Hasil Perhitungan Koloni Bakteri dengan Metode TPC

36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

4.1.1. Hasil Perhitungan Koloni Bakteri dengan Metode TPC

Berdasarkan hasil inokulasi sampel pada media NA, tampak beberapa koloni bakteri seperti tampak pada gambar berikut. Gambar 4.1 Pertumbuhan Bakteri pada Media NA dengan konsentrasi 10 -3 dan 10 -4 Pada gambar 4.1 terlihat beberapa koloni bakteri yang berbentuk bulat, berwarna putih dan tersusun tidak beraturan. Koloni yang terbentuk merupakan hasil dari pertumbuhan bakteri dari media NA yang merupakan media universal. Pada media NA dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri untuk menentukan jumlah bakteri yang tumbuh, tetapi dengan cara ini tidak dapat menentukan jenis bakterinya. Setiap koloni dalam lempeng agar dihitung, kemudian untuk menentukan jumlah koloni bakteri pada setiap sampel, dilakukan perhitungan sesuai rumus perhitungan koloni sehingga didapatkan hasil jumlah bakteri pada setiap sampel cilok yang dapat dilihat pada tabel berikut. Pengenceran 10 -3 Pengenceran 10 -4 Tabel 4.1 Jumlah Koloni Setiap Sampel Sesuai Rumus Sampel Konsentrasi Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 10 -1 ~ 97 x 10 1 ~ ~ ~ 10 -2 68 x 10 2 57 x 10 2 ~ 64 x 10 2 24 x 10 2 10 -3 38 x 10 3 25 x 10 3 23 x 10 3 50 x 10 3 19 x 10 3 10 -4 7 x 10 4 6 x 10 4 8 x 10 4 19 x 10 4 12 x 10 4 Kontrol Keterangan: ~: terlalu banyak untuk dihitung Kontrol: Media NA yang dicampur dengan NB Sehingga apabila dihitung menggunakan rumus Coloni Form Unit, akan didapatkan jumlah rerata bakteri pada masing-masing sampel adalah sebagai berikut. Tabel 4.2 Interpretasi Penghitungan pada Setiap Sampel Sampel Rata-Rata Jumlah Bakteri CFUgram Keterangan 1 2,2 x 10 4 Tidak melebihi ambang batas 2 3,3 x 10 3 Tidak melebihi ambang batas 3 8 x 10 3 Tidak melebihi ambang batas 4 2,8 x 10 4 Tidak melebihi ambang batas 5 1,2 x 10 4 Tidak melebihi ambang batas Keterangan: CFU : Coloni Form Unit Sampel 1 : SDN Cirendeu 01 Sampel 2 : SDN Cempaka putih 03 Sampel 3 : SDN Cirendeu 02 Sampel 4 : SDN Cempaka Putih 02 Sampel 5 : SDN Pisangan 01 Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa pada sampel 4 memiliki hasil rata-rata jumlah bakteri tertinggi dibandingkan dengan sampel lain, yaitu 2,8 x10 4 CFUgram,dan hasil terendah terdapat pada sampel 2 sebesar 3,3 x10 3 CFUgram. Berdasarkan pedoman kriteria cemaran pada pangan siap saji dan pangan industri rumah tangga dari BPOM tahun 2012 cilok dimasukkan ke dalam kategori makanan tepung dan olahannya yang memiliki ambang batas cemaran maksimum 1 x 10 5 kolonig menggunakan parameter Uji ALT Angka Lempeng Total, dengan kondisi seperti ini dapat dinyatakan bahwa semua sampel cilok yang diuji layak untuk dikonsumsi karena hasil dari uji ALT semua sampel tidak melebihi ambang batas. 37 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziah Riska R. 2013 dengan menggunakan 13 sampel cilok dan 30 sampel bakso, penelitian ini menggunakan metode TPC. Hasil dari penelitian diperoleh 92 sampel cilok dan 70 sampel bakso memiliki kandungan TPC diatas ambang batas maksimum menurut standart SNI yaitu melebihi 1 x 10 5 CFUg dengan hasil kandungan TPC tertinggi pada sampel 39 sebesar 10 10 CFUg, sehingga dapat disimpulkan ternyata sebanyak 70 sampel cilok tidak layak dikonsumsi. Penelitian lain dilakukan oleh Wariyah Chatarina dan Dewi Sri H. 2014 yang meneliti 134 sampel makanan dan minuman yang termasuk didalamnya cilok pada sekolah dasar di Kabupaten Kulon Progo menggunakan metode Angka Lempeng Total ALT diperoleh hasil bahwa dari 134 sampel yang diteliti, sebanyak 51,06 pada makanan dan 58,07 pada minuman sampel PJAS dinyatakan tidak memenuhi syarat. Menurut keputusan dirgen POM No. 03726BSKVII89 tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam makanan. Penelitian yang dilakukan oleh Aref 2016 yang meneliti 15 sampel bakso bakar menggunakan metode TPC Total Plate Count diperoleh hasil bahwa sebanyak 53,33 dari total sampel bakso bakar memiliki kandungan TPC diatas ambang batas maksimum yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia SNI 01-3818-2009, artinya lebih dari setengah sampel yang diteliti tidak layak dikonsumsi. Menurut Riyanto Agus dan Abdillah A. D. 2012 faktor yang mempengaruhi kandungan Escherichia coli pada makanan jajanan SD di Cimahi Selatan seperti makanan cakue, cireng, cilok, mi goreng, dan sosis goreng dengan pengukuran variabel penjamah makanan, peralatan, bahan makanan, penyajian, dan sarana penjualan dengan metode observasi dan wawancara serta uji pemeriksaan bakteriologik. Hasil penelitian diperoleh hanya 4 variabel yang berhubungan bermakna dengan kandungan bakteri Escherichia coli yaitu kebersihan orang yang mengolah makanan, peralatan makanan, bahan makanan, dan sarana penjualan makanan. Dari hasil analisa tersebut, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai higienitas dan sanitasi pada penjual dan lingkungan penjualan makanan jajanan cilok.

4.1.2 Identifikasi Bakteri terhadap Sampel dengan Media Spesifik dan