Kontribusi Baznas Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Fakir Miskin Pada Waktu Penerimaan Program Satu Keluarga Satu Sarjana

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

Choirun Nissa

NIM :109046300001

JURUSAN MANAJAMEN ZAKAT DAN WAKAF FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

PROGRAM STUDI MUAMALAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H/2014 M


(2)

KONTRIBUSI BAZNAS TERHADAP PENINGKATAN EKONOMI KELUARGA FAKIR MISKIN PADA WAKTU PENERIMAAN

PROGRAM SATU KELUARGA SATU SARJANA Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

Choirun Nissa

NIM :109046300001

Pembimbing

Dr. Alimin Mesra M.Ag

196908252000031001

JURUSAN MANAJAMEN ZAKAT DAN WAKAF FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

PROGRAM STUDI MUAMALAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H/2014 M


(3)

Keluarga Fakir Miskin Pada Waktu Penerimaan Program Satu Keluarga Satu Sarjana, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 April 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 3 April 2014 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,.MA,.MM.

NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (……….)

NIP. 197107011998032002

Sekretaris : Mu‟min Rouf, S.Ag,.M.A. (……….)

NIP. 197004161997031004

Pembimbing : Dr. Alimin Mesra, M.Ag. (……….)

NIP. 196908252000031001

Penguji I : Dr. Hj. Mesraini, M.Ag (……….)

NIP. 197602132003122001

Penguji II : Abdurrauf, Lc,.MA. (……….)


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 April 2014


(5)

Konsentrasi Manajamen ZISWAF, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1435 H/ 2014 M.

Isi : vii + 79 halaman + 29 lampiran, 47 literatur (1972-2014).

Penelitian ini untuk menganalisis kontribusi BAZNAS melalui program Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS), tujuannya untuk mengetahui penyaluran yang dilakukan BAZNAS melalui program Satu Keluarga Satu Sarjana dan untuk mengetahui adanya peningkatan ekonomi keluarga fakir miskin setelah menerima zakat melalui program Satu Keluarga Satu Sarjana.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui kepustakaan dan penelitian lapangan. Adapun untuk teknik pengolahan datanya menggunakan analisis deskritptif. Proses analisis bersifat induktif, yaitu dengan mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikannya serta menganalisis peningkatan ekonomi keluarga fakir miskin program SKSS BAZNAS.

Hasil penelitian ini memperlihatkan kontribusi yang dilakukan BAZNAS terhadap penerima program beasiswa SKSS BAZNAS patut di apresiasi sebagai program peningkatan kesejahteraan dalam bidang pendidikan. Dalam realisasinya program SKSS BAZNAS belum sesuai dengan ketentuan BAZNAS dalam standar kemiskinan yang ditentukan oleh BPS dan Bank Dunia. Program SKSS BAZNAS dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan ekonomi secara langsung yaitu dengan bertambahnya nilai kepemilikan melalui pemberian uang saku dan SPP yang sudah di tanggung BAZNAS. Sehingga dapat menghemat pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan lain.

Kata Kunci : Kontribusi BAZNAS, Pada Saat Penerimaan Program Satu Keluarga Satu Sarjana, Peningkatan Ekonomi Keluarga Fakir Miskin

Pembimbing : Dr. Alimin Mesra, M.Ag 196908252000031001


(6)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan ridha dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat, dan juga umatnya. Yang Insya Allah kita termasuk di dalamnya.

Disadari pula selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Muamalah dan

Bapak Mu‟min Rauf, M.A, Sekretaris Program Studi Muamalah yang

telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

3. Dr. Alimin Mesra, M.Ag sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan perhatiannya dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.


(7)

ii

5. Bapak Farid Setiawan, sebagai pelaksana program Satu Keluarga Satu Sarjana yang telah membantu dan memberikan informasi dalam proses penyusunan skripsi ini. Dan Bapak Hudzaifah Ainun divisi pengembangan dan penelitian yang telah membantu proses penelitian skripsi penulis. 6. Amelya Hidayat, S.Pd bagian kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah

yang telah membantu memberikan koneksi untuk teman-teman penerima beasiswa SKSS BAZNAS, Bapak Harles bagian kemahasiswaan Palangkaraya yang telah memberikan informasi tentang program beasiswa SKSS BAZNAS dan Kepada Bapak Ahmad Fauzan dari IAIN Walisongo yang telah meluangkan waktu untuk wawancara dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi.

7. Segenap mahasiswa penerima program beasiswa Satu Keluarga Satu Sarjana yang telah membantu kemudahan penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

8. Segenap Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai, dan tidak pernah lelah membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta Bapak Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MSc, Ph.D sebagai Pembimbing


(8)

iii

Akademik yang juga senantiasa mengingatkan dan mengarahkan penulis semasa mengikuti perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi. 9. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang tak pernah lelah setiap

harinya selalu memberikan semangat, motivasi dan do‟anya. Serta adikku

Muhammad Azhar dan Muhammad Farhan Rhamadani.

10.Keluarga Besar Manajemen Zakat dan Wakaf (ZISWAF), Sahabat seperjuangan, Laskar Pelangi yaitu, Soraya Nazhiyah, Lani, Annisa Rahmayanti, Ani Rikazah dan Suci Warnasari. Teman-teman kosan yang selalu mengingatkan dan membantu memecahkan solusi Rini Handayani, Wiwi Rosliana, Kiki, Ulfah, Iis, Seli Mauludani, Mutmainah dan Karina. 11.Keluarga Besar Asuransi angakatan 2009 yang tidak pernah lupa untuk

mengingatkan dan mengarahkan baik dalam perkuliahan ataupun dalam menyelesaikan skripsi.

12.Teman- teman KKN EL- Fath yang tak pernah letih, untuk memberikan

motivasi, dorongan dan do‟anya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Sahabat terbaikku agiz dan khususnya teman-teman seperjuangan dari MAN 2 Serang angkatan 2009 terutama yang berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu mengingatkan, selalu sabar mendengarkan keluhan dan memberikan solusi dalam pembuatan skripsi. 13.Seluruh rekan-rekan penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, dan

telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

iv

hanyalah hamba yang dhaif. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi orang banyak. Amin.

Jakarta, April 2014


(10)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan (Review) Kajian Pustaka ... 8

E. Metode Penelitian... 11

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Zakat ... 17


(11)

vi

BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS

A. Profil BAZNAS ... 39

B. Program Pemberdayaan BAZNAS ... 47

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA

A. Program Beasiswa Satu Keluarga Satu Sarjana ... 51

B. Penyaluran BAZNAS Terhadap Penerima Program SKSS ... 57

C. Realisasi Pada Penerima Program SKSS BAZNAS ... 65

D. Analisis Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga ... 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1Susunan Kepengurusan BAZNAS ... 42 Tabel 2 Mekanisme Seleksi dan Evaluasi ... 59


(13)

viii

Gambar 1 Struktur Pengurus BAZNAS ... 41

Gambar 2 Mekanisme Pencairan Dana ... 62

Gambar 3 Pekerjaan Orang Tua ... 68

Gambar 4 Pendapatan Per bulan ... 70

Gambar 5 Tabungan Keluarga ... 72


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kemiskinan terjadi karena adanya kelangkaan kebutuhan dasar ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kebutuhan dasar yang dimaksud meliputi makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kurang kemampuan itulah yang bisa menyebabkan banyaknya terjadi kekurangan gizi, pendidikan yang rendah, cepat terkena macam-macam penyakit, pengangguran dan tidak bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Karena hal-hal itu juga kemiskinan bisa mengakibatkan tindakan sosial secara negatif. Seperti pencurian, kecendrungan berperilaku anti sosial, rentan diajak melakukan kriminal dan mereka bisa melakukan apa saja agar mendapatkan imbalan uang.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai angka kemiskinan 29,13 juta orang atau 11,96% dan mengalami penurunan angka kemiskinan pada September 2012 mencapai 28,59 juta orang atau sebesar 11,66 %.1 Sedangkan garis kemiskinan menurut kebutuhan makanan dan minuman digunakan ukuran sebesar 2.100 kalori per hari. Garis kemiskinan merupakan batasan pendapatan tertentu untuk

1Badan Pusat Statistik (BPS) “Kemiskinan” di akses pada tanggal

11 November 2013 dari


(15)

golongkan kategori miskin atau tidak miskin. Penetapan garis kemiskinan juga untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, semakin tinggi garis kemiskinan maka semakin sedikit jumlah golongan miskin dan semakin sejahtera sebuah negara.

Semua orang menginginkan kehidupan berkecukupan dan melakukan pengumpulan kekayaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain kebutuhan konsumsi, biasanya pihak kepala keluarga harus mengatur untuk kebutuhan yang lain. Seperti pendidikan anak, kesehatan keluarga, tabungan dan kebutuhan untuk masa yang akan datang.

Kebutuhan semakin lama semakin banyak yang diinginkan, sehingga nilai dari yang diinginkan juga semakin tinggi dan ditambah lagi dengan kehidupan yang semakin canggih. Sehingga kebutuhan yang diinginkan juga bertambah sulit untuk didapatkan. Dalam upaya mengentaskan kemiskinan, maka keluarga harus mengetahui caranya untuk bertahan hidup.

