Kompetisi patogen dengan BAL dalam media yang mengandung ekstrak SPF

70 ekstrak ubi jalar dan hasil olahan cookies ubi jalar dan SPF secara in vitro dapat dilihat pada Lampiran 24. Karena L. casei Rhamnosus tumbuh paling baik dalam media yang mengandung ekstrak SPF, maka BAL tersebut dipilih untuk digunakan dalam pengujian berikutnya yaitu pengujian kompetisi antara L. casei Rhamnosus dengan patogen dalam media yang mengandung ekstrak SPF secara in vitro maupun pengujian potensi prebiotik SPF secara in vivo.

2. Kompetisi patogen dengan BAL dalam media yang mengandung ekstrak SPF

Pertumbuhan E. coli pada uji kompetisi dengan L. casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF dapat dilihat pada Gambar 22. Pengujian kompetisi bertujuan untuk melihat kemampuan BAL L. casei Rhamnosus dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen dengan memanfaatkan ekstrak SPF sebagai sumber gula. Bakteri patogen yang digunakan adalah E. coli, B. cereus dan Salmonella sp. Hasil uji kompetisi antara bakteri E. coli dengan L. casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF menunjukkan bahwa L. casei Rhamnosus dapat menekan jumlah E. coli sampai 3.9 log cfuml. 3.8 3.9 8.8 8.7 9.6 0.0 2 4 6 8 10 12 Kontrol + E.coli Kompetisi+ E.coli+ L.casei Rhamnosus Perlakuan J u m la h k o lo n i l o g c fu m l 0 jam 24 jam 48 jam Gambar 22 Pertumbuhan E. coli yang dikompetisikan dengan L. casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF. Sedangkan pertumbuhan E. coli dalam media yang mengandung ekstrak SPF kontrol meningkat sampai 5.0 log cfuml setelah diinkubasi selama 24 jam dan 71 5.8 log cfuml setelah diinkubasi selama 48 jam. Tabel 12 menunjukkan perubahan jumlah E. coli setelah dikompetisikan dengan L.casei Rhamnosus. Hasil pengamatan lengkap jumlah E. coli yang dikompetisikan dengan L.casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF dapat dilihat pada Lampiran 25. Tabel 12. Perubahan jumlah E. coli setelah dikompetisikan dengan L. casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF Perlakuan Jumlah E. coli log cfuml Pada inkubasi hari ke- Kenaikan penurunan E. coli log cfuml H0 0 jam H1 24 jam H2 48 jam Setelah 24 jam Setelah 48jam Kontrol Ekstrak SPF+ E. coli 3.8 8.8 9.6 5.0 5.8 Kompetisi Ekstrak SPF+ E. coli+ L. casei Rhamnosus 3.9 8.7 0.0 4.9 -3.9 Pertumbuhan B. cereus yang dikompetisikan dengan L. casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF dapat dilihat pada Gambar 23. Hasil uji kompetisi antara bakteri B. cereus dengan L. casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF menunjukkan bahwa L. casei Rhamnosus dapat menekan jumlah B. cereus sampai 3.1 log cfuml. Sedangkan pertumbuhan B.cereus yang tidak dikompetisikan dengan L. casei Rhamnosus kontrol mengalami peningkatan sampai 3.0 log cfuml setelah diinkubasi selama 24 jam dan 3.4 log cfuml setelah diinkubasi selama 48 jam. Tabel 13 menunjukkan perubahan jumlah B.cereus setelah dikompetisikan dengan L. casei Rhamnosus. Hasil pengamatan lengkap jumlah B. cereus yang dikompetisikan dengan L. casei 3.0 3.4 6.0 0.5 6.3 0.4 2 4 6 8 10 12 Kontrol +B.cereus Kompetisi + B.cereus + L.casei Rhamnosus Perlakuan J u m la h k o lo n i L o g c fu m l 0 jam 24 jam 48 jam Gambar 23 Pertumbuhan B. cereus yang dikompetisikan dengan L.casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF. 72 Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF dapat dilihat pada Lampiran 26. Tabel 13. Perubahan jumlah B. cereus setelah dikompetisikan