Analisis Fundamental A. Analisis Pasar

terus mengalami keterpurukan selama periode 2006 hingga 2008. Perusahaan ini tidak dapat memberikan dividen bagi para pemegang sahamnya dalam periode 2006-2008.

4.2. Analisis Fundamental A. Analisis Pasar

1. Gambaran Umum Kondisi Perekonomian Selama Periode 2006 hingga 2008

Secara umum perekonomian Indonesia pada tahun 2006 mengindikasikan perkembangan yang terus membaik bila dibandingkan pada tahun 2005 yang terus mengalami tekanan. Tekanan inflasi yang cukup tinggi di awal tahun 2006, turun secara perlahan tapi pasti. Inflasi pada tahun 2006 mencapai 6,6 dari 17,1 dari tahun 2005 atau berada di bawah kisaran yang ditetapkan oleh pemerintah. Dengan menurunnya inflasi, Bank Indonesia telah menurunkan BI rate sebanyak 300 basis poin dari 12,75 menjadi 9,75 www.setneg , 2010. Tahun 2006, perdagangan di Bursa Efek Indonesia BEI mencatat pertumbuhan positif. BEI terus menciptakan rekor tertinggi baru, seiring meningkatnya kepercayaan investor terhadap makro ekonomi Indonesia. Bursa saham di Indonesia pada awal tahun 2006 terus melakukan penguatan dan terus bergerak dalam trend menguat dengan penguatan 59,61 poin. Hal ini menghantarkan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG menembus level 1.232,32. Selanjutnya, sepanjang semester pertama 2006 harga IHSG terus naik, mulai dari 1.200, 1.300 dan menembus level 1.464,61 pada saat memasuki semester II dua 2006. Pada semester IV empat IHSG menunjukkan kenaikan yang sangat bagus dengan menutup tahun 2006 berada di level 1.805,52 atau 55,3 lebih tinggi dibandingkan akhir tahun 2005. Melihat perkembangan ekonomi pada tahun 2006 yang terus terus mengalami peningkatan seiring meningkatnya IHSG dan turunnya inflasi di tahun 2006 ini, membuat optimisme kondisi perekonomian akan terus membaik dan meningkatnya kepercayaan investor dan calon investor untuk berinvestasi di pasar modal. Suku bunga acuan menurun menjadi 9,5 pada awal bulan Januari 2007 dari 12,75 pada akhir tahun 2005 dan cadangan devisa meningkat menjadi USD 42,6 milliar pada bulan Desember 2006 dengan telah melunasi utang IMF sebesar USD 7,6 milliar. Perbedaan suku bunga global dan Indonesia masih mendominasi ekspektasi dan masih menarik investor untuk masuk ke bursa saham. Terutama untuk saham dan obligasi rupiah. Hal ini menimbulkan keyakinan bahwa IHSG di tahun 2007 akan terus menguat. Tahun 2007, kondisi perekonomian menunjukkan kondisi yang semakin baik. Hal ini dikarenakan oleh IHSG yang menembus level 2.084,32 di triwulan II tahun 2007. Kondisi perekonomian pada tahun 2007 semakin membaik dengan diikuti meningkatnya IHSG menembus level 2.745,83 pada bulan Desember 2007, hal inilah yang membuat para investor semakin yakin untuk berinvestasi dan menggoda calon investor untuk berinvestasi di pasar modal ini. Namun selama tahun 2008 perekonomian Indonesia dibayangi oleh krisis global atau krisis subprime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat. Krisis ini terjadi sebagai akibat dari pembelian kredit perumahan bagi rakyat Amerika yang berpenghasilan rendah dengan bunga kredit yang rendah. Namun ternyata banyak yang mengambil kredit tersebut tidak bisa mengembalikan pinjaman, sehingga terjadi ketidakseimbangan perekonomian yang disebabkan kredit macet yang berlebihan. Selama beberapa bulan terakhir pada tahun 2007, The Fed Bank Sentral Amerika Serikat terus melakukan pemangkasan suku bunga, 25 basis poin setiap kali pemangkasan. Sepanjang tahun 2008, perekonomian Indonesia terimbas oleh krisis keuangan global yang diawali oleh krisis kredit perumahan berkualitas rendah di Amerika Serikat. Pengaruh terhadap Indonesia terlihat dari terjadinya capital outflow yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah serta turunnya harga Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Pada triwulan I pertama IHSG menyentuh level 2.721,94 merupakan yang tertinggi di tahun 2008 dan pada triwulan IV empat IHSG menyentuh level terendah 1.241,54 sepanjang tahun 2008. Tekanan pada perekonomian domestik semakin berat dengan kenaikan drastis pada harga minyak dunia yang sempat mencapai USD 140 per barrel sehingga pemerintah Indonesia menaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM dan memicu tingginya tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2008 yang mencapai dua digit yaitu 11,06. Bank Indonesia mengantisipasi kondisi tersebut dengan meningkatkan BI Rate dari 8 hingga mencapai angka tertinggi yaitu 9,5. Sepanjang tahun 2008 kondisi perekonomian di Indonesia mengalami imbas dari krisis global yang menyebabkan IHSG menurun dan melemahnya nilai tukar rupiah. Hal ini yang menyebabkan para investor mengalami kerugian dan dari kondisi perekonomian yang melemah membuat para calon investor tidak bergairah untuk berinvestasi di pasar modal.

