diabetik sebanyak 7 orang 23,3 Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Distribusi penderita diabetes melitus yang mengalami retinopati
diabetik Retinopati
diabetik Frekwensi
Persentase Negatif
23 76,7
Positif 7
23,3 Total
30 100
4.6 Gambaran Hubungan Pengontrolan Diabetes Melitus dengan Retinopati
Diabetik
Berdasarkan distribusi hubungan DM dengan retinopati diabetik tampak
bahwa 13 orang 43,33 DM terkontrol tidak mengalami retinopati diabetik.
Sedangkan 2 orang 6,67 pasien DM terkontrol mengalami retinopati diabetik.
Sepuluh orang 33,33 pasien DM tidak terkontrol tidak mengalami retinopati
diabetik, dan 5 orang 16,6 pasien DM tidak terkontrol mengalami retinopati
diabetik. Berdasarkan uji statistik didapatkan p = 0,195, ini berarti pengontrolan
gula darah tidak menyebabkan terjadinya retinopati diabetik p 0,05 Tabel 4.7
dan Tabel 4.8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Distribusi kontrol diabetes melitus dengan retinopati diabetik
Retinopati diabetik
Kontrol DM
Negatif Positif
Total
Terkontrol 13
2 15
Tidak terkontrol
10 5
15 Total
23 7
30
Tabel 4.8 Analisis hubungan kontrol diabetes melitus dengan retinopati diabetik
dengan Uji Chi‐Square
Value Df
Asymp.Sig. 2‐
sided Pearson
Chi‐ Square
1,677 b
1 0,195
Bruce Perkin pada penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan
antara kadar gula darah dengan timbulnya komplikasi Perkins, 2001. Namun
Mikihiro Nakayama pada penelitiannya menyatakan bahwa timbulnya komplikasi
pada penderita DM tidak hanya berhubungan dengan kadar gula darah. Hal ini
didasari bahwa pemberian terapi obat hipoglikemik yang mempertahankan
kadar gula darah tidak dapat mencegah timbulnya komplikasi. Pernyataan ini
didasarkan pada hipotesis bahwa komplikasi DM terjadi selain akibat
peningkatan polyol pathway activity, tetapi juga akibat perubahan protein kinase
C activity, peningkatan stress oxidative, dan akselerasi glikasi non‐enzimatik
Nakayama et.al., 2001.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini, parameter yang digunakan untuk penilaian
pengendalian gula darah pasien DM adalah HbA1c glikosilasi hemoglobin. Pada
pasien DM HbA1c meningkat secara proporsional dengan kadar rerata glukosa
darah selama 2‐3 bulan sebelumnya sesuai masa hidup eritosit Darmono, 1996;
Price dan Wilson, 2002. HbA1c merupakan produk penataan ulang dari
glikosilamin, toksik bagi jaringan namun masih revesibel. Pembentukan HbA1c
terjadi akibat kadar glukosa darah yang masih tinggi dalam waktu lebih dari 24
jam. Untuk selanjutnya HbA1c akan mengalami beberapa tahapan reaksi menjadi
produk yang irreversibel yaitu AGEs advanced glycosylation end products. AGEs
merupakan penanda modifikasi protein akibat reaksi gula pereduksi terhadap
asam amino. Akumulasi AGEs di berbagai jaringan merupakan sumber utama
radikal bebas sehingga mampu berperan dalam meningkatkan stres oksidatif,
serta terkait dengan patogenesis komplikasi DM Sufriyana, 2010.
