Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kemiskinan terjadi karena adanya kelangkaan kebutuhan dasar ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kebutuhan dasar yang dimaksud meliputi makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kurang kemampuan itulah yang bisa menyebabkan banyaknya terjadi kekurangan gizi, pendidikan yang rendah, cepat terkena macam-macam penyakit, pengangguran dan tidak bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Karena hal-hal itu juga kemiskinan bisa mengakibatkan tindakan sosial secara negatif. Seperti pencurian, kecendrungan berperilaku anti sosial, rentan diajak melakukan kriminal dan mereka bisa melakukan apa saja agar mendapatkan imbalan uang. Menurut data Badan Pusat Statistik BPS jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai angka kemiskinan 29,13 juta orang atau 11,96 dan mengalami penurunan angka kemiskinan pada September 2012 mencapai 28,59 juta orang atau sebesar 11,66 . 1 Sedangkan garis kemiskinan menurut kebutuhan makanan dan minuman digunakan ukuran sebesar 2.100 kalori per hari. Garis kemiskinan merupakan batasan pendapatan tertentu untuk meng- 1 Badan Pusat Statistik BPS “Kemiskinan” di akses pada tanggal 11 November 2013 dari http:www.bps.go.idtab_subview.php?kat = 1tabel=1daftar=1id_subyek=23notab=1. golongkan kategori miskin atau tidak miskin. Penetapan garis kemiskinan juga untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, semakin tinggi garis kemiskinan maka semakin sedikit jumlah golongan miskin dan semakin sejahtera sebuah negara. Semua orang menginginkan kehidupan berkecukupan dan melakukan pengumpulan kekayaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain kebutuhan konsumsi, biasanya pihak kepala keluarga harus mengatur untuk kebutuhan yang lain. Seperti pendidikan anak, kesehatan keluarga, tabungan dan kebutuhan untuk masa yang akan datang. Kebutuhan semakin lama semakin banyak yang diinginkan, sehingga nilai dari yang diinginkan juga semakin tinggi dan ditambah lagi dengan kehidupan yang semakin canggih. Sehingga kebutuhan yang diinginkan juga bertambah sulit untuk didapatkan. Dalam upaya mengentaskan kemiskinan, maka keluarga harus mengetahui caranya untuk bertahan hidup. Salah satu yang menjadi permasalahan dalam keluarga adalah pendidikan. Karena ketidakmampuan untuk membiayai pendidikan, mustahik lebih memilih tidak meneruskan pendidikannya dan mencari pekerjaan. Padahal pendidikan saat ini sangat dibutuhkan untuk menunjang pekerjaan. Pendidikan dibutuhkan untuk mengembangkan potensi manusia, sehingga menjadi manusia cerdas, berilmu dan terampil di kehidupan mendatang. Adanya beasiswa pendidikan untuk memberi- kan kemudahan kepada keluarga fakir miskin agar salah satu keluarganya bisa meningkatkan kesejahteraan sehingga di masa depan mereka tidak takut menghadapi kerasnya kehidupan. Zakat adalah salah satu nama yang diberikan untuk harta yang dikeluarkan oleh seorang manusia sebagai hak Allah Swt yang diserahkan kepada mustahik 2 . Allah telah mewajibkan zakat kepada kaum muslimin melalui Al- Qur‟an dan hadits. Sebagian zakat yang disalurkan dari pendapatan muzakki 3 kepada mustahik dapat meningkatkan kesejahteraan salah satunya untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sehingga kebutuhan dasar itu akan mempengaruhi sektor-sektor produksi dan konsumsi masyarakat terhadap permintaan barang dan jasa. Hal inilah yang akan meningkatkan efesiensi alokasi dalam perekonomian. Jika ibadah zakat dijalankan maka pengemis yang berkeliaran di jalan-jalan, anak yang harus putus sekolah karena tidak adanya biaya, anak yatim terlantar, perumahan kumuh dan seterusnya akan dapat terpenuhi dari dana zakat. Dalam pendekatan birokratik dan juga politik misalnya, telah muncul Undang-Undang No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia. Atas dasar Undang- Undang itu, telah banyak instruksi dan bahkan juga contoh-contoh yang diberikan oleh pemerintah untuk menjadikan zakat ini sebagai gerakan sosial. 