D. Analisis Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga
Setiap keluarga membutuhkan cara untuk mempertahankan hidup menjadi lebih sejahtera. Untuk mempertahankan kehidupan keluarga dibutuhkan pendapat-
an dalam memenuhi sandang, pangan dan papan. Selain itu, pendidikan juga sangat diperlukan untuk menunjang keluarga di masa depan dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga. Adanya pendidikan dan pengetahuan bisa dijadikan sebagai dasar untuk
mengatur kehidupan ekonomi yang lebih baik di masa yang akan datang, mengingat modal pendidikan sangat berpengaruh untuk mencari pekerjaan.
Program pemberdayaan Satu Keluarga Satu Sarjana BAZNAS dilakukan agar mahasiswai mampu mensejahterakan keluarga menjadi terampil dan mandiri
dalam mengentaskan kemiskinan. Dari hasil wawancara dapat diketahui penjelas- an sebagai berikut ini :
1. Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan dilakukan untuk menghasilkan pendapatan, dimana pendapatan itu untuk mencukupi kebutuhan hidup baik pribadi ataupun berkeluarga. Tidak bisa
dipungkiri, bahwa penilaian seseorang bisa meningkat atau tidaknya bisa dilihat dari besarnya pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan yang dimiliki.
Dalam penelitian yang dilakukan terhadap responden penerima program SKSS BAZNAS dapat diketahui beraneka ragam pekerjaan yang dilakukan untuk
menghasilkan pendapatan. Beberapa pekerjaan responden penerima program SKSS diantaranya bekerja sebagai:
Gambar 3
a. Petani
Pekerjaan keluarga penerima program SKSS BAZNAS rata-rata berasal dari kalangan petani sebesar 20 responden. Petani adalah satu-satunya mata
pencaharian dilihat dari sumber daya alam yang dimiliki di daerahnya. Jadi bertani merupakan satu-satunya penghasilan yang di dapatkan. Berdasarkan
penyebab terjadinya, petani termasuk kategori pengangguran musiman yaitu pengangguran yang terjadi karena pergantian musim.
9
b. Pedagang
Pedagang merupakan pekerjaan yang bisa mendapatkan penghasilan lebih baik dari pekerjaan yang lain. Keluarga penerima program SKSS BAZNAS ada
yang berasal dari pedagang yaitu 11 responden. Tetapi pedagang yang dimaksud berasal dari berdagang kecil-kecilan saja yang hanya mencukupi kebutuhan
9
Badan Pusat statistik, Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2000 Jakarta: BPS, 2000, cet. Pertama
7 11
20
7 2
3 5
10 15
20 25
Nelayan Pedagang
Petani Buruh
Serabutan Tidak
Bekerja
Pekerjaan Orang Tua
sehari-hari untuk keluarganya. Diantaranya berdagang sebagai tukang kripik keliling, tukang es keliling dan lain sebagainya. Tempat yang digunakan tidak
memiliki toko, dan hanya menggunakan gerobak sebagai penopang dagangannya. Bahkan ada yang hanya menggunakan tikar untuk menjual barang-barangnya.
c. Nelayan
Keluarga penerima program SKSS BAZNAS ada yang berasal dari nelayan sebesar 7 responden. Nelayan adalah salah satu mata pencaharian di daerah
asalnya karena dekat dengan laut. Bekerja sebagai nelayan memiliki resiko yang paling tinggi dibandingkan pekerjaan yang lain, karena nelayan biasanya
dilakukan ketika malam hari. Untuk mencari ikan nelayan menginap di laut untuk mendapatkan ikan yang lebih banyak dan bahkan rela menerjang ombak. Jika
nelayan tidak mengetahui cuaca dengan baik maka bisa membahayakan nelayan. d.
Buruh Bekerja sebagai buruh juga memiliki resiko walaupun tidak terlalu tinggi.
Rata-rata pekerjaan buruh penerima program SKSS BAZNAS sebesar 7 responden yaitu sebagai buruh bangunan dan tukang kayu.
e. Serabutan
Maksud dari serabutan adalah pekerjaan yang tidak menentu. Apabila ada pekerjaan apa saja maka akan dikerjakan dan tidak menentu pekerjaan yang
dilakukan. Penghasilannya tentu tidak menentu karena pekerjaan ini tidak menetap. Salah satu pekerjaan keluarga penerima program SKSS yang termasuk
kategori bekerja serabutan adalah sebagai tukang panggul sebanyak 2 responden.
f. Tidak bekerja
Beberapa keluarga penerima program SKSS ada yang tidak bekerja yaitu sebanyak 3 responden. Rata-rata penyebabnya sakit keras bahkan peneliti
menemukan ada yang tidak memiliki kedua orang tua. Jadi, penerima program SKSS harus bekerja untuk memikul anggota keluarga dan dirinya sendiri. Bahkan
ada yang hanya mengandalkan beasiswa atau belas kasihan orang lain untuk mendapatkan penghasilan.