Salah satu yang menjadi permasalahan dalam keluarga adalah pendidikan. Karena ketidakmampuan untuk membiayai pendidikan, mustahik lebih memilih tidak meneruskan pendidikannya dan mencari pekerjaan. Padahal pendidikan saat ini sangat dibutuhkan untuk menunjang pekerjaan. Pendidikan dibutuhkan untuk mengembangkan potensi manusia, sehingga menjadi manusia cerdas, berilmu dan terampil di kehidupan mendatang. Adanya beasiswa pendidikan untuk memberi-kan kemudahan kepada keluarga fakir miskin agar salah satu keluarganya bisa meningkatkan kesejahteraan sehingga di masa depan mereka tidak takut menghadapi kerasnya kehidupan.


(16)

3

Zakat adalah salah satu nama yang diberikan untuk harta yang dikeluarkan oleh seorang manusia sebagai hak Allah Swt yang diserahkan kepada mustahik2. Allah telah mewajibkan zakat kepada kaum muslimin melalui Al-Qur‟an dan hadits. Sebagian zakat yang disalurkan dari pendapatan muzakki3 kepada mustahik

dapat meningkatkan kesejahteraan salah satunya untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sehingga kebutuhan dasar itu akan mempengaruhi sektor-sektor produksi dan konsumsi masyarakat terhadap permintaan barang dan jasa. Hal inilah yang akan meningkatkan efesiensi alokasi dalam perekonomian.

Jika ibadah zakat dijalankan maka pengemis yang berkeliaran di jalan-jalan, anak yang harus putus sekolah karena tidak adanya biaya, anak yatim terlantar, perumahan kumuh dan seterusnya akan dapat terpenuhi dari dana zakat. Dalam pendekatan birokratik dan juga politik misalnya, telah muncul Undang-Undang No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia. Atas dasar Undang-Undang itu, telah banyak instruksi dan bahkan juga contoh-contoh yang diberikan oleh pemerintah untuk menjadikan zakat ini sebagai gerakan sosial.4

Salah satu peneliti zakat mengatakan bahwa sebenarnya potensi dana zakat yang ada di Indonesia ini sangat besar yaitu mencapai 200 triliun. Sementara itu, dana yang telah dihimpun mencapai 1,8 triliun. Fakta ini menunjukkan betapa perlunya untuk sadar akan kewajiban membayar zakat baik muzakki, sebagai orang yang memberikan zakat dan lembaga zakat sebagai pihak pengelola dana

2

Orang yang menerima zakat

3

Orang yang membayar zakat

4

Didin Hafidhuddin dkk, The Power Of Zakat Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara,( Malang : UIN Malang Press, 2008, Cet. Pertama) h. 4-5


(17)

tersebut. Tujuannya adalah untuk dapat mendistribusikan zakat secara benar dan tepat sasaran.5

Riset terbaru yang dilakukan oleh BAZNAS dan Fakultas Ekonomi Dan Manajamen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB) pada 2011. Dari riset ini terungkap, potensi zakat nasional mencapai angka 3,40% dari PDB, atau tidak kurang dari Rp217 triliun.6

Pelayanan lembaga zakat harus memudahkan akses para mustahik untuk memperoleh hak-haknya dari dana zakat. Sekaligus juga dibutuhkan dukungan dari para muzakki, baik perorangan maupun lembaga/badan usaha agar menyalur-kan zakat, infak dan sedekah yang lebih besar guna mendukung program-program lembaga zakat.7

Dengan adanya program-program lembaga zakat yang mendukung untuk mengembangan potensi mustahik, salah satunya dari aspek pendidikan untuk menunjang masa depan. Maka mustahik tidak perlu mengkhawatirkan berapa banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan sedangkan pendapatan belum tentu memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemudahan adanya program-program yang mendukung mustahik ini, dapat mengurangi beban mustahik.

Salah satu lembaga pengelolaan zakat yang telah menyalurkan dananya kepada mustahik adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). BAZNAS merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah

5 Irfan Syauki Beik,”Peran Lembaga Zakat dalam Mengentaskan Kemiskinan”, Kompas

, (Jakarta), 24 September 2012

6BAZNAS, “Potensi Zakat Nasional”, Zakat Menyucikan

Harta dan Jiwa (Mei – Juni 2013, Rajab 1434), h.6

7Badan Amil Zakar Nasional (BAZNAS) “ Program Lembaga Zakat Untuk Proteksi

Penduduk Miskin” di akses pada tanggal 11 November 2013 dari http://www.baznas.or.id/berita-artikel/program -lembaga-zakat-untuk-proteksi-penduduk-miskin/


(18)

5

berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 tahun 2001 yang memiliki tugas da fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infak dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. BAZNAS bertanggung jawab langsung dan memberikan laporan tahunan tentang penghimpunan dan penyaluran ZIS kepada Presiden Republik Indonesia. Berdasarkan hukum tersebut BAZNAS memiliki dua fungsi strategis yaitu sebagai badan amil zakat yang melakukan kegiatan pengumpulan, pengadministrasian dan pendistribusian/ pendayagunaan zakat, infak shadaqah. Dari hasil pengumpulan yang dilakukan oleh BAZNAS, maka BAZNAS melaku-kan pembuatan program- program pemberdayaan dalam meningkatmelaku-kan ke-sejahteraan mustahik. Salah satu upaya yang dilakukan BAZNAS adalah pem-berdayaan dalam bidang pendidikan yaitu dengan program satu keluarga satu sarjana.

Program Satu Keluarga Satu Sarjana adalah beastudi mahasiswa berprestasi di kampus negeri di seluruh Indonesia. Sesuai namanya program ini mengutamakan mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu tanpa sarjana. Beastudi ini membiayai mahasiswa semester pertama sampai lulus sarjana. Program ini juga ada ikatan dengan dinas kepada setiap penerima untuk menjadi sarjana pelopor pemberdayaan masyarakat di desanya.8 Program ini merupakan kontribusi yang dilakukan oleh BAZNAS untuk meningkatkan kesejahteraan

mustahik dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Dengan adanya bantuan pendidikan dari BAZNAS, dapat meringankan beban keluarga fakir miskin. Sehingga pendapatan keluarga bisa di hemat untuk kebutuhan yang lain.

8Lembaga Badan Amil Zakat Nasional “Satu Keluarga Satu Sarjana” di akses pada tanggal


(19)

Dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kontribusi BAZNAS Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Fakir Miskin Pada Waktu Penerimaan Program Satu Keluarga Satu Sarjana.”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas dan fokus pada penulisan skripsi, maka penulis dapat memfokuskan dan membatasi pembahasan hanya dalam ruang lingkup pada kontribusi BAZNAS program satu keluarga satu sarjana, penyaluran yang dilakukan BAZNAS baik melalui Universitas kepada penerima program SKSS, sasaran pada penerima program satu keluarga satu sarjana, adanya peningkatan ekonomi keluarga sebelum menerima program dan pada waktu menerima program satu keluarga satu sarjana.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mempermudah pembahasan yang akan diteliti. Penulis merumuskannya sebagai berikut :

a. Bagaimana penyaluran zakat yang dilakukan BAZNAS melalui program Satu Keluarga Satu Sarjana?

b. Apakah dana yang diberikan BAZNAS sudah tepat sasaran pada penerima program SKSS?

c. Bagaimana peningkatan ekonomi keluarga fakir miskin sebelum dan pada waktu penerimaan program Satu Keluarga Satu Sarjana?


(20)

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui penyaluran yang dilakukan BAZNAS melalui program Satu Keluarga Satu Sarjana.

b. Untuk mengetahui dana yang diberikan BAZNAS sudah tepat sasaran pada penerima program Satu Keluarga Satu Sarjana.

c. Untuk mengetahui adanya peningkatan ekonomi keluarga fakir miskin sebelum dan pada waktu penerimaan program Satu Keluarga Satu Sarjana. 2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, dapat membuat pencerahan bagi pihak-pihak terkait :

a. Bagi Praktisi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi BAZNAS atau pihak terkait yang di dalamnya untuk meningkatkan mutu yang lebih baik, demi kesejahteraan masyarakat sehingga tidak ada lagi kemiskinan dan bisa meningkatkan perekonomian negara.

b. Bagi Akademisi

Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan pengetahuan tentang zakat dan ekonomi syariah di tempat penulis menuntut ilmu. Sehingga penulis bisa memberikan manfaat bagi para pencari ilmu.


(21)

c. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan tambahan nilai kesejahteraan agar selalu menyadari kewajiban untuk berzakat dari harta yang kita dapatkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan aktivitas perekonomian serta pendidikan.

D. Tinjauan (Review) Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah untuk mendapatkan gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan peneliti sejenis yang pernah dilakukan oleh penelitian se-belumnya sehingga tidak ada pengulangan yang tidak perlu. Uraian berikut akan memaparkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, sehingga menjadi jelas bagaimana penelitian ini penting dilakukan.

