9. SIKAP KONSERVASI MASYARAKAT TERHADAP NEPENTHES GRACILIS KORTH. DI HUTAN KERANGAS
A. Pendahuluan
Pemanfaatan biodiversitas hutan kerangas merupakan salah satu bentuk nilai manfaat hutan kerangas yang secara faktual telah berlangsung di hutan
kerangas. Pemungutannya dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan sendiri dan nilai ekonomi langsung melalui penjualan bahan mentah yang berasal dari hutan
kerangas. Masyarakat yang bermukim di Desa Guntung Ujung sudah sejak lama menggunakan tumbuhan dari hutan kerangas dalam kehidupan keseharian.
Selain sebagai sumber penghasil kayu, hutan kerangas digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional. Tercatat 18 jenis tumbuhan hutan kerangas yang
digunakan masyarakat sebagai bahan pengobatan, sedangkan untuk pangan sebanyak 4 jenis. Beberapa jenis tumbuhan hutan kerangas sampai saat ini
masih menghasilkan pendapatan langsung bagi penduduk lokal adalah daun rambuhatap Baeckea frutescens dan buah galam Melaleuca cajuputi.
Kawasan hutan kerangas merupakan penghasil utama dua komoditas ini yang dijual penduduk kepada pedagang pengumpul.
Fenomena yang terjadi adalah hutan kerangas mengalami degradasi dan tidak terehabilitasi. Manfaat yang selama ini didapatkan masyarakat dari hutan
kerangas belum dapat menjadi stimulus sikap dan tindakan masyarakat untuk berperilaku konservasi terhadap hutan kerangas, sehingga sekarang semakin
banyak hutan kerangas berubah menjadi kawasan terbuka dengan atau tanpa penutupan pohon.
Sehubungan dengan fenomena semakin terdegradasinya hutan kerangas, Konsorsium Fahutan IPB-LATIN 1995 menyatakan bahwa konservasi suatu
kawasan diyakini berhubungan erat dengan sikap masyarakat dan sikap pengelola. Terdegradasinya hutan kerangas merupakan suatu indikasi belum
terbentuknya sikap konservasi masyarakat dan pengelola terhadap hutan kerangas.
N.gracilis merupakan salah satu jenis tumbuhan hutan kerangas yang
mampu beradaptasi dengan keterbukaan lahan kerangas. Jenis tumbuhan ini telah menjadi komoditas tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat untuk
berbagai kepentingan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Berbagai nilai bio-ekologi dan sosial ekonomi dari N.gracilis dan hutan
kerangas sebenarnya adalah fenomena, informasi atau sinyal yang seharusnya
dapat mendorong sebagai stimulus bagi pembentukan sikap konservasi masyarakat dan pengelola. Sinyal akan dapat dipersepsikan menjadi informasi
dan selanjutnya dapat menjadi stimulus yang mempengaruhi komponen sikap dan perilaku masyarakat maupun pengelola.
Penelitian ini berupaya untuk mengkaji permasalahan konservasi ditinjau dari pembentukan sikap konservasi masyarakat dan pengelola terhadap hutan
kerangas melalui stimulus N.gracilis. Penelitian ini berupaya menerangkan sejauh mana informasi, fenomena atau sinyal N.gracilis dapat menjadi stimulus
bagi pembentukan sikap konservasi masyarakat terhadap hutan kerangas dan N.gracilis.
B. Metode Penelitian 1 Objek dan Lokasi Penelitian
Objek penelitian adalah masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar hutan kerangas. Lokasi pengumpulan data adalah di desa Guntung Ujung yang secara
administratif terletak di Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
2 Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data tentang penggunaan tumbuhan dari hutan kerangas sebagai bahan pengobatan dan pemanfaatan lainnya melalui metode
Pengumpulan data sikap dilakukan melalui wawancara terhadap penduduk setempat Walgito 2003
.
Responden yang dipilih dalam penelitian ini sebanyak 30 orang
. P
enelurusan literatur dilakukan untuk melengkapi data potensi penggunaan tumbuhan dari hutan kerangas.
