Identifikasi Bakteri Escherichia coli Pada Es Batu yang Dijual Warung Nasi di Kelurahan Pisangan Tahun 2015

(1)

IDENTIFIKASI BAKTERI

Escherichia coli

PADA ES

BATU YANG DIJUAL WARUNG NASI DI KELURAHAN

PISANGAN TAHUN 2015

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Naftalena Dwi Putri

NIM: 1112103000012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan nikmat-Nya. Shalawat serta salam tak lupa kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Alhamdulillah berkat rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada Es Batu yang Dijual Warung Nasi di Kelurahan Pisangan Tahun 2015”

Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keseharatan UIN Jakarta,

2. dr. Achmad Zaki, S.Ked, M.Epid, SpOT selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter beserta segenap dosen prodi yang selalu membimbing dan memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku Penanggung Jawab Modul Riset Program

Studi Pendidikan Dokter 2012.

4. dr. Intan Keumala Dewi, SpMK selaku pembimbing pertama yang selalu memberikan masukan, arahan dan bimbingan dalam menyusun penelitian ini. Selalu menerima dengan terbuka saat saya datang bimbingan ke tempat beliau. Selain itu juga selalu memberikan semangat dan motivasi di setiap bimbingannya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini tepat waktu.

5. dr. Nurmila Sari, M.Kes selaku pembimbing kedua saya yang selalu memberikan masukan dan arahannya dalam menyusun penelitian ini. Senantiasa menyemangati serta membantu saya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya kurang pahami pada penelitian ini. 6. Ibu Yuliati, S.Si, M.Biomed atas ijin dan bantuanya atas peminjaman lab


(6)

vi

7. Ibu Novi selaku laboran lab mikrobiologi UIN atas bantuan dan arahanya selama di lab mikrobiologi.

8. Para penjaga lab mikrobiologi UIN dalam bantuan peminjaman laboratorium mikrobiologi.

9. Para satpam kampus 2 Psikologi UIN Jakarta atas bantuanya dalam bentuk perijinan peminjaman laboratorium mikrobiologi.

10.Kedua orang tua saya tercinta, Dwi Wahyono S.E dan Almh Hj. Eti Heriwati yang selalu mendukung baik secara materi dan moril serta mendoakan saya demi kelancaran penelitian ini.

11. Adik-adik saya Saffanah Fauziyah, Nafisa Qolbaini, dan Elok Dwi Permata atas dukunganya dalam penelitian ini.

12.Anggota keluarga saya lainya, Asri Wahyuningtyas, Irfan Dewanto, dan Supini yang telah mendukung saya secara moril dan sebagai penyemangat saya dalam menuntaskan penelitian ini.

13.Saudara sepupu saya Layalia Qodri yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini saat pengambilan sampel.

14.Teman sekelompok dan seperjuangan penelitian saya yaitu Octafika H., Zulfikar T., Nindya P. yang telah menyemangati, membantu, dan berjuang bersama di dalam penelitian ini hingga akhir.

15.Teman PSPD 2012 atas dukungan dan doanya kepada saya saat penelitian ini.

16.Semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa kepada saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Kritik dan saran yang membangun sangat membantu demi terwujudnya laporan penelitian yang lebih baik dan bermanfaat untuk masyarakat. Akhir kata, semoga segala bantuan yang diberikan dalam penelitian ini akan mendapat balasan, barokah dan ridho dari Allah SWT. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Ciputat, 9 Oktober 2015


(7)

vii

Naftalena Dwi Putri. Identifikasi Bakteri Escherichia coli Pada Es Batu yang Dijual Warung Nasi di Kelurahan Pisangan Tahun 2015

Abstrak

Es batu merupakan produk pangan yang sering dikonsumsi di Indonesia. Hal tersebut didukung letak geografis Indonesia yang merupakan negara tropis. Es batu yang dijual di Indonesia hingga saat ini belum memiliki peraturan mengenai nilai baku mutu. Es batu yang memiliki kualitas yang rendah dapat menimbulkan penyakit, salah satu penyakitnya adalah diare. Es batu yang dapat menimbulakn diare adalah es batu yang mengandung bakteri patogen salah satunya yaitu Escherichia coli (E. coli). Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan kualitas es batu berdasarkan segi mikrobiologi. Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil dari pengujian adalah 66,7% sampel mengandung E. coli dan 88,9% sampel memiliki nilai MPN diatas ambang batas. Kesimpulan penelitian ini adalah 88,9% es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan memiliki kualitas kurang baik berdasarkan indikator mikrobiologi yaitu koliform 0/100 ml dan E. coli 0 koloni.

Kata kunci: diare, E. coli, es batu, koliform

Naftalena Dwi Putri. Identification Escherichia coli bacteria In

Restauran’s Ice Cubes At Pisangan 2015 Abstract

Ice cubes were food products which frequently consumed in Indonesian. It is because the geography of Indonesia was tropic country. Ice cubes were sold in Indonesia have not regulation about quality of the product until now and it is make the quality of ice cubes still unclear. Ice cubes which have low quality can make disease, the one of disease was diarrohea. Ice cubes that can make diarrohea disease was that have pathogenic bacteriaon it, the one bacteria is E.coli. This study’design was a descriptive. The result showed that 66,7% samples positif have E. coli and 88,9% samples have MPN value above the quality standarts. The conclution of this study was that 88,9% ice cubes in restaurant on Distric Pisangan have not good enough of standards quality based on microbiological indicators were coliforme 0/100 ml and E. coli 0 colony.


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv

KATA PENGANTAR...v

Abstrak ... vii

Abstract ... vii

BAB 1. Pendahuluan ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1.Tujuan Umum ... 3

1.3.2.Tujuan Khusus ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1.Manfaat Bagi Peneliti ... 3

1.4.2.Manfaat Bagi Perguruan Tinggi ... 3

1.4.3.Manfaat Bagi Masyarakat ... 3

BAB 2. Tinjauan Pustaka ... 4

2.1.Landasan Teori ... 4

2.1.1.Morfologi dan Klasifikasi Eschericia coli... 4

2.1.2.Patogenesis E.coli ... 4

2.1.3.Es Batu ... 7

2.1.4.Kualitas Air Minum ... 10

2.1.5.Uji Identifikasi koliform dan E. coli ... 11

2.1.5.1.Uji MPN... 11

2.1.5.2.Uji biokimia IMViC dan Gula-gula... 12

2.1.5.3.Pewarnaan Gram... 14

2.2.Kerangka Teori ... 15

2.3.Kerangka Konsep... 15

2.4.Definisi Operasional ... 16

BAB 3. Metode Penelitian ... 17

3.1.Desain Penelitian ... 17

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.2.1.Lokasi Penelitian ... 17

3.2.2.Waktu Penelitian... 17

3.3.Populasi dan Sampel ... 17

3.4.Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 17

3.4.1.Kriteria Inklusi ... 17

3.4.2.Kriteria Ekslusi ... 17

3.5.Variabel... 18

3.5.1.Variabel Bebas ... 18

3.5.2.Variabel Terikat ... 18

3.6.Alat dan Bahan ... 18


(9)

3.6.2.Bahan Penelitian ... 18

3.7.Alur Penelitian ... 19

3.8.Cara Kerja Penelitian ... 19

3.8.1.Tahap Persiapan ... 19

3.8.2.Pengambilan Sampel ... 20

3.8.3.Uji MPN... 20

3.8.4.Uji Identifikasi E. coli... 21

3.9.Managemen Data ... 23

BAB 4. Hasil dan Pembahasan ... 24

4.1. Hasil Uji MPN ... 24

4.2. Hasil Pewarnaan Gram LB ... 26

4.3. Hasil Uji EMBA ... 27

4.4.Hasil Pewarnaan Gram dari Isolasi EMBA ... 28

4.5.Hasil Uji IMViC ... 29

4.6.Hasil Uji Gula- gula ... 31

4.7.Persentase Hasil ... 34

4.7.1.Persentase Koliform dan E. coli ... 34

4.7.2.Persentase Kualitas Es Batu... 35

4.8.Keterbatasan Penelitian ... 36

4.9.Aspek Keislaman ... 36

BAB 5. Kesimpulan dan Saran ... 37

5.1.Kesimpulan ... 37


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Definisi Operasional ... 16

Tabel 4.1. Hasil Uji MPN ... 25

Tabel 4.2. Hasil Pewarnaan Gram LB ... 26

Tabel 4.3. Hasil Inokulasi EMBA ... 28

Tabel 4.4. Hasil Pewarnaan Gram EMBA ... 29

Tabel 4.5. Hasil Uji IMViC... 30

Tabel 4.6. Hasil Uji gula-gula ... 32

Tabel 4.7. Tabel Rangkuman Keseluruhan Uji ... 33


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Uji MPN sebelum inkubasi ... 24