1. Asep Jaenudin9dengan judul skripsi “Zakat Untuk Pemberdayaan Pendidikan

(Studi Kasus Lembaga Amil Zakat Post Keadilan Peduli Ummat Pusat)”

tahun 2011. Penelitian membahas mengenai pemberdayaan dana zakat dalam sektor pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem penghimpunan, pengelolaan dan pemberdayaan dalam mendayagunakan dana zakat untuk pendidikan serta mengetahui bagaimana pengaruh dana zakat pendidikan terhadap mustahik. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan mendapatkan data atau informasi melalui studi kepustakaan dan penelitian lapangan.

9Asep Jaenudin,”Zakat Untuk Pemberdayaan Pendidikan (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat

Post Keadilan Peduli Umat Pusat),”(Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011)


(22)

9

2. Alfianah Nuraini putri10 dengan judul skripsi “Pendistribusian Dana Bantuan BAZIS Dan Hubungannya Dengan Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

SLTA Di Wilayah Jakarta Utara” tahun 2011. Penelitian ini membahas tentang bantuan penyaluran dana yang dilakukan BAZIS Jakarta Utara untuk memberikan motivasi belajar siswa sehingga adanya perubahan peningkatan yang signifikan antara nilai siswa sebelum dan sesudah menerima beasiswa dari BAZIS. Metode yang dilakukan pendekatan kuantitatif dengan memakai statistik melalui wawancara pihak BAZIS kemudian observasi dan penyebaran kuesioner. Sehingga prestasi belajar siswa SLTA ditentukan oleh pendistribusian dana BAZIS sebanyak 32,3% dan 67,7% lagi ditentukan oleh faktor lain.

3. Muhammad Bukhori11 dengan judul skripsi “Efektifitas Penyaluran Dana

Beasiswa Etos Di Dompet Dhuafa Republika” tahun 2011. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui apakah pengawasan DPS terhadap produk penyaluran dana beasiswa etos di Dompet Dhuafa Republika sudah berjalan efektif dan langkah-langkah pengawasan DPS terhadap penyaluran dana etos. Dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dan dalam pengumpulan data digunakan wawancara serta observasi langsung ke Dompet Dhuafa Republika. Dari hasil penelitian ini menyatakan, efektifitas pengawasan DPS terhadap produk peyaluran dana beasiswa etos di Dompet

10Alfianih Nuraini Putri,”Pendistribusian Dana Bantuan BAZIS dan Hubungannya Dengan

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SLTA di Wilayah Jakarta Utara,”(Skripsi SI Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011)

11 Muhammad Bukhori,”

Efektifitas Penyaluran Dana Beasiswa Etos Di Dompet Dhuafa Republika,”(Skripsi SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif


(23)

Dhuafa Republika menggunakan pengawasan internal dan eksternal, yang mana hasil pengawasan tersebut berupa laporan dari lembaga yang bersangkutan yang dibuat oleh tim edit auditor independen dan setelah itu langsung di laporkan ke DPS.

4. Ramadhen Dewi Respaningrum12 dengan judul skripsi “Manajamen Pendayagunaan Zakat, Infak dan Shadaqah Melalui Program Beasiswa Mandiri (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Umat

Daarut Tauhid Semarang Tahun 2012)” tahun 2012. Penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan istrumen observasi, dokumentasi dan wawancara. Dari hasil penelitian ini merupakan bentuk aplikasi pendayagunaan dana zakat, infak dan shadaqah (ZIS) di bidang pendidikan yang merupakan bagian tugas lembaga yang peka terhadap generasi muda saat ini. Selain itu, program ini juga pemandirian bagi mahasiswa untuk dapat melatih diri menghadapi masa depan dan masyarakat yang memerlukan kepekaan atu kepedulian dari para generasi muda saat ini melalui bekal keilmuan intelektualitas serta wawasan yang dimiliki dalam rangka mewujudkan masyarakat yang mandiri.

5. Irfan Syauqi Beik13, dengan judul Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika. Penelitian ini mengenai upaya pengurangan tingkat kemiskinan sehingga bisa diketahui jumlah

12Ramadhen Dewi Respaningrum, “Manajamen Pendayagunaan Zakat, Infak dan Shadaqah

Melalui Program Beasiswa Mandiri (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid Semarang Tahun 2012),” (Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2012)

13Irfan Syauqi Beik, “Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus

Dompet Dhuafa Republika,”Zakat dan Empowering Jurnal Pemikiran dan Gagasan volume 2 (Jumadil Tsani 1430/ Juni 2009), h. 76


(24)

11

persentase keluarga miskin, serta mengurangi kedalaman dan keparahan kemiskinan. Penelitian ini menggunakan metode ekonometrika dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan penerimaan dan pengeluaran. Waktu/ Tempat penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2008, lokasi di wilayah DKI Jakarta.

Sedangkan penelitian skripsi ini membahas mengenai “Kontribusi BAZNAS Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Fakir Miskin Melalui Program Satu

Keluarga Satu Sarjana”. Penelitian ini untuk mengetahui adanya peningkatan ekonomi setelah mahasiswa penerima program SKSS diberi dana. Dengan adanya pemberian dana untuk pendidikan S1 maka berkurangnya pengeluaran keluarga sehingga dana yan dikeluarkan akan tersimpan atau habis terpakai untuk kebutuhan yang lain. Selain itu penulis juga ingin mengetahui mekanisme yang dilakukan BAZNAS dalam penyalurannya. Sehingga penyalurannya sudah tepat sasaran. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan pengumpulan data berupa kepustakaan dan penelitian lapangan.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif, yaitu pengumpulan data yang berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka.14 Adapun data yang bersifat angka hanya dijadikan sebagai

14

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet.kedua, hal. 11


(25)

data pelengkap penelitian. Data yang sudah dikumpulkan, diolah dan dijelaskan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Dengan demikian penelitian ini dapat memberikan gambaran sistematis dan akurat mengenai fenomena yang diteliti. Penelitian analisis merupakan penelitian yang ditujukan untuk meneliti secara terperinci suatu aktifitas atau kejadian, dan hasil dari penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.15 Pada penelitian ini, mengalami kelemahan yang berupa tidak adanya data yang tertulis angkatan tahun 2008. Dan banyaknya responden yang tidak bisa dihubungi.

2. Teknik Pengumpulan Data a. Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang akan membantu pengetahuan dengan bantuan berupa buku- buku, majalah, catatan, dokumen- dokumen atau website yang memang perlu diketahui si peneliti.

b. Penelitian Lapangan

Penelitian ini dilakukan langsung ke lapangan dengan mendatangi kantor pusat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang terletak di Jl. Kebon Sirih Raya No.57, Jakarta Pusat – 10340 Indonesia. Serta langsung bertemu dengan sebagian penerima beasiswa dan 3 universitas bidang kemahawiswaan untuk melakukan wawancara dan observasi langsung. Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan data dengan cara berikut:

15


(26)

13

1) Dokumenter

Untuk melakukan penelitian ini dibutuhkan dokumen-dokumen BAZNAS yang berhubungan dengan program satu keluarga satu sarjana, dan data penerima beasiswa untuk dipelajari agar memudahkan penelitian.

2) Wawancara

Wawancara adalah Tanya jawab secara tatap muka yang dilakukan oleh pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dalam hal ini peneliti melakukan tanya jawab langsung kepada pihak pertama pelaksana program SKSS BAZNAS di kantor pusat BAZNAS. Pihak kedua, Universitas bidang kemahasiswaan yaitu Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta langsung datang ke kantor Administrasi UIN, IAIN Walisongo bertemu untuk wawancara di Wisma UIN dan IAIN Palangkaraya wawancara melalui telephone. Sedangkan Pihak ketiga penerima beasiswa ada

face to face, email, sms dan telephone. 3) Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan tertulis kepada responden yang telah menerima beasiswa program satu keluarga satu sarjana dan pihak yang menyalurkan dana. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data secara efesien dan juga cocok untuk digunakan. Kuesioner yang digunakan tidak membatasi jawaban dari narasumber.


(27)

3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua metode pengambilan data, yaitu : a. Data Primer

Data primer adalah data pokok yang di dapat dari responden dengan cara wawancara dan observasi langsung. Data yang dipeoleh adalah data penerima beasiswa program satu keluarga satu sarjana, data penyaluran zakat dan data yang berhubungan dengan BAZNAS dan Universitas terkait.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di ambil dengan cara membaca literatur kepustakaan, internet, media cetak, jurnal dan lain- lain. Yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

4. Objek Pengambilan Sampel

Objek dalam penelitian ini adalah penerima program satu keluarga satu sarjana (SKSS). Untuk program SKSS ada dua angkatan yang sudah dijalankan, yaitu angkatan 2008- 2011 dan 2011- 2014. Untuk angkatan 2008 penulis hanya mendapatkan 5 responden, sedangkan untuk angkatan 2011-2014 penulis dapat wawancara 45 responden, jadi total 50 responden dari lima Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta totalnya 10 responden 7 responden dari angkatan 2011 dan 3 responden yang sudah lulus, STAIN Manado 10 responden dari angkatan 2011, IAIN Walisongo 10 responden dari angkatan 2011, STAIN Palangkaraya 8 responden dari angkatan 2011 dan 2 orang yang sudah lulus, dan IAIN Raden Fatah Palembang 10 responden dari angkatan


(28)

15

2011. Penelitian yang dilakukan menggunakan random sampling yaitu metode yang boleh digunakan apabila populasi yang diteliti adalah homogen.16

5. Pedoman Penulisan

Pedoman skripsi ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, UIN Press, 2012”.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini dilakukan penulis dibagi menjadi lima bab pembahasan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan teori mengenai pengertian kontribusi, kajian zakat, pemanfaatan dan pendayagunaan zakat, pola penyaluran zakat dan peningkatan ekonomi keluarga.

BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai profil BAZNAS dan program pemberdayaan BAZNAS.

16

B.Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, ( Jakarta : Prestasi Pustakaraya, 2006, Cet. Edsi Revisi) h. 188


(29)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai , program beasiswa Satu Keluarga Satu Sarjana, hasil penyaluran BAZNAS terhadap penerima program SKSS, realisasi penerima program SKSS BAZNAS dan analisis terhadap peningkatan ekonomi keluarga.

BAB V PENUTUP

Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.


(30)

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Zakat

1. Konsep Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu „keberkahan‟, al-namaa „pertumbuhan dan perkembangan‟, ath-thaha-ratu „kesucian‟, dan ash-shalahu„keberesan‟.1 Sedangkan secara istilah, zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.2

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan pengertian menurut istilah, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres (baik).3 Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan (mensucikan harta) menurut perintah Allah sesuai dengan waktu dan kadar tertentu yang dianjurkan melalui Al-Qur‟an dan hadits. Zakat terdiri dari dua macam :

a. Zakat mal, yaitu zakat yang diwajibkan atas harta berdasarkan syarat-syarat tertentu

1

Dididn Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani,2002, Cet. Pertama), h. 7

2

Majma Lughah al-„Arabiyyah, al-Mu‟jam al-Wasith, (Mesir : Daar el-Ma‟arif, 1972), Juz I h 396

3


(31)

b. Zakat Fitrah, yaitu zakat yang wajib dibayarkan pada bulan Ramadhan. Terkadang zakt fitrah disebut dengan zakat badan atau sedekah fitrah.4

2. Dasar Hukum

Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Karena nilainya yang sangat penting di dalam agama Islam. Allah telah mewajibkan zakat kepada kaum muslimin melalui Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

a. Surat At-Taubah (009) ayat 103 tentang zakat









































) ةب تلا :

(103 / 009

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan menyucikan mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui”.

b. Hadits Zakat

Anas r.a. berkata, “Seseorang dari bani Tamim mendatangi Rasulullah saw.,

lalu berkata, „Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta yang banyak,

keluarga, dan tamu-tamu. Katakanlah kepadaku, apa yang harus aku lakukan dan bagaimana aku menginfakkan hartaku. Rasulullah saw. bersabda:

َّح فرعت كءابرقأ لصت ك رِ طت ةر ط ا َّإف كلام نم ةاك َّلا جرخت

.لئ اَسلا راجلا نيكسملا

)دمحا ه ر(

Artinya ; Engkau mengeluarkan zakat hartamu karena zakat itu menyucikanmu, engkau mempererat tali kekerabatanmu, dan engkau mengetahui hak orang miskin, tetangga dan orang yang meminta-minta.

4

Husein Syahatah, Cara Praktis Menghitung Zakat, (Ciputat :Kalam Pustaka, 2005, Cet. Pertama), h.16


(32)

19

3. Syarat- syarat Wajib Zakat

Yusuf Qardhawi mengemukakan beberapa persyaratan agar zakat dapat dikenakan pada harta kekayaan yang dimiliki oleh seorang muslim, yaitu :

a. Kepemilikan bersifat penuh. Maksudnya adalah bahwa harta yang dizakatkan berada dalam kepemilikan yang sepenuhnya dari yang memiliki harta tersebut, baik dalam memanfaatkan dalam menikmati hasil dari harta tersebut.

b. Harta yang dizakatkan bersifat produktif atau berkembang. Harta yang dizakatkan harus memiliki syarat berkembang atau produktif baik terjadi secara sendiri atau karena harta tersebut di manfaatkan. Bila ada harta tidak bisa dimanfaatkan, maka harta tersebut tidak dapat dikenakan wajib zakat. c. Harta harus mencapai nisab. Nisab berarti syarat minimum dari jumlah aset

yang dapat dikenakan zakat, sesuai dengan ketentuan yang ada pada syariah Islam. Hal ini juga merupakan penegasan bahwa zakat hanya diwajibkan bagi orang muslim yang memang mampu untuk membayar zakat.

d. Harta zakat harus lebih dari kebutuhan pokok. Maksudnya harta zakat harus lebih dari kebutuhan rutin yang diperlukan agar dapat melanjutkan hidupnya secara wajar.

e. Harta zakat harus bebas dari sisa utang. Maksudnya harta yang dizakatkan harus bebas dari sisa utang. Dalam Islam, hak seseorang yang meminjamkan utang harus di dahulukan terlebih dulu dibandingkan dengan golongan yang menerima zakat.


(33)

f. Harta aset harus berada dalam kepemilikan selama setahun penuh (haul).5 4. Hikmah dan Manfaat Zakat

Kewajiban menunaikan zakat merupakan sesuatu yang demikian tegas dan mutlak. Karena di dalam ajaran Islam, hal ini terkandung hikmah dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan muzakki, mustahik, harta benda yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. Hikmah dan manfaat tersebut adalah :

a. Sebagai perwujudan iman kepada Allah, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kepedulian yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan dan menyucikan harta yang dimiliki.

b. Zakat merupakan hak bagi mustahik. Maka berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka, terutama golongan fakir miskin ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera.

c. Salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam.

d. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat tidak akan diterima dari harta yang di dapatkan dengan cara yang batil. Zakat mendorong umat Islam untuk menjadi muzakki yang sejahtera hidupnya. e. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu

instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik

5

Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam : Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta :Kencana, 2010, Cet. Pertama), h. 296-298


(34)

21

dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan.6

B. Pemanfaatan dan Pendayagunaan Zakat

Berikut ini adalah penjelasan mengenai pemanfaatan dan pendayagunaan zakat:

1. Pemanfaatan Dana

Dalam memanfaatkan dana biasanya lembaga sosial yang telah lama kesulitan pendanaan, dengan cepat akan segera memanfaatkan dana yang ditawarkan. Yang tak boleh di abaikan adalah status asal usul dana. Biasanya lembaga sosial yang telah lama kesulitan pendanaan, dengan cepat akan segera memanfaatkan dana yang ditawarkan.

Bahkan ada lembaga yang tidak pernah ragu untuk memenuhi apa yang dibutuhkan pihak donor, demi mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk operasional dan kegiatan lembaganya. Perhatikan syarat-syarat yang diajukan. Bila persyaratannya tidak menyulitkan lembaga, tidak merugikan pihak penerima, bantuan dana dapat segera diambil. Bila persyaratan itu merugikan, hindari dana yang ditawarkan. Hindari pula dana pinjaman dengan sistem bunga. Jangan hiraukan dana yang diberikan dengan persyaratan tertentu, seperti kewajiban untuk mengirim berbagai informasi sesuai yang diperlukan pihak pemberi donor.7 Jadi memanfaatkan dana juga perlu diperhatikan, sehingga dana yang

6

Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah & Bertambah ( Jakarta : Gema Insani, 2007 , Cet. Pertama), h. 69-71

7

Eri Sudewo, Manajamen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar (Ciputat : Institut Manajamen Zakat, 2004, Cet. Pertama), h. 218-219


(35)

dimanfaatkan bisa tercover dengan baik oleh penerima manfaat. Pemanfaatan zakat dapat digolongkan dalam empat kategori, yaitu :

a. Zakat konsumtif tradisional, kategori ini zakat dapat dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan. Seperti zakat fitrah yang diberikan langsung kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang diberikan kepada korban bencana alam.

b. Zakat konsumtif kreatif, kategori ini zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula seperti bentuk alat-alat sekolah, beasiswa dan ain-lain.

c. Zakat produktif tradisional, zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif. Misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat pertukangan dan sebagainya.

d. Zakat produktif kreatif, pendayagunaan zakat yang diwujudkan dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan, baik untuk membangun suatu proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah modal orang pedagang atau pengusaha kecil.8

2. Pendayagunaan

Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat, adapun pengertian pendayagunaan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu: pengusaha agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat, pengusaha (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan baik. Maka dapat

8

Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta : UI-Press, 1988, Cet. Pertama) h.62-63


(36)

23

disimpulkan bahwa pendayagunaan adalah bagaimana cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar serta lebih baik.9 Berikut ini adalah persyaratan dilakukannya pengumpulan untuk mustahik :

a. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahik dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut :

1) Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahik delapan asnaf yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnu sabil 2) Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi

ketentuan kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan

3) Mendahulukan mustahik dalam wilayahnya masing-masing

b. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha yang produktif dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut :

1) Apabila pendayagunaan zakat untuk mustahik delapan asnaf sudah terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan

2) Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan 3) Mendapat persetujuan tertulis dari Dewan Pertimbangan

c. Prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha produktif ditetapkan sebagai berikut :

1) Melakukan studi kelayakan 2) Menetapkan jenis usaha produktif 3) Melakukan bimbingan dan penyuluhan

9Manajamen Dakwah “Pengertian Pendayagunaan Zakat” artikel ini diakses pa

da tanggal 26 januari 2013 dari http://md-uin.blogspot.com/2009/06/pengertian-pendayagunaan-zakat_17. html


(37)

4) Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan 5) Mengadakan evaluasi

6) Membuat laporan 10 3. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu konsep dalam upaya menjadikan adanya kekuatan atau kekuasaan (power) pada seseorang/ individu atau kelompok. Pemberdayaan bertujuan untuk memberikan suatu power atau keberdayaan bagi pihak yang diuntungkan. Pemberdayaan berhubungan dengan upaya untuk merubah kemampuan seseorang, keluarga atau kelompok dari keadaan tidak memiliki kemampuan/ kekuatan/keberdayaan menuju keadaan yang lebih baik.11 Karena itu, lembaga zakat membuat program pemberdayaan agar penyaluran dana zakat, infak dan sedekah bisa tersalurkan dengan baik.

Program pemberdayaan masyarakat adalah salah satu pilihan alternatif bagi lembaga amil zakat dalam mengelola dana zakat yang dihimpun dari masyarakat secara produktif. Sukses tidaknya pelaksanaan program tersebut bergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM). Program pemberdayaan masyarakat agar menjadi terencana dan tepat sasaran sangat tergantung pada tujuan dan proses. Bila program tersebut bertujuan untuk melayani kebutuhan dan memperkuat pemberdayaan masyarakat, maka pelaksanaan program hendaknya berorientasi pada program.12

10

Direktorat Pemberdayaan Zakat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI ,Pedoman Zakat 9 seri,(Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Zakat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h 295h.296

11

Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat Prinsip dan Praktik Pemberdayaan Ekonomi (Ciputat : Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012, Cet. Pertama), h.223-225

12


(38)

25

4. Pendamping Masyarakat

Pendampingan dilakukan secara intensif di lokasi wilayah sasaran, sampai kelompok sasaran mengalami transformasi kesadaran untuk berubah dengan sumber daya dari mereka sendiri. Karena program ini merupakan bentuk dari pembagian zakat kepada mustahik. Beberapa tahap pendampingan:

1) Tahap perintisan dan penumbuhan

Proses menumbuhkan rasa saling percaya antar anggota kelompok, serta membangun konsensus-konsensus atau komitmen bersama.13 Maksudnya dalam tahap ini kita harus sadar dalam pentingnya menumbuhkan kehidupan kebersamaan. Yaitu pentingnya hidup berkelompok, pencatatan, pembuatan kelayakan usaha, pengelolaan dan sebagainya.

2) Tahap Penguatan

Dalam tahap ini, terjadi beberapa penguatan yang perlu dilakukan. Salah satunya adalah penguatan usaha, manajamen organisasi dan penguatan permodalan.14Maksud dari tahap ini adalah setelah dilakukan tahap pertama yaitu tahap perintisan. Maka dilakukanlah tahap penguatan, agar mempermudah untuk tahap selanjutnya dalam penanganan usaha yang akan dilakukan.

3) Tahap Pemandirian

Dalam tahap pemandirian, masyarakat mitra program pengembangan diharapkan telah memiliki kemampuan untuk memastikan usaha mereka tetap stabil dan memiliki produk bermutu yang telah memenuhi standar.15

13

M.Arifin Purwakananta & Noor Aflah, Southeast Asia Zakat Movement, (Jakarta : FOZ, 2008, Cet. Pertama) h. 253-254

14

Noor Aflah, Arsitekrur Zakat Indonesia, h. 176

15


(39)

C. Pola Penyaluran Zakat

1. Pola Tradisional (Konsumtif)

Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat diberikan langsung kepada mustahik. Dengan pola ini penyaluran dana kepada mustahik tidak disertai target, adanya kemandirian kondisi sosial maupun kemandirian ekonomi (pemberdayaan). Hal ini dilakukan karena mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi bisa mandiri seperti pada para orang tua (jompo), orang yang cacat dan lain-lain.16 Jadi, pola ini penyalurannya langsung diberikan kepada mustahik

dan dana yang diberikan dapat dimanfaatkan langsung oleh mustahik. 2. Pola Kontemporer (Produktif)

Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha/ bisnis. Pola penyaluran secara produktif (pemberdayaan) adalah penyaluran zakat atau dana lainnya yang disertai target merubah keadaan penerima (lebih dikhususkan kepada

mustahik golongan fakir miskin) dari kondisi kategori mustahik menjadi kategori

muzakki.17 Pola ini, dilakukan untuk mengembangkan usahanya sehingga dana yang diberikan bisa mencukupi untuk kebutuhan keluarga dan meningkatkan pola hidupnya. Penyaluran yang dilakukan yaitu :

a. Dana zakat yang telah dikumpulkan wajib disalurkan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan hukum Islam.

16

Lili Bariadi, dkk, Zakat & Wirausaha (Jakarta : CV. Pustaka Amri, 2005, Cet. Pertama), h.34

17


(40)

27

b. Penyaluran zakat kepada mustahik harus bersifat hibah (bantuan) dan harus memperhatikan skala prioritas kebutuhan mustahik di wilayah masing-masing.

c. Penyaluran dana zakat dapat bersifat bantuan sesaat, yaitu membantu mustahik dalam menyelesaikan atau mengurangi masalah yang sangat mendesak/darurat.

d. Penyaluran dana zakat dapat bersifat bantuan pemberdayaan, yaitu membantu mustahik untuk meningkatkan kesejahteraannya.18

3. Orang yang Berhak Menerima Zakat

Allah telah menetapkan orang-orang yang berhak menerima zakat telah disebutkan dalam Al-Qur‟an pada surat At-Taubah ayat 60, yaitu :

















































































) ةب تلا :

(60 / 009

Artinya : “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana”.

18

Direktorat Pemberdayaan Zakat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI ,Pedoman Zakat 9 seri, h 295


(41)

Berikut ini adalah orang yang berhak menerima zakat sebagaimana yang telah diterangkan ayat diatas:

a. Fakir dan Miskin

Fakir adalah orang yang lemah, akan tetapi ia menghalangi dirinya dari meminta-minta. Sedangkan Miskin adalah orang yang masih bisa memenuhi kebutuhan hidupnya akan tetapi kurang sempurna.19

Menurut Yusuf Qardhawi yang di kutip dari Mazhab Maliki dan Hanbali yang dimaksud dengan mencukupi bagi fakir miskin ialah yang mempunyai bekal cukup setahun. Sedangkan menurut mazhab Syafi‟i, harus dapat mencukupi seumur hidup, yaitu batas umum pada umumnya di negeri itu.20 Besarnya dana zakat yang diberikan kepada fakir miskin yaitu :

1) Fakir miskin itu diberi zakat secukupnya, dan tidak ditentukan menurut besarnya harta zakat yang diperoleh.

2) Fakir miskin itu diberi dalam jumlah tertentu dan besar kecilnya disesuaikan dengan bagian mustahik lain.

Bagi fakir dan miskin yang tidak dapat bekerja atau menjalankan usaha dapat diberikan zakat secara konsumtif, sementara jika mempunyai usaha dapat diberikan dalam bentuk peralatan yang sesuai dengan keahlian dan usahanya atau alam bentuk modal kerja. Dengan kata lain mereka berhak atas zakat sampai mereka dinyatakan mampu.21

19

Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia Dilengkapi Kode Etik Amil Zakat Indonesia, h. 184, 185

20

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat (Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2004, Cet. Ketujuh), h. 514

21

Taufiqullah, Akuntansi Zakat Kontemporer (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003, Cet. Pertama), h. 174


(42)

29

b. Amil Zakat

Amil zakat adalah orang yang ditunjuk oleh imam atau wakilnya (pemerintah) untuk mengumpulkan zakat dari orang-orang kaya.22 Mengurusi zakat meliputi : menggalang/ menjaga/ memilah-milahnya, mengumpulkan, me-nuliskan dalam laporan, menghitung persaldoannya, mengawasinya, memindah-kan, mengelola dan membaginya, dan lain-lain.23 Syarat amil zakat adalah orang Islam dan ia tidak termasuk orang yang haram menerima zakat. Sesungguhnya zakat amil adalah sebagai upah atas kerjanya.24

c. Muallaf

Muallaf adalah mereka yang baru masuk Islam. Meskipun begitu, ada beberapa pengertian mualaf yang perlu diketahui berdasarkan ilmu fikih klasik, yaitu :

1) Muallaf muslim yang sudah masuk Islam, akan tetapi niat dan imannya lemah. Kondisi ini akan semakin parah bila ia juga lemah secara ekonomi yang dikhawatirkan akan semakin memperlemah imannya.