3 Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan matriks tabulasi. Pengkategorian terbentuknya stimulus untuk sikap menggunakan matriks skala
Likert Walgito, 2003. Beberapa kategori yang digunakan untuk memberikan penilaian adalah:
1 Nilai 5 untuk pernyataan sikap sangat suka atau sangat setuju 2 Nilai 4 untuk pernyataan sikap suka atau setuju
3 Nilai 3 untuk pernyataan sikap tidak punya pendapat atau pengetahuan 4 Nilai 2 untuk pernyataan sikap tidak suka atau tidak setuju
5 Nilai 1 untuk pernyataan sikap sangat tidak suka atau sangat tidak setuju
Pengkategorian stimulus untuk sikap menggunakan nilai berikut:
1 3,9= sukasetuju atau sangat sukasangat setuju terbentuk stimulus kuat untuk sikap
2 3,9= tidak tahu, tidak sukasetuju, sangat tidak sukasangat tidak setuju belum terbentuk stimulus kuat untuk sikap.
C. Hasil dan Pembahasan 1 Karakteristik sistem nilai masyarakat lokal terhadap N.gracilis
Beberapa nilai yang dapat dikarakterisasi dari kantong semar N.gracilis bagi masyarakat di dalam dan sekitar kerangas Desa Guntung Ujung Kalimantan
Selatan sebagai lokasi utama dan referensi adalah tertera dalam Tabel 9.1. Tabel 9.1 Karakteristik sistem nilai masyarakat lokal terhadap N.gracilis
Sistem Nilai Hutan Kerangas Ds.Gt.Ujung
Hutan Kerangas Referensi
Nilai ekonomi Nilai ekonomi didapat dari
penggunaan tumbuhan sebagai bahan obat yang menggantikan
nilai dari harga obat modern Nilai ekonomi dari harga
penjualan N.gracilis sebagai tumbuhan hias sementara dan
tidak berkelanjutan Nilai ekonomi didapat dari
penggunaan tumbuhan sebagai bahan obat yang menggantikan
nilai dari harga obat modern Nilai ekonomi dari harga
penjualan N.gracilis sebagai tumbuhan hias sementara dan
tidak berkelanjutan Nilai sosio-budaya
Nilai dari penggunaan sebagai hiasan antaran pengantin relatif
ditinggalkan Nilai dari penggunaan sebagai
tempat menanak nasi dan ketan relatif ditinggalkan
Sebagai persediaan air bagi suku Ud Danum di dalam
perjalanan Nilai dari penggunaan sebagai
tempat menanak nasi dan ketan sebagian masih berlangsung
Sebagai tempat menaruh peluru busur kecil sipet sumpit
Nilai sosio-ekologi Diidentikkan dengan perilaku
kera Sebagai tanda alam bagi tanah
kurang subur Diidentikkan dengan perilaku
kera Sebagai tanda alam bagi tanah
kurang subur Kemanfaatannya bagi organisme
lain di dalam hutan Nilai religius
Semua yang diciptakan Allah pasti ada manfaatnya dan tidak
akan sia-sia Sebagai
tempat membawa
barang kusak, bakul, lanjung milik orang halus, bidadari atau
penghuni khayangan
Sistem nilai yang ada pada masyarakat yang berada di dalam dan sekitar hutan kerangas tentang N.gracilis adalah relatif sama antara lokasi utama
penelian dan lokasi referensi. Perbedaan yang terjadi hanya terjadi pada nilai sosio-budaya dan religius. Perbedaan ini muncul sebagai akibat dari perbedaan
budaya dari suku yang berbeda. Lokasi utama penduduknya terdiri dari suku
Banjar dan Jawa yang beragama Islam, sedangkan lokasi referensi penduduknya terdiri dari suku Dayak Kahayan, Dayak Bakumpai, Dayak Manyan dan Dayak
Siang. Suku Dayak secara garis besar menganut agama yang bervariasi, sebagian memeluk agama Islam, Kristen dan Kaharingan.
Pengetahuan etnobotani masyarakat di lokasi penelitian referensi menyangkut penggunaan N.gracilis merupakan pengetahuan ekologi tradisional.