dengan L. casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF Perlakuan Jumlah B. cereus log cfuml Pada inkubasi hari ke- Kenaikan penurunan B. cereus log cfu ml H0 0 jam H1 24 jam H2 48 jam Setelah 24 jam Setelah 48jam Kontrol Ekstrak SPF +B. cereus 3.0 6.0 6.3 3.0 3.4 Kompetisi Ekstrak SPF +B. cereus + L. casei Rhamnosus 3.4 0.5 0.4 -3.0 -3.1 Hasil uji kompetisi antara bakteri Salmonella sp dengan L. casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF menunjukkan bahwa L.casei Rhamnosus dapat menekan jumlah Salmonella sp sebesar 1.5 log cfuml inkubasi 24 jam dan 3.9 log cfuml inkubasi 48 jam. Sedangkan dalam media yang mengandung ekstrak SPF kontrol jumlah Salmonella sp meningkat sampai 5.2 log cfuml inkubasi 24 jam dan 5.4 log cfuml inkubasi 48 jam. Tabel 14 menunjukkan perubahan jumlah Salmonella setelah dikompetisikan dengan L.casei Rhamnosus. Hasil pengamatan lengkap jumlah Salmonella yang dikompetisikan dengan L. casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF dapat dilihat pada Lampiran 27. 3.8 3.9 9.0 2.4 9.2 0.0 2 4 6 8 10 12 Kontrol + Salmonella Kompetisi+Salmonella+ L.casei Rhamnosus Perlakuan J u m la h k o lo n i L o g c fu m l 0 jam 24 jam 48 jam Gambar 24 Pertumbuhan Salmonella sp yang dikompetisikan dengan L. casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF. 73 Tabel 14 Perubahan jumlah Salmonella sp setelah dikompetisikan dengan L.casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF Perlakuan Jumlah Salmonella sp log CFUml Pada inkubasi hari ke- Kenaikan penurunan Salmonella sp log CFUml H0 0 jam H1 24 jam H2 48 jam Setelah 24 jam Setelah 48jam Kontrol Ekstrak SPF+Salmonella sp 3.8 9.0 9.2 5.2 5.4 Kompetisi Ekstrak SPF+Salmonella sp + L. casei Rhamnosus 3.9 2.4 0.0 -1.5 -3.9 Dari ketiga jenis patogen yang digunakan pada uji kompetisi dengan L. casei Rhamnosus dalam media yang mengandung ekstrak SPF menunjukkan bahwa penurunan jumlah B. cereus paling rendah dibandingkan dengan penurunan jumlah E. coli dan Salmonella. Hal ini dikarenakan B. cereus merupakan bakteri yang membentuk spora sehingga lebih tahan dibandingkan E. coli dan Salmonella. Batt 1999 a , menyatakan bahwa B. cereus merupakan spesies yang membentuk spora yang tahan terhadap suhu pemasakan. Todar 2005 menyatakan bahwa B. cereus merupakan spesies yang membentuk spora ellipsoid. Pada saat kandungan nutrisi dalam media berkurang maka bakteri ini akan membentuk endospora yang lebih tahan terhadap bahan kimia. Tabel 15 Perubahan jumlah L.casei Rhamnosus setelah dikompetisikan dengan patogen dalam media yang mengandung ekstrak SPF Perlakuan H0 log cfuml H1 log cfu cfu ml H2 log cfu cfu ml Kenaikan atau penurunan jumlah BAL log cfu cfu ml Setelah 24 jam Setelah 48 jam Kontrol Ekstrak SPF +L.casei Rhamnosus 8.4 8.6 8.3 0.2 -0.2 Kompetisi Ekstrak SPF+E.coli+L. casei Rhamnosus 8.5 8.7 8.4 0.2 -0.1 Kompetisi Ekstrak SPF+Salmonella sp +L.casei Rhamnosus 8.4 8.6 8.3 0.1 -0.2 Kompetisi Ekstrak SPF+B.cereus+L.casei Rhamnosus 8.3 8.5 8.1 0.2 -0.2 Hasil uji kompetisi antara L. casei Rhamnosus dengan patogen dalam media yang mengandung ekstrak SPF, menunjukkan bahwa patogen tidak mempengaruhi pertumbuhan L.casei Rhamnosus Gambar 25, akan tetapi L casei Rhamnosus mampu menghambat E. coli dan Salmonella sp sampai 3.9 log cfuml 74 serta menghambat B. cereus sampai 3.1 log cfuml. Hal ini menunjukkan bahwa L. casei Rhamnosus dapat berkompetisi dengan baik untuk mengambil substrat. Adanya gula-gula sederhana dan oligosakarida yang terdapat