2. Tingkat Pengembalian Pasar selama tahun 2006 hingga 2008

Analisis pasar dilakukan melalui perhitungan rata-rata return pasar per triwulan. Data yang digunakan adalah data Indeks Harga Saham Gabungan IHSG per bulan di Bursa Efek Indonesia BEI periode 2006 hingga 2008. Indeks Harga Saham Gabungan ini dapat mencerminkan bagaimana kondisi investasi di Indonesia dan tingkat pengembalian pasar yang dihitung berdasarkan IHSG dan dapat mencerminkan harapan investor terhadap kondisi pasar. Selama periode 2006-2008, IHSG terus mengalami fluktuasi Tabel 7. Selama triwulan pertama tahun 2006 hingga triwulan keempat tahun 2007, tingkat pengembalian pasar mengalami fluktuasi tetapi dengan nilai yang positif. Pada triwulan pertama tahun 2008, tingkat pengembalian pasar menurun hingga -3,60. Hal ini dikarenakan oleh menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada bulan Januari 2008 sebesar 94,69 poin ke level 2.627,25 dari level 2.721,94 di bulan Febuari 2008 dan pada bulan Maret 2008 IHSG juga menurun sebesar 179,95 poin ke level 2.447,30. Tabel 7. Tingkat pengembalian pasar per triwulan periode 2006 hingga 2008 TriwulanTahun Return market I2006 4,45 II2006 0,01 III2006 5,42 IV2006 5,59 I2007 0,52 II2007 5,36 III2007 3,58 IV2007 5,29 I2008 3,60 II2008 1,22 III2008 7,77 IV2008 7,82 Triwulan kedua tahun 2008, tingkat pengembalian juga menurun hingga -1,22. Hal ini disebabkan oleh menurunnya IHSG pada bulan Juni 2008 sebesar 95,25 poin ke level 2.349,10 dari 2.444,35 di bulan Mei 2008. Triwulan ketiga tahun 2008, tingkat pengembalian juga menurun hingga -7,77. Hal ini disebabkan oleh melemahnya IHSG pada bulan Juli 2008 sebesar 138,57 poin ke level 2.304,51 dari 2.165,94 di bulan Agustus 2008 dan pada bulan September 2008 IHSG juga menurun sebesar 472 Poin ke level 1.832,51. Triwulan keempat tahun 2008, tingkat pengembalian kembali menurun relatif besar hingga -7,82. Hal ini juga dikarenakan kembali menurunnya IHSG pada bulan November 2008 sebesar 15,16 poin ke level 1.241,54 dari bulan 1.256,70 di bulan Oktober 2008.

