Perancangan Ulang Kawasan Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Ramah Burung

(1)

i

PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG

SYAM REZZA FAHLEVI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN

RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG

SYAM REZZA FAHLEVI. Perancangan Ulang Kawasan Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Ramah Burung. Di bawah bimbingan BAMBANG SULISTYANTARA.

TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. TPU Tanah Kusir merupakan salah satu pemakaman umum terbesar di Jakarta dengan luas tapak secara keseluruhan sebesar 519.503 m2. Lokasi Tanah Kusir secara geografis antara 106°45'53,52" BT - 106°46'24,35" BT dan antara 6°14'43,64" LS - 6°15'30,98" LS. Tapak berada pada ketinggian 10 - 42 mdpl dengan kemiringan relatif datar.

Pemakaman umum Tanah Kusir merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat dimanfaatkan menjadi salah satu lokasi habitat burung di Jakarta karena posisinya yang strategis. Terletak diantara perumahan dan terdapat Kali Pesanggarahan di dalamnya. Keadaan Tanah Kusir yang lebih hijau dibanding dengan daerah sekelilingnya membuat Tanah Kusir menjadi tempat yang nyaman untuk burung bermain, singgah dan mencari makan. Kawasan TPU Tanah Kusir merupakan RTH penghubung dari lima lokasi utama habitat burung di Jakarta. Lokasi-lokasi tersebut adalah Bantaran Kali Pesanggrahan, Perumahan Pondok Indah, Kawasan Kebayoran, Kawasan Senayan, serta Hutan Kota Srengseng. Namun pada saat ini, jumlah keanekaragaman jenis burung di TPU Tanah Kusir semakin berkurang seiring pembangunan proyek normalisasi Kali Pesanggrahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan fungsi RTH pada lanskap pemakaman umum, mengevaluasi kondisi eksisting habitat burung, membuat perancangan lanskap pemakaman umum berbasis RTH yang fungsional dan estetik serta menyediakan green corridor untuk burung agar dapat berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain di Kota Jakarta.


(3)

Penelitian dilaksanakan di wilayah pemakaman Tanah Kusir di Jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan dari bulan Februari hingga November 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) yang meliputi tahap inventarisasi, analisis, sintesis, konsep perencanaan dan detail perancangan.

Proyek Jakarta Emergency Dradging Initiative (JEDI) atau proyek pengendalian banjir melalui normalisasi dan pengerukan 13 sungai di Jakarta dimulai pada pertengahan tahun 2012. Kali Pesanggrahan sepanjang 27 kilom dari Cirendeu sampai Cengkareng mengalami normalisasi. Pelebaran badan sungai dilakukan dari semula 15 m menjadi 40 m. Guna melakukan normalisasi Kali Pesanggrahan, Pemprov DKI akan merelokasi 1.776 makam yang berada di TPU Tanah Kusir dengan luas 9.768 m2. Normalisasi Kali Pesanggrahan yang melewati TPU Tanah Kusir tersebut juga dibarengi dengan pembuatan jalan sebesar 10 m di samping sungai yang mengalami pelebaran. Pelebaran Kali Pesanggrahan tersebut dilengkapi dengan pembuatan tanggul beton di sepanjang badan sungai dengan tinggi 3 m dan juga pengerukan sungai.

Pengamatan burung menggunakan metode MacKinnon List dilakukan sebanyak dua periode pengamatan. Periode pertama adalah sebelum diadakannya pembangunan proyek pelebaran sungai, sedangkan periode yang kedua adalah saat dilaksanakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan. Pengambilan data burung dengan dua periode tersebut dimaksudkan untuk memperoleh data perbandingan jumlah jenis burung sebelum dan setelah diadakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan. Pengamatan dilakukan pada jam 6 – 10 pagi. Jenis burung Raja-udang meninting (Alcedo meninting), Kareo padi (Amaurornis phoenicurus), Cekakak Jawa

(Halcyon cyanoventris), Gelatik Jawa (Padda oryzivora), Kipasan belang (Rhipidura javanica), Gemak loreng (Turnix suscitator), dan Caladi tilik (Picoides moluccensis) tidak dijumpai pada tapak. Output dari penelitian ini adalah perancangan pemakaman Tanah Kusir yang baru lengkap dengan alternatif vegetasi, pembagian ruang, model sirkulasi, serta model site furniture yang berbasis pengembangan RTH ramah burung.

Konsep dasar TPU Tanah Kusir yang direncanakan adalah pemakaman sebagai koridor ruang terbuka hijau (RTH). Koridor ruang terbuka hijau merupakan jalur yang menghubungkan antar RTH sekaligus sebagai salah satu bentuk habitat burung. Hal ini dimaksudkan agar jalur terbang burung tidak terputus pada suatu titik dengan memanfaatkan potensi tapak sebagai ruang terbuka hijau yang belum termanfaatkan secara maksimal. Konsep ini dikembangkan ke dalam konsep ruang, sirkulasi, vegetasi dan fasilitas.


(4)

Perencanaan ruang yang direncanakan berdasarkan konsep ruang yang telah dibuat dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona inti (320.385,1 m2), zona konservasi (71.248,8 m2) dan zona pendukung (37.165,5 m2). Subzona dari masing-masing pembagian tersebut, yaitu makam unit Islam, unit kristen, unit budha, unit khusus serta makam relokasi pada zona inti. Ruang konservasi pada zona konservasi, ruang penerimaan dan ruang pelayanan pada zona pendukung. Sirkulasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu sirkulasi primer (lebar 3,8 m), sirkulasi sekunder (lebar 1,5 m) dan sirkulasi tersier. Vegetasi yang dikembangkan dikategorikan menjadi empat fungsi yaitu vegetasi dengan fungsi estetika, fungsi konservasi, fungsi pengarah, serta fungsi penyangga. Fasilitas yang mendukung aktivitas juga dikembangkan pada tapak, seperti makam, papan informasi, pergola, bangku taman dan tempat sampah, gerbang dan name sign, tempat parkir, taman, gedung pengelola, musholla, toilet, kios, pos jaga, sarang burung buatan, tempat makan dan minum burung, lampu penerangan, serta saluran drainase.


(5)

iii

RINGKASAN

SYAM REZZA FAHLEVI. Perancangan Ulang Kawasan Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Ramah Burung. Di bawah bimbingan BAMBANG SULISTYANTARA.

TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. TPU Tanah Kusir merupakan salah satu pemakaman umum terbesar di Jakarta dengan luas tapak secara keseluruhan sebesar 519.503 m2. Lokasi Tanah Kusir secara geografis antara 106°45'53,52" BT - 106°46'24,35" BT dan antara 6°14'43,64" LS - 6°15'30,98" LS. Tapak berada pada ketinggian 10 - 42 mdpl dengan kemiringan relatif datar.

Pemakaman umum Tanah Kusir merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat dimanfaatkan menjadi salah satu lokasi habitatburung di Jakarta karena posisinya yang strategis. Terletak diantara perumahan dan terdapat Kali Pesanggarahan di dalamnya. Keadaan Tanah Kusir yang lebih hijau dibanding dengan daerah sekelilingnya membuat Tanah Kusir menjadi tempat yang nyaman untuk burung bermain, singgah dan mencari makan. Kawasan TPU Tanah Kusir merupakan RTH penghubung dari lima lokasi utama habitat burung di Jakarta. Lokasi-lokasi tersebut adalah Bantaran Kali Pesanggrahan, Perumahan Pondok Indah, Kawasan Kebayoran, Kawasan Senayan, serta Hutan Kota Srengseng. Namun pada saat ini, jumlah keanekaragaman jenis burung di TPU Tanah Kusir semakin berkurang seiring pembangunan proyek normalisasi Kali Pesanggrahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan fungsi RTH pada lanskap pemakaman umum, mengevaluasi kondisi eksisting habitat burung, membuat perancangan lanskap pemakaman umum berbasis RTH yang fungsional dan estetik serta menyediakan green corridor untuk burung agar dapat berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain di Kota Jakarta.

Penelitian dilaksanakan di wilayah pemakaman Tanah Kusir di Jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan dari bulan Februari hingga November 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) yang meliputi tahap inventarisasi, analisis, sintesis, konsep perencanaan dan detail perancangan.

Proyek Jakarta Emergency Dradging Initiative (JEDI) atau proyek pengendalian banjir melalui normalisasi dan pengerukan 13 sungai di Jakarta dimulai pada pertengahan tahun 2012. Kali Pesanggrahan sepanjang 27 kilom dari Cirendeu sampai Cengkareng mengalami normalisasi. Pelebaran badan sungai dilakukan dari semula 15 m menjadi 40 m. Guna melakukan normalisasi Kali Pesanggrahan, Pemprov DKI akan merelokasi 1.776 makam yang berada di TPU Tanah Kusir dengan luas 9.768 m2. Normalisasi Kali Pesanggrahan yang melewati TPU Tanah Kusir tersebut juga dibarengi dengan pembuatan jalan sebesar 10 m di samping sungai yang mengalami pelebaran. Pelebaran Kali Pesanggrahan tersebut dilengkapi dengan pembuatan tanggul beton di sepanjang badan sungai dengan tinggi 3 m dan juga pengerukan sungai.

Pengamatan burung menggunakan metode MacKinnon List dilakukan sebanyak dua periode pengamatan. Periode pertama adalah sebelum diadakannya


(6)

iv pembangunan proyek pelebaran sungai, sedangkan periode yang kedua adalah saat dilaksanakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan. Pengambilan data burung dengan dua periode tersebut dimaksudkan untuk memperoleh data perbandingan jumlah jenis burung sebelum dan setelah diadakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan. Pengamatan dilakukan pada jam 6 – 10 pagi. Jenis burung Raja-udang meninting (Alcedo meninting), Kareo padi (Amaurornis phoenicurus), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), Gelatik Jawa (Padda oryzivora), Kipasan belang (Rhipidura javanica), Gemak loreng (Turnix suscitator), dan Caladi tilik (Picoides moluccensis) tidak dijumpai pada tapak. Output dari penelitian ini adalah perancangan pemakaman Tanah Kusir yang baru lengkap dengan alternatif vegetasi, pembagian ruang, model sirkulasi, serta model site furniture yang berbasis pengembangan RTH ramah burung.

