Kesehatan dan Higiene Karyawan Pengendalian Proses Label Pangan

52 airnya harus sumber air bersih. Data pengamatan di lapang juga menunjukkan bahwa 90 responden mendapat nilai “Baik” karena menggunakan sumber air PDAM dan hanya 10 responden yang mendapat nilai “Kurang” karena menggunakan sumber air tanah yang belum diketahui apakah air tanah tersebut memenuhi persyaratan air bersih atau tidak.

5. Fasilitas dan kegiatan hygiene dan sanitasi

Fasilitas dan kegiatan hygiene dan sanitasi diperlukan untuk menjamin agar bangunan dan peralatan selalu dalam keadaan bersih serta mencegah terjadinya kontaminasi dari karyawan. Fasilitas dan kegiatan hygiene dan sanitasi meliputi: alat cucipembersih seperti sikat, pel, dan lain-lain; fasilitas higiene karyawan seperti tempat cuci tangan dan toilet serta adanya penanggungjawab kegiatan tersebut. Data pengetahuan responden mengenai kriteria ini menunjukkan 42 menjawab sangat tahu, 49 menjawab tahu dan 9 menjawab ragu-ragu. Namun data di lapang menunjukkan bahwa 20 responden mendapat nilai “Baik”, 60 responden mendapat nilai “Cukup” dan 20 responden mendapat nilai “Kurang”.

6. Pengendalian Hama

Hewan peliharaan dan hama tikus, serangga dan lain-lain berpotensi membawa cemaran biologis yang dapat mencemari pangan. Kegiatan pengendalian hama dilakukan untuk mengurangi kemungkinan masuknya hama ke ruang produksi yang akan mencemari pangan. Data pengetahuan responden terhadap kategori ini cukup baik yaitu 31 menjawab sangat tahu, 58 menjawab tahu dan hanya 11 yang menjawab ragu-ragu. Data pengamatan di lapang juga cukup baik yaitu 53 responden mendapat nilai “Baik”, 44 responden mendapat nilai “Cukup” dan 3 responden yang mendapatkan nilai “Kurang”.

7. Kesehatan dan Higiene Karyawan

Kesehatan dan hygiene karyawan yang baik dapat menjamin bahwa pekerja yang kontak langsung dengan pangan tidak menjadi sumber pencemaran. Kebersihan karyawan yang bekerja di ruang produksi harus selalu dijaga, juga kebiasaan karyawan. Karyawan tidak boleh mengunyah, makan, minum, merokok, bersin atau batuk sambil mengolah pangan. Karyawan yang bekerja di ruang produksi juga tidak boleh menggunakan perhiasan dan asesoris lainnya. Data pengetahuan responden terhadap kategori ini menunjukkan bahwa 27 menjawab sangat tahu, 61 menjawab tahu dan 12 menjawab ragu-ragu. Namun pengetahuan yang baik ini tidak diikuti dengan implementasi di lapang. Pada kenyataannya, sebagian besar karyawan di ruang produksi masih menggunakan perhiasan atau asesoris lainnya. Sehingga data pengamatan di lampang menunjukkan bahwa hanya 17 responden 53 yang mendapatkan nilai baik, sedangkan sebagian besar yaitu 60 responden mendapat nilai “Cukup” dan 23 responden mendapatkan nilai “Kurang”.

8. Pengendalian Proses

Untuk menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu, proses produksi harus dikendalikan dengan benar. Pengendalian proses produksi IRTP dapat dilakukan dengan menggunakan bahan pangan yang baik dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, menggunakan formula baku, menetapkan bagan alir baku, menetapkan kemasan sesuai dengan jenis pangan dan mencantumkan kode produksi serta tanggal kadaluwarsa pada label. Data pengetahuan responden menunjukkan bahwa 36 menjawab sangat tahu, 58 menjawab tahu dan 6 menjawab ragu-ragu. Data di lapang juga cukup baik untuk kategori ini yaitu: 57 mendapatkan nilai “Baik”, 40 mendapatkan nilai “Cukup” dan hanya 3 yang mendapat nilai “Kurang”.

9. Label Pangan

Menurut PP no. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, label pangan adalah seluruh gambar, tulisan dan keterangan yang tercantum pada kemasan pangan. Data pengetahuan mengenai pelabelan pangan menunjukkan bahwa 23 responden menjawab sangat tahu, 63 responden menjawab tahu dan 14 responden menjawab ragu-ragu. Namun hasil pengamatan di lapang menunjukkan bahwa dari 30 responden tidak ada satupun yang label pangannya memenuhi ketentuan dalam PP label dan iklan pangan tersebut. Bahkan untuk produk-produk minuman tradisional, pada labelnya mencantumkan klaim kesehatan yang mengarah kepada pengobatan.

10. Penyimpanan