dalam ekstrak SPF 8.3 8.2 8.4 8.6 8.2 8.2 -2 2 4 6 8 10 12 Kontrol+L.casei Rhamnosus Kompetisi+E.coli+L.casei Rhamnosus Pe rlakuan J u m la h k o lo n i L o g c fu m l 0 jam 24 jam 48 jam a 8.4 8.4 8.6 8.6 8.3 8.3 -2 2 4 6 8 10 12 Kontrol+ L.casei Rhamnosus Kompetisi+Salmonella +L.casei Rhamnosus Perlakuan J u m la h k o lo n i L o g c fu m l 0 jam 24 jam 48 jam b 8.4 8.3 8.6 8.5 8.3 8.1 -2 2 4 6 8 10 12 Kontrol+ L.casei Rhamnosus Kompetisi+B.cereus +L.casei Rhamnosus Pe rlakuan J u m la h k o lo n i L o g c fu m l 0 jam 24 jam 48 jam c Gambar 25 Pertumbuhan L. casei Rhamnosus yang dikompetisikan dengan patogen dalam media yang mengandung ekstrak SPF. 75 akan menstimulir pertumbuhan BAL L. casei Rhamnosus. L. casei Rhamnosus akan menghasilkan asam laktat Scheinbach 1998; Makinen dan Bigret 2004; Ouwehand dan Vesterlund 2004 menyebabkan pH media turun sehingga pertumbuhan bakteri patogen terhambat. Hasil pengamatan lengkap jumlah BAL yang dikompetisikan dengan patogen dalam media yang mengandung ekstrak SPF dapat dilihat pada Lampiran 28. E. PENGUJIAN POTENSI PREBIOTIK SPF SECARA IN VIVO Pengujian in vivo dilakukan untuk mengetahui sifat prebiotik sweet potato flakes SPF, L. casei Rhamnosus sebagai probiotik dan kombinasi pemberian ransum SPF dengan L. casei Rhamnosus sebagai sinbiotik. Jumlah SPF yang disubstitusikan dalam ransum SPF sebesar 35. Jumlah L. casei Rhamnosus yang diberikan sebesar 10 10 CFUml. Komposisi ransum standar, metode pengujian dan parameter yang diuji sama dengan yang digunakan pada pengujian potensi prebiotik ekstrak ubi garut secara in vivo. Adapun perhitungan komposisi ransum SPF yang diberikan dapat dilihat pada Lampiran 4. Keadaan Tikus Selama Penelitian. Grafik peningkatan berat badan tikus tersebut dapat dilihat pada Gambar 26. Selama masa pemeliharaan, berat badan tikus semua kelompok meningkat, baik pada masa adaptasi, perlakuan maupun pada pasca perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa selama penelitian tikus dalam kondisi yang sehat. Kelompok kontrol mengalami peningkatan sebanyak 40.8 g, kelompok probiotik meningkat sebanyak 50 g, kelompok prebiotik SPF mengalami peningkatan sebanyak 46.1 g dan kelompok sinbiotik SPF meningkat sebanyak 45.3 g. Pemberian perlakuan tidak mempengaruhi kenaikan berat badan tikus secara nyata, peningkatan berat badan tertinggi terjadi pada kelompok probiotik, sedangkan peningkatan terendah terjadi pada kelompok kontrol. Rata-rata perubahan berat badan tikus pada pengujian potensi prebiotik SPF dapat dilihat pada Lampiran 29. Analisis ragam peningkatan berat badan tikus pada pengujian potensi prebiotik SPF dapat dilihat pada Lampiran 30. 76 150 200 250 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 Pemeliharaan hari ke- B er a t b a d a n t ik u s g ra m Rata2 Kontrol Rata2 Probiotik Rata2 Prebiotik SPF Rata2 Sinbiotik SPF Gambar 26 Peningkatan berat badan tikus SPF dengan L. casei Rhamnosus. Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Total Mikroba Feses Tikus. Perubahan jumlah total mikroba pada feses tikus dapat dilihat pada Gambar 27. Pada kelompok kontrol, jumlah total mikroba awal sampai H-10 perlakuan relatif sama 8.9 log cfug, pada H-1 pasca perlakuan mengalami kenaikan sebesar 0.2 log cfug kemudian turun pada hari-hari berikutnya. Dibandingkan dengan kontrol, jumlah total mikroba feses selama perlakuan sampai H1 pasca perlakuan pada kelompok probiotik dan sinbiotik mengalami kenaikan secara nyata, namun setelah perlakuan