Gambar 4.2. Uji MPN setelah inkubasi ... 24

Gambar 4.3. Hasil Gram LB dengan pembesaran 100x ... 27

Gambar 4.4. Koloni hasil inokulasi EMBA ... 27

Gambar 4.5. Hasil Gram EMBA degan pembesaran 100x ... 28

Gambar 4.6. Hasil uji IMViC setelah inokulasi ... 30


(12)

DAFTAR SINGKATAN cAMP : Siklik adenosin monofosfat

E.coli : Eschericia coli

EMBA : Eosin Methylen Blue Agar

IMViC : Indol, Methyl red, Vogus proskauer, Citrate

LB : Lactose broth

ml : Mili liter

MPN : Most Probable Number


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Alat dan Bahan... 38

Lampiran 2. Langkah-langkah Uji MPN ... 40

Lampiran 3. Langkah-langkah Pewarnaan Gram ... 41

Lampiran 4. Tabel MPN Seri 3 Tabung ... 42

Lampiran 5. Persyaratan Kualitas Air Minum ... 43


(14)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka teori ... 15 Bagan 2.2. Kerangka Konsep... 15 Bagan 3.1 Alur penelitian. ... 19


(15)

1 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

WHO (2013) menyatakan bahwa penyakit diare merupakan penyebab kedua kematian pada anak-anak di dunia. Dengan jumlah 780 juta anak di dunia, dilaporkan anak dengan umur kurang dari 5 tahun memiliki angka kejadian diare terbesar yaitu mencapai 760.000 per tahun. Negara berkembang memiliki angka kejadian diare lebih banyak dibandingkan dengan negara maju.1

Penyakit diare masih menjadi fokus masalah kesehatan di Indonesia karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dari tahun 2000-2010 memiliki kecenderungan insidensi diare yang meningkat. Pada tahun 2000, kejadian penyakit diare yaitu 301 /1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 / 1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan pada tahun 2010 menjadi 411/100 penduduk.2

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 prevalensi periode diare yaitu 9,0% di seluruh Indonesia sedangkan mengenai pola penyebab kematian semua umur, penyakit diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Berdasarkan data mengenai penyakit menular maka diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia.

Banten termasuk ke dalam lima provinsi yang memiliki angka insidensi diare tertinggi di Indonesia. Provinsi Banten memiliki insidensi diare pada semua umur sebesar 2,4% sedangkan insidensi diare pada balita sebesar 6,3%.2

Penyebab penularan diare tertinggi berasal dari makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri.1 Di Indonesia makanan dan minuman yang beredar harus sesuai dengan nilai baku mutu yang ditetapkan oleh Depkes RI. Berdasarkan ketetapan tersebut terdapat indikator-indikator untuk menilai baku mutu pangan, salah satu indikatornya yaitu dalam hal mikrobiologi. Dalam indikator mikrobiologi, terdapat bakteri-bakteri tanda


(16)

2

kontamiansi pangan. Beberapa bakteri tanda kontaminan pangan yaitu

Salmonella, coliform dan Eschericia coli (E. coli).3 E. coli dan

Rotavirus.merupakan agen penyebab tersering terjadinya penyakit diare.1 Es batu merupakan salah satu produk pangan pelengkap sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut didukung oleh kondisi geografis Indonesia yaitu terletak garis katulistiwa sehingga Indonesia termasuk negara tropis, negara tropis memiliki suhu lingkungan yang hangat. Karena hal tersebut masyarakat Indonesia sering menggunakan es batu sebagai produk pangan pelengkap. Es batu merupakan produk pangan pelengkap karena cara penyajianya ditambah dengan minuman.

Hingga saat ini di Indonesia, nilai baku mutu untuk produk es batu masih belum ada karena usaha es batu masih tergolong usaha skala kecil dan usaha rumah tangga, sehingga kualitasnya belum terjamin.4,5

Salah satu industri rumah tangga yang menjual es batu adalah warung nasi. Umumnya warung nasi yang ada adalah warung nasi sederhana terutama di daerah Kelurahan Pisangan, Tangerang Selatan. Pada kelurahan Pisangan terdapat Universitas UIN yang memiliki banyak mahasiswa, oleh karena itu di sekitarnya menjamur warung nasi. Warung nasi yang terdapat di Kelurahan Pisangan merupakan warung nasi sederhana sehingga higienitas dan sanitasinya belum diketahui.

Saat ini belum ada penelitian yang meneliliti es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan pada tahun 2015, oleh karena latar belakang tersebut maka peneliti melakukan penelitian Identifikasi E. coli pada es batu di warung nasi Kelurahan Pisangan Tahun 2015.

1.2.Rumusan masalah

Apakah es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan mengandung E. coli ?


(17)

3

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Mengetahui kualitas es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan secara mikrobiologi.

1.3.2.Tujuan Khusus

Mengetahui es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan mengandung bakteri E.coli.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1.Manfaat Bagi Peneliti

a. Melatih kemampuan diri dalam menyusun dan melakukan penelitian.

b. Melatih kemampuan bekerja di unit laboratorium.

c.Menjawab pertanyaan peneliti mengenai kualitas es batu di Kelurahan Pisangan.

d. Sebagai syarat untuk kelulusan pendidikan preklinik Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.

1.4.2. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

a. Menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya di FKIK UIN yang terkait.

b. M6bah publikasi ilmiah dalam bidang mikrobiologi klinik bagi civitas FKIK UIN.

c. M6bah informasi bagi civitas FKIK UIN tentang kualitas es batu di Kelurahan Pisangan.

1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat

a. Memberikan informasi baru kepada masyarakat tentang kualitas es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan.

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pembuatan dan pengolahan es batu yang baik.


(18)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

2.1.1. Morfologi dan Klasifikasi Eschericia coli

E.coli merupakan bakteri Gram negatif yang memiliki

morfologi kokobasil atau batang pendek, tidak membetuk spora, bermotil dan dapat mengasilkan gas dari glukosa.6 E.coli meiliki ukuran 0,4µm – 0,7µm x 1,4µm dan memiliki strain yang berkapsul.7E. coli memiliki kompleks antigen yang teridiri dari antigen O, K, dan H.8

Menurut Melnick Jawetz mengenai klasifikasi bakteri E. coli yaitu7:

Kingdom: Bakteria Fillum: Proteobacteria Kelas: Gammaproteobacteria Ordo: Enterobacteriales Famili: Enterobactericeae Genus: Eschericia

Spesies: Eschericia coli

2.1.2. Patogenesis E.coli

Bakteri E. coli merupakan flora normal yang ada di dalam kolon manusia.9 Umumnya E. coli tidak menyebabkan suatu penyakit pada manusia tetapi pada beberapa kondisi tertentu, bakteri

E. coli dapat menimbulkan penyakit yaitu bila jumlah koloni terlalu

banyak, E. coli hidup di luar habitatnya atau keadaan manusia sebagai pejamu yang lemah karena suatu kondisi seperti mengalami penyakit imunosupresan.

Manifestasi E. coli pada manusia bergantung dari tempat infeksi tarjadi, oleh sebab itu patogenesis E. coli dibedakan berdasarkan letak organnya yaitu menjadi infeksi ekstraintestinal dan intraintestinal.8


(19)

5

2.1.2.1. Patogenesis E. coli di ekstraintestinal

Pada patogenesis ekstraintestinal, E. coli dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, sepsis, dan penyakit lainya. Pada infeksi saluran kemih, E. coli menjadi penyebab tersering dengan prevalensi mencapai 90% terutama pada penderita wanita.7 Gejala dan tanda-tandanya infeksi saluran kemih yaitu sering berkemih, disuria, hematuria, dan piuria. Pada infeksi saluran kemih yang letaknya dibagian atas maka akan timbul pula gejala nyeri pinggang dan demam yang sangat tinggi yaitu mencapai lebih samadengan 39oC. antigen yang cukup berperan dalam infeksi saluran kemih bagian atas yaitu antigen K, sedangkan antigen O hamper berpran pada seluruh infeksi. Antigen H berperan pada kejadian nefropatogenik akibat infeksi E. coli.7

Selain infeksi saluran kemih, E. coli juga dapat menyebabkan sepsis yang dapat mengancam nyawa. E. coli menjadi penyebab sepsis nosokomial yang cukup tinggi yaitu prevalensinya mencapai 15%. Sepsis akibat E. coli sebagain besar diakibatkan oleh endoktoksin kelompok sepsis enteropatogenesis E. coli (SEPEC) yang rata-rata menunjukan resistensi.8

Pada infeksi lainya, E. coli dapat pula menyebabkan infeksi vesica vellea serta duktus,apendisitis dan meningitis pada bayi prematur.8

2.1.2.2. Patogenesis E. coli di intraintestinal

Pada intestinal, E. coli sering menyebabkan penyakit diare. Diare yang disebakan oleh E. coli sangat beragam macamnya, bergantung dari jenis maupun gejala klinis yang timbul. Perbedaan tersebut terjadi karena E. coli memiliki


(20)

6

beberapa kelompok dengan kemampuan virulensi yang berbeda-beda berdasarkan dari endotoksi yang dihasilkan.