2) Muallaf Islam, dimana niat dan imannya dalam Islam sudah cukup kuat, dan juga orang terkemuka dikalangan kaumnya. Kaum yang terkemuka ini biasanya diharapkan akan dapat mempengaruhi pengikutnya atau kaumnya yang lain.

3) Muallaf yang memiliki kemampuan dalam rangka menangkal tindak kejahatan yang dilaksanakan oleh kaum kafir.

22

Muhammad Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2009, Cet. Pertama), h. 674

23

Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia, h. 186

24


(43)

4) Muallaf yang memiliki kemampuan dalam mengantisipasi tindak kejahatan yang mungkin datang dari para pembangkang wajib zakat.25

d. Riqab

Riqab adalah bentuk jamak dari raqabah. Dalam Al-Qur‟an yang dimaksud adalah budak. Para ulama mengatakan riqab adalah mukatibun yaitu budak yang membeli dirinya sendiri dari tuannya pada waktu yang sudah ditentukan dengan harta sehingga ia menjadi orang yang merdeka.26 Harta zakat diberikan untuk membeli budak lalu memerdekakannya.

e. Gharimin

Gharimin adalah orang-orang yang berutang dan sulit untuk membayarnya. orang yang berhutang ada macam-macamnya, di antaranya orang yang berutang kepada orang lain hingga harus membayarnya dengan menghabiskan hartanya. Atau orang yang terpaksa berutang karena membutuhkannya untuk keperluan hidup atau membebaskan dirinya dari kemaksiatan. Orang-orang seperti itu boleh menerima zakat yang cukup untuk melunasi utang.27

f. Fisabilillah

Sabilillah artinya jalan yang menyampaikan pada ridha Allah, baik akidah maupun perbuatan. Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup segala amal perbuatan ikhlas, yang dipergunakan untuk bertakarrub kepada Allah, dengan melaksanakan segala perbuatan wajib, sunat dan bermacam kebajikan lainnya.28

25

Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, h. 301-302

26

Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia, h. 188

27

Al- Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai, 2008, Cet. Pertama)h. 179

28


(44)

31

g. Ibnu Sabil

Ibnu Sabil adalah musafir yang pergi dari suatu negara ke negara lain. Sabil artinya jalan. Dan menasabkan musafir kepada sabil karena seorang musafir biasanya terus menerus berada dijalan. Dan yang dimaksud dengan ibnu sabil adalah ibnu sabil yang kehabisan biaya dalam safarnya. Maka, orang yang demikian berhak menerima zakat dan pembiayaan sekedar bisa meluangkannya kembali ke daerah asalnya, walaupun di daerahnya ia orang kaya.29

D. Peningkatan Ekonomi Keluarga

Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan menaikkan atau menaiki.30 Sedangkan pengertian ekonomi secara umum bisa dibilang bahwa ekonomi adalah sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumber saya material individu, masyarakat dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Karena ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi.31

Sedangkan pengertian keluarga berasal dari bahasa Sansekerta : kula dan

warga “kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah

lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah bersatu. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu

29

Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia, h.190

30

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), h.994

31t.p.,”Pengertian Definisi Ekonomi Menurut Para Ahli” di akses pada tanggal 26 Januari


(45)

atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicon dan Celis di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.32

Jadi, peningkatan ekonomi keluarga adalah kelompok kecil yang terdiri dari beberapa anggota dan memiliki satu hubungan darah dalam proses mempertahankan kesejahteraan hidup, kepala keluarga atau anggota lain mempunyai tanggung jawab dalam mencukupi kebutuhannya dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi. 1. Kebutuhan dan Keinginan

Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia sehingga dapat mencapai kesejahteraan, bila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera. Sedangkan keinginan adalah sesuatu tambahan atas kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi sehingga manusia tersebut merasa lebih puas.33

Kebutuhan yang tidak terbatas salah satu faktor bahwa masyarakat merasa tidak sejahtera, sehingga bila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera.34 Alasannya

32 Gunadarma University “ Pengertian Individu dan Keluarga”

artikel ini diakses pada tanggal 26 Januari 2013 dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/posted-under- uncategorized-e-pengertian-individu-individu-berasal-dari-kata-latin-individuum-yang-artinya-tidak-terbagi-individu-menekankan-penyelidikan-kepada-kenyataan-kenyataan-hidup-ya/

33Murianto “Kebutuhan dan Keinginan” Artikel ini di akses pada tanggal 10 Januari 2014

dari http://smagapro.blogspot.com/2011/07/kebutuhan-dan-keinginan.html

34Murianto “Kebutuhan dan Keinginan” Artikel ini di akses pada tanggal 10 Januari 2014


(46)

33

karena ketidakpuasan dengan benda yang diperoleh. Apabila keinginan dan kebutuhan masa lalu sudah dipenuhi, maka keinginan- keinginan yang baru akan terwujud. Keinginan untuk memperoleh barang dan jasa dapat dibedakan kepada dua bentuk yaitu keinginan yang disertai oleh kemampuan untuk membeli dan keinginan yang tidak disertai oleh kemampuan untuk membeli.35

2. Jenis- jenis Barang

Barang yang dibutuhkan manusia dapat dogolongkan dengan banyak jenis-jenis barang dalam perekonomian, yaitu :

a. Barang ekonomi

Barang ekonomi adalah barang yang memerlukan usaha untuk memperolehnya contohnya beras, makanan lain dan barang-barang produksi industri. Barang ekonomi dapat dibedakan menjadi barang konsumsi (contoh: makanan, pakaian dan sepeda motor), barang modal (contoh: mesin, peralatan bengkel dan bangunan perkantoran), barang akhir (contoh: roti, kursi dan mobil) dan barang setengah jadi (contoh: tepung gandum, karet dan kelapa minyak sawit). Dalam teori ekonomi terdapat dua cara penggolongan lain, yaitu:

1) Berdasarkan kepentingan barang dalam kehidupan manusia. Barang-barang tersebut dibedakan kepada barang inferior (contoh: ikan asin dan ubi kayu), barang esensial (contoh: beras, gula dan kopi), barang normal (contoh: baju dan buku) dan barang mewah (contoh: mobil dan emas).

2) Berdasarkan cara penggunaan barang dalam masyarakat. Barang-barang tersebut dapat dibedakan menjadi barang pribadi (contoh: makanan, pakaian

35

Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, Cet. Dua Puluh Enam). h. 5


(47)

dan mobil) dan barang publik (contoh: jalan raya, lampu lintas dan mercu suar).

b. Barang Cuma-Cuma

Sedangkan barang cuma-cuma adalah barang yang dapat dinikmati tanpa melakukan kegiatan memproduksi seperti udara, oksigen, sinar matahari dan air hujan.36

3. Faktor-faktor Produksi

Faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

a. Tanah dan sumber alam, faktor produksi ini terbuat dari alam yang dapat dijadikan modal seperti tanah, berbagai jenis tambang, hasil hutan, air yang dibendung untuk irigasi atau pembangkit tenaga listrik.

b. Tenaga kerja, faktor produksi ini merupakan tenaga kerja yang meliputi keahlian dan keterampilan yang mereka miliki, yaitu:

1) Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau rendah pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.

2) Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari pelatihan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu dan ahli mereparasi TV dan radio.

36


(48)

35

3) Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu seperti dokter, akuntan, ahli ekonomi dan insinyur.

c. Modal, faktor produksi ini merupakan benda yang diciptakan oleh manusia dan digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang mereka butuhkan.

d. Keahlian keusahawanan, faktor produksi ini berbentuk keahlian dan kemampuan pengusaha untuk mendirikan dan mengembang-kan berbagai kegiatan usaha. Keahlian keusahawanan meliputi kemahirannya meng-organisasi berbagai sumber atau faktor produksi tersebut secara efektif dan efesien sehingga usahanya berhasil dan berkembang serta dapat menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat.37

37


(49)

4. Konsep Keluarga Sejahtera

Konsep keluarga sejahtera menurut UU No. 10 tahun 1992 adalah keluarga yang dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME), memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan BKKBN merumuskan pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan anggotanya baik kebutuhan sandang, pangan, perumahan, sosial dan agama; keluarga yang mempunyai keseimbangan antara penghasilan keluarga dan jumlah anggota keluarga; keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah khusyuk disamping terpenuhinya kebutuhan pokok.38

5. Pengukuran Kesejahteraan

Pengukuran kesejahteraan sering menggunakan pembagian kesejahteraan ke dalam dua bagian yaitu kesejahteraan subjektif dan objektif. Kesejahteraan secara objektif dan seubjektif dapat dialamatkan bagi tingkat individu, keluarga dan masyarakat. Pada tingkat individu, perasaan bahagia atau sedih, kedamaian atau kecemasan jiwa,dan kepuasan atau ketidakpuasan merupakan indikator subjektif dari kualitas hidup. Pada tingkat keluarga, kecukupan kondisi perumahan (dibandingkan standar), seperti ada tidaknya air bersih, merupakan contoh indikator objektif.39

38Euis Sunarti, “Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan, Evaluasi dan

Keberlanjutannya,” (Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor,2006), h. 25

39


(50)

37

Pada prinsipnya aspek yang dapat diamati dalam menganalisis kesejahteraan hampir sama, yaitu mencakup dimensi: pendapatan, pengeluaran untuk konsumsi, status pekerjaan, kondisi kesehatan, serta kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan kebutuhan dasar (seperti air, sanitasi40, perawatan kesehatan dan pendidikan). Faktor utama yang menentukan dari tingkat kesejahteraan ekonomi adalah daya beli, apabila daya beli menurun maka berdampak pada menurunnya kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehingga tingkat kesejahteraan menurun. Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan riil dari pengeluaran per kapita yaitu peningkatan nominal pengeluaran lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama.41

6. Indikator Kemiskinan

Berikut ini kriteria orang miskin yang dikeluarkan oleh Bank Dunia yang mengatakan bahwa orang miskin adalah orang yang berpenghasilan di bawah $2 per hari. Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) telah menetapkan rumah tangga yang memiliki ciri-ciri miskin, yaitu :

a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bamboo/kayu murahan.

c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambo/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa plester.