B. Analisis Industri Sektor

Analisis industri menurut Husnan 2001, dimulai dengan mengidentifikasi tahap kehidupan produknya, kemudian menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian, lalu melakukan analisis kualitatif terhadap industri tersebut. Ada tiga konsep didalam industri pertambangan http:www.bps , 2010, yaitu : 1. Pertambangan Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak dan bijih mangan. 2. Penggalian Penggalian adalah suatu kegiatan yang meliputi pengambilan segala jenis barang galian. Barang galian adalah unsur kimia, mineral dan segala macam batuan yang merupakan endapan alam tidak termasuk logam, batubara, minyak dan gas bumi dan bahan radioaktif. Bahan galian ini biasanya digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong sektor industri maupun konstruksi. Hasil kegiatan penggalian antara lain, batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu marmer, pasir, pasir silika, pasir kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain-lain. Kegiatan pemecahan, peleburan, pemurnian dan segala proses pengolahan hasil pertambanganpenggalian tidak termasuk kegiatan pertambanganpenggalian, akan tetapi digolongkan ke dalam kegiatan industri. Kegiatan persiapan tempat penambangan penggalian seperti pembuatan jalan, jembatan dari dan ke arah lokasi penambangan, pengerukan, pemasangan pipa penyaluran dan sebagainya termasuk ke dalam kegiatan konstruksi. Sedangkan kegiatan eksplorasi dan penelitian mengenai prospek barang tambang dan mineral termasuk ke dalam jasa pertambangan. Kegiatan pengambilan, pembersihan dan pemurnian air untuk dijadikan air bersih termasuk dalam sektor air minum. 3. Tahapan Kegiatan Pertambangan Tahapan kegiatan pertambangan meliputi: prospeksi dan penelitian umum, eksplorasi, persiapan penambangan dan pembangunan, eksploitasi dan pengolahanpengilanganpemurnian. a. Prospeksi Prospeksi adalah suatu kegiatan penyelidikan dan pencarian untuk menemukan endapan bahan galian atau mineral berharga. b. Eksplorasi Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata dan besarnya cadangan serta studi kelayakan dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah diketemukan. c. Eksploitasi Eksploitasi adalah suatu kegiatan penambangan yang meliputi pekerjaan-pekerjaan pengambilan dan pengangkutan endapan bahan galian atau mineral berharga sampai ke tempat penimbunan dan pengolahanpencucian, kadang-kadang sampai ke tempat pemasaran. d. PengolahanPemurnianPengilangan PengolahanPemurnian adalah suatu pekerjaan memurnikan atau meninggikan kadar bahan galian dengan jalan memisahkan mineral berharga dan yang tidak berharga, kemudian membuang mineral yang tidak berharga tersebut dapat dilakukan dengan cara kimia. Tingkat pengembalian sektor pertambangan dan tingkat pengembalian pasar per kuartal periode 2006-2008 dapat dilihat pada Lampiran 5. Untuk melihat sejauh mana persentase pengembalian sektor disajikan dalam grafik yang menggambarkan perbandingan antara tingkat pengembalian sektor pertambangan dan tingkat pengembalian pasar per kuartal pada Gambar 4. Gambar 4. Perbandingan tingkat pengembalian sektor pertambangan dan tingkat pengembalian pasar per triwulan Analisis Sektor industri pertambangan adalah: 1. Tingkat pengembalian pasar dan tingkat pengembalian sektor berjalan searah pada tahap kedewasaan. Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan masih terjadi tetapi sudah dalam tingkatan yang lebih rendah daripada tahap pertumbuhan. Hal ini terjadi karena keadaan ekonomi yang tidak stabil, sehingga 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 Return Sectoral Return Market Triwulan T ingka t P enge m ba li an banyak investor yang menarik sahamnya dari industri pertambangan. 2. Hubungan antara kemampuan operasi perusahaan dalam sektor pertambangan dengan kondisi perekonomian makro tidak selalu berjalan searah. Hal ini terlihat dari tingkat pengembalian sektoral dan tingkat pengembalian pasar tidak selalu searah Gambar 4. Pada triwulan kedua tahun 2006 tingkat pengembalian pasar menurun, begitu juga dengan tingkat pengembalian sektor yang mengalami penurunan hingga melewati garis nol. Untuk triwulan ke tiga dan keempat, tingkat pengembalian pasar dan tingkat pengembalian sektor sama-sama mengalami peningkatan. Pada triwulan satu tahun 2007, tingkat pengembalian pasar menurun, namun tingkat pengembalian sektor mengalami peningkatan. Triwulan kedua tahun 2007, justru tingkat pengembalian pasar meningkat, tetapi tingkat pengembalian sektor menurun. Triwulan ketiga tahun 2007 juga terjadi perbedaan arah antara tingkat pengembalian pasar yang menurun dengan tingkat pengembalian sektor yang meningkat. Pada triwulan pertama hingga triwulan keempat tahun 2008, tingkat pengembalian pasar dan tingkat sektor pertambangan berjalan searah. 3. Aspek kualitatif yang digunakan dalam analisis industri terdiri dari kinerja historis, persaingan, kebijakan pemerintah, dan perubahan struktural. a. Kinerja perusahaan-perusahaan yang ada dalam sektor industri pertambangan selama periode 2006-2008 mengalami naik turun. Dari keempat perusahaan yang ada dalam industri pertambangan empat perusahaan yang harga sahamnya terus meningkat berdasarkan harga penutupan saham closing price IHSG periode tahun 2006 hingga 2008 Lampiran 6, Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9 dan Lampiran 10 yaitu PT Tambang bukit Asam Tbk, PT Aneka Tambang Tbk, PT Bumi Resources Tbk dan PT Timah Tbk. Sedangkan PT Energi Mega Persada Tbk cenderung mengalami penurunan harga saham. b. Persaingan dalam industri pertambangan selama ini berjalan cukup sehat dan ketat. Persaingan ini juga tidak saling menyerang satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, hal ini dikarenakan perusahaan industri pertambangan telah memiliki pasarnya masing-masing baik di domestik maupun luar negeri.