Endotoksin dari strain E.coli yang patogen dapat menyebabkan diare berat pada semua kelompok usia. Endotoksin strain E. coli yang dihubungkan dengan diare yaitu:

1. Enteropatogenik E.coli (EPEC): menyebabkan diare pada bayi dan anak di negara berkembang.7 Jenis diare yang ditimbulkan yaitu diare encer yang dapat sembuh sendiri tetapi dapat menjadi kronik. Mekanisme EPEC dapat menimbulkan manifestasi yaitu mulanya EPEC menempel pada mukosa intestinal lalu dibantu dengan kromosom pada EPEC, maka perlekatan akan semakin meningkat dan mengakibatkan merusaknya mikrovili yang ada pada mukosa intestinal.7

2. Enterotoksigenik E.coli (ETEC): ETEC adalah penyebab

umum terjadinya “diare wisatawan” dan juga penyebab diare

yang sangat penting pada bayi di negara berkembang.7 Strain bakteri ini menghasilkan toksin LT (termolabil) dan toksin ST (termostabil) saat bakteri ini melekat pada mukosa usus manusia sehingga menyebabkan secretory diarrhea seperti pada kolera. Toksin yang dihasilkan akan masuk ke mukosa intestinal lalu mempengaruhi fungsi sel dengan cara aktivasi adenilil siklase lalu setelah itu akan meningkatkan konsentrasi cAMP lokal.7 Konsentrasi cAMP yang meningkat akan mengakibatkan hipersekresi air dan klorida yang banyak dan lama. Akibat hipersekresi tersebut maka fungsi reabsorpsi natrium dan juga membuat intestinal teregang, akibat peregangan tersebut maka akan terjadi hipermotilitas maka terjadilah diare.

3. Enteroinvasif E.coli (EIEC): Menimbulkan penyakit diare disentri yang mirip eperti shigelosis. EIEC menimbulkan


(21)

7

penyakit dengan cara menginvasi sel epitel mukosa intestinal sehingga menimbukan lesi inflamasi dan juga ulkus.8 Penyakit ini terjadi paling sering pada anak-anak di negara berkembang dan pada pengunjung negara-negara tersebut. Seperti Shigella, strain EIEC tidak memfermentasikan laktosa atau memfermentasi laktosa dengan lambat dan nonmotil.

4. Enteroagregatif E. coli (EAEC): EAEC dapat menyebabkan diare akut dan kronik dengan durasi rata-rata > 14 hari dan sering terjadi pada masyarakat di negara berkembang. EAEC juga menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui makanan di negara industri.7 Mekanisme EAEC hingga sampai menimbulkan manifestasi yaitu dibantu dengan fimbrea, organism ini melekat pada sel epitel mukosa intestinal lalu mengeluarkan toksin yang hampir serupa dangan tipe SL dan hemolisin. Ciri diare yang ditimbulkanya yaitu watery

diarrhe dan bahkan hingga diare berdarah.8

5. Enterohemoragik E. coli (EHEC): strain bakteri ini menghasilakan ve rotoksin sehingga menyebabkan kolitis hemoragik (diare berdarah).5 Jumlah koloni O157:H7 yang dapat menimbulkan gejala penyakit cukup rendah yaitu 101/g 102/g dan umumnya menyerang kelompok balita, manula, dan orang yang memiliki kekebalan tubuh rendah. Sanitasi yang baik, memasak daging sapi sampai suhu 65oC dan menyimpan panganan di lemari es pada suhu 4oC atau kurang adalah cara untuk mengontrol E.coli.5

2.1.3. Es Batu

Es batu merupakan salah satu jenis produk pangan yang terbuat dari air yang dibekukan hingga Es batu merupakan hasil pembekuan air minum mencapai suhu 0oC


(22)

8

sehingga menjadi massa yang padat dan berbentuk seperti kristal.10 Terbentuknya massa yang padat dikarenakan salah satu molekul air yaitu hidrogen akan bergerak lambat pada suhu 0oC sehingga molekul hidrogen yang satu tidak mampu memutuskan ikatanya dengan molekul hidrogen lainya. Kerapatan ikatan antar molekul hidrogen tersebut mengakibatkan air berubah wujud menjadi padat, dan karena air berwarna jernih sehingga gambaran warnanya seperti kristal.10

Umumnya es batu memiliki berbagai macam manfaat, salah satu manfaatnya yaitu sebagai pelengkap yang disajikan bersamaan dengan air minum, oleh sebab itu es batu termasuk jenis produk pangan pelengkap. Tujuan ditambahkanya es batu dalam minuman yaitu untuk menimbulkan sensasi dingin dan segar, hal tersebut berhubungan dengan suhu rerata di Indonesia dimana Indonesia merupakan negara tropis sehingga memiliki suhu yang hangat. Karena hal tersebut masyarakat Indonesia cukup sering mengkonsumsi es batu.

Es batu memiliki suhu yang rendah sehingga aktivitas bakteri termasuk bakteri patogen dapat menurun atau berhenti. Hal tersebut disebabkan karena metabolisme bakteri membutuhkan bantuan enzim dimana aktivitas kerja enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Karena hal tersebut es batu dianggap relatif aman, tetapi pada beberapa penelitian terdahulu mengenai es batu, masih terdapat bakteri patogen pada es batu yang beredar di pasaran. 4

2.1.3.1. Bakteri dalam Es Batu

Berdasarkan penelitian di Hongkong, adanya bakteri patogen pada es batu dikarenakan permukaan pembungkus es batu yang digunakan


(23)

9

kemungkinan telah tercemar, selain itu saat pendistribusian es batu yang kurang baik dan bersih pun memungkinkan bakteri patogen terdapat pada es batu. Air yang digunakan sebagai bahan baku es batu pun memegang peranan penting adanya bakteri patogen pada es batu, jika air bahan baku yang digunakan tidak higienis dan baik maka bakteri patogen dapat terdapat di dalam es batu tersebut. Konsumsi es batu yang mengandung bakteri patogen dapat menimbulkan penyakit pada manusia, terutama penyakit enterik.11

Bakteri yang dijadikan indikator dalam pencemaran es batu adalah koliform dan E.coli.5, 11 menurut hasil penelitian, E.coli yang terkandung dalam es tidak akan mati dalam proses pembekuan, sehingga saat es tersebut mencair dapat memungkinkan E.coli hidup kembali.10, 11.

Hingga saat ini, belum ada peraturan pemberian izin atau rekomendasi kelayakan usaha es batu yang baku ditinjau dari segi higienis dan sanitasi. Hal tersebut dikarenakan usaha es batu masih dalam skala kecil dan merupakan usaha rumah tangga, sehingga higienis dan sanitasinya masih diragukan. Kualitas es batu yang baik ditinjau dari bahan baku, cara distribusi, dan penyajian yang higienis dan memenuhi standar sanitasi.10 Pada beberapa penelitian es batu, indikator mikrobiologi yang digunakan adalah indikator nilai baku mutu air minum karena dianggap setara.11


(24)

10

2.1.4. Kualitas Air Minum

Hingga saat ini air merupakan zat yang sangat krusial bagi keberlangsungan kehidupan mahkluk hidup. Karena pentingnya air bagi mahkluk hidup maka pasoka air harus mudah diakses, memadai dan aman.12 Sehingga manusia harus melakukan upaya untuk mendapatkan air yang aman tersebut. Salah satu air yang dianggap aman adalah air bersih, air bersih dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai macam hal yaitu untuk memasak, mencuci, mandi, dan juga minum.