40 usaha untuk membina dan menciptakan keadaan yang baik di bidang kesehatan

41


(51)

d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.

e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

f. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.

g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah.

h. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu. i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan puskesmas/poliklinik

l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000 per bulan m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/ tidak tamat SD/

hanya SD.

n. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000, seperti : sepeda motor (kredit/ non kredit), emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.42

42 Forum Kompas“ Indikator Miskin” artikel ini di akses 10 Januari 2014


(52)

39

BAB III

GAMBARAN UMUM BAZNAS

A. Profil BAZNAS1

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infak dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam Undang-Undang tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.

Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berdasarkan syariat Islam, amanah, kemanfaat-an, keadilkemanfaat-an, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

1. Tugas dan fungsi BAZNAS

BAZNAS menjalankan empat fungsi, yaitu:

a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat; dan

1Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) , “Profil Badan Amil Zakat Nasional”, di akses


(53)

d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat

2. Kewenangan BAZNAS

Untuk terlaksananya tugas dan fungsi, maka BAZNAS memiliki kewenangan:

a. Menghimpun, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat

b. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota dan LAZ

c. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.

3. Visi dan Misi BAZNAS

Sebagai lembaga yang memiliki sertifikasi ISO 9001:2008, BAZNAS telah menetapkan Visi dan Misi sebagai berikut:

Visi:

“Menjadi Badan Zakat Nasional yag Amanah, Transparan dan Profesional,”

Misi :

a. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat melalui amil zakat

b. Meningkatkan penghimpunan dan pendayagunaan zakat nasional sesuai dengan ketentuan syariah dan prinsip manajamen modern

c. Menumbuh kembangkan pengelola/ amil zakat yang amanah, transparan, professional dan terintegrasi

d. Mewujudkan pusat data zakat nasional

e. Memaksimalkan peran zakat dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia melalui sinergi dan koordinasi dengan lembaga terkait


(54)

41

4. Struktur Pengurus BAZNAS

Gambar 1

Pengurus BAZNAS periode 2008-2011 yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden No.27 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Susunan Keanggotaan BAZNAS, yang seharusnya berakhir pada tanggal 7 November 2011, telah diperpanjang masa kepengurusannya dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2012 tanggal 24 Januari tentang Perpanjangan Sementara Masa Bakti Keanggotaan BAZNAS periode 2008-2011. Perpanjangan diberikan sampai dengan terbentuknya keanggotaan BAZNAS sesuai UU Nomor 2011. Dengan demikian, pengurus BAZNAS tetap berjumlah 33 orang yang terdiri atas Badan pelaksana 19 orang, Dewan Pertimbangan 7 orang , dan Komisi Pengawas 7 orang.


(55)

Tabel 1

Susunan Kepengurusan BAZNAS

No Nama Jabatan

1 Prof. Dr.KH.Didin Hafidhuddin, M.Sc Ketua Umum

2 Laksda (Purn) H. Husein Ibrahim, MBA Ketua Bidang Program 3 dr. H. Naharus Surur. M. Ked. Ketua Bidang Jaringan

4 drh. Emmy Hamidiyah, M.Si Sekretaris Umum

5 M. Fuad Nasar. S.sos Wakil Sekretaris

6 Hj. Isye S. Latief Bendahara Umum

7 Teten Kustiawan, SE, Ak Wakil Bendahara

8 Dr. Siti Chalimah Fajriyah, SE., Akt., MM Divisi Pengumpulan

9 Bakhtiar Rakhman, SE Divisi Pengumpulan

10 Drs. H. Mohammad Siddik Kertapati, MA Divisi Pengumpulan

11 Drs. H. Abd Rahman Anwar Divisi Pendistribusian

12 Abdullah Hasyim, MA, MBA Divisi Pendistribusian

13 Drs. Syahrullah Iskandar, MA Divisi Pendistribusian

14 Taufik Hidayat, M. Ec Divisi Pendayagunaan

15 L.I.A Muzaffar Daud Divisi Pendayagunaan

16 Drs. Mas‟ud Halimi, MA Divisi Pendayagunaan

17 Dr. Setiawan Budi Utomo, Lc Divisi Pengembangan

18 Dr. Ahmad Mukhlis Yusuf Divisi Pengembangan


(56)

43

20 H. Muchtar Zarkasyi, SH Ketua Dewan Pertimbangan

21 Prof. Dr. Nasrun Haroen, MA

Sekretaris Dewan Pertimbangan

22 Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA

Anggota Dewan Pertimbangan

23 Drs. H. Djamal Doa (Alm)

Anggota Dewan Pertimbangan

24 Prof. Dr. Hj. Huzaemah T Yanggo, MA

Anggota Dewan Pertimbangan

25 Drs. H. Mubarok

Anggota Dewan Pertimbangan

26 Drs. H. Amidhan

Anggota Dewan Pertimbangan

27 Drs. H. Achmad Subianto, MBA Ketua Komisi Pengawas

28 Drs. H. Tulus Sekretaris Komisi Pengawas

29 Drs. H. Mundzir Suparta, MA Anggota Komisi Pengawas

30 Drs. H. Basri Barmanda, M.BA Anggota Komisi Pengawas

31 Prof. Dr. H. Artani Hasbi Anggota Komisi Pengawas

32 Drs. KH. Masrur Ainin Najih Anggota Komisi Pengawas

33 H. Iskandar Zulkarnain, SE Anggota Komisi Pengawas


(57)

Berikut adalah tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh pengurus BAZNAS menurut Keputusan Presiden No.8 tahun 2001 :

a. Bagian kedua Badan Pelaksana

1) Pada pasal 6 Badan Pelaksana mempunyai tugas menyelenggarakan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama dan tugas lain berkenaan dengan pengelolaan zakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Pasal 7 dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pelaksana memperhati-kan pertimbangan yang disampaimemperhati-kan oleh Dewan Pertimbangan.

3) Pasal 8 hasil pelaksanaan tugas Badan Pelaksana setiap 1 (satu) tahun dilaporkan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat, termasuk laporan hasil pengawasan dan Komisi Pengawas.

4) Pasal 9 dalam menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 13. Badan Pelaksana dapat meminta pertimbangan dan berkoordinasi dengan Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawas.

b. Bagian ketiga Dewan Pertimbangan

Pasal 10 Dewan Pertimbangan mempunyai tugas memberikan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayaguna-an zakat kepada Badpendayaguna-an Pelakspendayaguna-ana.


(58)

45

c. Bagian Keempat Komisi Pengawas

Pasal 11 Komisi Pengawas mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan atas pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat oleh Badan Pelaksana.

Sedangkan Keputusan Menteri Agama No. 373 tahun 2003 tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat :

a. Bagian kedua tugas, wewenang dan tanggung jawab pasal 9 1) Badan Pelaksana Amil Zakat Nasional bertugas:

a) Menyelenggarakan tugas administrative dan teknis pengumpulan, pendistribusian dan pendaygunaan zakat.

b) Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk penyusunan rencana pengelolaan zakat

c) Menyelenggarakan tugas penelitian, pengembangan, komunikasi, informasi dan edukasi pengeloaan zakat

d) Membentuk dan mengukuhkan Unit Pengumpul Zakat sesuai wilayah operasional

2) Dewan pertimbangan Badan Amil Zakat Nasional bertugas memberikan pertimbangan kepada Badan Pelaksana baik diminta maupun tidak dalam pelaksanaan tugas organisasi

3) Komisi Pengawas Badan Amil Zakat Nasional bertugas :

a) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelakanaan tugas Badan Pelaksana dalam pengelolaan zakat


(59)

b) Menunjuk akuntan publik untuk melakukan audit pengelolaan keuangan zakat

b. Bagian Ketiga Tata Kerja

1) Pasal 16 setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Badan Amil Zakat bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasikan, memberi bimbingan dan petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan masing-masing

2) Pasal 17 setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Badan Amil Zakat wajib mengikuti dan mematuhi ketentuan serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya

3) Pasal 18 setiap divisi/ bidang/ seksi/ urusan Badan Amil Zakat menyampaikan laporan kepada ketua Badan Amil Zakat melalui sekretaris, dan sekretaris menampung laporan-laporan tersebut serta menyusun laporan berkala Badan Amil Zakat

4) Pasal 19 setiap laporan yang diterima oleh pimpinan Badan Amil Zakat wajib diolah dan digunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan arahan kepada bawahan

5) Pasal 20 dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi Badan Amil Zakat dibantu oleh kepala satuan organisasi dibawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat berkala.