N.gracilis tidak hanya dipandang pada pengetahuan khasiatnya untuk
pengobatan tetapi lebih kompleks lagi mencakup kepercayaan atau keyakinan. Pengetahuan ekologi tradisional memang mencakup pengetahuan, penggunaan
dan kepercayaan yang kompleks Berkes et al. 2000. Penggunaan N.gracilis oleh masyarakat tradisional juga merupakan kombinasi antara pengetahuan
cognitive, penggunaan atau kecenderungan bertindak tend to act dan perasaan affective. Merancang suatu desain konservasi N.gracilis berdasarkan
pengetahuan tradisional masyarakat mengharuskan kita memahami mekanisme sosial di belakangnya. Hal tersebut akan mempercepat ditemukannya alternatif-
alternatif dalam konservasi sumberdaya atau kawasan. Temuan yang kurang positif adalah terindikasikannya gejala keterputusan
sistem nilai di dalam masyarakat. Terbatasnya pengetahuan dan nilai-nilai tentang N.gracilis pada kalangan tertentu mengindikasikan keterputusan sistem
nilai tersebut. Relatif besar proporsi masyarakat di lokasi penelitian utama maupun referensi yang hanya mengenal tumbuhan N.gracilis pada bentuk
penotifiknya saja. Keterputusan suatu ―sistem nilai‖ yang sudah mengakar di masyarakat
secara turun
temurun akan
menimbulkan discontinuity
, inconsistency, disparity
dan distorsion Ndraha, 2005. Membangkitkan kembali sistem nilai tentang potensi biodiversitas hutan kerangas dapat dianalogikan
dengan belajar sejarah agar kita dapat mengambil pelajaran dan dasar pertimbangan untuk perbuatan ke depan.
Sistem nilai tersebut dapat saja ditingkatkan terutama untuk nilai manfaat ekonomi. Nilai manfaat ekonomi telah menjadi pegangan banyak orang,
terutama apabila dikaitkan dengan kenyataan dan tujuan yang ingin dicapai, baik pada tingkat individu, kelompok maupun masyarakat. Nilai ekonomi mendorong
manusia bersikap realistik, baik menentukan tujuannya maupun menentukan standar tingkat kepuasan yang ingin diperoleh. Nilai ini relatif mudah diamati dan
diukur sehingga sering dikaitkan ―harga‖ padanya Siagian, 2004.
2 Pemaknaan N.gracilis sebagai stimulus konservasi
Pengungkapan N.gracilis sebagai spesies yang menjadi stimulus konservasi di hutan kerangas dianalisis melalui pendekatan sintesis terpadu
antar pelaku konservasi. Pernyataan stimulus dibangun dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Pemaknaan stimulus N.gracilis di hutan kerangas di arahkan
pada penduduk lokal dan pemerintah terkait pengelolaan hutan kerangas. Tabel 9.2 Kategori stimulus AMAR N.gracilis bagi penduduk dan pengelola
No PERNYATAAN STIMULUS Penduduk
Pengelola Skore Sikap Skore Sikap
Pernyataan Stimulus N.gracilis tentang Nilai Alamiah
1 N.gracilis banyak tumbuh di hutan kerangas 4,2
+
4,0 +
2 Jumlah N.gracilis tinggi di hutan kerangas terbuka 3,7
-
3,0 -
3 Jumlah N.gracilis rendah di hutan kerangas tertutup 3,4
-
2,9 -
4 N.gracilis tumbuh pada tempat dengan karakter spesifik 3,3
-
2,7 -
5 Jumlahnya menurun bila terjadi kebakaran berulang 4,0
+
3,8 -
6 Jumlahnya menurun akibat pengupasan permukaan tanah 4,5
+
4,2 +
7 Keanekaragaman genetik tinggi 3,0
-
2,9 -
8 Menangkap materi dari luar memasukkan ke dalam hutan kerangas 3,0
-
3,2 -
9 Regenerasi alamiah di hutan mudah 3,8
-
2,7 -
10 Regenerasi alamiah dilakukan dengan beberapa cara 3,1
-
3,0 -
11 Regenerasi buatan di hutan kerangas sulit 3,8
-
3,0 -
12 Cairan kantongnya sumber makanan serangga 4,5
+
4,0 +
13 Cairan dalam kantongnya habitat bakteri 3,0
-
3,0 -
14 Hewan lainnya seperti tikus tanah mendatangi N.gracilis sebagai
sumber makanan 3,2
-
2,8 -
15 Kera meminum cairan N.giracilis dan menggunakan batangnya
sebagai tali 4,0