Konsep dasar TPU Tanah Kusir yang direncanakan adalah pemakaman sebagai koridor ruang terbuka hijau (RTH). Koridor ruang terbuka hijau merupakan jalur yang menghubungkan antar RTH sekaligus sebagai salah satu bentuk habitat burung. Hal ini dimaksudkan agar jalur terbang burung tidak terputus pada suatu titik dengan memanfaatkan potensi tapak sebagai ruang terbuka hijau yang belum termanfaatkan secara maksimal. Konsep ini dikembangkan ke dalam konsep ruang, sirkulasi, vegetasi dan fasilitas.

Perencanaan ruang yang direncanakan berdasarkan konsep ruang yang telah dibuat dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona inti (320.385,1 m2), zona konservasi (71.248,8 m2) dan zona pendukung (37.165,5 m2). Subzona dari masing-masing pembagian tersebut, yaitu makam unit Islam, unit kristen, unit budha, unit khusus serta makam relokasi pada zona inti. Ruang konservasi pada zona konservasi, ruang penerimaan dan ruang pelayanan pada zona pendukung. Sirkulasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu sirkulasi primer (lebar 3,8 m), sirkulasi sekunder (lebar 1,5 m) dan sirkulasi tersier. Vegetasi yang dikembangkan dikategorikan menjadi empat fungsi yaitu vegetasi dengan fungsi estetika, fungsi konservasi, fungsi pengarah, serta fungsi penyangga. Fasilitas yang mendukung aktivitas juga dikembangkan pada tapak, seperti makam, papan informasi, pergola, bangku taman dan tempat sampah, gerbang dan name sign, tempat parkir, taman, gedung pengelola, musholla, toilet, kios, pos jaga, sarang burung buatan, tempat makan dan minum burung, lampu penerangan, serta saluran drainase.


(7)

v

PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap


(8)

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.

Bogor, Januari 2013

SYAM REZZA FAHLEVI A44080005


(9)

vi

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau keseluruhan karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(10)

vii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Perancangan Ulang Kawasan Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Ramah Burung

Nama : Syam Rezza Fahlevi NIM : A44080005

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. NIP. 196010221986011001

Ketua Departemen

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 194809121974122001


(11)

viii

RIWAYAT HIDUP

Syam Rezza Fahlevi lahir di Jakarta, 22 Juni 1990 dari ayah Syamsuri dan ibu Siti Ropiah, sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menamatkan SD pada tahun 2002 dari SDN Cipulir 03 Pagi Cipulir, tamat SMP pada tahun 2005 dari SMPN 153 Jakarta, serta tamat SMA pada tahun 2008 dari SMA Negeri 47 Jakarta, dan pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan termasuk mengikuti kegiatan kemahasiswaan, yaitu menjadi pengurus HIMASKAP sebagai staf Divisi Informasi dan Kesekretariatan (INFOS) periode 2009-2010, serta menjadi ketua Divisi Informasi dan Kesekretariatan periode 2010-2011. Penulis menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Teori Desain Laskap pada tahun 2012 dan Teknik Studio pada tahun 2012-2013.

Penulis juga pernah melakukan magang pada Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta pada tahun 2011, Suku Dinas Pertamanan Jakarta Timur pada tahun 2012, serta PT Nestle Indonesia pada tahun 2012-2013. Penulis pernah mengerjakan proyek pribadi dan kelompok serta sayembara yang berkaitan dengan Arsitektur Lanskap. Sayembara yang pernah diikuti diantaranya sebagai finalis 10 besar Sayembara Taman Topi, Bogor (2010), sebagai peserta The 5th PROMS - An Action for Indonesian Tourism (2010), peserta Sayembara

Architecture Festival Surabaya Waterfront Park (2011), serta peserta Sayembara

Architecture UI Fair - Play with Surrounding (2012).

Penulis juga aktif dalam kegiatan seni di kampus, pernah menjuarai beberapa perlombaan perkusi di kampus yaitu sebagai Juara I Lomba Perkusi Tetranologi 2009 dan Juara III Lomba Perkusi IPB Art Contest 2010. Penulis juga aktif mengikuti kompetisi di luar kampus, yaitu lomba desain kaos di beberapa kompetisi dan pernah menjadi Juara I Lomba Desain Kaos Architecture UI Fair

(2012). Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan, sarasehan dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.


(12)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Allah SWT atas karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Perancangan Ulang Kawasan Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Ramah Burung berhasil diselesaikan.

Terkait dengan pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Syamsuri dan Ibu Siti Ropiah, adik-adik tercinta, Muhammad Rifki, Nafisa Ramadhani dan Rizka Farisha, serta seluruh keluarga besar dirumah atas segala perhatian, dukungan dan doa yang telah diberikan selama masa studi penulis di Institut Pertanian Bogor.

2. Bapak Dess Sabar yang telah mendukung dan mengakomodasi penulis untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor.

3. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu, kritik, saran, dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. Dr. Aris Munandar, MS selaku dosen pembimbing akademik. Akhmad Arifin Hadi, SP., MALA selaku dosen pembahas kolokium dan seminar skripsi. Ir. Qodarian Pramukanto, MSi dan Vera Dian Damayanti, SP., MLA selaku dosen penguji sidang skripsi yang memberikan banyak masukan pada penulis.

4. Seluruh pihak yang terkait dalam pengumpulan data di Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta (Bang Dimas Ario Nugroho), Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan (Kak Dian dan Bapak Sutandyo), Kantor Pelayanan Pemakaman TPU Tanah Kusir (Bapak Cardi dan Bapak Bambang), Dinas Tata Ruang DKI Jakarta (Kak Novi), Badan Pusat Statistika, serta BMKG Pondok Betung Ciledug Tangerang.

5. Burung Indonesia (Mas Fahrul Amama) yang telah mengajarkan penulis untuk mempelajari lebih dalam tentang burung dan teknik pengamatan burung, serta Enjoyment Akbar Siregar dan Widyastuti Utami sebagai rekan belajar pengamatan burung.


(13)

ii 6. Seluruh teman-teman di Arsitektur Lanskap angkatan 45 (2008), khususnya teman sebimbingan penulis yaitu Indah Prastiwi, Dwi Nurullah Kisami, Dinda Adisty Messalina dan Septhyan Susetyo Ariwibowo yang secara langsung ataupun tidak langsung ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat di rumah yang ikut memberikan dukungan ketika penyusunan skripsi ini, yaitu Alan Zulilmi, Pangesti Sulistya Rahayu, Muhammad Ikhsan Asyifa, Dinda Kharisma Putri, Aditya Novita, Aji Saputra, Fadillah Isnan, Abdul Aziz, Ahmad Ezat, Muhammad Saltudz Kurtubi.

8. Sahabat-sahabat di kampus sebagai teman diskusi, bermain dan bertanya tentang tugas akhir, yaitu Desi Anjana Dwi Putri, Muhammad Amin Shodiq, Ndaru Laksono, Evie Fitri, Desti Firza, Danur Febyandari, Fathiin Muhtadi Priyatama, Oryza Nikita, Dian Permata Sari, Mario Delau, Mukhlis Pribadi, Ali Sunanta, Andre Sutjipto, Ariel Diesto Situmorang, Andini Sekar Pamungkas, Muhaimin Syakir, Alfa Nugraha Pradana.

9. Teman-teman kosan Hikari yang saling mendukung kelulusan bersama. 10.Adik dan Kakak kelas di Arsitektur Lanskap IPB.

11.Teman-teman KKP penulis yaitu Faradila Danasworo Putri, Didit Darmawan, Grahan Aprilian, Iis Risa Maftuhah, Alna Hotama dan Khusnul Khotimah yang selalu mendukung penulis untuk cepat lulus.

12.Seluruh pihak yang terkait dalam proses penyusunan skripsi dan pelaksanaan penelitian yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Arsitektur Lanskap, selain dapat juga menjadi masukan kepada Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta sebagai salah satu bentuk koridor burung di Kota Jakarta.

Bogor, 4 Januari 2013


(14)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Manfaat ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Perencanaan dan Perancangan Lanskap ... 3

2.2. Lanskap Taman Pemakaman Umum ... 4

2.3. Ruang Terbuka Hijau ... 6

2.4. Burung ... 10

BAB III. METODOLOGI ... 12

3.1. Lokasi dan Waktu ... 12

3.2. Alat dan Bahan ... 13

3.3. Metode ... 13

3.3.1. Inventarisasi ... 13

3.3.2. Analisis ... 17

3.3.3. Sintesis ... 18

3.3.4. Perencanaan dan Perancangan Lanskap ... 18

3.4. Batasan Studi ... 18

BAB IV. KONDISI UMUM ... 19

4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak ... 19

4.2. Aksesibilitas ... 21


(15)

iv

BAB V. DATA, ANALISIS DAN SINTESIS ... 26

5.1. Kondisi Fisik ... 26

5.1.1. Lokasi Geografis dan Hubungan dengan Lokasi Habitat Burung Sekitar Tapak ... 26

5.1.2. Hidrologi ... 29

5.1.2.1. Sumber Air Bersih ... 29

5.1.2.2. Saluran dan Badan Air ... 30

5.1.3. Pembagian Ruang pada Tapak... 34

5.1.4. Iklim ... 38

5.1.5. Topografi ... 38

5.2. Aspek Biofisik ... 41

5.2.1.Vegetasi ... 41

5.2.2. Satwa... 43

5.2.3. Burung ... 44

5.3. Aspek Sosial ... 52

5.3.1. Keadaan dan Pendapat Warga Sekitar Kawasan ... 52

5.4. Hasil Analisis dan Solusi ... 53

5.5. Sintesis ... 55

5.5.1. Konsep Dasar ... 55

5.5.2. Konsep Ruang ... 55

5.5.3. Konsep Sirkulasi ... 56

5.5.4. Konsep Vegetasi ... 56

5.5.5. Konsep Fasilitas ... 57

BAB VI. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ... 61

6.1. Rencana Ruang ... 61

6.2. Rencana Sirkulasi ... 77

6.3. Rencana Vegetasi ... 83


(16)

v

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

7.1. Kesimpulan ... 97

7.2. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(17)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Contoh Pola Penanaman pada RTH Pemakaman ... 6

