22
No. Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Harnik
“The Economic Benefit of The
Park and Recreation
System of Virginia Beach, Virginia”
Penelitian ini menilai ekonomi dari adanya taman di pantai Virginia dengan luas 33 640
hektar. Mengukur manfaat penggunaan langsung menggunakan konsep Willingness to Pay.
Terdapat tujuh faktor untuk menilai manfaat ekonomi dalam penelitian ini diantaranya udara
bersih 4,5 juta, air bersih 1,5 juta, pariwisata 295 juta, penggunaan langsung
337 juta, kesehatan 38 juta, nilai properti 10,2 juta, dan hubungan sosial masyarakat
3,9juta. Estimasi nilai total manfaat ekonomi Taman Pantai Virginia adalah 691 166 971
2. Harnik
dan Welle
”Measuring The Economic Value
of a City Park System-The
Economic Value of Direct Use in
Boston” Luas area taman ini sebesar 5 040 hektar.
Mengukur manfaat penggunaan langsung didasarkan pada satuan hari menggunakan
konsep Willingness to Pay dengan metode yang dikembangkan oleh US Army Corps Engineers.
Aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung diberikan nilai satuan dollar per aktivitasnya.
Fasilitas atau kegiatan terdiri dari penggunaan taman secara umum taman bermain, jalan,
duduk,dll, penggunaan fasilitas olahraga tennis, sepedaan, berenang, dll, dan
penggunaan khusus golf, festifal, konser, atraksi, dll yang masing-masing memiliki nilai
total berturut-turut sebesar 146 230 236, 147 812 453, dan 60 309 713. Sehingga didapatkan
nilai ekonomi total penggunaan langsung sebesar 335 352 402
2.6.2 Penelitian Mengenai Keberadaan Ruang Terbuka Hijau RTH
Penelitian mengenai ruang terbuka hijau telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah Hasanah 2011 dan Yuliasari 2008. Hasil penelitian
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penelitian Mengenai Ruang Terbuka Hijau
No. Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Hasanah “Pengaruh
Keberadaan Ruang Terbuka Hijau
RTH terhadap harga lahan di
permukiman Studi kasus : Kelurahan
Kelapa Gading Faktor yang secara nyata mempengaruhi lahan
di Kelurahan Kelapa Gading Timur KGT adalah jarak terhadap RTH Publik dan
kenyamanan lingkungan, berdasarkan hasil model regresi double log dengan R² adjust
83,8. Sedangkan di Kelurahan Kelapa Gading Barat
KGB variabel yang
mempengaruhi harga lahan adalah luas lahan
23
No. Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Timur dan Kelapa Gading Barat”
dan luas RTH Privat dengan hasil model regresi double log dengan R² adjust 85,3
2. Yuliasari “Distribusi Spasial
Ruang Terbuka Hijau berdasarkan
pengelolaan RTH di Provinsi DKI
Jakarta” Delineasi diatas citra IKONOS diketahui
jumlah RTH yang dikelola pemerintah Provinsi DKI sebesar 2 567,63 ha. Masing-
masing terdiri dari Dinas Pertamanan dan Pekerjaan Umum sebesar 0,81, Dinas
Pertanian dan Kehutanan sebesar 2, Dinas Pemuda dan Olahraga sebesar 0.32, dan
Dinas Pemakaman sebesar 0,45. Luas RTH di DKI Jakarta melalui delineasi didapatkan
sebesar 3.88 sedangkan laporan dari intansi pemerintah tahun 2006 sebesar 10.93.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Pembangunan fisik dan ekonomi yang sejalan dengan perlindungan lingkungan harus dilaksanakan secara simultan, agar tercapai pembangunan yang
berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan didefinisikan sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan
hidup, termasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan UU No. 23 Tahun 1997. Pertumbuhan ekonomi disertai pesatnya peningkatan penduduk, perkembangan teknologi serta kegiatan industri
menimbulkan berbagai masalah lingkungan, terutama daerah perkotaan seperti DKI Jakarta. Permasalahan lingkungan Jakarta yang makin meningkat membuat
Jakarta sulit keluar dari bencana banjir, krisis air bersih, kemacetan lalu lintas, pencemaran udara yang membuat kondisi Jakarta makin terpuruk. Bahkan
berdasarkan pengamatan 30 tahun terakhir ini, kenaikan suhu rata-rata udara di kota Jakarta hampir mencapai 5°C Wardhana, 2010. Permasalahan tersebut akan
menjadi beban bagi lingkungan Jakarta bila tidak ada upaya untuk meminimalkan dampaknya.
Salah satu upaya pencegahan untuk memperbaiki kualitas lingkungan adalah meningkatkan kualitas lingkungan. Pemerintah DKI telah berupaya
melakukan perlindungan lingkungan dengan baku mutu lingkungan dari beberapa peraturan perundangan yang telah dibuat seperti SK Gubernur DKI Jakarta No.
1222 Tahun 1990 tentang baku mutu udara emisi kendaraan bermotor Siahaan, 2004. Di sisi lain, diperlukan pula suatu upaya penataan lingkungan yang baik,
serasi, dan seimbang pada sistem perencanaan yang baik berupa tata ruang.