C. Analisis Fundamental Perusahaan

Analisis fundamental disini mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengantisipasi nilai faktor-faktor atau variabel-variabel fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Analisis saham ini bertujuan menaksir nilai intrinsik suatu saham kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini pada saham tersebut. Nilai Intrinsik NI menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Menurut Husnan 2001 pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 1. Apabila NI harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued saham yang murah, sebaiknya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki. 2. Apabila NI harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued saham yang mahal, dan lebih baik saham tersebut tidak dibeli atau dijual apabila telah memiliki saham tersebut. 3. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.

1. PT Tambang Bukit Asam Tbk

Berdasarkan pada pendekatan present value, harga saham PTBA Tbk, selama 12 periode triwulanan antara tahun 2006 hingga 2008 lebih banyak berada pada posisi overvalued kecuali pada triwulan ketiga tahun 2008 dan triwulan keempat tahun 2008. Triwulan pertama tahun 2008, harga saham PT Tambang Bukit Asam Tbk ditutup pada level Rp 10.050, sedangkan nilai intrinsiknya menghasilkan angka Rp 9.374 dan untuk triwulan kedua tahun 2008, harga saham PTBA ditutup pada level 16.400, sedangkan untuk nilai intrinsiknya menunjukkan angka Rp 15.246 Lampiran 21. Perbandingan harga pasar dan nilai intrinsik untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini. Tabel 8. Perbandingan harga saham PT Tambang Bukit Asam Tbk periode 2006-2008 TriwulanTahun Harga Pasar Rp Nilai Intrinsik Rp Keterangan I2006 2.050 1.945 overvalued II2006 3.150 2.969 overvalued III2006 3.375 3.158 overvalued IV2006 3.525 3.371 overvalued I2007 3.450 3.387 overvalued II2007 6.550 6.324 overvalued III2007 6.550 6.560 undervalued IV2007 12.000 11.712 overvalued I2008 10.050 9.374 overvalued II2008 16.400 15.246 overvalued III2008 9.350 9.024 overvalued IV2008 6.900 6.984 undervalued Nilai intrinsik PT Tambang Bukit Asam Tbk sering berada dalam posisi overvalued. Hal ini menunjukkan bahwa investor memiliki ketertarikan kecil untuk melakukan investasi pada saham PTBA ini. Posisi overvalued dikatakan karena nilai intrinsik dari suatu perusahaan lebih kecil dari harga pasar. Untuk undervalued nilai intrinsik perusahaan lebih besar dari harga pasar. Memahami kondisi saham ini membantu investor dan calon investor dalam menentukan kapan membeli, menahan atau menjual saham. Waktu yang tepat untuk membeli adalah jika harga pasar saham lebih rendah dari nilai intrinsiknya, lalu ditahan sementara dengan tujuan untuk memperoleh capital gain jika kemudian harganya kembali naik. Jika harga pasar sama dengan nilai intrinsiknya, maka jangan melakukan transaksi, karena saham tersebut dalam keadaan keseimbangan, sehingga tak ada keuntungan yang diperoleh dari transaksi pembelian atau penjualan saham tersebut. Jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, untuk investor yang memiliki saham tersebut sebaiknya dijual untuk menghindari kerugian dan untuk para calon investor lebih baik saham tersebut tidak melakukan pembelian. Karena tentu harganya akan turun menyesuaikan dengan nilainya.

2. PT Aneka Tambang Tbk

Bedasarkan pendekatan present value, harga saham PT ANTAM Tbk sering berada di posisi undervalued dari 12 triwulan tersebut, 7 triwulan harga saham PT ANTAM Tbk berada pada posisi undervalued. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9. Nilai intrinsik pada PT Aneka Tambang Tbk menunjukkan lebih sering berada di posisi undervalued, dalam hal ini investor masih merasa ketertarikan yang kecil untuk berinvestasi pada saham ANTAM. Untuk posisi undervalued dikatakan bahwa nilai saham perusahaan saat ini lebih besar dari harga pasarnya, jadi nilai yang diterima investor lebih besar dari harga yang harus dibayarkan Lampiran 18. Tabel 9. Perbandingan harga saham PT Aneka Tambang Tbk periode 2006-2008 TriwulanTahun Harga Pasar Rp Nilai Intrinsik Rp Keterangan I2006 4.350 3.927 overvalued II2006 4.625 4.498 overvalued III2006 5.500 5.549 undervalued IV2006 8.000 8.182 undervalued I2007 11.850 11.667 overvalued

3. PT Bumi Resources Tbk

Berdasarkan hasil dari pendekatan present value, hasil harga saham PT Bumi Resources Tbk selam 12 triwulan antara tahun 2006- 2008 lebih banyak berada pada posisi overvalued. Selama 12 triwulan tersebut, 9 triwulan diantaranya berada pada posisi overvalued dan 3 triwulan sisanya berada pada posisi undervalued. Perbandingannya dapat dilihat padal Tabel 10. Nilai intrinsik yang lebih sering pada posisi overvalued, menunjukkan bahwa investor lebih memiliki ketertarikan yang kecil untuk berinvestasi terhadap saham ini. Kinerja PT Bumi Resources Tbk membuat ekspektasi investor terhadap saham mereka rendah Lampiran 19. Tabel 10. Perbandingan harga saham PT Bumi Resources Tbk periode 2006-2008 II2007 12.550 13.197 undervalued III2007 2.775 3.047 undervalued IV2007 4.475 4.652 undervalued I2008 3.350 3.177 overvalued II2008 3.175 3.061 overvalued III2008 1.460 1.517 undervalued IV2008 1.090 1.133 undervalued TriwulanTahun Harga Pasar Rp Nilai Intrinsik Rp Keterangan I2006 900 829 overvalued

4. PT Energi Mega Persada Tbk

Berdasarkan pendekatan present value, harga saham PT Energi Mega Persada ENRG Tbk rata-rata berada dalam posisi overvalued. Dari 12 triwulan, 7 triwulan diantaranya berada dalam posisi overvalued , sedangkan 5 triwulan berada pada posisi undervalued. Posisi overvalued lebih banyak terjadi pada saham PT Energi Mega Persada Tbk, dari hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja perusahaan membuat investor tidak terlalu bergairah untuk berinvestasi pada saham mereka atau harga saham PT Energi Mega Persada Tbk dihargai terlalu mahal. Oleh karena itu untuk calon investor lebih baik saham tersebut tidak dibeli atau untuk para investor sebaiknya dijual. Perbandingan ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini. Tabel 11. Perbandingan harga saham PT Energi Mega Persada Tbk periode 2006-2008 II2006 770 739 overvalued III2006 740 607 overvalued IV2006 900 901 undervalued I2007 1.330 1.289 overvalued II2007 2.275 2.148 overvalued III2007 3.575 3.340 overvalued IV2007 6.000 5.660 overvalued I2008 6.200 5.859 overvalued II2008 8.200 7.670 overvalued III2008 3.200 3.205 undervalued IV2008 910 1.303 undervalued TriwulanTahun Harga Pasar Rp Nilai Intrinsik Rp Keterangan I2006 880 819 overvalued II2006 650 654 undervalued III2006 540 635 undervalued IV2006 520 617 undervalued

5. PT Timah Tbk

Berdasarkan pendekatan present value. Harga saham PT Timah TINS Tbk selama dalam 12 periode triwulanan antara tahun 2006 hingga 2008 rata-rata berada dalam posisi overvalued Tabel 12. Karena 8 triwulan harga saham TINS berada pada posisi overvalued, sedangkan 4 triwulan saham TINS berada pada posisi undervalued. Posisi overvalued pada saham TINS menunjukkan ketertarikan investor yang kecil untuk berinvestasi pada saham mereka Lampiran 22. Posisi overvalued dikatakan bahwa nilai saham atau nilai intrinsik perusahaan saat ini lebih kecil dari harga pasarnya, jadi nilai yang diterima investor lebih kecil dari harga yang harus dibayarkan. Tabel 12. Perbandingan harga saham PT Timah Tbk periode 2006-2008 I2007 620 587 overvalued II2007 800 743 overvalued III2007 850 827 overvalued IV2007 1.490 1.472 overvalued I2008 1.130 1.089 overvalued II2008 1.000 995 overvalued III2008 520 556 undervalued IV2008 84 165 undervalued TriwulanTahun Harga Pasar Rp Nilai Intrinsik Rp Keterangan I2006 2.025 1.706 overvalued II2006 1.740 1.237 overvalued III2006 1.770 1.625 overvalued IV2006 4.425 3.910 overvalued I2007 11.850 10.786 overvalued II2007 12.150 12.512 undervalued III2007 13.250 16.087 undervalued

