen chart. Penderita menghadap kartu uji tersebut pada jarak 6 meter 20 kaki. Mata kiri ditutup dengan sebuah penutup mata okluder dengan tanpa menekan bola mata. Pasien diminta membaca huruf‐huruf pada deret paling besar pada deret paling atas berturut‐turut ke deretan‐deretan di bawahnya. Jika mampu membaca deretan huruf yang di pinggirnya ada angka kecil 20 atau 6, berarti tajam penglihatannya adalah 2020 atau 66. Ini dicatat dan dengan urutan kerja yang sama dilakukan untuk mata kiri. Bila penderita mampu membaca huruf‐ huruf deretan paling atas tetapi tidak bisa membaca sampai deret 66 2020, maka nilai yang tercantum di pinggir deretan huruf terkecil yang masih dapat dibaca dicatat. Jika huruf yang paling besarpun tidak dapat dibacanya, penderita disuruh maju sampai huruf terbesar dapat dibaca. Jarak ini dicatat sebagai jarak kartu Snellen 12 meter 40 kaki atau 60 meter 200 kaki. Tajam penglihatannya menjadi X12 jika dipergunakan meter atau X40 jika dipergunakan kaki. Penderita yang berkaca mata untuk jauh, pengujiannya dilakukan 2 kali, yaitu dengan atau tanpa kacamata. Hasilnya dicatat. Hasil pengujian dengan kaca mata ditulis “cum correctum” disingkat c.c., atau “dengan koreksi” disingkat Universitas Sumatera Utara d.k.. Hasil pengujian tanpa kaca mata ditulis “noncorrectum” disingkat n.c. atau “tanpa koreksi” disingkat t.k. Vaughan et.al., 2000.

3.6.6 Pemeriksaan Tekanan Intra Okuler

Pemeriksaan tekanan intra okuler mengunakan tonometer komputer merek Topcon CT 80 dengan cara pemeriksaan sebagai berikut Lampiran 14: a. Pasien dipersilahkan duduk di depan alat dengan pemeriksa berhadapan dengan pasien. b. Dagu dan kening pasien diletakkan pada tempatnya sehingga tinggi mata sesuai dengan alat pemeriksaan. c. Pasien dalam posisi yang nyaman, relaks, tidak tegang, dan tidak menahan nafas. d. Mesin diposisikan sesuai posisi pasien melalui knob oleh operator secara manual sampai jarak alat dengan kornea ±8‐10 mm. e. Titik fokus mata ditentukan dengan menuntun pasien untuk melihat cahaya kuning‐hijau di dalam alat sambil operator melihat titik fokus mata di layar monitor. f. Setelah mata fokus pada titik yang ditentukan, operator akan menekan knob pengukuran tekanan intra okuler melalui ejeksi udara pada mata yang diperiksa. Secara otomatis tekanan intra okuler pada mata yang diperiksa terukur. Universitas Sumatera Utara

3.6.7 Pemeriksaan Fundus Mata

Oftalmoskopi langsung memberi gambaran normal atau tidak terbalik pada fundus okuli. Sebelum pemeriksaan, terlebih dahulu mata pasien ditetesi dengan midriatikum sebanyak 2 tetes pada mata yang diperiksa untuk melebarkan pupil sehingga fundus mata dapat diperiksa dengan oftalmoskopi. Ditunggu ± 45‐60 menit kemudian dilakukan oftalmoskopi. Pemeriksaan dilakukan di kamar gelap dengan pasien pada posisi duduk dan dokter berdiri di sebelah mata yang diperiksa. Mata kanan pasien diperiksa dengan mata kanan pemeriksa demikian pula sebaliknya. Jarak pemeriksaan antara kedua mata pemeriksa dan pasien adalah 15 cm Lampiran 12 dan 13. Setelah terlihat refleks merah pada pupil maka oftalmoskop didekatkan hingga 2‐3 cm dari mata pasien. Bila kelopak mata memperlihatkan tanda menutup maka kelopak tersebut ditahan dengan tangan yang tidak memegang oftalmoskop. Untuk memperluas lapangan penglihatan maka pasien disuruh melirik ke samping ataupun ke bawah dan ke atas Ilyas, 2008.

3.6.8 Foto Fundus

Foto fundus menggunakan fotograf fundus color merek Visucam NMFA dengan tahapan pemeriksaan sebagai berikut Lampiran 15 dan 16: a. Pasien dipersilahkan duduk di depan alat dengan pemeriksa berhadapan dengan pasien. Universitas Sumatera Utara b. Dagu dan kening pasien diletakkan pada tempatnya sehingga tinggi mata sesuai dengan alat pemeriksaan. c. Pasien dalam posisi yang nyaman, relaks, tidak tegang, dan tidak menahan nafas. d. Mesin diposisikan sesuai posisi pasien melalui knob oleh operator secara manual sampai jarak alat dengan kornea ± 8‐10 mm. e. Titik fokus mata ditentukan dengan menuntun pasien untuk melihat cahaya kuning‐hijau di dalam alat sambil operator melihat titik fokus mata di layar monitor. f. Setelah mata fokus pada titik yang ditentukan, operator akan menekan knob pengambilan foto fundus mata yang diperiksa. Secara otomatis foto funfus terekam dan hasil foto dapat dicetak.

3.7 Analisis Data