Gambar 3. 1. Peta Lokasi Tapak ... 12

Gambar 3. 2. Proses Perencanaan Lanskap (Gold, 1980) ... 13

Gambar 3. 3. Peta Jalur Transek Pengamatan Burung ... 16

Gambar 3. 4. Contoh grafik MacKinnon ... 17

Gambar 4. 1. Peta Dasar TPU Tanah Kusir ... 19

Gambar 4. 2. Foto Keadaan Eksisting TPU Tanah Kusir ... 20

Gambar 4. 3. Keadaan akses di sekitar TPU Tanah Kusir ... 22

Gambar 4. 4. Keadaan jalur sirkulasi dalam TPU Tanah Kusir ... 22

Gambar 4. 5. Peta Aksesibilitas di sekitar Tapak ... 23

Gambar 4. 6. Kios dan pedagang liar yang terdapat di dalam tapak ... 25

Gambar 4. 7. Tempat parkir di TPU Tanah Kusir... 25

Gambar 4. 8. Keadaan pagar pembatas antara area pemakaman dengan sungai .. 25

Gambar 5. 1. Peta Persebaran Burung dan Usulan Koridor Burung di Jakarta .... 27

Gambar 5. 2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta 2010-2030 ... 28

Gambar 5. 3. Pola Pergerakan Burung dari Lokasi Utama menuju ke Tapak ... 29

Gambar 5. 4. Penutupan lahan di sekitar tapak ... 29

Gambar 5. 5. Banjir akibat tidak adanya saluran drainase pada area pemakaman ... 30

Gambar 5. 6. Peta Rencana Pelebaran Kali Pesanggrahan ... 32

Gambar 5. 7. Peta Analisis Hidrologi ... 33

Gambar 5. 8. Peta Penggunaan Lahan TPU Tanah Kusir Jakarta ... 35

Gambar 5. 9. Peta Analisis Penggunaan Lahan ... 37

Gambar 5. 10. Perataan tanah di sepanjang Kali Pesanggrahan ... 38

Gambar 5. 11. Peta Topografi ... 39

Gambar 5. 12. Peta Analisis Kemiringan Lahan ... 40

Gambar 5. 13. Semak yang tersebar secara acak di TPU Tanah Kusir ... 41

Gambar 5. 14. Contoh pepohonan yang ada di TPU Tanah Kusir ... 41

Gambar 5. 15. Satwa yang terdapat di TPU Tanah Kusir ... 44


(18)

vii Gambar 5. 17. Grafik MacKinnon Hasil Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir

Wilayah Selatan ... 46

Gambar 5. 18. Grafik MacKinnon Hasil Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Wilayah Utara ... 47

Gambar 5. 19. Peta Sebaran Burung Periode I... 48

Gambar 5. 20. Peta Sebaran Burung Periode II ... 49

Gambar 5. 21. Peta Konsep Ruang ... 58

Gambar 5. 22. Peta Konsep Sirkulasi... 59

Gambar 5. 23. Peta Konsep Vegetasi ... 60

Gambar 6. 1. Diagram hubungan antar ruang pada tapak ... 61

Gambar 6. 2. Ilustrasi Zona Inti (Bagian Luar) ... 62

Gambar 6. 3. Ilustrasi Zona Inti (Bagian Dalam)... 63

Gambar 6. 4. Ilustrasi Zona Pendukung ... 63

Gambar 6. 5. Peta Rencana Tapak ... 64

Gambar 6. 6. Peta Rencana Tapak Wilayah Utara ... 65

Gambar 6. 7. Peta Rencana Tapak Wilayah Selatan ... 66

Gambar 6. 8. Peta Indeks Lokasi Perbesaran Area ... 67

Gambar 6. 9. Rencana Tapak (Perbesaran Area I) ... 68

Gambar 6. 10. Rencana Tapak (Perbesaran Area II) ... 69

Gambar 6. 11. Rencana Tapak (Perbesaran Area III) ... 70

Gambar 6. 12. Rencana Tapak (Perbesaran Area IV) ... 71

Gambar 6. 13. Rencana Tapak (Perbesaran Area V) ... 72

Gambar 6. 14. Rencana Tapak (Perbesaran Area VI) ... 73

Gambar 6. 15. Gambar Tampak Potongan I ... 74

Gambar 6. 16. Gambar Tampak Potongan II ... 75

Gambar 6. 17. Contoh Sirkulasi dalam Tapak ... 83

Gambar 6. 18. Pola Penanaman Vegetasi ... 84

Gambar 6. 19. Model Makam, Bangku Taman dan Tempat Sampah ... 89

Gambar 6. 20. Model Papan Interpretasi dan Papan Informasi ... 90

Gambar 6. 21. Model Pergola ... 91

Gambar 6. 22. Model Tempat Parkir ... 92


(19)

viii Gambar 6. 24. Model Kios dan Pos Jaga ... 94 Gambar 6. 25. Model Air Mancur ... 95 Gambar 6. 26. Model Lampu Jalan dan Lampu Taman ... 96


(20)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1. Daftar 10 jenis MacKinnon ... 15

Tabel 3. 2. Jenis Data, Param, Cara Pengambilan Data, Bentuk Data dan Sumber ... 15

Tabel 5. 1. Luas area berdasarkan pembagian penggunaan lahan ... 34

Tabel 5. 2. Data Pohon Pelindung di TPU Tanah Kusir ... 42

Tabel 5. 3. Data Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Jakarta wilayah Selatan Periode Pertama dan Periode Kedua ... 45

Tabel 5. 4. Data Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Jakarta wilayah Utara Periode Pertama dan Periode Kedua ... 46

Tabel 5. 5. Klasifikasi Ekologi Jenis Burung di TPU Tanah Kusir serta Status dan Undang-undang Perlindungannya di Indonesia ... 50

Tabel 5. 6. Hasil analisis dan solusi pada tapak ... 53

Tabel 6. 1. Jenis Ruang, Luasan, Aktivitas serta Fasilitas yang diperlukan pada tapak. ... 62

Tabel 6. 2. Rencana Sirkulasi di TPU Tanah Kusir ... 78

Tabel 6. 3. Tabel Fungsi Tanaman bagi Burung dan Jenis Burung yang dapat diundang ... 78

Tabel 6. 4. Tabel Alternatif Vegetasi dengan Fungsi Estetika ... 80

Tabel 6. 5. Tabel Alternatif Vegetasi dengan Fungsi Konservasi... 81

Tabel 6. 6. Tabel Alternatif Vegetasi dengan Fungsi Pengarah ... 81


(21)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, serta Status Burung ...101 Lampiran 2. Gambar Jenis burung di TPU Tanah Kusir ...112 Lampiran 3. Tabel Jenis Burung di Lokasi Utama Habitat Burung sekitar TPU

Tanah Kusir ...113 Lampiran 4. Data Pengamatan Iklim Mikro TPU Tanah Kusir pada hari Minggu

tanggal 29 Juli 2012 ...116 Lampiran 5. Kapasitas dan Jumah Petak Makam Jakarta Selatan, 2010 ...118 Lampiran 6. Daya Dukung Jumlah Petak Makam yang dapat ditampung ...119


(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Burung merupakan salah satu indikator lingkungan bersih. Semakin tinggi tingkat keanekaragaman jenis burung yang terdapat pada suatu wilayah, semakin tinggi pula tingkat kualitas lingkungan di wilayah tersebut. Namun pada saat ini, keberadaan burung di Kota Jakarta mulai berkurang karena banyaknya pembangunan gedung-gedung tinggi dan permukiman. Hal ini terjadi di banyak titik di Jakarta, antara lain adalah daerah bantaran sungai, taman kota, serta hutan kota. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan permukiman tersebut mengakibatkan ruang terbuka hijau (RTH) semakin berkurang. Hal ini berdampak pada berkurangnya habitat satwa liar di Jakarta, termasuk burung. RTH juga merupakan koridor burung untuk dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Namun karena RTH mulai berkurang, koridor burung juga ikut berkurang.

Pengembangan fungsi RTH di kawasan padat penduduk seperti Kota Jakarta dapat disiasati pada tempat-tempat dengan lahan yang memungkinkan dibuatnya RTH dan belum dimanfaatkan, contohnya adalah pemakaman. Pada saat ini, pemakaman yang ada di Jakarta belum dimanfaatkan dengan baik demi tercapainya fungsi RTH. Padahal lanskap pemakaman sangat berpotensi untuk dijadikan RTH. Kurangnya perhatian dan pengetahuan warga akan pentingnya fungsi RTH menjadi salah salah satu sebab kurangnya pemanfaatan lanskap pemakaman umum yang ada di Jakarta. Nilai penting bagi satwa burung dengan kehadiran RTH yaitu menjadi daerah perlindungan satwa burung dari kepunahan.

Tanah Kusir memiliki posisi yang strategis untuk menjadi koridor burung. Keadaan kawasan Tanah Kusir yang lebih hijau dibanding dengan daerah sekelilingnya membuat Tanah Kusir menjadi tempat yang nyaman untuk burung bermain, singgah dan mencari makan. Ketersediaan pohon dan sumber air sebagai habitat burung, sudah terdapat di tempat ini. Tanah Kusir diharapkan dapat menjadi salah satu lokasi habitat burung di Jakarta agar arah pergerakan burung tidak terputus.


(23)

2 Pada pertengahan tahun 2012, terdapat proyek normalisasi Kali Pesanggrahan yang melewati area Tanah Kusir. Hal ini berpengaruh pada penurunan kualitas habitat burung pada sepanjang sempadan sungai dan keberadaan burung di Tanah Kusir semakin berkurang seiring pembangunan proyek normalisasi Kali Pesanggrahan tersebut.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. mengembangkan fungsi RTH pada lanskap pemakaman umum, 2. mengevaluasi kondisi eksisting habitat burung,

3. membuat rancangan lanskap pemakaman umum berbasis RTH yang fungsional dan estetik serta menyediakan ruang bagi pelestarian burung di Kota Jakarta.

1.3. Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi untuk Pemerintah DKI Jakarta sebagai salah satu contoh perancangan pemakaman umum yang berbasis pengembangan RTH ramah burung di Kota Jakarta. Selain itu menjadikan TPU Tanah Kusir sebagai salah satu lokasi habitat burung di Jakarta agar keanekaragaman jenis burung di Jakarta tetap terjaga. Hasil dari pengamatan burung yang dilakukan berguna untuk mendata jenis burung yang terdapat pada TPU Tanah Kusir guna melengkapi data sebaran burung Kota Jakarta yang telah dimiliki Dinas Pertmanan dan Pemakaman DKI Jakarta.


(24)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan dan Perancangan Lanskap

“Planning” atau perencanaan merupakan suatu gambaran prakiraan dalam

pendekatan suatu keadaan di masa mendatang. Dalam hal ini dimaksudkan adalah keadaan masa depan yang diharapkan di atas tanah dalam kawasan tertentu. Tanah dalam hal ini dipandang sebagai suatu sumber dalam hubungan kebutuhan dan keinginan dari masyarakat dengan nilai-nilai yang dimiliki (Hakim, 2003).