4 Salah satu peneliti zakat mengatakan bahwa sebenarnya potensi dana zakat yang ada di Indonesia ini sangat besar yaitu mencapai 200 triliun. Sementara itu, dana yang telah dihimpun mencapai 1,8 triliun. Fakta ini menunjukkan betapa perlunya untuk sadar akan kewajiban membayar zakat baik muzakki, sebagai orang yang memberikan zakat dan lembaga zakat sebagai pihak pengelola dana 2 Orang yang menerima zakat 3 Orang yang membayar zakat 4 Didin Hafidhuddin dkk, The Power Of Zakat Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara , Malang : UIN Malang Press, 2008, Cet. Pertama h. 4-5 tersebut. Tujuannya adalah untuk dapat mendistribusikan zakat secara benar dan tepat sasaran. 5 Riset terbaru yang dilakukan oleh BAZNAS dan Fakultas Ekonomi Dan Manajamen Institut Pertanian Bogor FEM IPB pada 2011. Dari riset ini terungkap, potensi zakat nasional mencapai angka 3,40 dari PDB, atau tidak kurang dari Rp217 triliun. 6 Pelayanan lembaga zakat harus memudahkan akses para mustahik untuk memperoleh hak-haknya dari dana zakat. Sekaligus juga dibutuhkan dukungan dari para muzakki, baik perorangan maupun lembagabadan usaha agar menyalur- kan zakat, infak dan sedekah yang lebih besar guna mendukung program-program lembaga zakat . 7 Dengan adanya program-program lembaga zakat yang mendukung untuk mengembangan potensi mustahik, salah satunya dari aspek pendidikan untuk menunjang masa depan. Maka mustahik tidak perlu mengkhawatirkan berapa banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan sedangkan pendapatan belum tentu memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemudahan adanya program-program yang mendukung mustahik ini, dapat mengurangi beban mustahik. Salah satu lembaga pengelolaan zakat yang telah menyalurkan dananya kepada mustahik adalah Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS. BAZNAS merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah 5 Irfan Syauki Beik,”Peran Lembaga Zakat dalam Mengentaskan Kemiskinan”, Kompas, Jakarta, 24 September 2012 6 BAZNAS, “Potensi Zakat Nasional”, Zakat Menyucikan Harta dan Jiwa Mei – Juni 2013, Rajab 1434, h.6 7 Badan Amil Zakar Nasional BAZNAS “ Program Lembaga Zakat Untuk Proteksi Penduduk Miskin” di akses pada tanggal 11 November 2013 dari http:www.baznas.or.idberita- artikelprogram -lembaga-zakat-untuk-proteksi-penduduk-miskin berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 tahun 2001 yang memiliki tugas da fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infak dan sedekah ZIS pada tingkat nasional. BAZNAS bertanggung jawab langsung dan memberikan laporan tahunan tentang penghimpunan dan penyaluran ZIS kepada Presiden Republik Indonesia. Berdasarkan hukum tersebut BAZNAS memiliki dua fungsi strategis yaitu sebagai badan amil zakat yang melakukan kegiatan pengumpulan, pengadministrasian dan pendistribusian pendayagunaan zakat, infak shadaqah. Dari hasil pengumpulan yang dilakukan oleh BAZNAS, maka BAZNAS melaku- kan pembuatan program- program pemberdayaan dalam meningkatkan ke- sejahteraan mustahik. Salah satu upaya yang dilakukan BAZNAS adalah pem- berdayaan dalam bidang pendidikan yaitu dengan program satu keluarga satu sarjana. Program Satu Keluarga Satu Sarjana adalah beastudi mahasiswa berprestasi di kampus negeri di seluruh Indonesia. Sesuai namanya program ini mengutamakan mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu tanpa sarjana. Beastudi ini membiayai mahasiswa semester pertama sampai lulus sarjana. Program ini juga ada ikatan dengan dinas kepada setiap penerima untuk menjadi sarjana pelopor pemberdayaan masyarakat di desanya. 8 Program ini merupakan kontribusi yang dilakukan oleh BAZNAS untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Dengan adanya bantuan pendidikan dari BAZNAS, dapat meringankan beban keluarga fakir miskin. Sehingga pendapatan keluarga bisa di hemat untuk kebutuhan yang lain. 8 Lembaga Badan Amil Zakat Nasional “Satu Keluarga Satu Sarjana” di akses pada tanggal 11 November 2013 dari http:pusat.baznas.go.idsatu-keluarga-satu-sarjana Dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kontribusi BAZNAS Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Fakir Miskin Pada Waktu Penerimaan Program Satu Keluarga Satu Sarjana.”

B. Batasan dan Rumusan Masalah