dihentikan maka jumlahnya menurun secara nyata. Jumlah total mikroba feses pada kelompok prebiotik memiliki pola yang sama dengan kelompok probiotik dan sinbiotik, meskipun tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan probiotik terjadi kenaikan jumlah total mikroba feses 1.6 log cfug secara nyata dibandingkan dengan kelompok lainnya dan menurun secara nyata setelah perlakuan dihentikan. Menurut Hong et al. 2004, jenis bakteri dominan yang terdapat dalam usus besar dan usus halus adalah Lactobacillus , Streptococcus, Enterobacteria, Bifidobacteria, Bacteroides, Clostridia dan Bacillus. BAL berkontribusi menghasilkan enzim dalam usus, seperti -galaktosidase laktase. Asupan oligosakarida dari SPF meningkatkan ketersediaan oligosakarida dalam kolon sehingga meningkatkan jumlah total mikroba. Sementara itu pemberian BAL secara langsung meningkatkan jumlah 77 total mikroba dalam feses. Hasil pengamatan jumlah total mikroba feses pada pengujian potensi prebiotik SPF secara in vivo dapat dilihat pada Lampiran 31. Analisis ragam perubahan jumlah total mikroba feses pada pengujian potensi prebiotik SPF secara in vivo dapat dilihat pada Lampiran 32. 7 8 9 10 11 12 H0 H1 H5 H5 H10 Pengujian pada J u m la h k o lo n i L o g c fu g Kontrol Probiotik Prebiotik Sinbiotik Perlakuan Pasca perlakuan H10 H1 Gambar 27 Perubahan jumlah total mikroba feses tikus pada kelompok: a Kontrol, b Prebiotik SPF, c Probiotik L. casei Rhamnosus, d Sinbiotik SPF dan L. casei Rhamnosus. Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah BAL Feses Tikus. Perubahan jumlah BAL dalam feses tikus dapat dilihat pada Gambar 28. Pada kelompok kontrol, jumlah BAL dalam feses pada awal sampai H-10 perlakuan jumlahnya relatif sama yaitu 8.7 log cfug, kemudian pada H-1 pasca perlakuan mengalami penurunan sebesar 0.5 log cfuml kemudian semakin berkurang pada hari-hari berikutnya. Jumlah BAL dalam feses pada awal pada perlakuan untuk kelompok prebiotik 8.3 log cfug, selama perlakuan pemberian ransum perlakuan SPF mengalami kenaikan sampai H-10 perlakuan mencapai 9.1 log cfug, akan tetapi setelah H-10 perlakuan jumlah BAL menurun. Jumlah BAL dalam feses pada awal perlakuan untuk kelompok probiotik 8.3 log cfug, kemudian terus 78 mengalami peningkatan sampai 10.0 log cfug selama masa perlakuan dan menurun setelah H-1 pasca perlakuan. Jumlah BAL dalam feses pada awal untuk kelompok sinbiotik 8.3 log cfug, kemudian terus mengalami peningkatan sampai 9.7 log cfug selama masa perlakuan dan menurun setelah H-1 pasca perlakuan. Pada kelompok prebiotik terjadi kenaikan jumlah BAL dalam feses secara nyata dibandingkan dengan kontrol selama masa perlakuan, namun jumlah BAL dalam feses menurun ketika pemberian perlakuan dihentikan. Dibandingkan dengan kelompok kontrol dan prebiotik maka selama masa perlakuan terjadi peningkatan jumlah BAL dalam feses secara nyata pada kelompok probiotik dan sinbiotik dan terjadi penurunan secara nyata ketika perlakuan dihentikan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian prebiotik ransum SPF meningkatkan jumlah BAL pada saluran pencernaan, dan kenaikan lebih nyata bila ransum SPF diberikan bersama-sama dengan L. casei Rhamnosus sinbiotik. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa dalam SPF terdapat maltotriosa, rafinosa, dan stakiosa yang dapat bertindak sebagai prebiotik. Adanya oligosakarida tersebut memberikan sumber energi kepada BAL sehingga jumlahnya meningkat. Penurunan jumlah BAL dalam feses setelah perlakuan karena jumlah substrat berkurang, akibatnya laju pertumbuhan BAL terhambat. Dari ketiga perlakuan, menunjukkan bahwa perlakuan probiotik pemberian suspensi L. casei Rhamnosus dapat meningkatkan jumlah BAL dalam tertinggi selama perlakuan. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan jumlah total mikroba dalam feses tikus. Hasil pengamatan perubahan jumlah BAL dalam feses pada pengujian potensi prebiotik SPF dapat dilihat pada Lampiran 33. Analisis ragam perubahan jumlah BAL dalam feses pada pengujian potensi prebiotik SPF dapat dilihat pada Lampiran 34. Terjadinya kenaikan jumlah BAL pada perlakuan prebiotik dan sinbiotik menunjukkan bahwa pemberian ransum SPF dapat meningkatkan jumlah BAL selama perlakuan. Dalam produk SPF mengandung oligosakarida yang berasal dari kedelai yaitu rafinosa dan stakiosa Smiricky et al. 2001 maupun dari ubi jalar kukus yaitu 0.2 rafinosa dan 0.14 maltotriosa Marlis 2008, belum dipublikasikan. Oligosakarida dalam ubi jalar mampu mendukung pertumbuhan Lactobacillus Nuraida et al. 2004. Rafinosa dan stakiosa tidak diserap oleh usus 79 halus dan masuk ke dalam usus besar. Dalam usus besar oligosakarida tersebut dimetabolisme oleh BAL untuk berkolonisasi Manning et al. 2004. 6 7 8 9 10 11 12 Pengujian pada J u m la h k o lo n i L o g c fu g Kontrol Probiotik Prebiotik Sinbiotik Perlakuan Pasca perlakuan H0 H1 H5 H5 H10 H1 H10 Gambar 28 Perubahan jumlah BAL pada feses tikus pada kelompok: a. Kontrol, b Prebiotik SPF, c Probiotik L. casei Rhamnosus, d Sinbiotik SPF dan L. casei Rhamnosus. Dalam 100 g ubi jalar tergelatinisasi diasumsikan mengandung 0.2 rafinosa dan 0.14 maltotriosa Marlis 2008, belum dipublikasikan. Asumsi kadar air ubi jalar tergelatinisasi 70 , maka dalam 100 g tepung ubi jalar kering akan mengandung 0.007 g rafinosa dan 0.005 g maltotriosa. Menurut Parson et al. 2001, oligosakarida kedelai terdiri dari 0.58 rafinosa dan 3.23 stakiosa. Dalam 100 g ransum SPF mengandung 35 g tepung SPF. Dalam 100 g SPF mengandung 33 g tepung ubi jalar, 15 g tepung kedelai, 12 g tepung tapioka dan 40 g bahan lain gula, garam dan air. Maka dalam 100 g SPF mengandung 0.38 g oligosakarida ubi jalar 0.22 g rafinosa dan 0.16 g maltotriosa dan 0.57 g oligosakarida kedelai 0.09 g rafinosa dan 0.48 g stakiosa. Dengan kata lain dalam 100 g SPF mengandung 0.95 g oligosakarida atau 1 g oligosakarida. Rata-rata jumlah ransum yang dikonsumsi tikus sebesar 15 g200 g berat badan tikus. Maka setiap tikushari rata-rata mengkonsumsi 0.05 g 80 oligosakarida200 g BB tikus. Dengan kata lain jumlah oligosakarida yang dikonsumsi oleh tikus sebesar 0.26 g oligosakaridakg BB. Menurut Manning dan Gibson 2004, konsumsi 4 sampai 8 g FOS dapat menaikkan jumlah Bifidobacteria dalam pencernaan manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Konsumsi 10 ghari oligosakarida kedelai dapat meningkatkan jumlah bifidobacteria dan secara bersamaan akan menurunkan jumlah bakteri patogen dalam feses manusia secara nyata. Ketika rata-rata berat minimum orang dewasa 50 kg Bender dan Bender 2001, maka konsumsi oligosakarida kedelai sebesar 0.2 gkg BB manusiahari dapat meningkatkan jumlah Bifidobacteria dan menekan pertumbuhan patogen. Apabila diasumsikan konsumsi oligosakarida SPF 4 - 8 ghari maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat diperoleh dari 400 - 800 g SPFhari. Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah E. coli Feses Tikus. Perubahan jumlah E. coli dalam feses tikus SPF dengan L.casei Rhamnosus dapat dilihat pada Gambar 29. Jumlah E. coli dalam feses awal pada kelompok kontrol, perlakuan prebiotik dan probiotik sama yaitu 8.6 log cfug, sedangkan jumlah awal E. coli feses pada perlakuan sinbiotik sebesar 8.4 log cfug. Pada kelompok kontrol jumlah E. coli selama masa perlakuan dan pasca perlakuan mengalami kenaikan. Pada perlakuan prebiotik pemberian ransum perlakuan SPF selama masa perlakuan jumlah E. coli dalam feses mengalami penurunan sampai H-1 pasca perlakuan mencapai 7.4 log cfug turun hingga 1.2 log cfug, namun setelah H-1 pasca perlakuan jumlah E. coli dalam feses mengalami peningkatan. Pola yang sama ditunjukkan pula pada perlakuan probiotik dan sinbiotik. Pada perlakuan probiotik penurunan jumlah E. coli dalam feses sampai H-1 pasca perlakuan mencapai 7.0 log cfug turun 1.6 log cfug dan pada perlakuan sinbiotik mencapai 7.2 log cfug 1.2 log cfug. Dari ketiga perlakuan, menunjukkan bahwa pemberian probiotik suspensi L. casei Rhamnosus dapat menurunkan jumlah E. coli dalam feses tertinggi selama perlakuan, penurunan E.coli dalam feses mencapai 1.6 log cfug. Pemberian perlakuan prebiotik dan sinbiotik juga dapat menurunkan jumlah E. coli. Hasil pengamatan perubahan jumlah E. coli feses pada pengujian potensi prebiotik SPF dapat dilihat pada 81 Lampiran 35. Analisis ragam perubahan jumlah E. coli feses pada pengujian potensi prebiotik SPF dapat dilihat pada Lampiran 36. Penurunan jumlah E. coli dalam feses selama masa perlakuan pada kelompok sinbiotik lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok prebiotik. Adanya prebiotik SPF maltotriosa, rafinosa, stakiosa dan suspensi L. casei Rhamnosus dalam perlakuan sinbiotik membantu menekan jumlah E. coli. Menurut Gibson 2004, adanya prebiotik menyebabkan sebagian komposisi flora usus berubah akibat terjadinya fermentasi, termasuk perubahan strain Bifidobacterium spp, Lactobacillus spp, dan bakteri representatif lainnya seperti Bacteroides spp, Clostridium spp dan Escherichia coli. Penelitian yang dilakukan oleh Hirano et al. 2003, menunjukkan bahwa secara in vitro penempelan dan kolonisasi Escherichia coli enterohemorrhagic EHEC dalam sel epitel usus besar tidak dipengaruhi oleh hadirnya strain Lactobacillus L. rhamnosus, L.gasseri, L. casei dan L. plantarum, akan tetapi L.rhamnosus dapat menekan internalisasi EHEC dalam sel epitel. Pengujian secara in vivo yang dilakukan oleh Suryadjaya 2005 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak ubi jalar pada tikus SD mampu menekan jumlah E. coli dalam feses, namun meningkatkan jumlah BAL feses. Efek lebih besar diperoleh ketika pemberian ekstrak ubi jalar disertai dengan pemberian L.casei Rhamnosus. Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa ubi jalar berpotensi untuk mendukung pertumbuhan BAL dan menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Hasil uji potensi prebiotik ekstrak SPF secara in vitro kompetisi antara L. casei Rhamnosus dengan patogen menunjukkan pertumbuhan patogen uji E. coli, B.cereus dan Salmonella menurun bila dikompetisikan dengan L. casei Rhamnosus yang ditumbuhkan dalam media yang mengandung ekstrak SPF. Adanya maltotriosa, rafinosa dan stakiosa yang terkandung dalam SPF dapat menaikkan jumlah BAL Gambar 28 dan menurunkan jumlah E. coli Gambar 29 pada feses tikus. Penelitian tentang pengaruh oligosakarida kedelai terhadap mikroba pada feses manusia Hayakawa et al. 1990 menunjukkan bahwa fraksi stakiosa dan rafinosa dari oligosakarida kedelai dapat difermentasi oleh Bifidobacterim spp secara in vitro. Konsumsi oligosakarida kedelai sebanyak 10 g 82 per hari telah dilaporkan meningkatkan jumlah Bifidobacteria dalam feses manusia secara nyata, dan secara bersamaan menurunkan jumlah bakteri patogen. 