D. Perbandingan Price Earning Ratio

Perbandingan Price Earning Ratio menunjukkan rasio berapa nilai suatu saham dapat dijual kembali dengan mengambil laba per saham sebagai pembanding bagi harga saham saat ini. Sehingga saham yang memiliki nilai PER rendah dianggap murah karena memiliki harga jual kembalinya rendah, dan saham yang memiliki nilai PER yang tinggi dianggap mahal karena memiliki harga jual kembalinya tinggi. Hasil dari perhitungan Price Earning Ratio PER dari perusahaan- perusahaan industri pertambangan di Bursa Efek Indonesia Tabel 13 menunjukkan bahwa pada triwulan I tahun 2006, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 124,6 kali dan yang paling murah yaitu saham ANTAM dengan PER 63,3 kali. Pada triwulan II tahun 2006, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 54,4 kali dan saham yang paling murah ANTAM dengan PER 17,1 kali Lampiran 12. Tabel 13. Price Earning Ratio per triwulan 5 perusahaan industri pertambangan periode 2006-2008 Triwulan Tahun PER ANTM PER BUMI PER ENRG PER PTBA PER TINS I2006 63.33 75,57 124,65 67,93 88,78 II2006 17,13 17,59 54,44 46,71 35,37 III2006 12,97 9,97 31,88 20,76 14,46 IV2006 9,83 8,56 36,88 16,64 10.70 IV2007 28.700 31.390 undervalued I2008 28.950 26.487 overvalued II2008 37.450 34.469 overvalued III2008 1.660 534 overvalued IV2008 1.080 1.789 undervalued I2007 21,06 3.53 313,13 40.30 18,97 II2007 8,33 6,77 219,78 50,34 7,83 III2007 6,91 8,91 143,34 28,73 5,27 IV2007 8,32 14,69 185,55 36,34 8,09 I2008 47,32 85,54 597,88 80,86 29.90 II2008 20,67 39,34 189,04 53.40 169,53 III2008 8,59 9,58 103.38 16,33 5.60 IV2008 7,52 3,58 32.81 9,27 4,05 Rata-rata 19,331 23,635 146,698 38,967 33,212 Hasil perhitungan PER pada triwulan III tahun 2006, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 31,8 kali dan saham yang paling murah yaitu BUMI dengan PER 9,9 kali. Triwulan IV tahun 2006, saham yang paling mahal yaitu ENRG dengan nilai PER 36,8 kali dan saham yang paling murah adalah saham BUMI dengan nilai PER 8,5 kali. Triwulan I tahun 2007, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 313.1 kali dan saham yang paling murah yaitu saham BUMI dengan PER 3,5 kali. Pada triwulan II tahun 2007, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 219,7 kali dan saham yang paling murah adalah saham BUMI dengan PER 6,7 kali. Triwulan III tahun 2007, saham yang paling mahal yaitu saham ENRG dengan nilai PER 143,3 kali dan saham yang paling murah yaitu saham TINS dengan nilai PER 5,2 kali. Dan triwulan IV tahun 2007, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 185,5 kali dan saham yang paling murah adalah saham TINS dengan PER 8,0 kali. Hasil dari triwulan I tahun 2008, saham yang paling mahal dengan PER 597,8 kali adalah saham ENRG dan saham yang paling murah dengan nilai PER 29,9 kali adalah saham TINS. Pada triwulan II tahun 2008, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 189,0 kali dan saham yang paling murah yaitu saham ANTAM dengan PER 20,6 kali. Triwulan III tahun 2008, saham yang paling mahal adalah saham dengan PER 16,3 kali yaitu saham PTBA, saham yang paling murah dengan nilai PER -103,3 adalah saham ENRG. Pada triwulan IV tahun 2008, saham yang paling mahal adalah saham PTBA dengan PER 9,2 kali dan saham yang paling murah adalah saham ENRG dengan PER -32,8 kali. Dari perbandingan tersebut untuk secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Perbandingan harga saham 5 perusahaan industri pertambangan periode 2006-2008 Triwulan Tahun Paling mahal Paling murah I2006 ENRG ANTM II2006 ENRG ANTM III2006 ENRG BUMI IV2006 ENRG BUMI I2007 ENRG BUMI II2007 ENRG BUMI III2007 ENRG TINS IV2007 ENRG TINS I2008 ENRG TINS II2008 ENRG ANTM III2008 PTBA ENRG IV2008 PTBA ENRG

4.3. Analisis Teknikal

Dokumen yang terkait

Analisis Fundamental Dan Risiko Sistematis Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 72 80

Analisis Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan (Studi Pada Bursa Efek Indonesia)

2 74 106

ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL PADA SAHAM SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris: Perusahaan yang Masuk dalam JII dan ISSI di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)

2 13 188

ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN Analisis Pengaruh Fundamental Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 15

ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN Analisis Pengaruh Fundamental Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 14

ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN Analisis Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental dan Teknikal terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia 2006-2009.

0 1 15

Pengaruh Faktor Fundamental dan Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.

0 0 6

Analisis Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan (Studi Pada Bursa Efek Indonesia)

0 0 9