BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengolahan Data Lapangan
Hasil perhitungan biomasa pada tanaman karet diperoleh kisaran antara 0.31012 tonha sampai dengan 16.52999 tonha. Sedangkan hasil perhitungan
biomasa pada tanaman kelapa sawit berkisar antara 0.23147 tonha dan 56.90538 tonha Tabel 4.
Tabel 4 Hasil perhitungan biomasa tanaman karet dan kelapa sawit
Vegetasi Biomasa tonha
Minimum Maksimum Standar
Deviasi Karet 0.31012
16.52999 4.35638
Kelapa Sawit 0.23147
56.90538 14.80742
Hasil perhitungan biomasa tanaman karet dan kelapa sawit memiliki korelasi terhadap umur tanaman. Dengan bertambahnya umur tanaman, volume
biomasa juga semakin meningkat. Pada Gambar 9 dan 10 disajikan pola hubungan antara umur tanaman karet dan kelapa sawit dengan biomasanya.
Gambar 9 Grafik sebaran hubungan antara kelompok umur terhadap biomasa tanaman karet.
Pola hubungan yang terjadi antara umur tanaman dan biomasa membentuk fungsi pangkat power. Nilai koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar
91.4 pada tanaman karet Gambar 9 dan 79.9 pada kelapa sawit Gambar 10. y = 0.737x
0.992
R² = 0.914 5
10 15
20
10 20
30
Biomasa tonha Umur tahun
Hal ini menunjukkan bahwa variasi umur tanaman karet dan kelapa sawit mampu menjelaskan variasi biomasanya.
Gambar 10 Grafik sebaran hubungan antara kelompok umur terhadap biomasa kelapa sawit.
Besarnya biomasa per satuan luas merupakan fungsi dari diameter, tinggi dan jumlah pohon. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 sampai 20 m dengan diameter batang antara 15 sampai 20 cm. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus
dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman palma yang mampu
tumbuh hingga mencapai tinggi 25 m. Batang tanaman diselimuti pelepah hingga umur 12 tahun, yang nantinya akan mengering dan terlepas. Pelepah kelapa sawit
diikut sertakan dalam pengukuran diameter pada penelitian ini. Jumlah pohon pada masing-masing plot dipengaruhi faktor jarak tanam
antar pohon dan luasan plot yang digunakan dalam pengambilan sampel. Jarak tanam antar pohon pada perkebunan baik karet maupun kelapa sawit biasanya
ditentukan dalam perencanaan pengelolaan yang diatur melalui kegiatan penjarangan. Plot-plot tertentu dapat memiliki biomasa yang lebih tinggi daripada
plot yang lain, hal ini disebabkan karena wilayah pengambilan plot contoh tersebut masih belum dilakukan proses penjarangan. Sehingga kerapatan pohon-
pohonnya masih tinggi dan jumlah pohon di dalam plot contoh lebih banyak dibandingkan plot contoh lain yang telah mengalami penjarangan.
y = 0.759x
1.444
R² = 0.799 10
20 30
40 50
60
10 20
30
Biomasa tonha Umur tahun
Gambar 11 Tanaman karet pada plot contoh yang telah mengalami penjarangan.
Gambar 12 Tanaman karet pada plot contoh yang belum mengalami penjarangan. Dengan model pendugaan biomasa lapang diketahui bahwa biomasa
kelapa sawit memiliki nilai yang lebih besar dibanding dengan biomasa karet. Secara umum tanaman karet memiliki diameter dan tinggi yang cenderung lebih
kecil jika dibandingkan dengan kelapa sawit. Biomasa kelapa sawit pada penelitian ini mengikut sertakan pelapah dari kelapa sawit.
4.2 Model-model Penduga Biomasa