Pada patogenesis retinopati diabetik, AGEs dapat merubah integritas dan
struktur dinding kapiler melalui induksi sitokin, growth factor dan peningkatan
stres oksidatif. Secara in vitro, setelah sel endotel retina dipaparkan dengan
AGEs, terjadi kelebihan produksi VEGF melalui induksi stres oksidatif, dan
abnormalitas eNOS. Peningkatan akumulasi AGE juga ditemukan pada basement
membrane dan perisit retina tikus yang 8 bulan dibuat DM. Pemberian AGE‐
albumin eksogen pada hewan non‐DM menyebabkan terjadinya penebalan
pembuluh darah retina dan hilangnya perisit retina. Pada manusia terjadi
peningkatan akumulasi AGE yang terdistribusi di sekitar pembuluh darah retina
penderita DM dan akumulasi meningkat sesuai keparahan retinopatinya Peppa
Universitas Sumatera Utara
dan Vlassara, 2005.
4.7
Gambaran Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dengan Retinopati Diabetik
Berdasarkan hubungan lama menderita DM dengan retinopati diabetik
tampak bahwa DM yang telah dialami rerata selama 11,22 tahun sebanyak 23
orang tidak mengalami retinopati diabetik. Dan pasien yang telah menderita DM
rerata selama 16,57 tahun sebanyak 7 orang mengalami retinopati diabetik.
Berdasarkan uji statistik didapatkan p = 0,05, ini berarti semakin lama menderita
DM semakin tinggi risiko menderita retinopati diabetik p 0,05 Tabel 4.9 dan
4.10.
Tabel 4.9 Distribusi lama menderita diabetes melitus dengan retinopati
diabetik Retinopati
diabetik N
Mean Std.deviasi
Std.error mean
Negatif 23
11,22 6,403
1,335 Lama
DM Positif
7 16,57
4,614 1,744
Tabel 4.10 Analisis hubungan lama menderita diabetes melitus dengan
retinopati diabetik dengan Uji T
Lama DM
Df Sig.2
‐tailed Equal
variances assumed 28
0,05
Penelitian ini ditujukan kepada penderita DM yang sudah mengalami DM
Universitas Sumatera Utara
5 tahun dengan tujuan untuk melihat timbulnya komplikasi retinopati diabetik. Berdasarkan
data yang diperoleh bahwa retinopati diabetik kemungkinan akan muncul
setelah menderita DM 5 tahun. Penelitian yang dilakukan Yanko menunjukkan
prevalensi retinopati diabetik dialami sebanyak 23 setelah menderita
DM selama 11–13 tahun, 60 menderita retinopati setelah menderita DM
16 tahun dan 3 dari seluruh penderita telah mengalami retinopati diabetik
tipe PDR Rosenblatt dan Benson, 2004. Penelitian Klein menunjukkan bahwa
setelah 10 tahun menderita DM tipe 2, 67 pasien mengalami retinopati, dan
10 dari seluruh penderita telah mengalami retinopati diabetik tipe PDR Rosenblatt
dan Benson, 2004. Timbulnya dan derajat retinopati lebih terkait dengan
lama menderita DM daripada berat DM, meskipun HbA1c terkontrol baik Sanders
dan Graham, 1995. DM
merupakan suatu penyakit metabolik, sering disebut juga sebagai The Great
Imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan. Retinopati diabetik merupakan komplikasi
DM jangka panjang, mekanisme terjadinya retinopati membutuhkan waktu
yang lama. Retinopati diabetik merupakan salah satu komplikasi DM dengan
mekanisme terjadinya kerusakan dan sumbatan kapiler pada retina akibat
beberapa mekanisme yaitu peningkatan glikasi non‐enzimatik dengan hasil
akhir yaitu ADGEs yang toksik bagi jaringan, dan irreversibel, mekanisme polyol
pathway activity menghasilkan sorbitol dan fruktosa yang bersifat menyerap
air sehingga terjadi pembengkakan dan kerusakan endotel, pelepasan faktor
vasoproliferatif oleh retina, terjadi disfungsi endotel, membran basalis,
Universitas Sumatera Utara
kolagen dan otot polos, serta efek reologi. Semakin lama menderita DM,
mekanisme tersebut terus berlangsung dan menyebabkan kerusakan endotel
serta pembentukan trombus yang menimbulkan komplikasi.
4.8 Gambaran Hubungan Umur Dengan Retinopati Diabetik