Definisi air minum berdasarkan Permenkes 01/PRT/M/2009 Pasal 1 menyatakan bahwa air minum adalah air yang memalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Sumber air adalah salah satu faktor yang menentukan bhwa air tersebut layak minum atau tidak. Sumber air minum dibedakan menjadi dua jenis yaitu air tanah dan air permukaan.13 Air tanah adalah air yang berada di dalam tanah dan untuk mengabilnya harus dilakukan pemboran dahulu. air permukaan adalah air berada di atas permukaan tanah dan sering dijumpai, salah satu contoh air permukaan adalah air sungai, waduk, ataupun danau.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 736 tahun 2010 maka sumber air minum dapat diperoleh dari air minm kemasan, air minum yang didistribusikan melalui pipa dan air yang didistribusikan melalui tanki air. Jenis-jenis air minum tersebut harus memenuhi syarat nilai baku mutu yang telah ditetapkan.3

Di Indonesia air minum memiliki nilai baku mutu tersendiri dalam dalam menentukan kelayakannya. Nilai baku mutu dari air minum diatur oleh Permenkes RI Nomor


(25)

11

492/PERMENKES/PER/IV/2010.3 Salah satu aspek yang dilihat pada nilai baku mutu adalah indikator mikrobiologi. Pada indikator tersebut dinyatakan bahwa APM koliform 0/100 ml dan E. coli 0 kolon/ ml sehingga bila bakteri pada air minum leih dari nilai baku mutu maka dapat dinyatakan air minum tersebt tidak layak minum.5

2.1.5. Uji Identifikasi Koliform dan E. coli 2.1.5.1.Uji MPN

Metode yang digunakan dalam identifikasi kolifom pada air minum umumnya menggunakan metode uji Most Probable Number (MPN). Pada metode tersebut terdiri dari presumtif test (uji praduga) dan confirmed test (uji peneguhan).14 Pada uji MPN dapat mendeteksi keberadaan bakteri koliform, bakteri gram negatif, dan bakteri basil non-spora yang dapat menfermentasi laktosa dengan inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.15

Presumtif test media yang digunakan pada

uji ini adalah LB(LB). LB adalah media untuk penanaman Salmonella dan bakteri koliform yang berasal dari makanan dan minuman. LB merupakan media pre-enrichmen bagi Salmonella dan koliform, dimana umumnya bakteri tersebut jumlahnya sedikit pada sampel sehingga sulit dideteksi. Hasil dari tahap presumtif test adalah nilai MPN dimana nilai MPN merupakan jumlah perkiraan unit tumbuh

(growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony

formin unit) dalam sampel.14 Namun pada umunya

nilai MPN juga diartikan sebagai jumlah inividu bakteri yang ada pada sampel dengan satuan yang digunakan adalah per 100 ml atau per gram.


(26)

12

Salmonella dan koliform memilki

kemampuan untuk menfermentasi laktosa.16 Adanya bakteri koliorm pada uji ini ditunjukan yaitu media menjadi keruh dan terdapat gas pada tabung durham sebab bakteri koliform dapat menfermentasi laktosa (beberapa bakteri enterik tidak dapat menfermentasi laktosa) dan menghasilkan gas.

Pada Presumtif test dilakukan dengan tiga tingkat pengenceran dengan seri tiga tabung yaitu 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml lalu diinkubasi selama ± 48 jam dalam suhu 35oC.14

Confirmed test bertujuan untuk

memastikan hasil dari uji sebelumnya bahwa bakteri yang tumbuh bukanlah bakteri nonkoliform yang bukan merupana indikator dari pencemaran fekal. Sehingga pada confirmed test dibutuhkan media yang selektif dan diferensiasi. Terdapat dua jenis media yang memenuhi kriteria tersebut yaitu media Endo Agar dan Eosin Methylen Blue Agar (EMBA).16

EMBA memiliki kandungan metilen biru dimana zat tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif sehingga yang tumbuh hanya bakteri Gram negatif saja. Selain itu EMBA memiliki kondisi yang asam sehingga hal tersebut membuat kompleks presipitat dan menimbulkan warna hijau kilap logam pada E. coli dimana bakteri E. coli indikator coliform fekal.16

2.1.5.2. Uji Biokimia IMViC dan Gula-gula

Pada bakteri E. coli uji biokimia yang umunya dilakukan adalah uji gula-gula dan uji


(27)

13

IMViC. Uji biokimia ini bertujuan untuk mengetahui sifat dari bakteri karena setiap bakteri memiliki sifat yang bermacam-macam sehingga dapat ditentukan hingga tingkatan spesies.

Pada uji gula-gula digunakan 5 jenis yaitua glukosa, laktosa, maltose, manitol dan sukrosa. Pada uji gula-gula akan didapatkan hasil positif karena E. coli dapat menfermentasikan gual-gula sehingga hasil fermentasi tersebut adalah asam dan gas. Asam dapat terlihat dengan adanya perubahan warna pada media yaitu dari ungu menjadi kuning keruh dan adanya gas dapat dilihat di tabung durham.

Pada uji IMViC pada E. coli terdapat lima rangkaian uji yaitu uji indol, motil, merah metal, VP, dan sitrat. Pada uji indol E. coli dapat membentuk indol sebab dapat menfermentasi triptofan sebagai sumber karbonya. Pada uji indol maka akan didapatkan hasil positif yaitu terentuknya cincin merah jika ditambahkan reagen kovac. Pada uji motil, menggunakan media yang sama yaitu indol, E. coli memiliki fimbrae sebagai alat gerak sehingga pada uji ini akan didaptkan hasil yang postif dengan ditandai gambaran mnjalar pada media.

Uji methyl red (MR), E. coli dapat

menghasilkan asam metilen glikon dari proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam media MR sehingga hasilnya akan positif dimana hal tersebut akan ditunjukan dengan perubahan warna media menjadi merah saat ditetekan indikator MR.

Pada uji VP maka bakteri E. coli akan menunjukan hasil yang negatif sebab bakteri tidak


(28)

14

menghasilkan produk netral seperti asetil metil karbinol (asetoin) dari hasil metabolisme glukosa melainkan menghasilkan asam sehingga saat ditetekan alfanaftol dan KOH tidak terjadi perubahan warna media menjadi merah.

Uji sitrat jika yang diduga adalah bakteri

E. coli maka akan didapatka hasil yang negatif

sebab E. coli tidak dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon maka medianya akan tetap berwarna hijau.

Sehingga pada keseluruhan uji IMViC akan didapatkan hasil Indol akan positif, motil positif, Uji Merah metal akan positif, Voges-proskauer akan negatif dan uji Citrate akan negatif.15

2.1.5.3. Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan diferensiasi sebab pewarnaan ini dapat membedakan sifat bakteri berdasarkan Gram menggunakan dua zat warna. Pada pewarnaan Gram maka akan tampak sifat Gram yaitu positif apabila warna bakteri ungu dan negatif apabila warna bakteri adalah merah. Selain sifat, pewarnaan Gram juga dapat menunjukan morfologi dari bakteri yaitu basil, kokus, kokobasil, diplokukos dan spora.15,17


(29)

15

2.2. Kerangka Teori

Bagan 2.1. Kerangka Teori

2.3.Kerangka Konsep


(30)

16

2.4. Definisi Operasional

Tabel 2.1. Definisi Operasional

Varia

bel Definisi Cara ukur

Alat

Ukur Hasil ukur

Skala

Es batu

Air yang didinginkan dengan suhu dibawah 0oC hingga menjadi beku.

(-) (-) (-)

Kategorik

E.coli

Bakteri dengan morfologi batang pendek Gram (-). Umunya sebagai flora normal di kolon manusia.

1.Pewarnaan Gram 2. Uji IMViC 3. Uji gula-gula

(-)

1. Bentuk batang pendek sifat Gram (-) 2. Uji Indol akan positif, Uji Merah metal akan positif, Voges-proskauer akan negatif dan uji Citrate akan negatif.14 3. Uji gula-gula positif mengandung gas.

Kategorik

Uji MPN

Uji yang bertujuan mengetahui jumah bakteri koliform dan keberadaan E.coli pada sampel air. Terdiri dari tiga tahap yaitu:

1. Presumtive test

dengan media LB

2.Confirmed test

dengan media EMBA 3.Completed test:

Pewarnaan Gram, uji IMViC, uji gula-gula.

1.Presumtive test:

melihat kekeruhan pada media dan gas pada tabung durham.

2.Confirmed test:

tumbuh koloni bakteri pada media EMBA

3.Completed test:

pewarnaan Gram diamati dengan mikroskop Oympus Japan, perubahan warna pada media

(-)

1. Media LB menjadi keruh dan terdapat gas pada tabung durham. 2.Tumbuh koloni dengan

warna hijau dengan kilap logam.

3. Bentuk batang pendek sifat Gram (-) pada pewarnaan, Uji Indol +, uji MR +, VP -, Sitrat -. Uji gula-gula positif mengandung gas.