Perencanaan merupakan suatu pendekatan ke masa depan terhadap lahan dan perencanaan tersebut disertai dengan imajinasi dan kepekaan terhadap analisis tapak (Laurie, 1986). Perencanaan tapak adalah seni menciptakan lingkungan fisik luar yang menyokong tindakan manusia, dimana proses perencanaan dimulai dengan memahami orang-orang yang akan menggunakan tapak tersebut dan kebijakan-kebijakan yang ada (Lynch, 1981). Proses perencanaan adalah suatu alat yang sistematis untuk menentukan keadaan awal, keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut (Simonds, 1983).

Perencanaan lanskap (landscape planning) mengkhususkan diri pada studi pengkajian proyek berskala besar untuk bisa mengevaluasi secara sistematik area lahan yang sangat luas untuk ketetapan penggunaan bagi berbagai kebutuhan di masa datang. Pengamatan masalah ekologi dan lingkungan alam sangat peka diperhatikan dalam kegiatan ini. Kerjasama lintas disiplin merupakan syarat mutlak untuk bisa sampai kepada produk kebijakan atau tata guna tanah. Di sinilah kita mengenal cakupan pekerjaan seperti: lanskap regional, lanskap perkotaan, lanskap pedesaan, lanskap daerah aliran sungai, taman nasional, dan sebagainya (Hakim, 2003).

Perencanaan lanskap dapat dikatakan sebagai suatu tindakan berorientasi pada masa depan yang dilakukan dalam suatu tapak berskala besar dengan menciptakan suatu lingkungan fisik untuk mengakomodasi kegiatan manusia di dalamnya.


(25)

4 Perancangan tapak merupakan usaha penanganan tapak (site) secara optimal memalui proses keterpaduan penganalisisan dari suatu tapak dan kebutuhan program penggunaan tapak, menjadi suatu sintesa yang kreatif (Hakim, 2003). Perancangan detail lanskap adalah usaha seleksi dan ketepatan penggunaan komponen/elemen, material/bahan lanskap, tanaman, kombinasi pemecahan detail berbagai elemen taman (Hakim, 2003).

Perancangan (desain) tidak lepas dari elemen dan prinsip desain yang membentuknya. Menurut Bell (2004), elemen desain terdiri dari titik, garis, bentuk, serta bangun. Namun menurut Molnar (1992), elemen-elemen yang membentuk desain terdiri dari titik, bentuk, tekstur, serta warna. Sedangkan prinsip desain yang dikemukakan oleh Reid (1993) adalah unity, harmony, simplicity, emphasis, balance, scale and proportion, sequence, serta interest.

2.2. Lanskap Taman Pemakaman Umum

Lanskap ditinjau dari segi karakteristiknya sangatlah beraneka ragam. Keanekaragaman dapat timbul secara alamiah atau oleh karena adanya kegiatan manusia di atas bidang tanah tertentu, seperti daerah pertanian, wilayah pemukiman, jalur lalu lintas, wilayah industri, dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lanskap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat (Hakim, 2003).

Taman pemakaman adalah lahan yang digunakan untuk memakamkan jenazah yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana (Perda DKI Jakarta No.3 tahun 2007 tentang Pemakaman). Tempat Pemakaman Umum (TPU) adalah areal tanah yang disediakan untuk keperluan pemakaman jenazah bagi setiap orang tanpa membedakan agama dan golongan, yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II atau Pemerintah Desa. Tempat Pemakaman Bukan Umum adalah areal tanah yang disediakan untuk keperluan pemakaman jenazah yang pengelolaannya dilakukan oleh badan sosial dan/atau badan keagamaan. Tempat Pemakaman Khusus adalah areal tanah yang digunakan untuk tempat pemakaman yang karena faktor sejarah dan faktor kebudayaan mempunyai arti khusus (PP No. 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman).


(26)

5 Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi utama sebagai tempat penguburan jenazah juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan (Permen PU No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1987, penggunaan lahan pada pemakaman harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. tidak berada dalam wilayah yang padat penduduknya; b. menghindari penggunaan tanah yang subur;

c. memperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan hidup; d. mencegah pengrusakan tanah dan lingkungan hidup;

e. mencegah penyalahgunaan tanah yang berlebih-lebihan.

Namun berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1987, terdapat banyak masalah terhadap penyediaan dan penggunaan tanah untuk keperluan tempat pemakaman yang timbul ditinjau dari berbagai segi yaitu:

a. lokasi tanah tempat pemakaman, kenyataannya banyak tanah tempat pemakaman terletak di tengah-tengah kota atau berada dalam daerah pemukiman yang padat penduduknya, sehingga tidak sesuai lagi dengan perencanaan pembangunan daerah atau Rencana Tata Kota.

b. pemborosan pemakaian tanah untuk keperluan tempat pemakaman karena belum diatur mengenai pembatasan tanah bagi pemakaman jenazah seseorang. c. dipakainya tanah-tanah subur untuk keperluan pemakaman.

d. kurang diperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan hidup. e. kurang memadainya upaya pencegahan pengrusakan tanah.

Berdasarkan Permen PU No. 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai berikut:

a. ukuran makam 1 m x 2 m;

b. jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;


(27)

6 d. pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok

disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;

e. batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan pohon pelindung disalah satu sisinya;

f. batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung;

g. ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya. Pemilihan vegetasi di pemakaman disamping sebagai peneduh juga untuk meningkatkan peran ekologis pemakaman termasuk habitat burung serta keindahan.

Gambar 2.1. Contoh Pola Penanaman pada RTH Pemakaman (Sumber: Permen PU No. 5 tahun 2008)

2.3. Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka kota pada dasarnya adalah ruang kota yang tidak terbangun, yang berfungsi sebagai penunjang tuntutan akan kenyamanan, keamanan, peningkatan kualitas lingkungan dan pelestarian alam yang terdiri dari ruang linier atau koridor dan ruang pulau atau oasis sebagai tempat perhentian (Hakim, 2003).


(28)

7 Ruang terbuka di kota yang ditinjau secara fisik ditentukan oleh pengembangan bangunan dan sistem jaringan di atas permukaan tanah. Pengembangan ini merupakan hasil dari ekonomi perkotaan dan berbagai peraturan bangunan yang disusun untuk menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah setempat. Ruang terbuka tidak hanya berupa taman, melainkan tempat bermain dan tempat rekreasi yang lain (Branch, 1985).

Ruang terbuka, adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau (Permen PU No. 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan). Ruang terbuka hijau adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan/atau sarana kota/lingkungan dan/atau pengaman jaringan prasarana dan/atau budidaya pertanian (Perda DKI Jakarta No. 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) adalah ruang-ruang yang terdapat di dalam kota, baik berupa koridor/ jalur ataupun area/ kawasan sebagai tempat pergerakan/ penghubung, dan tempat perhentian/ tujuan, dimana unsur hijau (vegetasi) yang alami dan sifat ruang yag terbuka lebih dominan (Hakim, 2003).

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 tahun 2007, jenis RTH Kawasan Perkotaan dibagi menjadi taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, taman hutan raya, hutan kota, hutan lindung, alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah, cagar alam, kebun raya, kebun binatang, pemakaman umum, lapangan olah raga, lapangan upacara, parkir terbuka, lahan pertanian perkotaan, jalur di bawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET), sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa, jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian, kawasan dan jalur hijau, daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara, dan taman atap (roof garden).


(29)

8 Berdasarkan Permen PU No. 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, RTH memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:

1. memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota);

2. pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar;

3. sebagai peneduh; 4. produsen oksigen; 5. penyerap air hujan; 6. penyedia habitat satwa;

7. penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta; 8. penahan angin.

b. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu: 1. Fungsi sosial dan budaya:

- menggambarkan ekspresi budaya lokal; - merupakan media komunikasi warga kota; - tempat rekreasi;

- wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.

2. Fungsi ekonomi:

- sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur;

- bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lainlain.

3. Fungsi estetika:

- meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro: lansekap kota secara keseluruhan;

- menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota; - pembentuk faktor keindahan arsitektural;


(30)

9 - menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak

terbangun.

Manfaat yang dapat diperoleh RTH Kawasan Perkotaan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 tahun 2007 adalah:

a. sarana untuk mencerminkan identitas daerah; b. sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan; c. sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial; d. meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan;

e. menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; f. sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula; g. sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat;

h. memperbaiki iklim mikro; dan

i. meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.

Vegetasi merupakan unsur fisik kota yang penting. Unsur ini dapat meningkatan daya tarik kota dan membantu menjaga kebersihan udara. Vegetasi dapat mengurangi terjadinya erosi tanah, bahaya tanah longsor, dan mengurangi kebisingan. Vegetasi dapat pula sebagai pematah angin. Vegetasi dapat berada di berbagai tempat dan dalam berbagai bentuk di bagian kota, yaitu di sepanjang jalan di dalam kota, jalan bebas hambatan yang utama, kanal-kanal pengendali banjir, jalur kereta api dan ruang pergerakan lain; di taman-taman kota, tempat-tempat bermain, daerah rekreasi dan pertanian, makam, dan ruang terbuka lainnya (Branch, 1985).

Berdasarkan Permen PU No. 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH pemakaman adalah sebagai berikut:

a. sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan;

b. batang tegak kuat, tidak mudah patah dan tidak berbanir;

c. sedapat mungkin mempunyai nilai ekonomi, atau menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi langsung;

d. tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap; e. tahan terhadap hama penyakit;


(31)

10 f. berumur panjang;

g. dapat berupa pohon besar, sedang atau kecil disesuaikan dengan ketersediaan ruang;

h. sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.

2.4. Burung

Burung merupakan salah satu kelompok terbesar vertebrata yang banyak dikenal, diperkirakan terdapat sekitar 8600 jenis yang tersebar di dunia. Mereka menempati setiap tipe habitat dari khatulistiwa sampai daerah kutub. Dimana ditemukan pohon yang tumbuh atau terdapat ikan, serangga dan avertebrata lainnya, di tempat tersebut burung mencari kehidupan (Mackinnon, 1995).

Burung adalah indikator alami kebersihan dan mutu lingkungan perkotaan. Burung adalah salah satu makhluk hidup liar yang mudah dijumpai di mana saja

dan dapat “diundang” untuk singgah di pekarangan dan taman kota (Mulyawati dan Amama, 2011).

