7
murah. Namun, BTP sintetik memiliki beberapa kelemahan, yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang membahayakan
kesehatan dan seringkali bersifat karsinogenik yang merangsang terjadinya kanker pada manusia dan hewan Winarno 1997.
Indonesia mengatur penggunaan BTP dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia RI No. 722MenkesPerIX88 tentang Bahan Tambahan
Makanan dan Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.5.1.4547 tahun 2004 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam
Produk Pangan
.
Menurut Permenkes RI No. 722MenkesPerIX88 tentang Bahan Tambahan Makanan, BTP yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri dari golongan
antioksidan, antikempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih dan pematang tepung, pengemulsi, pemantap, pengental, pengawet, pengeras, pewarna
alam, pewarna sintetik, penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, dan sekuestran.
Pemanis Buatan
Pemanis Buatan adalah bahan tambahan pangan yang dapat menyebabkan rasa manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau
kalori, hanya boleh ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah tertentu BPOM 2004.
Ada 13 jenis pemanis buatan yang diizinkan ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah tertentu, yaitu alitam, asesulfam K, aspartam, isomalt, laktitol,
maltitol, manitol, neotam, sakarin dan garam natrium, kalium, kalsium, siklamat asam siklamat dan garam natrium, kalium, kalsium, silitol, sorbitol, dan sukralosa
BPOM 2004.
1. Alitam
Alitam atau L- α-aspartil-N-[2,2,4,4-tetrametil-3-trietanil]-D-alanin amida, hidrat
dan merupakan senyawa yang disintesis dari asam amino L-asam aspartat, D-alanin, dan senyawa amida yang disintesis dari 2,2,4,4-tetrametiltienanilamin Auerbach et
al. 2001. Alitam memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 2000 kali tingkat kemanisan
sukrosa dengan nilai kalori 1,4 kkalg atau setara dengan 5,85 kJg dan Acceptable Daily Intake ADI 0,34 mgkg berat badan. Penggunaannya dengan pemanis buatan
lainnya bersifat sinergis Auerbach et al. 2001; BPOM 2004.
8
CAC Codex Alimentarius Commission dan Indonesia mengatur maksimum penggunaan alitam pada berbagai produk pangan berkisar antara 40 - 300 mgkg
produk dan Cara Produksi Pangan yang Baik CPPB pada sediaan pemanis buatan BPOM 2004; GSFA 2008.
2. Asesulfam K
Asesulfam K atau garam kalium dari 6-methyl-1,2,3-oxathiazin-43H-one- 2,2-dioxide memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 200 kali tingkat kemanisan
sukrosa tetapi tidak berkalori dan ADI 15 mgkg berat badan. Kombinasi penggunaan asesulfam K dengan asam aspartat dan natrium siklamat bersifat sinergis dalam
mempertegas rasa manis gula Lipinski Hanger 2001; BPOM 2004. CAC mengatur maksimum penggunaan asesulfam K pada berbagai produk
pangan berkisar antara 110 - 5000 mgkg produk dan CPPB pada sediaan pemanis buatan. Indonesia mengatur maksimum penggunaan asesulfam K pada berbagai
produk pangan berkisar antara 110 - CPPB BPOM 2004; GSFA 2008.
3. Aspartam
Aspartam atau L-aspartil-fenilalanin metil ester memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 60 - 220 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar
0,4 kkalg atau setara dengan 1,67 kJg dan ADI 50 mgkg berat badan Butcho et al. 2001; BPOM 2004.
CAC mengatur maksimum penggunaan aspartam pada berbagai produk pangan berkisar antara 300 - 10.000 mgkg produk dan CPPB pada sediaan pemanis
buatan. Indonesia mengatur maksimum penggunaan aspartam pada berbagai produk pangan berkisar antara 110 hingga CPPB BPOM 2004; GSFA 2008.
4. Isomalt