+
3,3 -
Belum terbentuk stimulus alamiah yang kuat untuk sikap konservasi 3,63
-
3,20 -
Pernyataan Stimulus N.gracilis tentang Nilai Manfaat
1 Cairan kantong tertutup N.gracilis sbg obat batuk dan tetes mata
4,3 +
3,1 -
2 N.gracilis
dipakai sebagai bahan pembungkus nasi lontong 4,6
+
3,3 -
3 N.gracilis
digunakan sebagai antaran pengantin dan membuat tali 3,4
-
3,0 -
4 N.gracilis
sebagai tumbuhan hias yang menghasilkan pendapatan langsung
3,6 -
4 +
5 Perasaan gembira melihat N.gracilis berkembang banyak di hutan
kerangas 3,4
-
3,0 -
6 Akar N.gracilis dapat digunakan sebagai antidiabetes
3,6 -
3,3 -
7 Menyenangi N.gracilis karena dapat digunakan sbg antibakteri
3,2 -
3,0 -
8 N.gracilis
penyumbang unsur hara bagi lingkungan kerangas 3
-
2,6 -
9 N.gracilis
berfungsi sebagai reservoir air mini 3
-
2,9 -
10 Manfaat untuk upacara adat atau kepercayaan tertentu 2,6
2,9 -
Belum terbentuk stimulus manfaat yang kuat untuk sikap konservasi 3,47
- 3,10
-
Tabel 9.2 Kategori stimulus AMAR N.gracilis bagi masyarakat lanjutan
No PERNYATAAN STIMULUS Penduduk
Pengelola Skore Sikap Skore Sikap
Pernyataan Stimulus N.gracilis tentang Nilai Religius dan Kerelaan
1 Memelihara N.gracilis di alam untuk generasi berikutnya
3,7 -
3,1 -
2 Mempertahankan N.gracilis terkait nilai budaya
3,5 -
3,0 -
3 Menjaga populasi N.gracilis sebagai titipan Pencipta
3,4 -
3,5 -
4 Memelihara N.gracilis karena status konservasinya yang rawan
3,2 -
3,5 -
5 Permasalahan legalitas akses lahan diselesaikan
4,1 +
3,8 -
6 Perlunya Perda pendukung konservasi N.gracilis di hutan lindung
3,3 -
3,1 -
7 Bantuan manusia untuk meningkatkan N.gracilis di alam
2,7 -
3,1 -
8 Tanggungjawab moral mencegah kerusakan kerangas dan N.gracilis
3,7 +
3,3 -
Belum terbentuk stimulus religiusrela kuat untuk sikap konservasi 3,42
-
3,30 -
Berdasarkan hasil pengkategorian seperti tertera pada tabel di atas, N.gracilis
belum cukup kuat sebagai stimulus yang akan menggugah unsur affective
dan cognitive bagi individu-individu atau berbagai pihak terkait aksi konservasi N.gracilis di hutan kerangas. Nilai alamiah pembentuk stimulus
alamiah untuk sikap yang kuat hanya teridentifikasikan pada terbentuk pada pernyataan nomor 1, 5, 6, 12, 15 bagi penduduk lokal 33,33, dan pernyataan
nomor 1, 6, 12 bagi pengelola 20. Nilai manfaat pembentuk stimulus manfaat untuk sikap hanya teridentifikasikan pada pernyataan nomor 1, 2, 6 bagi
penduduk lokal 30, dan pernyataan nomor 4 bagi pengelola 10. Sedangkan nilai religius atau spiritual pembentuk stimulus sikap religiusrela
hanya teridentifikasi pada pernyataan nomor 4 bagi penduduk lokal 12,5 dan belum terdapat pernyataan tentang stimulus religiuskerelaan bagi pengelola.
Kisaran nilai rata-rata dari beberapa pernyataan tentang stimulus bagi penduduk lokal dan pengelola adalah ± 3. Hal ini mengindikasikan ketidaktahuan atau
belum dikuasainya informasi dari N.gracilis di hutan kerangas. Realitas ini menunjukkan bahwa sinyal gejala, fenomena, informasi dari
N.gracilis belum bisa ditangkap dan dipahami oleh penduduk lokal dan pengelola
sebagai akibat lemahnya receiver yang dimiliki setiap individu dalam menangkap sinyal atau informasi. Berdasarkan perspektif model komunikasi, N.gracilis
sebagai sumber sinyal ternyata masih belum bisa ditransformasikan atau diterjemahkan dengan baik menjadi informasi dalam pembentukan stimulus sikap
penduduk dan pengelola. Keterbatasan pengetahuan dan belum terbentuknya brand image
yang menarik dari individu menyebabkan sinyal N.gracilis belum direspon oleh komponen sikap individu dari penduduk dan pengelola.