2. Sebelum adanya program SKSS BAZNAS
Sebelum adanya program SKSS BAZNAS, kepala keluarga bekerja dengan mengandalkan penghasilan dari pekerjaannya. Penghasilan yang di dapatkan tidak
pernah menentu. Pendapatan keluarga dalam sebulan dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4
Pendapatan yang bisa dihasilkan dalam sebulan rata-rata adalah sebesar Rp. 500.000
– Rp. 1.000.000 per bulan. Pendapatan yang dihasilkan tentu dibagikan untuk memenuhi kebutuhan berupa konsumsi, pendidikan dan beban listrik. Dari
5 10
15 20
25 30
Rp. 1.000.000 - Rp. 1.500.000
Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000
Rp. 500.000
Pendapatan Keluarga Per bulan
pendapatan yang sudah dijelaskan diatas, menurut para penerima program SKSS dananya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, bahkan keluarga mendapat
bantuan dari anggota keluarga lain yang sudah bekerja untuk menutupi kebutuhannya.
Banyak faktor penghambat untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai keinginan salah satunya adalah kenaikan harga yang membuat fakir miskin harus
menghemat kebutuhan yang lain. Fakir miskin harus mengeluarkan dananya untuk kebutuhan yang wajib di dahulukan. Kebutuhan pertama yang wajib dikeluarkan
adalah beban listrik dan gas atau minyak tanah. Kebutuhan kedua adalah pendidikan seperti uang jajan anak sehari-hari, pembelian buku sekolah dan
peralatan sekolah, untuk pembayaran sekolah tidak mengeluarkan biaya karena sudah termasuk dana Bantuan Operasional Sekolah BOS. Kebutuhan ketiga
adalah konsumsi, setelah kebutuhan pertama dan kedua telah terpenuhi maka untuk kebutuhan ketiga fakir miskin akan benar-benar menghemat dalam
mengeluarkan dananya. Penghematan ini berupa makan yang tiga kali sehari menjadi dua kali sehari, konsumsi daging diganti menjadi ikan, konsumsi ikan
diganti menjadi telur. Ketika membeli barang konsumsi, mie adalah yang paling dicari karena bersifat tahan lama sehingga dijadikan makanan wajib dikonsumsi
setelah nasi. Ini adalah standar pokok rumah tangga yang harus dipenuhi. Adanya kenaikan harga membuat keluarga penerima program SKSS
BAZNAS benar-benar harus menghemat pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan sebulan penuh. Dengan adanya kenaikan harga yang semakin meningkat membuat
fakir miskin tidak bisa memenuhi kebutuhan yang lain. Jika fakir miskin ingin
membeli barang-barang kebutuhan rumah tangga, terpaksa fakir miskin tidak menyisihkan dananya untuk menabung. Tetapi kenyataanya dapat dilihat sebagai
berikut: Gambar 5
Dari gambaran di atas dapat kita lihat, banyaknya anggota keluarga yang tidak memiliki tabungan. Adapun tabungan yang dijelaskan responden hanya
berbentuk simpanan untuk pendidikan anaknya yang lain jika ada lebih dari pendapatan keluarganya.
Rata-rata tanggungan keluarga yang dimiliki sekitar 7 hingga 8 orang. Dan orang tua kebanyakan lulusan dari Sekolah Dasar SD. Sedangkan anggota
keluarga sendiri paling tinggi rata-rata pendidikannya dari Madrasah Aliyah MA dan Sekolah Menengah Pertama SMP. Dari pendapatan yang dihasilkan,
keluarga fakir miskin harus membaginya untuk menanggung anggota keluarga baik dari segi pendidikan atau kebutuhan yang lain. Kenginan anggota keluarga
terkadang sulit untuk menghemat keuangan yang ada. Berikut ini adalah jumlah tanggungan keluarga program penerima SKSS BAZNAS :
10 20
30 40
Ada Tidak ada
Tabungan Keluarga
Gambar 6
Sebelum mengikuti program SKSS BAZNAS kekayaan fasilitas yang dimiliki pada umumnya sama dengan rumah tangga lain. Seperti televisi,
handphone dan motor. Ketiga fasilitas ini bukan barang yang langka untuk dimiliki sebuah keluarga. Alasan kenapa mereka membeli fasilitas ketiga barang
ini adalah untuk televisi memberikan kemudahan untuk mendapatkan informasi, handphone memudahkan untuk berkomunikasi dan motor untuk memudahkan
mereka dalam perjalanan yang jauh dari jarak rumah ke jalan utama. Dari analisis sebelum keluarga fakir miskin mengikuti program SKSS
BAZNAS. Demi memenuhi kebutuhan dan keinginannya, anggota keluarga yang sudah bekerja dapat menambah penghasilan walaupun dari dana tersebut hanya
pas untuk kebutuhan sehari-hari dengan menghemat pendapatan yang ada. 3.