Menurut Hernowo dan Prasetyo tahun 1989, satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Burung perlu dilestarikan karena memiliki manfaat yang besar bagi manusia, antara lain:

1. membantu mengendalikan serangga hama, 2. membantu proses penyerbukan bunga,

3. mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi,

4. burung memiliki suara yang khas dan dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan,

5. burung dapat digunakan untuk berbagai atraksi rekreasi, 6. sebagai sumber plasma nutfah,

7. objek untuk pendidikan dan penelitian.

Burung memiliki suku-suku yang dikelompokkan kedalam tiga belas kategori ekologi. Kelompok burung yang terdapat di daerah perkotaan seperti Jakarta antara lain burung-burung berenang di air tawar, burung- burung besar/ sedang pemakan serangga yang bersifat arboreal, pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur, pemakan serangga berukuran sedang/kecil yang hidup


(32)

11 di tanah, pemakan serangga berukuran sedang/kecil yang bersifat arboreal, serta burung-burung kecil pemakan nektar, buah dan biji (Mackinnon, 1995).

Salah satu usaha untuk mendatangkan burung dalam suatu wilayah adalah diperlukan adanya habitat yang sesuai dengan jenis burung itu sendiri. Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup atau tempat dimana organisme ditemukan atau melakukan siklus hidup (Odum, 1971).


(33)

12

BAB III METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu

Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan ini memiliki luas wilayah sebesar 519.503 m2.

Gambar 3. 1. Peta Lokasi Tapak

Waktu pelaksanaan penelitian selama tujuh bulan. Pengumpulan data sekunder dilakukan pada bulan Februari-Maret 2012 dan dilanjutkan dengan


(34)

13 pengamatan langsung selama lima bulan dari bulan April-Agustus 2012, kemudian pengolahan data dan penulisan skripsi.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), kamera, binocular, thermo-hygrom, buku Panduan Lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan karya John Mackinnon, laptop beserta software (AutoCad, Adobe Photoshop, Map Source, Global Mapper, arc GIS, Google Sketch Up dan Google Earth). Bahan yang digunakan kertas gambar dan kertas tabular.

3.3. Metode

Tahapan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) yang meliputi tahap inventarisasi, analisis, sintesis, konsep perencanaan dan detail perancangan.

Gambar 3. 2. Proses Perencanaan Lanskap (Gold, 1980)

3.3.1. Inventarisasi

Inventarisasi merupakan tahap mengumpulkan data primer maupun sekunder pada tapak yang dilakukan dengan cara survei lapang, wawancara, serta studi pustaka. Data primer dapat diperoleh melalui survei lapang yang meliputi


(35)

14 pencatatan, pengamatan visual, dan pengambilan gambar sehingga didapatkan kondisi fisik tapak yang sebenarnya serta penyebaran populasi burung yang ada. Wawancara dilakukan langsung pada pihak yang terkait untuk mendapatkan data yang sesuai berupa selera dan keinginan penduduk.

Pengamatan burung dilakukan secara langsung di lapangan mulai pukul 06.00 hingga pukul 10.00 pagi dikarenakan burung mulai terlihat banyak pada jam tersebut. Metode pengamatan burung yang digunakan adalah metode MacKinnon List. Pengamatan dilakukan pada titik pengamatan yang telah ditentukan selama 10 menit pada setiap titik pengamatan. Jalur transek pengamatan burung yang digunakan adalah jalur yang telah ada dalam TPU Tanah Kusir. Jalur transek tersebut harus menjangkau seluruh area TPU Tanah Kusir (Gambar 3.3).

Pengamatan burung dibagi dalam dua area pengamatan, yaitu TPU Tanah Kusir wilayah utara dan TPU Tanah Kusir wilayah selatan. Pengamatan pada masing-masing wilayah dilakukan dalam empat kali pengulangan dengan hari yang berurutan. Selain itu, pengamatan burung dilakukan sebanyak dua periode pengamatan. Periode pertama adalah pada saat sebelum diadakannya pembangunan proyek pelebaran Kali Pesanggrahan, sedangkan periode yang kedua adalah pada saat dilaksanakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan. Pengambilan data burung dengan dua periode tersebut dimaksudkan untuk memperoleh data perbandingan jumlah jenis burung sebelum dan setelah diadakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan.

Data yang dikumpulkan dapat melalui pengamatan langsung maupun perjumpaan berupa suara. Pencatatan dilakukan di dalam daftar MacKinnon (tabel 3.1), yaitu sebuah daftar catatan jenis yang ditemukan dan diisi hingga maksimal 20 jenis, kemudian dilanjutkan dalam daftar yang baru. Setiap jenis burung hanya dicatat satu kali dalam satu daftar. Pencatatan hari, tanggal, waktu, serta cuaca pada saat pengambilan data juga dilakukan. Hal tersebut dapat memberikan informasi tentang jenis burung yang terdapat pada lokasi pada waktu dan cuaca yang berbeda.

Data sekunder meliputi aspek fisik yang berupa letak, batas dan luas tapak, keadaan tanah dan topografi, hidrologi, vegetasi dan satwa, serta sirkulasi; aspek sosial berupa jumlah penduduk, jumlah kelahiran dan kematian, agama, selera dan


(36)

15 keinginan, kebutuhan, serta aspek teknik yang berupa teknik perencanaan (pemilihan tanaman yang tepat dan rencana tata guna lahan).

Tabel 3. 1. Daftar jenis MacKinnon Hari, Tanggal :

Waktu : Cuaca :

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

1 2 3 4 5

(Sumber : MacKinnon, 1995)

Tabel 3. 2. Jenis Data, Param, Cara Pengambilan Data, Bentuk Data dan Sumber Data

No. Jenis Data Param Cara Pengambilan

Data Bentuk Data

Sumber Data

1 Data Fisik

a. Letak geografis dan

administratif tapak

Batas wilayah, Studi Pustaka

Sekunder Pemerintah daerah Luas wilayah, Studi Pustaka

Ketinggian tempat Studi Pustaka, lapangan b. Topografi dan

kemiringan

Kontur dan kemiringan lahan,

Pengamatan, Studi

pustaka Sekunder

Pemerintah daerah c. Satwa

(Burung)

Kekayaan jenis, keanekargaman jenis

Pengamatan Primer dan

Sekunder Lapangan d. Iklim Arah dan

kecepatan angin, Studi pustaka

Primer dan Sekunder Lapangan dan Pemerintah daerah Suhu udara

rata-rata, Studi pustaka Kelembaban udara

relatif. Studi pustaka

e. Hidrologi Drainase Pengamatan Primer dan

Sekunder Lapangan Irigasi Pengamatan

f. Vegetasi Jenis tanaman, Pengamatan Primer dan

Sekunder Lapangan

2 Data Sosial

a. Kependudukan

Jumlah kelahiran

dan kematian, Studi pustaka Sekunder

Biro Pusat Statistika, Lapangan b. Aktifitas

ekonomi Jenis pekerjaan Studi pustaka Sekunder Biro Pusat Statistika c. Potensi

pengguna

Selera dan

keinginan, Wawancara Primer dan

Sekunder Lapangan

Kebutuhan


(37)

16

Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011


(38)

17

3.3.2. Analisis

Analisis merupakan tahap pengolahan data. Data primer dan sekunder yang telah diperoleh melalui survei lapang dan wawancara diolah dengan metode analisis deskriptif sehingga diketahui potensi serta kendala yang ada pada tapak. Potensi yang ada pada tapak dikembangkan dan disesuaikan dengan tujuan perancangan tapak, sedangkan kendala yang ada ada tapak dimodifikasi sehingga kualitasnya meningkat sesuai dengan syarat dan standar yang berlaku.

Analisis mengenai jenis burung yang ada pada tapak, penyebaran, serta habitatnya juga dilakukan. Dari daftar yang telah dicatat selama pengamatan, setelah itu dibuat satu grafik yang menggambarkan antara jumlah kumulatif dari jenis-jenis yang dicatat terhadap hari pengamatan, sehingga terlihat suatu garis kurva penemuan jenis. Grafik yang terus meningkat mencerminkan kekayaan jenis burung di lokasi tapak.

Gambar 3. 4. Contoh grafik MacKinnon (Sumber: MacKinnon, 1995)

Jika grafik telah mendatar dan jenis baru tidak tercatat lagi di lembar daftar baru maka diasumsikan bahwa jenis-jenis burung yang terdapat di lokasi pengamatan telah tercatat seluruhnya. Jika grafik terus naik pada setiap pergantian lembar maka kemungkinan pada habitat tersebut masih terdapat jenis baru yang belum tercatat.


(39)

18

3.3.3. Sintesis

Tahap sintesis merupakan tahap pemecahan masalah dan pengembangan potensi dari TPU Tanah Kusir yang akan dikembangkan sesuai dengan tujuan perancangan ulang. Pada tahap sintesis ditetapkan konsep perencanaan tapak yang merupakan dasar dari setiap kebijakan yang akan dihadirkan pada tapak. Konsep dituangkan dalam konsep dasar, dilanjutkan dengan konsep ruang, sirkulasi, vegetasi dan fasilitas. Hasil dari tahap ini berupa peta-peta konsep.

3.3.4. Perencanaan dan Perancangan Lanskap

Tahap ini adalah tahap pengembangan konsep dalam bentuk perencanaan lanskap yang menggambarkan fasilitas yang dapat dikembangkan untuk mendukung aktivitas, tata letaknya dan elemen lanskap yang mendukung tapak sesuai dengan tujuan yang diinginkan, yaitu mewujudkan kawasan pemakaman yang ramah burung. Hasil dari tahapan ini adalah gambar rencana tapak dan gambar detail fasilitas yang akan dikembangkan pada tapak.

3.4. Batasan Studi

Studi ini dibatasi hingga tahap perancangan ulang TPU Tanah Kusir yang meliputi penataan vegetasi, utilitas, fasilitas, serta sirkulasi. Sehingga dapat berfungsi sebagai RTH pemakaman yang ramah burung di tengah maraknya isu berkurangnya habitat burung saat ini.


(40)

19

BAB IV KONDISI UMUM

4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak

TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. TPU Tanah Kusir merupakan salah satu pemakaman umum terbesar di Jakarta dengan luas tapak secara keseluruhan sebesar 519.503 m2. TPU Tanah Kusir mulai dibuka sejak tahun 1965. Nama Tanah Kusir itu sendiri bermula dari tanah milik seorang kusir.

Gambar 4. 1. Peta Dasar TPU Tanah Kusir

(Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011)

Perumahan Warga

Perumahan Warga

Taman Bendi

Perumahan Warga

Perumahan Warga


(41)

20


(42)

21 Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir terletak di Jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. TPU Tanah Kusir terletak pada empat kelurahan, yaitu Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Bintaro, Kebayoran Lama Utara dan Ulujami serta terletak pada dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kebayoran Lama dan Pesanggrahan.

Tapak berbatasan langsung dengan Kali Pesanggrahan yang melintasi tapak pada bagian Barat. Bagian Utara berbatasan langsung dengan RTH yang dikelola oleh Suku Dinas Pertamanan Jakarta Selatan, yaitu Taman Bendi Utara dan Taman Bendi Selatan, serta berbatasan dengan perumahan warga. Bagian Timur berbatasan dengan perumahan warga, sedangkan pada bagian Selatan berbatasan dengan Kali Pesanggrahan dan perumahan warga (Gambar 4.1).

TPU Tanah Kusir didominasi untuk area pemakaman, kantor, kios, serta perumahan warga. Tapak terbagi dua oleh Jalan Bintaro Raya menjadi Tanah Kusir Wilayah Utara dan Tanah Kusir Wilayah Selatan. Terdapat pula perlintasan rel kereta yang menghubungkan Stasiun Kebayoran dengan Stasiun Pondok Betung yang melintasi tapak.

4.2. Aksesibilitas

Akses yang ada untuk mencapai tapak cukup mudah sebab tapak berada di jalan utama yaitu Jalan Bintaro Raya yang menghubungkan daerah Kebayoran Lama dengan Bintaro (Gambar 4.5). Keadaan akses di sekitar tapak sudah terfasilitasi dengan baik, adanya halte pemberhentian angkutan kota, jalan yang tidak rusak, serta adanya jalur pejalan kaki (Gambar 4.3). Banyak angkutan kota yang melalui jalan tersebut, diantaranya adalah Metro Mini 71 dengan tujuan terminal M hingga Bintaro dan Metro Mini 74 dengan tujuan terminal Blok-M hingga Rempoa. Selain itu, TPU Tanah Kusir juga dapat diakses dengan angkutan kota S10 dengan trayek Pasar Kebayoran Lama - Tanah Kusir yang melalui Jalan Bendi Besar dan Jalan Peninggaran. Tidak jauh dari tapak terdapat pula pintu tol Veteran untuk mempermudah akses menuju ke tapak.

Berbeda dengan akses di sekitar tapak yang cukup bagus, akses yang ada di dalam tapak kurang terfasilitasi dengan baik (Gambar 4.4). Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya lahan parkir dan jalan yang tidak rata dan rusak. Jalur


(43)

22 sirkulasi dalam tapak memiliki lebar yang beragam mulai dari 1 m hingga 5 m sesuai dengan fungsi jalur tersebut. Jalur dalam tapak terbagai dalam dua fungsi, yaitu jalur yang menghubungkan antara petak makam dan antar blad (kaveling), serta jalur utama dalam tapak yang memisahkan antar unit pemakaman yang berbeda.

Gambar 4. 3. Keadaan akses di sekitar TPU Tanah Kusir

Gambar 4. 4. Keadaan jalur sirkulasi dalam TPU Tanah Kusir

Selain aksesibilitas untuk manusia, terdapat pula aksesibilitas untuk burung yang berupa koridor hijau di dalam TPU Tanah Kusir. Koridor hijau tersebut berada di sepanjang Kali Pesanggrahan yang melewati kawasan TPU Tanah Kusir.


(44)

23

4.5


(45)

24

4.3. Fasilitas dan Utilitas

TPU Tanah Kusir telah memiliki kantor pengelola serta musholla dan toilet umum. TPU Tanah Kusir memiliki empat gerbang utama, yaitu gerbang untuk Tanah Kusir Utara, Tanah Kusir Selatan, Unit Pemakaman Budha, serta Unit Pemakaman Khusus. Kios-kios tempat usaha juga cukup banyak dalam tapak. Kios-kios yang terdiri dari kios resmi dan liar tersebut sebagian menjual bunga, batu nisan, makanan dan minuman. Kios yang terdapat di sekitar pintu gerbang utama sebagian besar terdiri dari penjual bunga. Kios yang terdapat di sepanjang jalan Bintaro Raya terdiri dari penjual yang menawarkan jasa pembuatan batu dan papan nisan. Sedangkan kios yang berada di dalam area pemakaman dan tersebar acak merupakan para penjual makanan dan minuman yang mendirikan kiosnya secara liar (Gambar 4.6).

Terdapat pula tempat parkir di dalam tapak (Gambar 4.7), namun tempat parkir tersebut kurang mampu menampung jumlah kendaraan yang datang ke TPU Tanah Kusir sehingga para pengendara memarkir kendaraannya secara bebas di sepanjang jalur sirkulasi dalam tapak. Kali Pesanggrahan membuat TPU Tanah Kusir menjadi terpisah-pisah karena membelah tapak tersebut, namun sedang diadakan pembangunan jembatan yang akan digunakan untuk menghubungkan bagian tapak yang terpisah oleh sungai tersebut.

Fasilitas pendukung yang ada pada tapak adalah taman yang berada di beberapa titik di sekitar kantor pengelola dan pintu gerbang utama. Selain itu, terdapat pula pagar pembatas yang membatasi area pemakaman dengan jalan, area pemakaman dengan pemukiman, serta area pemakaman dengan Kali Pesanggrahan. Pagar yang membatasi area pemakaman dengan sungai kurang tinggi (Gambar 4.8) dan bukan merupakan pagar yang tertutup sehingga apabila air sungai meluap, air dapat membanjiri pemakaman dan meninggalkan sampah yang terbawa oleh air sungai. Pagar yang tidak tertutup secara keseluruhan tersebut berpengaruh juga pada banyaknya akses liar kedalam TPU Tanah Kusir dari pemukiman sekitarnya. Akses tersebut digunakan oleh warga sekitar sebagai jalan pintas untuk keluar-masuk area pemakaman. Fasilitas penunjang yang lain seperti tempat sampah dan papan petunjuk juga dapat ditemui di dalam tapak.


(46)

25

Gambar 4. 6. Kios dan pedagang liar yang terdapat di dalam tapak

Gambar 4. 7. Tempat parkir di TPU Tanah Kusir

Gambar 4. 8. Keadaan pagar pembatas antara area pemakaman dengan sungai Jaringan utilitas di dalam dan sekitar tapak terdiri dari jaringan listrik dan telepon. Jaringan listrik berfungsi sebagai sumber energi untuk penerangan dan sumber energi untuk mesin pompa air pada bangunan, petak pemakaman, serta taman.


(47)

26

BAB V

DATA, ANALISIS DAN SINTESIS

5.1. Kondisi Fisik

5.1.1. Lokasi Geografis dan Hubungan dengan Lokasi Habitat Burung Sekitar Tapak

Lokasi tapak secara geografis antara 106°45'53,52" BT - 106°46'24,35" BT dan antara 6°14'43,64" LS - 6°15'30,98" LS. Tapak berada pada ketinggian 10 - 42 mdpl dengan kemiringan relatif datar.

Kawasan TPU Tanah Kusir merupakan salah satu akses yang digunakan sebagai koridor terbang oleh burung. Berdasarkan Peta Persebaran Burung dan Usulan Koridor Burung di Jakarta yang diperoleh dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta (Gambar 5.1), TPU Tanah Kusir merupakan salah satu habitat burung diantara dua lokasi utama habitat burung di Jakarta. Lokasi utama habitat burung yang dihubungkan oleh TPU Tanah Kusir tersebut adalah Bantaran Kali Pesanggrahan dan Hutan Kota Srengseng.

Populasi burung yang ada di Kota Jakarta merupakan hasil pergerakan populasi burung dari sumber-sumber populasi burung di sekitar Kota Jakarta. Daerah-daerah sumber populasi burung yang ada di sekitar Kota Jakarta yaitu Kebun Raya Bogor yang terdapat di bagian selatan dari Kota Jakarta serta Pulau Dua, Cagar Alam Pulau Rambut, Taman Nasional Kepulauan Seribu dan Teluk Jakarta yang berlokasi di sisi sebelah utara dari Kota Jakarta. Populasi burung yang berada di Kota Jakarta merupakan hasil perpindahan dari sumber populasi tersebut. Burung-burung yang berasal dari sumber populasi di sekitar Kota Jakarta melakukan perpindahan dari selatan ke utara, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu pengembangan RTH sebagai koridor hijau di Jakarta sangat dibutuhkan agar tempat untuk singgah burung-burung tersebut tidak terputus.


(48)

27

5.1


(49)

28 Usulan koridor burung di Jakarta tersebut sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta 2010-2030, yaitu akan diadakan pengembangan RTH di jalur hijau jalan yang akan mendukung perpindahan populasi burung di antara lokasi-lokasi utama habitat burung. Gambar 5.2 merupakan gambar Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta tahun 2010-2030 yang diperoleh dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta (2011).

Gambar 5. 2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta 2010-2030

Berdasarkan Peta Persebaran Burung dan Usulan Koridor Burung di Jakarta, kawasan TPU Tanah Kusir merupakan RTH penghubung dari lima lokasi utama habitat burung di Jakarta. Lokasi-lokasi tersebut adalah Bantaran Kali Pesanggrahan, Perumahan Pondok Indah, Kawasan Kebayoran, Kawasan Senayan, serta Hutan Kota Srengseng. Pola pergerakan burung dari lokasi utama menuju ke TPU Tanah Kusir dijelaskan pada Gambar 5.3.

Terputus atau tidaknya pergerakan populasi burung ke tapak juga ditentukan oleh koridor hijau yang ada di sekitar tapak. Koridor hijau tersebut dapat berupa RTH dan juga jalur hijau jalan yang ada di sekitar tapak. Koridor


(50)

29 hijau yang tersedia di sekitar tapak saat ini antara lain terdiri dari jalur sungai, perkebunan warga, serta jalur hijau jalan (Gambar 5.4).

Gambar 5. 3. Pola Pergerakan Burung dari Lokasi Utama menuju ke Tapak

Gambar 5. 4. Penutupan lahan di sekitar tapak

5.1.2. Hidrologi

5.1.2.1. Sumber Air Bersih

Sumber air pada tapak berasal dari sumur-sumur bawah tanah. Air diambil menggunakan mesin pompa yang ada pada setiap bangunan. Selain itu, terdapat pula Kali Pesanggrahan yang juga berfungsi sebagai sumber air. Pemanfaatan air dari sungai tersebut digunakan untuk menyiram tanaman pada area pemakaman.


(51)

30 Air bersih juga diperlukan oleh hewan yang ada di dalam tapak, terutama burung. Pada umumnya, burung akan mendatangi genangan air untuk mereka minum dan mandi.

5.1.2.2. Saluran dan Badan Air

Sistem drainase pada tapak memanfaatkan topografi dan kemiringan lahan. Terdapat pula gorong-gorong (saluran pembuangan air) di beberapa titik pada bagian samping jalur sirkulasi tapak. Namun saluran pembuangan air tersebut tidak terdapat pada area pemakaman yang dekat dengan sungai, oleh karena itu area pemakaman Tanah Kusir sering mengalami banjir (Gambar 5.5). Banjir biasanya berlangsung cukup lama karena air yang telah masuk ke area pemakaman dari hujan dan sungai yang meluap akan sulit keluar karena tidak adanya saluran drainase pada area pemakaman tersebut.

Gambar 5. 5. Banjir akibat tidak adanya saluran drainase pada area pemakaman

Jenis saluran drainase yang terdapat pada TPU Tanah Kusir yaitu saluran drainase terbuka yang terdapat pada sepanjang Kali Pesanggrahan dan saluran drainase tertutup yang terdapat pada gorong-gorong. Saluran drainase terbuka adalah jenis saluran drainase dengan permukaan bawahnya berupa tanah, sehingga penyerapan air kedalam tanah dapat berlangsung dengan sempurna. Sedangkan saluran drainase tertutup merupakan jenis saluran drainase dengan permukaan bawahnya berupa beton. Pada umumnya, penggunaan saluran drainase tertutup dilengkapi dengan jalur pejalan kaki di atasnya untuk memaksimalkan fungsi efisiensi penggunaan lahan. Jenis saluran drainase terbuka lebih disukai burung dibandingkan jenis drainase tertutup.


(52)

31 Badan air yang terdapat di TPU Tanah Kusir adalah Kali Pesanggrahan yang melewati sebagian besar wilayah tapak. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Pesanggrahan sebesar 177 km2. Hulunya terdapat di perumahan Budi Agung, Tanah Sereang Kota Bogor, serta bagian hilirnya bertemu dengan Cengkareng Drain. Hampir 70% kawasan terbangun dari luas DAS Pesanggrahan. Sempadan dari Kali Pesanggrahan merupakan salah satu habitat dari beberapa jenis burung yang ada di Jakarta. Namun pada pertengahan tahun 2012, Proyek Jakarta Emergency Dradging Initiative (JEDI) atau proyek pengendalian banjir melalui normalisasi dan pengerukan 13 sungai di Jakarta, dimulai. Kali Pesanggrahan sepanjang 27 km dari Cirendeu sampai Cengkareng mengalami normalisasi. TPU Tanah Kusir merupakan salah satu daerah yang terkena proyek pelebaran sungai tersebut.

Normalisasi Kali Pesanggrahan dilakukan dengan melebarkan badan sungai, dari semula 15 m menjadi 40 m. Guna melakukan normalisasi Kali Pesanggrahan, Pemprov DKI akan merelokasi 1.776 makam yang berada di TPU Tanah Kusir dengan luas 9.768 m2. Makam yang terkena proyek normalisasi Kali Pesanggrahan di sisi utara sebanyak 798 makam, dan sisi selatan ada 978 makam. Normalisasi Kali Pesanggrahan yang melewati TPU Tanah Kusir tersebut juga dibarengi dengan pembuatan jalan di samping sungai yang mengalami pelebaran. Lebar jalan tersebut memakan lahan sebesar 10 m dari sisi kanan dan kiri Kali Pesanggrahan. Gambar 5.6 merupakan peta rencana pelebaran Kali Pesanggrahan yang didapat dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta yang bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta.

Pelebaran Kali Pesanggrahan tersebut dilengkapi dengan pembuatan tanggul beton di sepanjang badan sungai dengan tinggi 3 m dan juga pengerukan sungai. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi dampak banjir yang terjadi di wilayah TPU Tanah Kusir. Namun hal tersebut akan membuat burung sulit menjangkau perairan. Beberapa titik banjir di TPU Tanah Kusir akan dijelaskan pada Gambar 5.7. Selain Kali Pesanggrahan, badan air yang terdapat di TPU Tanah Kusir adalah rawa yang berfungsi untuk menarik burung mendatangi tapak.


(53)

32

5.6


(54)

33

5.7


(55)

34

5.1.3. Pembagian Ruang pada Tapak

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, pembagian ruang didasarkan atas penggunaan lahannya. Pembagian ruang tersebut terbagi menjadi lahan yang sudah terpakai, lahan belum siap pakai perlu pematangan, lahan belum siap pakai butuh perpetakan, serta lahan untuk penggunaan lainnya (Gambar 5.8). Lahan yang sudah terpakai terdiri dari pembagian lahan berdasarkan jenis pemakamannya, yaitu makam unit Islam, unit Kristen, unit Budha, serta unit Khusus. Lahan belum siap pakai perlu pematangan terdiri dari ladang, empang, rawa, kebun dan rumah. Lahan belum siap pakai butuh perpetakan terdiri dari lapangan dan semak. Sedangkan lahan untuk penggunaan lainnya terdiri dari taman, makam wakaf, tempat parkir dan kantor TPU.

Tabel 5. 1. Luas area berdasarkan pembagian penggunaan lahan

No Penggunaan Lahan Luas (m2)

1 Lahan yang sudah terpakai Unit Budha 68.173,1

Unit Kristen 115.360,6

Unit Islam 128.967,7

Unit Khusus 32.935,8

Jumlah 345.437,2

2 Lahan belum siap pakai perlu

pematangan

Kebun 63.052,9

Ladang 37.279,8

Rumah 26.936,8

Rawa 20.905,7

Empang 3.953

Jumlah 152.128,2

3 Lahan belum siap pakai butuh

perpetakan

Lapangan 0

Semak 0

Jumlah 0

4 Lahan untuk penggunaan lainnya

Makam wakaf 8.839,1

Taman 545,5

Kanto TPU 656,9

Tempat parkir 11.895,6

Jumlah 21.937,2


(56)

35

5.8


(57)

36 Akibat dari dilakukannya proyek normalisasi Kali Pesanggrahan, luas wilayah TPU Tanah Kusir berkurang sebesar 9.768 m2 di sepanjang sempadan Kali Pesanggrahan. Sehingga luas area TPU Tanah Kusir apabila proyek normalisasi sungai tersebut telah selesai akan menjadi 509.734,5 m2. Sebanyak 1.776 makam akan direlokasi pada bagian yang tidak terkena proyek pelebaran sungai tersebut. Namun, TPU Tanah Kusir merupakan salah satu pemakaman yang padat sehingga hanya sedikit tempat kosong yang tersedia di TPU Tanah Kusir. Akibatnya, sebanyak 1.776 makam akan direlokasi di bagian yang belum terdapat petak makam sebelumnya. Area yang belum terdapat petak makam adalah bagian penggunaan lahan dalam kategori lahan belum siap pakai perlu pematangan. Lahan yang digunakan dalam kategori tersebut adalah lahan kebun yang telah dibabat habis pada bagian selatan TPU Tanah Kusir. Hal ini membuat luas kebun sebagai habitat satwa burung semakin berkurang, maka perlu dibuat pembagian ruang guna mengakomodasi kegiatan manusia dan kelangsungan hidup burung pada wilayah TPU Tanah Kusir. Gambar 5.9 menjelaskan tentang beberapa area di TPU Tanah Kusir berdasarkan penggunaan lahannya saat ini.

Pembagian ruang dapat dilakukan dengan membagi tapak menjadi beberapa bagian, yaitu penggunaan lahan untuk pemakaman dengan manusia sebagai penggunanya dan penggunaan lahan untuk konservasi burung dengan fokus utama pada habitat burung. Tapak yang semakin berkurang luasnya karena proyek pelebaran sungai dapat memungkinkan adanya fungsi ganda dari penggunaan lahan. Lahan pemakaman juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu habitat burung. Menurut MacKinnon (2010), terdapat beberapa jenis burung yang memiliki habitat di tanah lapang dan semak. Biasanya jenis-jenis burung tersebut mencari makan dan membuat sarang di lahan yang terbuka.

Lahan pemakaman yang telah terpakai juga dapat digunakan sebagai pengembangan habitat burung untuk jenis burung-burung arboreal. Penanaman pohon di sekitar makam dapat menarik burung untuk datang dan mencari makan pada pohon-pohon besar di atas lahan pemakaman.


(58)

37

5.9


(59)

38

5.1.4. Iklim

Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Pondok Betung Ciledug Tangerang tahun 2009 - 2011, terlihat bahwa suhu rata-rata dari ketiga tahun tersebut sebesar 27,8 OC. Sedangkan kelembaban rata-rata dari tahun

2009 - 2011 sebesar 79 % dengan jumlah curah hujan rata-rata sebesar 2.098,4 mm per tahun.

Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan di lapang, didapatkan data iklim mikro pada TPU Tanah Kusir dengan suhu rata-rata di bawah naungan sebesar 35,4 OC sedangkan suhu rata-rata tanpa naungan sebesar 39,8 OC.

Kelembaban rata-rata di bawah naungan pada tapak sebesar 37,2 % sedangkan kelembaban rata-rata tanpa naungan sebesar 31,2 %.

Terdapat perbedaan iklim yang cukup tinggi antara data dari Stasiun Klimatologi Pondok Betung Ciledug Tangerang tahun 2009 - 2011 dengan data iklim mikro pada tapak yang diukur secara langsung. Hal ini dapat dipengaruhi oleh keadaan tapak yang kurang vegetasi peneduh dan cenderung terbuka. Keberadaan naungan pepohonan dan bangunan dari sinar matahari langsung sangat penting bagi manusia guna mengurangi tingginya suhu pada suatu wilayah.

5.1.5. Topografi

Topografi daerah TPU Tanah Kusir relatif datar (Gambar 5.12) dengan kemiringan 0 - 8% pada ketinggian 10 - 42 mdpl (Gambar 5.11). Namun setelah diadakannya proyek pelebaran sungai, perataan tanah dilakukan secara besar-besaran di sepanjang aliran sungai.