6 7 8 9 10 11 12 Pengujian pada J u m la h k o lo n i L o g c fu g Kontrol Probiotik Prebiotik Sinbiotik Pasca perlakuan Perlakuan H0 H1 H5 H10 H1 H5 H10 Gambar 29 Perubahan jumlah E. coli feses tikus pada kelompok: a. Kontrol, b Prebiotik SPF, c Probiotik L.casei Rhamnosus, d Sinbiotik SPF dan L.casei Rhamnosus. Pengaruh Pemberian Perlakuan Terhadap Keberadaan Salmonella sp. Rekapitulasi hasil uji Salmonella dalam feses dapat dilihat pada Tabel 16. Pada kelompok kontrol, sebelum masa perlakuan, H-5 dan H-10 pasca perlakuan terdapat 1 sampel yang positif dari 3 sampel yang diujikan. Pada kelompok probiotik menunjukkan sebelum perlakuan tidak ada sampel yang positif pada pengujian Salmonella, namun pada H1 perlakuan terdapat 1 sampel yang positif dari 3 sampel yang diujikan, dan selama masa perlakuan maupun pasca perlakuan hasil uji Salmonella negatif. Pada kelompok prebiotik menunjukkan pada H-0 perlakuan terdapat 1 sampel yang positif dari 3 sampel yang diujikan dan pada H-5 terdapat 2 sampel positif dari 3 sampel yang diuji, kemudian pada hari selanjutnya hasil uji Salmonella negatif. Pada kelompok sinbiotik menunjukkan uji Salmonella positif atau terdapat 1 sampel positif dari 3 sampel yang diuji pada H-0, kemudian pada H-1 dan H-5 masa perlakuan, H-1 dan H-5 pasca perlakuan 83 masing-masing terdapat 2 sampel positif Salmonella dari 3 sampel yang diuji, sedangkan pada H-10 pasca perlakuan hasil uji Salmonella negatif. Data lengkap hasil pengamatan keberadaan Salmonella sp dalam feses tikus dapat dilihat pada Lampiran 37. Tabel 16 Hasil uji Salmonella dalam feses secara kualitatif pada pengujian potensi prebiotik SPF dengan L. casei Rhamnosus Kelompok Dugaan Salmonella Pra perlakuan Periode perlakuan, hari ke- Periode pasca perlakuan, hari ke- 1 5 10 1 5 10 Kontrol 13 03 03 03 03 13 13 Probiotik 03 13 03 03 03 03 03 Prebiotik 13 03 23 03 03 03 03 Sinbiotik 13 23 23 03 23 13 03 jumlah sampel yang menunjukan hasil positif Salmonellajumlah sampel yang diuji. Meskipun secara in vitro menunjukkan bahwa L. casei Rhamnosus yang dikompetisikan dengan Salmonella dapat menekan pertumbuhan Salmonela, namun secara in vivo pemberian perlakuan belum nampak pengaruhnya dalam menekan pertumbuhan Salmonella. Hirano et al. 2003, menemukan bahwa L.casei Rhamnosus yang digunakan secara in vivo tidak mempengaruhi invasi Salmonella enteritidis yang berpotensi invasif. Menurut Gallan dan Curtiss 1991 diacu dalam Hirano et al. 2003, Salmonella mampu menginvasi epitelium dan dapat hidup dalam lingkungan intracelluler. Menurut Giannella 2006, patogenesis Salmonella dipengaruhi oleh atribut yang dimilikinya yaitu faktor virulen, yang meliputi: 1 kemampuannya menginvasi sel, 2 dinding polisakarida yang lengkap, 3 kemampuannya bereplikasi dalam intraselluler dan 4 kemungkinan berelaborasi dengan toksin. Setelah menginfeksi, maka Salmonella berkolonisasi dalam ileum dan kolon kemudian menginvasi epitelium usus. Setelah menginvasi epitelium, Salmonella berkolonisasi dalam intraselluler dan menyebar ke limposit kemudian dibawa ke seluruh tubuh oleh sel reticuloendothelial. Gambar 30 menunjukkan terjadinya invasi Salmonella pada mucosa usus. 84 Gambar 30 Invasi Salmonella pada mucosa usus Giannella 2006.

F. PEMBAHASAN UMUM