(31)

17 BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif.18 Penelitian ini menggunakan beberapa metode identifikasi bakteri. Metode identifikasi bakteri dengan teknik Most Probable Number (MPN), pewarnaan Gram, kultur media spesifik, uji Indol, Metil merah, Vogus Proskauer, Sitrat (IMViC), dan uji gula-gula.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada Bulan Juli-September 2015.

3.3. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah es batu dengan populasi warung nasi di Kelurahan Pisangan. Metode pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling.19 Jumlah sampel yang diambil adalah 9 sampel.

3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.4.1. Kriteria Inklusi

Semua jenis es batu yang dijual warung nasi di wilayah Kelurahan Pisangan.

3.4.2. Kriteria Ekslusi

a. Es batu yang telah tercampur dengan minuman. b. Es batu yang cairkan lebih dari 24 jam sebelum diuji.


(32)

18

3.5. Variabel

3.5.1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan.

3.5.2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah bakteri E.coli yang tumbuh pada media.

3.6. Alat dan Bahan 3.6.1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian yaitu :

Tabung reaksi; Ose; Bunsen; Mikro pipet; Pinset; Cawan petri Korek api; Spatula kaca; Kapas; Tisu; Kamera; Pengukur waktu; Baki;

Autoclave; Alat tulis; Label; Incubator; Pot steril; Gelas objek;

Mikroskop; Vortex mixer; Kapas lidi steril; Tabung durham; Lemari steril; Lemari pendingin (refrigerator); Freezer; Stomacher; Timbangan; Magnetic stire.

3.6.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

Es batu yang dijual di warung nasi Kelurahan Pisangan; Eosin Metylen

Blue Agar; Alkohol 70%; Gentian violet; Lugol; Alkohol 95%;

Safranin; NaCl fisiologis steril; Lactose Broth, uji gula-gula (gukosa, laktosa, latosa, sukrosa,maltosa), uji Indol, Metil merah, Vogus proskauer, Sitrat (IMViC).


(33)

19

3.7. Alur Penelitian

Bagan 3.1. Alur Penelitian

3.8. Cara Kerja Penelitian 3.8.1. Tahap Persiapan

3.8.1.1.Persiapan Alat dan Bahan

Peneliti memersiapkan alat dan bahan yang telah disebutkan sebelumnya untuk melakukan penelitian ini.

3.8.1.2. Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat dan bahan yang telah dipersiapkan dicuci hingga bersih, lalu dikeringkan. Siapkan tabung reaksi lalu masukan LB 10 ml pada semua tabung dan masukan tabung


(34)

20

durham dan pastikan tidak ada udara setelah itu tutup dengan kapas. Sterilkan alat-alat dan tabung reaksi dengan menggunakan autoclave yang bertekanan 15dyne/cm3 (1 atm) dengan suhu 121oC.

3.8.2. Pengambilan Sampel

Warung nasi yang dipilih oleh penelitian adalah warung nasi sederhana yang berada di Kelurahan Pisangan. Keadaan warung nasi berdasarkan kebersihanya yaitu ada beberapa yang kurang dan juga cukup baik. Kebersihan warung nasi dinilai dari sumber air yang digunakan untuk mencuci alat makan dan cara penyajian makanan.

Es batu yang telah diambil, selanjutnya dipindahkan di wadah plastik anti panas yang sudah di sterilkan dengan autoclave. Setelah itu es batu diletakan hingga mencair pada suhu ruangan. Pencairan es batu harus kurang dari 24 jam sebelum dilakukan uji MPN.

3.8.3. Uji MPN

Pada sampel air, digunakan teknik Most Probable Number (MPN) dalam pengujian untuk mendeteksi bakteri koliform. Terdapat dua langkah dalam teknik MPN yaitu presumtive test dan confirmed test.14 Pengujian presumtive test menggunakan seri tiga tabung dan tiga tingkat pengenceran.

3.8.3.1. Presumtive Test

Siapkan 9 tabung pyrex steril untuk satu sampel yang masing-masing diberi label. Panaskan mulut tabung lalu masukan 10 ml Lactose Broth (LB) dengan menggunakan pipet ke dalam tabung lalu masukan 10 ml sampel larutan pengenceran 10-1 dan kocok perlahan. Panaskan mulut tabung lalu masukan 10 ml LB dengan menggunakan pipet ke dalam tabung lalu masukan 1 ml sampel larutan pengenceran 10-2 dan


(35)

21

kocok perlahan. Panaskan mulut tabung lalu masukan 10 ml LB dengan menggunakan pipet ke dalam tabung lalu masukan 0,1 ml sampel larutan pengenceran 10-3 dan kocok perlahan. Inkubasi tabung selama 24-48 jam dengan suhu 350C. Hasil

presumtive test dikatakan positif apalabila terdapat gas pada

tabung durham. Pengujian selalu disertai dengan kontrol positif yaitu koloni E. coli dan control negatif yaitu aquades steril.14

3.8.3.2.Confirmed Test

Dari tabung yang positif gas pada presumtive test dipindahkan menggunakan jarum inokulasi ke dalam media EMBA secara aseptik. Inkubasikan pada suhu 35-37 ± 0,50C selama 24±2jam. Uji dikatakan positif bila terdapat koloni kehijauan dengan kilap logam.15

3.8.4. Uji Identifikasi E. coli 3.8.4.1. Uji Biokimia IMViC

Dalam menentukan jenis bakteri E.coli maka dilakukan uji biokimia IMViC (Indol, Metil merah, Voges Praskauer dan Sitrat).

1. Uji Indol akan terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada permukaan biakan setelah p6bahan reagen erlich. Hal tersebut menunjukan hasil positif dan menguatkan kemungkinan adanya bakteri E. coli karena E. coli merupakan bakteri yang dapat membentuk indol dari triptofan sebagai sumber karbonnya.

2. Uji methyl red, jika diduga terdapat E. coli maka hasilnya

akan positif karena terjadi perubahan warna menjadi merah setelah ditambahkan indikator methyl red. Artinya, bakteri ini mengahasilkan asam campuran dari proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam medium MR-VP.


(36)

22

3. Uji VP, jika diduga pada sampel terdapat E. coli maka hasilnya akan negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium setelah ditambahkan alfanaftol dan KOH, hal ini disebabkan karena bakteri tidak menghasilkan produk netral seperti asetil metil karbinol (asetoin) dari hasil metabolisme glukosa melainkan menghasilkan asam. Uji PV ini negatif untuk Escherichia coli karena Escherichia coli memfermentasikan karbohidrat menjadi produk asam dan tidak menghasilkan produk netral seperti asetoin. 4. Uji Sitrat, uji ini dilihat kemampuan bakteri untuk

menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Uji ini negatif untuk Escherichia coli karena Escherichia coli tidak dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon Pernyataan hasil dari uji deteksi Escherichia coli pada uji IMViC memberikan hasil yaitu uji Indol akan positif, Uji Merah metal akan positif, Voges-proskauer akan negatif dan uji Citrate akan negatif.14,17

3.8.4.2. Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram dilakukan dengan cara yaitu buat preparat apus bakteri dengan cara apuskan satu ose NaCl fisiologis steril pada gelas objek, lalu ambil satu ose biak bakteri dari Agar Darah, kemudian dibuat apus setipis mungkin, dikeringkan dan difiksasi di atas api bunsen. Preparat apus ditetesi pewarna pertama dengan gentian violet selama 5 menit, warna dibuang dan bilas dengan air, ditetesi lugol selama 1 menit lalu dibuang dan dibilas, kemudian preparat apus diteteskan dengan alkohol 95% secepatnya. Selanjutnya alkohol dibuang dan dibilas dengan air, dan diberi pewarna kedua dengan safranin selama 2 menit dan warna kemudian dibuang dan dibersihkan dengan air. Keringkan preparat dengan tisu lalu


(37)

23

beri 1 tetes imersi oil dan diamati morfologi sel, serta warnanya di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x.15

3.9. Managemen Data

Data diperoleh dari hasil pemeriksaan es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan. Berdasarkan hasil pemeriksaan secara mikrobiologi diketahui jumlah koliform dan ada atau tidaknya E. coli pada sampel. Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan narasi.


(38)

24 BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji MPN

Uji MPN merupakan uji untuk mengetahui jumlah bakteri koliform baik fekal oral maupun non-fekal oral yang terkandung dalam suatu sampel yang diuji dan dinyatakan per 100ml. Uji MPN menggunakan media LB dengan tiga tingkat pengenceran yaitu 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml dan tiga seri tabung per sampelnya. Tabung yang telah berisikan sampel dan LB selanjutnya diinkubasi selama ± 48 jam dalam suhu 35oC.