Sesudah mengikuti program SKSS Sesudah adanya program SKSS BAZNAS, keluarga bisa memiliki peluang
untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Keluarga penerima program SKSS mendapatkan penghasilan dari pekerjaannya ditambah dengan pendapatan uang
saku program SKSS BAZNAS yang diterima enam bulan sekali dan bebas
1-2 anak 3-4 anak
5-6 anak 7-8 anak
8 anak 3
5 14
16 12
Jumlah tanggungan Keluarga
pembayaran SPP. Penghasilan yang di dapatkan rata-rata adalah sebesar Rp. 500.000
– Rp. 1.000.000 per bulan dan pendapatan dana yang diterima dari BAZNAS sebesar Rp. 3.000.000 untuk per enam bulan atau bisa dibagi Rp.
500.000 dalam per bulan. Pendapatan dibagikan untuk memenuhi kebutuhan berupa konsumsi dan pendidikan.
Dengan adanya pembayaran SPP dan uang saku yang diberikan oleh BAZNAS. Memudahkan keluarga untuk menghemat pengeluaran yang
seharusnya dikeluarkan untuk pendidikan anak yang menempuh perguruan tinggi menjadi kebutuhan yang lain atau keluarga menyimpan uangnya untuk
pengeluaran yang tidak terduga di masa depan. Sehingga Kepala keluarga tidak mengkhawatirkan anggota keluarganya putus dalam pendidikan. Uang saku yang
diberikan BAZNAS hanya mencukupi ongkos, pembelian buku dan yang berhubungan dengan tugas dan praktek kuliah. Positifnya, karena itulah kepala
keluarga tidak mengkhawatirkan lagi ketika pembiayaan yang sudah direncanakan tiba-tiba putus di tengah jalan hanya karena tidak memiliki dana untuk
melanjutkan semester berikutnya. Dengan begitu, dana yang seharusnya di keluarkan untuk pembayaran SPP
dan uang saku anak, bisa dihemat bagi pendidikan anaknya yang lain dan kebutuhan rumah tangga.
Kekayaan yang diperoleh oleh keluarga penerima program SKSS BAZNAS adalah berupa penambahan jumlah dana sebanyak Rp. 500.000 per bulan yang
diterima per tiga bulan sejumlah Rp. 3.000.000, sehingga memberikan peningkatan dana dari sebelum menerima program SKSS BAZNAS.
4. Peningkatan Ekonomi Keluarga
Setelah analisis sebelum menerima program SKSS BAZNAS dan sesudah menerima program dapat diketahui ada atau tidaknya peningkatan ekonomi
keluarga fakir miskin penerima program SKSS BAZNAS. Dapat diketahui perbandingannya sebagai berikut :
a. Pendapatan
Pendapatan yang diterima penerima program SKSS BAZNAS hanya mengandalkan penghasilan dari pekerjaan orang tua keluarga penerima program
SKSS BAZNAS sebesar Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000. Setelah menerima program
SKSS BAZNAS pendapatan bertambah sebesar Rp. 3.000.000 per enam bulan atau Rp. 500.000 per bulan. Sehingga dapat diketahui adanya peningkatan
pendapatan keluarga penerima program SKSS BAZNAS hampir mencapai pendapatan orang tua dari hasil pekerjaannya selama satu bulan.
b. Kebutuhan
Kebutuhan penerima program SKSS BAZNAS adalah buku, konsumsi, ongkos dan tugas praktek yang berhubungan dengan kuliah. Sebelum menerima
program SKSS BAZNAS keluarga penerima program benar-benar menghemat dananya untuk kepentingan pendidikan anaknya dan uang yang didapatkan habis
terpakai, banyaknya beban yang ditanggung kepala keluarga sehingga kakaknya yang sudah bekerja mau tidak mau harus membantu menyisihkan uang untuk
keperluan anggota keluarganya dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Setelah menerima program SKSS BAZNAS, penghematan konsumsi yang berlebihan bisa
dikurangi dan kepala keluarga tidak terlalu mengkhawatirkan masalah biaya
pendidikan. Adanya peningkatan yang terjadi sangat signifikan dalam pendapatan tetapi belum signifikan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.
c. Kekayaan
Sebelum menerima program SKSS BAZNAS, keluarga sudah memiliki televisi, handphone dan motor. Dan setelah menerima program SKSS BAZNAS
kekayaan yang dimiliki hanya berupa uang saku yang diberikan tiga bulan sekali sebesar Rp. 3.000.000.
Dengan demikian, peningkatan ekonomi keluarga fakir miskin penerima program SKSS BAZNAS berpengaruh signifikan bagi kesejahteraan keluarga
secara langsung. Yaitu pendapatan yang diterima bertambah, pengeluaran jadi hemat, kekayaan yang dimiliki berupa uang saku. Jadi, nilai yang bertambah dapat
membantu dalam meningkatkan ekonomi keluarga terutama dalam bidang pendidikan anak.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan