8
CAC Codex Alimentarius Commission dan Indonesia mengatur maksimum penggunaan alitam pada berbagai produk pangan berkisar antara 40 - 300 mgkg
produk dan Cara Produksi Pangan yang Baik CPPB pada sediaan pemanis buatan BPOM 2004; GSFA 2008.
2. Asesulfam K
Asesulfam K atau garam kalium dari 6-methyl-1,2,3-oxathiazin-43H-one- 2,2-dioxide memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 200 kali tingkat kemanisan
sukrosa tetapi tidak berkalori dan ADI 15 mgkg berat badan. Kombinasi penggunaan asesulfam K dengan asam aspartat dan natrium siklamat bersifat sinergis dalam
mempertegas rasa manis gula Lipinski Hanger 2001; BPOM 2004. CAC mengatur maksimum penggunaan asesulfam K pada berbagai produk
pangan berkisar antara 110 - 5000 mgkg produk dan CPPB pada sediaan pemanis buatan. Indonesia mengatur maksimum penggunaan asesulfam K pada berbagai
produk pangan berkisar antara 110 - CPPB BPOM 2004; GSFA 2008.
3. Aspartam
Aspartam atau L-aspartil-fenilalanin metil ester memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 60 - 220 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar
0,4 kkalg atau setara dengan 1,67 kJg dan ADI 50 mgkg berat badan Butcho et al. 2001; BPOM 2004.
CAC mengatur maksimum penggunaan aspartam pada berbagai produk pangan berkisar antara 300 - 10.000 mgkg produk dan CPPB pada sediaan pemanis
buatan. Indonesia mengatur maksimum penggunaan aspartam pada berbagai produk pangan berkisar antara 110 hingga CPPB BPOM 2004; GSFA 2008.
4. Isomalt
Isomalt merupakan campuran dari 6- α-D-glucopyranosyl-D-sorbitol 1,6-GPS
dan 1-o- α-glucopyranosyl-D-mannitol dihydrate 1,1-GPM dihydrate. Isomalt
berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,45 – 0,60 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori
isomalt sebesar ≥ 2 kkalg atau setara dengan ≥ 8,36 kJkg dan ADI tidak dinyatakan
karena termasuk Generally Recognized as Safe GRAS Wijers Strater 2001; BPOM 2004.
9
CAC dan Indonesia mengatur penggunaan isomalt pada berbagai produk pangan sebagai CPPB. Selain sebagai pemanis, isomalt berfungsi sebagai anti
kempal, pengemulsi, bulking agent, dan glazing agent BPOM 2004; GSFA 2008.
5. Laktitol
Laktitol dengan rumus kimia C
12
H
24
O
11
atau 4-o-
-D-galactopyranosil-D- glucitol, dihasilkan dengan cara mereduksi glukosa dari disakarida laktosa. Laktitol
berasa manis seperti gula tanpa purna rasa aftertaste, dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,4 kali kemanisan sukrosa. Nilai kalori laktitol sebesar 2 kkalg atau
setara dengan 8,36 kJg dan ADI tidak dinyatakan karena termasuk GRAS Mesters et al. 2001; BPOM 2004.
CAC dan Indonesia mengatur maksimum penggunaannya pada berbagai produk pangan sebagai CPPB. Selain sebagai pemanis, laktitol berfungsi sebagai
pengemulsi, penstabil, pengental, dan bulking agent BPOM 2004; GSFA 2008.
6. Maltitol
Maltitol atau
1-4-glucosylsorbitol termasuk golongan poliol yang dibuat dengan cara hidrogenasi maltosa yang diperoleh dari hirolisis pati. Maltitol berasa
manis seperti gula dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,9 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori laktitol sebesar 2,1 kkalg atau setara engan 8,78
kJg dan ADI tidak dinyatakan karena termasuk GRAS BPOM 2004; Kato Moskowits 2001.
CAC dan Indonesia mengatur maksimum penggunaannya pada berbagai produk pangan CPPB. Selain sebagai pemanis, maltitol berfungsi sebagai
pengemulsi, penstabil, pengental, dan bulking agent BPOM 2004; GSFA 2008.
7. Manitol
Manitol dengan rumus kimia C
6
H
14
O
6
merupakan monosakarida poliol. Manitol berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,5 kali tingkat kemanisan
sukrosa. Nilai kalori manitol sebesar 1,6 kkalg atau 6,69 kJg dan ADI tidak dinyatakan karena termasuk GRAS BPOM 2004; Le Mulderrig 2001.
CAC dan Indonesia mengatur maksimum penggunaannya pada berbagai produk pangan CPPB. Selain sebagai pemanis, maltitol berfungsi sebagai
pengemulsi, penstabil, pengental, anti kempal dan bulking agent BPOM 2004; GSFA 2008.
10
8. Neotam