Gambar 4.1. Uji MPN sebelum diinkubasi

Gambar 4.2. Uji MPN setelah inkubasi

Uji MPN dinyatakan positif bila setelah inkubasi terjadi perubahan kekeruhan cairan dan juga terbentuk gas pada tabung durham sedangkan uji MPN dinyatakan negatif apabila tidak terjadi kekeruhan dan atau tidak terdapat gas pada tabung durham.5 Media LB dapat positif karena bakteri yang tumbuh adalah bakteri yang dapat menfermentasi laktosa dan juga menghasilkan gas.


(39)

25

Pengujian MPN pada 9 sampel yang diperiksa memiliki hasil yang beragam yang ditunjukan pada tabel 4.1.Hasil uji MPN akan dianalisis menggunakan tabel MPN seri 3 tabung yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional (BSN) tahun 2009 untuk melihat jumlah koliform. Karena sampel yang digunakan adalah es batu dimana es batu belum memiliki nilai baku mutu tersendiri di Indonesia maka peneliti beracuan pada nilai baku mutu air minum yang layak konsumsi berdasarkan Permenkes RI Nomor 492/PERMENKES/PER/IV/2010.3, 11

Tabel 4.1. Hasil Uji MPN

Hasil analisis dengan tabel MPN maka dapat dilihat bahwa sampel yang memiliki jumlah koliform terbanyak yaitu sampel nomor 5 dan 6 dengan nilai 1100/100 ml, sedangkan sampel yang memiliki jumlah koliform paling sedikit yaitu sampel nomor 8 dengan nilai <3.6/100 ml. Sedangkan hasil analisis mengenai kelayakan es batu tersebut, maka dari 9 sampel yang diperiksa hanya satu sampel yang memenuhi kriteria kelayakan secara mikrobiologi yaitu sampel nomor 8 dengan nilai <3.6/100ml. Pada kriteria tersebut dinyatakan bahwa jumlah koliform 0 MPN/100 ml. Sampel nomor 8 memiliki nilai jumlah koliform yaitu <3.6/100ml dengan batas bawah 0/100 ml dan batas atas 9,5/100 ml (batas kepercayaan 95%) sehingga sampel nomor 8 masih masuk dalam kisaran nilai baku mutu yaitu 0/100 ml. Pada

No

Lactose Broth 48 jam suhu 35C

Tabung Positf

Indeks MPN Per 100ml

Batas kepercayaan 95%

10 ml 1ml 0,1ml

A B C A B C A B C Bawah Atas

1 + + + - - + - - - 3-1-0 43 9 180 2 + + + + + - - - - 3-2-0 93 18 420 3 + + + + - + + - - 3-2-1 150 37 420 4 + + + + + + - - - 3-3-0 240 42 1000 5 + + + + + + + + - 3-3-2 1100 180 4100 6 + + + + + + + - + 3-3-2 1100 180 4100 7 + + + - - - + - + 3-0-2 64 17 180 8 - - - 0-0-0 <3.6 0 9,5 9 + + + + + - + - + 3-2-2 210 40 430


(40)

26

sampel yang lainya (kecuali sampel nomor 8) dinyatakan tidak layak sebab hasilnya melebihi dari kisaran nilai baku mutu yang ditetapkan.

Pada penelitian lainya, hasil dari uji MPN pada es batu menunjukan hasil bahwa 88,9% sampel tidak layak berdasarkan nilai baku mutu yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut yaitu air bahan baku es batu yang diolah kurang baik seperti tidak direbus dengan baik sehingga masih mengandung bakteri, cara distribusi hingga ke tangan konsumen yang kurang bersih, dan cara penyajian es batu yang pada umumnya di warung akan dicuci kembali menggunakan air yang tidak layak minum.4

4.2. Hasil Pewarnaan Gram LB

Pewarnaan Gram dilakukan pada tabung uji MPN dengan hasil positif. Peneliti menetapkan kriteria pewarnaan Gram yaitu pada satu sampel diambil 2 tabung yang positif dengan gas terbanyak. Setelah pewarnaan Gram maka hasil diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100x dengan minyak imersi.

Tabel 4.2. Hasil Pewarnaan Gram pada LB

No

Pewarnaan Gram LB Sifat Kokobasil Kokus Batang

panjang Diplokokus

Kokus berantai

1 Gram - + + - - +

2 Gram - + + + - -

3 Gram - + - + + -

4 Gram - + + - - -

5 Gram - + + - - -

6 Gram - + + - - -

7 Gram - + + + - -

8 Gram - + + - + -

9 Gram - + + + - -

Berdasarkan hasil yang terdapat di tabel 4.2. dapat dilihat bahwa jenis bakteri yang ada cukup bervariatif berdasarkan morfologinya yaitu ada bentuk seperti kokobasil, kokus, batang panjang, diplokokus, dan kokus


(41)

27

berantai. Ke9 sampel yang diperiksa semuanya tampak mangandung bakteri lebih dari satu jenis. Dari 9 sampel yang ada, keseluruhanya mengandung bakteri Gram negatif karena tampak bakteri berwarna merah, dan bentuknya kokobasil. Pada semua sampel tidak tampak bakteri Gram positif karena media LB merupakan media spesifik untuk Gram negatif.

Gambar 4.3. Hasil Gram LB tampak dengan mikroskop pembesaran 100x. Tampak bakteri dengan bentuk beragam.

4.3. Hasil Uji EMBA

Hasil inoklasi pada media EMBA menghasilkan koloni berwarna kehijauan dengan bintik hitam ditengah koloni dan kilap logam dikarenakan EMBA mengandung eosin dan metilen biru yang menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif sehingga bakteri yang tumbuh terseleksi hanya bakteri bersifat Gram negatif. EMBA pun memiliki kandungan laktosa sehingga bakteri Gram negatif yang tumbuh pun akan terdiferensiasi berdasarkan sifatnya yang dapat meragi laktosa.20, 21

Pada uji EMBA hanya 8 sampel yang diuji didapatkan koloni bakteri yang bervariatif berdasarkan warnanya, yaitu ada koloni bakteri dengan warna kilap logam, koloni ungu dengan inti hitam yang merupakan koloni dari bakteri Enterobacter aerogenes dengan batang Gram negatif, dan koloni yang takberwarna merupakan bakteri Pseudomonas aeruginosa yang memiliki sifat Gram negatif bentuk batang.7, 22


(42)

28

Tabel 4.3. Uji Inokulasi EMBA

No Kilap logam

Ungu inti hitam

Tak Berwarna

1 + + +

2 - - +

3 - + -

4 + + +

5 + + -

6 + - +

7 + + -

8 Tidak dilakukan

9 + + -

TOTAL POSITIF

6 6 4

Pada tabel 4.3. diketahui bahwa sebanyak 6 sampel yang menghasilkan koloni bakteri kilap logam dari 8 sampel yang diuji, koloni kilap logam diduga bahwa sampel tersebut mengandung bakteri E.coli. Sebanyak 6 sampel dari 8 sampel yang diuji memiliki koloni bakteri bewarna ungu dengan inti kehitaman dan 4 sampel memiliki koloni bakteri tak berwarna. Pada tahap pengujian ini dapat dinyatakan bahwa 6 sampel dari 8 sampel yang diuji terindikasi kuat mengandung E.coli.

4.4. Hasil Pewarnaan Gram dari Isolasi EMBA

Hasil dari pewarnaan Gram dari isolasi EMBA menunjukan dominasi bakteri bentuk kokobasil dengan sifat Gram negatif.

Gambar 4.5. Hasil Gram EMBA dari koloni bakteri kilap logam yang tampak pada mikroskop pembesaran 100x terlihat dominai bakteri kokobasil Gram


(43)

29

Tabel 4.4. Hasil Pewarnaan Gram EMBA

Berdasarkan tabel 4.4. hasil yang di dapat yaitu 8 sampel menunjukan sifat bakteri Gram negatif ditandai dengan warna bakteri yang merah. Bakteri dengan sifat Gram negatif menunjukan warna merah karena bakteri tersebut memiliki dinding sel yang tipis sehingga warna yang terserap adalah warna sekunder yaitu saffranin.7 Setiap sampel memiliki bermacam-macam jenis bakteri secara morfologi dan semua sampe memiliki bakteri dengan bentuk kokobasil, ciri tersebut merupakan ciri bakteri E.coli dan jenis tersebut mendominasi pada 8 sampel yang dianalisis.

Menurut Apriana dkk (2014) pada jurnal ilmiah yang membahas tentang identifikasi bakteri enterik pada es batu didapatkan hasil dari pewarnaan Gram pada koloni hijau dengan kilap logam adalah Gram negatif dengan bentuk batang pendek bakteri tersebut adalah E. coli.10

4.5. Hasil Uji IMViC

Berdasarkan uji sebelumnya maka uji IMViC dilakukan pada 6 sampel dari total 9 sampel, hal tersebut dikarenakan hanya 6 sampel yang memenuhi kriteria dari uji IMViC pada penelitian ini. Kriteria uji IMViC pada penelitian ini yaitu koloni kilap logam pada EMBA dan bakteri bersifat Gram negatif bentuk kokobasil. Uji IMViC terdiri dari 5 rangkain uji yaitu uji indol dan motil, uji methyl red (MR), uji vogus proskaur (VP),

No

Pewarnaan Gram EMBA Sifat Kokobasil Kokus Batang

panjang

Kokus berantai 1 Gram - + + - + 2 Gram - + + - - 3 Gram - + + + - 4 Gram - + + + - 5 Gram - + + + - 6 Gram - + - - - 7 Gram - + - + - 8 Tidak dilakukan


(44)

30

dan uji sitrat. Pada uji ini, fokus identifikasinya yaitu bakteri E. coli. Hasil dari uji IMViC di presentasikan pada tabel 4.5

Gambar 4.6. Hasil Uji IMViC setalah inkubasi

Tabel 4.5. Hasil Uji IMViC

Uji IMViC

No Indol Motil MR VP Sitrat Interpretasi Suspek Bakteri

1 + + - - + Proteus vulgaris, Escherichia

coli, Enterobacter aerogenes

2 Tidak dilakukan 3 Tidak dilakukan

4 + + - - + Proteus vulgaris, Escherichia

coli, Enterobacter aerogenes

5 + + + - + Escherichia coli

6 + + - - + Proteus vulgaris, Escherichia

coli, Enterobacter aerogenes

7 + + - - + Proteus vulgaris, Escherichia

coli, Enterobacter aerogenes

8 Tidak dilakukan

9 + + - - + Proteus vulgaris, Escherichia

coli, Enterobacter aerogenes

Berdasarkan tabel 4.5. menyatakan bahwa hasil uji IMViC pada kelima sampel memiliki hasil yang sama yaitu Indol positif, motil positif, MR negatif, VP negatif dan sitrat positif kecuali pada sampel nomor 5 dimana hasil uji MR positif. Hasil uji IMViC dan juga uji sebelumnya pada kelima sampel yang hasilnya sama (sampel nomor 1-9 kecuali sampel nomor 2, 3, 5, 8) maka selanjutnya dianalisis bakterinya, yaitu Proteus


(45)

31

vulgaris, Escherichia coli, Enterobacter aerogenes. Pada sampel nomor 5

maka hasil analisis kemungkinan bakterinya yaitu Escherichia coli.22

Pada uji IMViC ini,terdapat 5 sampel yang hasilnya tidak spesifik menunjukan bakteri E. coli, kemungkinanya hal tersebut dapat terjadi karena bakteri yang tumbuh di media EMBA bukan dalam bentuk koloni E. coli saja sehingga saat dilakukan uji IMViC yang tumbuh hasilnya bervarasi dikarenakan bakteri yang tumbuh tercampur dengan bakteri koliform.

4.6. Hasil Uji Gula-gula

Uji gula-gula merupakan salah satu uji bokimia untuk mengidentifikasi bakteri koliform dengan cara mengetahui kemampuan bakteri tersebut menfermentasi karbohidrat. Uji gula-gula yang digunakan dalam penelitian ini adalah glukosa, laktosa, maltosa, manitol, dan sukrosa..15

Gambar 4.7. Hasil Uji gula-gula setelah inkubasi

Pada uji gula-gula, kriteria sampel yang diuji pada penelitian ini sama dengan uji IMViC yaitu koloni bakteri yang memiliki warna kilap logam pada media EMBA. Dari 9 sampel yang ada maka hanya diambil 6 sampel yang diuji gula-gula karena hanya ke6 sampel tersebut yang memenuhi kriteria uji gula-gula. Hasil uji gula-gula ditampilkan pada tabel 4.6. beserta analisis bakteri.


(46)

32

Tabel 4.6. Uji Gula-gula

Uji Gula-gula No Glukosa

(kuning)

Laktosa (ungu)

Maltosa (merah)

Manitol (hijau)

Sukros

(biru) Bakteri

1 +/gas +/gas +/gas +/gas +/gas E. coli 2 Tidak dilakukan

3 Tidak dilakukan

4 +/gas +/gas +/gas +/gas +/gas E. coli 5 +/gas +/gas +/gas +/gas +/gas E. coli 6 +/gas +/gas +/gas +/gas +/gas E. coli 7 +/gas +/gas +/gas +/gas +/gas E. coli 8 Tidak dilakukan

9 +/gas +/gas +/gas +/gas +/gas E. coli

Hasil uji gula-gula yang terlihat pada tabel 4.6. yaitu 6 sampel yang diuji semuanya positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna media dari ungu menjadi kuning keruh dan adanya gas pada tabung durham, hal tersebut merupakan ciri-ciri bakteri E.coli pada uji gula-gula.


(47)

33


(48)

34

4.7.Persentase Hasil

4.7.1. Persentase Koliform dan E. coli

Berdasarkan hasil yang didapatkan setelah dilakukan berbagai uji pada sampel maka dapat diketahui bahwa beberapa sampel mengandung koliform dan ada pula yang tidak.

Untuk mengetahui jumlah koliform yang ada maka diambil dari hasil uji MPN dinama fungsi dari uji MPN adalah untuk mendeteksi adanya bakteri koliform baik yang fekal maupun nonfekal yang ada pada sampel.

Hasil dari uji MPN dikelompokan oleh peneliti menjadi dua yaitu, kelompok sampel yang mengandung koliform 0/ 100ml dan kelompok sampel yang mengandung koliform > 0/ 100ml. Hal tersebut didasari oleh syarat nilai baku mutu yang telah ditetapkan Permenkes RI dimana kualitas air minum yang baik adalah air yang mengandung koliorm 0/ 100ml.

Persentase Koliform 0/100 ml = Jumlah sampel dengan hasil MPN 0/100 ml x 100% / Total jumlah sampel

Persentase Koliform 0/100 ml = 1 sampel x 100% /9 sampel = 11,1% Persentase Koliform>0/100 ml = Jumlah sampel dengan hasil

MPN>0/100 ml x100% / Total jumlah sampel

Presentase Koliform > 0/100 ml = 8 sampel x 100% / 9 sampel = 88,9%

Berdasarkan persentase di atas maka sampel yang memiliki jumlah koliform pada uji MPN 0/ 100ml adalah 11,1% dan sampel yang memiliki jumlah koliform > 0/100 ml adalah 88,9%. Pada penelitian lainya, didapatkan hasil yang serupa yaitu 88,9% sampel yang diperiksa memiliki jumlah koliform melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan.10

Berdasarkan hasil dari seluruh rangkaian uji maka dapat diketahui jumlah sampel yang positif mengandung E. coli dan yang tidak. Hasil akhirnya selanjutnya disajikan dalam bentuk persentase. Terdapat dua kelompok persentase yaitu persentase sampel yang


(49)

35

mengandung E. coli dan sampel yang tidak mengandung E. coli. Hasil persentase sampel yang positif mengandung E. coli adalah 66,7% dan sampel yang negatif mengandung E. coli adalah 33,3%.

Persentase positif E. coli = Jumlah sampel dengan hasil positif E. coli x 100% / Total jumlah sampel

Persentase positif E. coli = 6 sampel x 100% / 9 sampel = 66,7% Persentase negatif E. coli = Jumlah sampel dengan hasil negatif E. coli x 100% / Total jumlah sampel

Persentase negatif E. coli = 3 sampel x 100% / 9 sampel = 33,3%

4.7.2. Persentase Kualitas Es Batu

Setalah semua rangkaian uji telah dilakukan maka dapat diketahui kualitas dari sampel yaitu dalam penelitian ini adalah es batu. Kualitas es batu pada penelitian ini dilihat dari indikator secara mikrobiologi. Pada peraturan yang dikeluarkan oleh Permenkes RI 2010 bahwa indikator mikrobiologi meliputi jumlah koliform dan E. coli yang terkandung. Dinyatakan dalam peraturan tersebut bahwa koliform haruslah 0/100 ml dan E. coli 0 baru dinyatakan kualitas air minum tersebut baik atau layak konsumsi. Hasil dari persentase yaitu kualitas es batu yang kurang baik sebesar 88,9% dan persentase kualitas es batu yang baik adalah 11,1%.