(1)

5. Bagaimana mekanisme pemberian dana kepada mahasiswa ?

Untuk SPP pihak BAZNAS transfer ke rekening IAIN Walisongo sedangkan untuk living cost langsung di transfer ke rekening mahasiswa

6. Bagaimana perkembangan akademik mahasiswa setelah diberi dana ?

Setelah diberi dana dari BAZNAS pasti berkembang, hanya IP ada saja yang turun. Tapi, untuk IPK belum ada yang dibawah 3,00

7. Bagaimana cara universitas mempublikasikan program SKSS ? Dari mulut ke mulut mahasiswa

8. Apakah pihak Universitas pernah menanggung biaya yang seharusnya diberikan BAZNAS untuk mahasiswa ?

Pihak IAIN tidak pernah menanggung biaya mahasiswa baik SPP atau uang saku. Jadi mereka bayar sendiri lalu diganti oleh BAZNAS

9. Apakah pihak BAZNAS pernah telah mengirimkan dananya? Ya pernah, terakhir pembayaran bulan November

10.Berapa hari tenggang waktu yang diberikan Universitas kepada BAZNAS apabila dana zakat yang diberikan belum ada?

Tidak ada tenggang waktu karena sudah di maklumi oleh pihak kedua. Karena SDM yang di BAZNAS kurang

11.Apakah keuntungan yang di dapat dari Universitas dengan adanya program SKSS ? Keuntungan ada pada mahasiswa, karena bisa membantu mahasiswa yang tidak mampu sekolahnya jadi bisa. Dan memudahkan mahasiswa untuk berprestasi.

12.Apakah dampak dari program ini untuk Universitas ?

Dampaknya, karena bisa memberikan kemudahan untuk mahasiswa tapi sulit bagi IAIN jika ada complain dari mahasiswa


(2)

13.Apakah ada faktor penghambat dalam melaksanakan program ini?

- Dana zakat tidak jelas dapatnya berapa, itu yang membuat macet program - SDM dari BAZNAS yang kesulitan dalam menangani ini

14.Apakah kelemahan dari program SKSS ?

15.Apakah saran untuk program SKSS ?

Bagus, perlu diteruskan lagi dan perlu di optimalkan programnya. Kalau bisa kuotanya bertambah


(3)

LampiranKuesioner

KUESIONER Denganhormat,

Saya adalah mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian yang berjudul“Kontribusi BAZNAS Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Fakir Miskin Melalui Program Satu Keluarga Satu Sarjana. Penelitian ini saya lakukan untuk skripsi. Saya mohon kesediaannya dalam pengisian pernyataan-pernyataan secara lengkap dan sebenar benar-nya. Atas waktu dan kesediaannya, saya ucapkan terima kasih.

ChoirunNissa Nama responden : SITI JAHRO

Jenis kelamin responden : Perempuan

Tempat, Tangal Lahir : Cirebon 6 Januari 1992 Universitas : STAIN Palangka Raya

Fakultas/ Jurusan/ Semester :Tarbiyah / BahasaInggris / VII

Alamat Asal : Jl. Kresno no.5 kelurahan Habaring Hurung Kec.Bukit Batu Kota Palangka Raya.

Alamat Sekarang : JL. Brokoli 1 Kel.Panarung Kec. Pahandut Kota Palangka Raya

IPK Terakhir : 3.58 Pekerjaan Orang Tua : Swasta

Anak Usia Pendidikan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 36 34 31 28 23 21 18 16 14 13 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. S1 5. SMP 6. SedangKuliah 7. SMA

8. Sedang duduk di bangku SMA 9. Sedangduduk di bangku SMP 10.Sedangduduk di bangku SMP


(4)

A. Jelaskan pernyataan-pernyataan berikut

1. Mengapa anda mengikuti beasiswa program Satu Keluarga Satu Sarjana dari BAZNAS ?

Karena saya ingin meringankan beban orang tua saya dalam membiayai pendidikan anak-anak mereka. Sehingga jika memang ada dana, dana tersebut bisa untuk membiayai pendidikan adik-adik saya yang lain karena biaya pendidikan saya di tanggung oleh program ini. Paling tidak dengan adanya program ini, dalam keluarga kami memiliki 1 tambahan sarjana lagi. Tidak hanya kakak saya yang bisa menjadi sarjana karena di asuh oleh keluarga orang lain, tapi saya dapat menjadi sarjana karena beasiswa ini membantu meringankan beban orang tua saya.

2. Anda dapat info program Satu Keluarga Satu Sarjana dari mana ? Dosen STAIN Palangka Raya.

3. Apakah syarat yang diberikan BAZNAS sangat sulit untuk dipenuhi ?

TIDAK, karena syarat yang diberikan BAZNAS bersifat umum sehingga mudah untuk dipenuhi dan masih sanggup untuk saya penuhi.

4. Proses apasaja yang dilakukan untuk menerima beasiswa dari BAZNAS ? Mengisi formulir, wawancara dengan dosen yang mewakili pengurusan BAZNAS di kampus saya, Mengumpulkan beberapa data yang berkaitan dengan diri dan keluarga saya. Contohnya seperti surat keterangan tidak mampu, surat keterangan sehat, memiliki rekening, berkas yang berkaitan dengan perkuliahan seperti KHS, KPP, dll, menyanggupi dan memenuhi semua ketentuan yang diberikan oleh program ini.

5. Apakah BAZNAS pernah telat dalam memberikan dananya kepada anda ? Pernah, biasanya telat sekitar 1-2 bulan.

6. Apakah anda pernah tidak mendapat uang living kost ?Jika iya berapa kali TIDAK PERNAH


(5)

7. Apakah dana yang diberikan BAZNAS cukup untuk kebutuhan anda selama satu semester ?

Tidak Cukup, karena terkadang ada beberapa hal yang megharuskan saya mengeluarkan uang cukup banyak untuk urusan kuliah.

8. Berapa pendapatan orang tua anda perbulan ? Tidak menentu,

Yang tetap adalah Rp.600.000 dari hasil mengajar mengaji di mushola dan menjadi ketua RT. Selebihnya dari hasil bertani sayuran yang tidak menentu penghasilanya.

9. Apakah orang tua anda mempunyai asuaransi atau tabungan ?Jika ada asuransi dan tabungan seperti apa ?

TIDAK PUNYA

10.Berapa pengeluaran orang tua anda dalam sebulan sebelum dan sesudah mengikuti program Satu Keluarga Satu Sarjana ?

Tidak menentu, tetapi sebelum mendapat beasiswa ini saya biasanya di beri jatah 350.000 untuk uang saku selama satu bulan. Setelah saya dapat beasiswa ini ayah saya tidak perlu mengeluarkan dana tersebut dan biaya kuliah saya.

11.Bagaimana mekanisme pengambilan dana program Satu Keluarga Satu Sarjana ?

Membuat laporan yang terkait dengan penggunaan dana tersebut dan laporan pengabdian yang kami laksanakan. Dana tersebut biasanya masuk rekening penerima BAZNAS masing-masing, dan saya bisa mengambilnya jika dibutuhkan.

Tetapi jika dana tersebut masuk kerekening STAIN, kami mengambilnya pada pengurus beasiswa ini dengan menandatangani tanda terima dana tersebut.


(6)

Iya, karena dengan dana ini orang tua saya tidak perlu mengeluarkan dana untuk biaya SPP dan living kost saya. Sehingga mereka tinggal memikirkan untuk biaya adik-adik saya.

13.Menurut pendapat anda, bagaimana adanya program Satu Keluarga Satu Sarjana ?

Program ini sangat membantu orang – orang yang mempunyai perekonomian di bawah rata-rata tetapi mempunyai semangat yang tinggi untuk dapat menuntut ilmu hingga perguruan tinggi dengan memiliki keseriusan yang tinggi dan kompeten yang cukup bagus yang dimiliki individu tersebut.

14.Apa saran anda untuk program Satu Keluarga Satu Sarjana ? Saran saya untuk program ini yaitu :

1. Agar kiranya program ini dapat menambah jumlah penerima beasiswa ini. 2. Berkomunikasi dengan baik dengan pihak instansi yang menerima

program ini sehingga apabila ada sesuatu dan lain hal dapat diketahui dengan jelas. Sehingga apabila ada penundaan atau yang lainya pihak kampus dapat memberikan kepastian pada mahasiswa penerima beasiswa ini.

3. Menambah jumlah sarjana dalam keluarga, misalnya 2-3 sarjana dalam 1 keluarga besar yang kurang mampu.