(60)

39

5.11


(61)

40

5.12


(62)

41

5.2. Aspek Biofisik 5.2.1.Vegetasi

Jenis tanaman yang ada di TPU Tanah Kusir sebagian besar berjenis rumput dan semak yang kurang tertata dengan baik. Rumput dan semak tersebut digunakan untuk memperindah makam, namun penggunaan jenis rumput dan semak tidak sama pada setiap makam tergantung keinginan keluarga jenazah. Sebagian besar semak yang digunakan antara lain melati (Jasminum sp.), teh-tehan (Acalypha macrophylla), puring (Codiaeum sp.), tapak dara (Catharanthus roseus), bugenvil (Bougainvillea sp.), kaca piring (Gardenia jasminoides), soka

(Ixora sp.) dan lain-lain.

Gambar 5. 13. Semak yang tersebar secara acak di TPU Tanah Kusir


(63)

42 Tabel 5. 2. Data Pohon Pelindung di TPU Tanah Kusir

No. Jenis Wilayah Selatan Wilayah Utara

1 Akasia − 3

2 Albasia 2 8

3 Alpukat 1 −

4 Angsana 28 31

5 Asem 1 −

6 Bambu Kupu-kupu − 5

7 Asem Ranji 1 −

8 Belimbing 1 −

9 Benda 1 −

10 Beringin 2 6

11 Bintaro 12 230

12 Cemara 6 392

13 Cempedak 1 −

14 Cheri 9 −

15 Dadap Duri 1 −

16 Flamboyan 5 −

17 Glodogan 3 191

18 Jati 1 −

19 Jati Mas 22 76

20 Jengkol 1 −

21 Kapuk 1 −

22 Kawi Jaran − 1

23 Kayu Manis 1 −

24 Kedodondong Jaran 14 −

25 Kelapa − 2

26 Kelapa Sawit 2 −

27 Ketapang − 12

28 Ki Hujan 13 2

29 Mangga 8 −

30 Mahoni − 7

31 Mindi 1 −

32 Nangka − 2

33 Palm 21 −

34 Pangsar (Amplas) 14 −

35 Pete 13 −

36 Pohon yang mati 3 −

37 Putat 1 −

38 Rambutan 2 2

39 Sawo Duren 2 7

40 Sawo Kecik 5 96

41 Selampe 1 −

42 Sengon − 4

43 Serutan 5 −

44 Singkong Utan 1 −

45 Tabebuya 36 64

46 Tanjung − 40

47 Tilayu 1 −

Jumlah 243 1181

Sumber: Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan, 2012

Selain semak dan rumput, pepohonan juga banyak terdapat pada TPU Tanah Kusir. Pepohonan tersebut tersebar di sepanjang jalur sirkulasi dan di


(1)

114

24 Cabai Jawa Dicaeum trochileum Endemik

25 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus

26 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Endemik

27 Burung gereja Erasia Passer montanus

Tabel Jenis Burung di Perumahan Pondok Indah

No Jenis Burung Status Perlindungan di Indonesia

1 Kowak malam kelabu Nycticorax nycticorax

2 Punai gading Treron vernans

3 Tekukur biasa Streptopelia chinensis

4 Betet biasa Psittacula alexandri

5 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus

6 Cabak kota Caprimulgus affinis

7 Walet linchi Collocalia linchi

8 Walet sarang putih Collocalia fuchipaga

9 Walet palem Asia Cypsiurus balasinensis

10 Raja udang meninting Alcedo meninting UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999 11 Cekakak sungai Todirhamphus chloris UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999 12 Sepah kecil Pericrocotus

cinnamomeus

13 Layang-layang batu Hirundo tahitica

14 Cipoh kacat Aegithina tiphia

15 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier

16 Kepudang kuduk hitam Oriolus chinensis

17 Remetuk laut Gerygone sulphurea

18 Cinenen pisang Orthotomus sutorius

19 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps

20 Kipasan belang Rhipidura javanica UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999

21 Kekep babi Arthamus leucorhynchus

22 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999

23 Cabai Jawa Dicaeum trochileum Endemik

24 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus

25 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Endemik

26 Bondol peking Lonchura punctulata

27 Burung gereja Erasia Passer montanus

Tabel Jenis Burung di Kawasan Kebayoran Baru

No Jenis Burung Status Perlindungan di Indonesia

1 Tekukur biasa Streptopelia chinensis

2 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus

3 Cabak kota Caprimulgus affinis

4 Walet linchi Collocalia linchi

5 Walet sarang putih Collocalia fuchipaga

6 Cekakak sungai Todirhamphus chloris UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999 7 Takur ungkut-ungkut Megalaima

haemacephala

8 Caladi ulam Dendrocopus macei

9 Caladi tilik Piccoides moluccensis

10 Layang-layang api Hirundo rustica Migran

11 Layang-layang batu Hirundo tahitica

12 Cipoh kacat Aegithina tiphia

13 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster

14 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier

15 Kepudang kuduk hitam Oriolus chinensis

16 Gelatik batu kelabu Parus major

17 Remetuk laut Gerygone sulphurea


(2)

115

19 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps

20 Sikatan bubik Muscicapa dauurica Migran

21 Kipasan belang Rhipidura javanica UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999

22 Kekep babi Arthamus leucorhynchus

23 Kerak kerbau Acridotheres javanicus

24 Burung-madu kelapa Anthreptes malaccensis UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999 25 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999

26 Cabai Jawa Dicaeum trochileum Endemik

27 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus

28 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Endemik

29 Bondol peking Lonchura punctulata

30 Burung gereja Erasia Passer montanus

Tabel Jenis Burung diKawasan Senayan

No Jenis Burung Status Perlindungan di Indonesia

1 Tekukur biasa Streptopelia chinensis

2 Betet biasa Psittacula alexandri

3 Celepuk reban Otus lempiji

4 Cabak kota Caprimulgus affinis

5 Walet linchi Collocalia linchi

6 Kapinis rumah Apus affinis

7 Cekakak sungai Todirhamphus chloris UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999 8 Takur ungkut-ungkut Megalaima

haemacephala

9 Caladi ulam Dendrocopus macei

10 Sepah kecil Pericrocotus

cinnamomeus

11 Layang-layang batu Hirundo tahitica

12 Cipoh kacat Aegithina tiphia

13 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster

14 Kepudang kuduk hitam Oriolus chinensis

15 Gelatik batu kelabu Parus major

16 Remetuk laut Gerygone sulphurea

17 Cinenen Jawa Orthotomus sepium Endemik

18 Bentet kelabu Lanius schach

19 Kekep babi Arthamus leucorhynchus

20 Kerak ungu Acridotheres tristis

21 Kerak kerbau Acridotheres javanicus

22 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999

23 Cabai Jawa Dicaeum trochileum Endemik

24 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus


(3)

116

Tabel Perbandingan Suhu pada TPU Tanah Kusir

Lampiran 4. Data Pengamatan Iklim Mikro TPU Tanah Kusir pada hari Minggu

tanggal 29 Juli 2012.


(4)

117

Tabel Perbandingan Suhu pada TPU Tanah Kusir

No. Titik Sample Di Bawah Naungan Tanpa Naungan

1 1 33.6 39.3

2 2 37.4 41.1

3 3 34.9 41.3

4 4 37.8 47.2

5 5 38.3 42.2

6 11 33.8 38.4

7 12 33.5 35.2

8 6 35.8 38.1

9 7 35.2 38.5

10 8 35.1 38.9

11 9 33.5 39.5

12 10 35.9 37.8

Rata-rata 35.40 39.79

Suhu Tertinggi 38.3 47.2

Suhu Terendah 33.5 35.2

Grafik Perbandingan Suhu di TPU Tanah Kusir Jakarta

Tabel Perbandingan Kelembaban pada TPU Tanah Kusir

No. Titik Sample Di Bawah Naungan Tanpa Naungan

1 1 43 34

2 2 29 31

3 3 35 33

4 4 36 16

5 5 26 24

6 11 40 38

7 12 43 40

8 6 29 26

9 7 33 29

10 8 44 32

11 9 50 33

12 10 39 38

Rata-rata 37.25 31.17

Kelembaban Tertinggi 50 40


(5)

118

Grafik Perbandingan Kelembaban di TPU Tanah Kusir Jakarta

Lampiran 5. Kapasitas dan Jumah Petak Makam Jakarta Selatan, 2010

Tabel 2.11 Kapasitas dan Jumlah Petak Makam Menurut TPU, 2010

Table Capacity and Number of Burial Plot by TPU (Public Burial Place), 2010

Unit/ TPU/ Unit

Kapasitas Petak Makam/

Burial Plot Capacity

Petak Makam/ Burial Plot

Sisa Petak Makam/ Rest of

Burial Plot

Kadaluarsa/

Expired

Masih Berlaku/ in

Use

[1] [2] [3] [4] [5]

1. Tanah Kusir Utara 29603 10501 17575 12005

2. Tanah Kusir Selatan 34351 8202 22556 11731

3. Menteng Pulo Setiabudi 22340 8839 12501 8770

4. Menteng Pulo Tebet 32207 9173 23034 9140

5. Jeruk Purut 10044 746 9047 997

6. Kamp. Kandang 10302 8748 1479

7. Srengseng Sawah 10231 2661 2256 4486

8. Tanjung Barat 4626 90 4536 55

9. Kebagusan 1552 22 1530 17

10. Jagakarsa 1924 508 1416 477

11. Pisangan 160 79 81 73

12. Pejaten/ Cikoko 3088 1412 1676 1390

13. Grogol Selatan 3632 917 2715 879

14. Cidodol 5000 80 1547 3443

15. Wijaya 860 660 200 660

16. Pasar Minggu 1593 350 246 1347

Jumlah/ Total 171513 44240 110664 56949

2009 168115 168115 112981 112981

2008 165407 45669 109827 12911

2007 166444 45467 107653 13324


(6)

119

Lampiran 6. Daya Dukung Jumlah Petak Makam yang dapat ditampung

Zona

Sub Zona

Luas (m²)

Inti

Unit Islam

126879.3

Unit Kristen

91907.3

Unit Budha

53000.8

Unit Khusus

28939.1

Makam Relokasi

19658.6

Luas Makam yang tersedia

320385.1

Daya dukung jumlah petak makam yang dapat ditampung:

DD =

Luas makam yang tersedia

Luas lahan yang diperlukan tiap petak

DD =

320385,1

=

64.077 petak