Presentase es batu kualitas kurang baik = Jumlah sampel dengan koliform > 0/100 ml dan positif E. coli x 100% /Total jumlah sampel.

Presentase es batu kualitas kurang baik = 8 sampel x 100% / 9 sampel = 88,9 %

Presentase es batu kualitas baik = Jumlah sampel es batu dengan koliform 0/100 ml dan negatif E. coli x 100% / Total jumlah sampel Presentase es batu kualitas kurang baik = 1 sampel x 100% /9 sampel = 11,1 %


(50)

36

4.8. Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan alat yang ada di Laboratorium Mikrobiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Keterbatasan biaya penelitian.

3. Keterbatasan data warung nasi yang ada di Kelurahan Pisangan. 4.9. Aspek Keislaman

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat

di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena

sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” QS Al-Baqarah 2: 168

Pada ayat ini menerangkan tentang makanan yang halal dan baik. Kita sebagai umat islam diperintahkan memakan makanan yang halal, baik dari sumber makanannya ataupun cara mendapatkan makanan tersebut. Selain ditinjau dari aspek kehalalan, kita pun diperintahkan untuk memakan makanan yang baik karena tidak semua makanan yang halal itu baik, salah satu contohnya yaitu es batu yang kualitasnya kurang baik. Kualitas es batu yang kurang baik tersebut dapat menimbulkan penyakit bagi orang yang mengkonsumsinya. Oleh sebab itu penting sekali bagi kita selaku umat islam meninjau makanan yang kita makan tidak hanya dari aspek kehalalan tapi juga aspek tayyiban.


(51)

37 BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah didapat dari uji-uji yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan berupa:

1. Es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan 66,7% positif mengandung E. coli.

2. Kualitas es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan berdasarkan indikator mikrobiologi, maka 88,9% kurang baik dan tidak layak konsumsi sedangkan 11,1% memiliki kualitas yang baik dan layak konsumsi.

5.2. Saran

1. Dapat lebih lanjut menganalisi lebih dalam mengenai air bahan baku es, proses pembuatan es, cara pendistribusian dan cara penyajain es batu.

2. Dapat lebih lanjut mengidentifikasi bakteri-bakteri lain yang ada selain dari E. coli.

3. Dapat menggunakan media yang lebih spesifik untuk E. coli pada penelitian selanjutnya.


(52)

38

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Articel Journal. Dalam: Diarrhea disease.Geneva: WHO; 2013. Diakses pada tanggal 1 Maret 2015 dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/

2. Kemenkes RI. Situasi Diare di Indonesia. Dalam: Buletin Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI; 2011. p 1-9

3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Persyaratan Kualitas Air Minum. Dalam: Permenkes RI Nomor 492/PERMENKES/PER/IV/2010. Jakarta: Menkes RI; 2010. Diakses pada tanggal 1 Maret 2015 dari http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/53_Permenkes%20492.pdf

4. Hadi B, Elizabeth B. Uji Bakteriologis Es Batu Rumah Tangga yang digunakan Penjual Minuman di Pasar Lubuk Buaya Kota Padang [Skripsi]. Padang: Jurnal Kesehatan Andalas; 2014

5. Standar Nasional Indonesia. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Pangan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional; 2009.

6. Seputro D. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: EGC; 2005

7. Jawetz M, Melnick R, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC; 2008. p 199-200

8. Keyser F, Kurt A. Medical Microbiology. London: Thieme; 2005. p 292-295

9. FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher; 2010. p 195-198

10.Apriana N, Agus S, Tri N. Analisis Bakteri Patogen Enterik Pada Produk Es Batu Yang Dipasarkan Di Kota Surabaya. Dalam Jurnal Ilmiah Biologi. Surabaya: Universitas Airlangga; 2014

11.Food and Environmental Hygiene Department. The Microbiological Quality Of Edible Ice from Ice Manufacturing Plants and Retail Businesses in Hong Kong. Queensway: The Government of the Hong Kong Special Administrative Region; 2005

12.World Health Organization. Guideline for Drinkin Water Quality 4th Edition. Geneva: WHO; 2005


(53)

39

13.Moeller DW. Enviromental Health. England: Harvard University Press; 2005

14.Standar Nasional Indonesia. Metode Pengujian Cemaran Mikroba dalam Daging, Telur, dan Susu, Serta hasil Olahanya. Jakarat: Badan Standarisasi Nasional; 2008.

15.Cappuccino JG, Natahlie Sherman. Microbiology A Laboratory Manual Edition 9th. California: The Benjamin Cummings Publishing Company; 2012. p 323-327

16.Anonimus. Media Lactose Broth. Washington DC: Acumedia Inc;

2006.diakses pada Tanggal 7 April 2015 dari

http://www.neogen.com/Acumedia/pdf/ProdInfo/7141_PI.pdf

17.Anathanarayan R, Paniker CKJ. Text Book of Microbiologi 7th. Himayatnagar: Orient Longman Private Ltd; 2006. p 35-46

18.Sopiyudin M. Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009. p 45-53

19.Sopiyudin M. Besar Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009. p 74-79

20.Cheeptham N. Eosin Methylene Blue Agar. Canada: Thompson Rivers University; 2012. Diakses pada tanggal 8 April 2015 dari

http://www.microbelibrary.org/library/laboratory-test/2871-eosinmethylene-blue

21.BPOM RI. Info POM. Dalam Pengujian Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia; 2008

22.Tille PM, Endrew A, Ellen WC, dkk. Bailey & Scotts Diagnostic Microbiology 13th Edition. Washington DC: Elsevier; 2010. p 605-611 23.Leboffe MJ, Pierce BE. Brief Microbiology Laboratory Theory &


(54)

38

LAMPIRAN 1 Alat dan Bahan

Kulkas penyimpanan

bahan uji

Luminar Air Flow

Alat-alat untuk uji MPN Oven dan Inkubator

Mikropipet Kulkas Kaca objek

Reagen erlich Alcohol 70% dan NaCl

steril


(55)

39

Besi sangga

Mikroskop Magnetic stirer

Timbangan digital Autoklaf

Tabung reaksi Media uji gula-gula dan IMViC


(56)

40

LAMPIRAN 2

Langkah-langkah Uji MPN


(57)

41

LAMPIRAN 3

Langkah-langkah Pewarnaan Gram


(58)

42

LAMPIRAN 4

Tabel MPN Seri Tiga Tabung


(59)

43

LAMPIRAN 5


(60)

44

LAMPIRAN 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Naftalena Dwi Putri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 02 Oktober 1993

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Cimanggu Permai II jl. Tarumanegara blok C2 No. 8

No. Telepon/ HP : 0813-8772-7233

Email : naftalenadwi@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1998 - 2000 : TK Kartini, Cirebon

2000 - 2006 : SDIT As-salam, Bogor

2006 - 2009 : SMP Bina Insani, Bogor

2009 - 2012 : SMA Bina Insani, Bogor

2012 - sekarang :Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu


(61)

(1)

Langkah-langkah Uji MPN


(2)

Langkah-langkah Pewarnaan Gram


(3)

Tabel MPN Seri Tiga Tabung


(4)

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Naftalena Dwi Putri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 02 Oktober 1993

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Cimanggu Permai II jl. Tarumanegara blok C2 No. 8

No. Telepon/ HP : 0813-8772-7233

Email : naftalenadwi@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1998 - 2000 : TK Kartini, Cirebon

2000 - 2006 : SDIT As-salam, Bogor

2006 - 2009 : SMP Bina Insani, Bogor

2009 - 2012 : SMA Bina Insani, Bogor

2012 - sekarang :Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu


(6)

Dokumen yang terkait

Identifikasi escherichia coli pada air minum isi ulang dari depot di Kelurahan Pisangan dan Cirendeu tahun 2015

2 13 69

Analisis cemaran bakteri coliform dan identifikasi escherichia coli pada es batu kristal dan es balok di Kelurahan Cibubur Jakarta Timur Tahun 2016

10 70 91

Identifikasi Bakteri Escherichia coli dan Shigella sp. pada Cilok yang Dijual di Lingkungan SD Negeri di Kelurahan Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka putih

4 18 85

Analisa Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

44 382 78

Analisa Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 1 12

Analisa Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 1 2

Analisa Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 4

Analisa Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 4 17

Analisa Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 4

IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia colli PADA ES BATU YANG DIJUAL DI WARUNG DAERAH SUTOREJO SURABAYA

0 0 15