Persiapan dan Pengumpulan Data. Pengolahan Citra Analisis

2.3.1 Persiapan dan Pengumpulan Data.

Citra yang digunakan dalam penelitian ini dapat diunduh secara gratis melalui internet. Adapun citra PALSAR yang diunduh adalah citra PALSAR resolusi 50 m yang merupakan produk terkoreksi, sehingga tidak diperlukan proses pra pengolahan citra dan telah siap dianalisis. Plot contoh diambil dengan memperhatikan kelompok umur tanaman dan kemudahan aksesibilitas. Perbedaan umur tanaman dapat terlihat melalui perbedaan tingkat kecerahan pada citra PALSAR. Tingkat kecerahan merupakan representasi nilai backscatter. Namun hal ini masih perlu dibuktikan di lapangan untuk memperoleh data yang lebih akurat. Untuk masing-masing kelompok umur, jumlah minimal plot contoh yang diambil adalah 3 plot. Dalam memperoleh sebaran informasi yang dibutuhkan untuk penentuan jumlah dan lokasi plot contoh, perlu terlebih dahulu dilakukan penafsiran citra. Penafsiran citra dilakukan untuk mendapat informasi yang terkandung dalam citra. Dalam hal ini diperlukan informasi mengenai tutupan lahan yang tersedia di lapangan. Informasi mengenai tutupan lahan pada citra PALSAR disajikan dalam Gambar 5.

2.3.2 Pengolahan Citra Analisis

Backscatter Analisis backscatter dalam penelitian ini dilakukan terhadap polarisasi HH dan HV pada citra ALOS PALSAR. Nilai backscatter untuk tiap plot sampel diturunkan dari nilai digital pada tiap plot tersebut. Nilai backscatter dapat diperoleh dengan rumus kalibrasi Shimada et al. 2009 sebagai berikut : NRCSdB = 10log10DN 2 + CF Keterangan : NRCS = Normalized Radar Cross Section DN = Digital Number CF = Calibration Factor, yaitu -83 untuk HH dan HV Perhitungan backscatter dilakukan pada beberapa ukuran sampel dalam citra. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keterwakilan nilai digital yang terdapat pada citra. Posisi pengambilan sampel pada citra dilakukan sesuai dengan posisi plot, untuk mengetahui hubungan nilai digital dalam ukuran sampel tersebut terhadap biomasa per plot. Ukuran sampel yang diambil memperhatikan tingkat kehomogenan tutupan lahan yang terwakili, dan gap antar plot yang dapat terjadi. Semakin homogen sampel yang terwakili, maka nilai digital data yang didapat akan semakin baik. Ukuran sampel yang diambil sebaiknya tidak memiliki gap antara satu sama lain, untuk memberi nilai digital yang lebih akurat. Perhitungan backscatter pada penelitian ini dilakukan pada ukuran sampel 1x1 hingga 10x10 pixel. Adapun perhitungan backscatter pada masing-masing ukuran sampel disajikan pada Tabel 1. Analisis NDVI Analisis NDVI Normalized Difference Vegetation Index dilakukan terhadap band-band pada citra Landsat ETM 7. Rumus umum, transformasi NDVI adalah sebagai berikut : NDVI = NIR - R NIR + R Keterangan : NDVI = Normalized Difference Vegetation Index NIR = Nilai digital pada band Inframerah dekat Near Infrared R = Nilai digital pada band Merah Red Dalam hubungannya dengan vegetasi, analisis spektral pada citra Landsat dapat memanfaatkan beberapa band, seperti band 3 RedMerah dan band 4 Near InfraredInframerah Dekat. Kelebihan kedua band ini untuk identifikasi vegetasi adalah objek akan memberikan tanggapan spektral yang tinggi. Hubungan kedua band tersebut dapat dilihat dalam nilai index vegetasi. Nilai NDVI berkisar antara -1 sampai 1, dimana nilai NDVI yang rendah negatif mengidentifikasikan daerah bebatuan, pasir dan salju. Nilai NDVI yang tinggi positif mengidentifikasikan wilayah vegetasi baik berupa padang rumput, semak belukar maupun hutan. Nilai index vegetasi dapat memberikan informasi tentang persentase penutupan vegetasi, index tanaman hidup Leaf Area Index, biomasa tanaman, kapasitas fotosintesis, dan estimasi penyerapan karbon dioksida CO 2 . Peta hasil analisis NDVI disajikan pada Gambar 6. Gambar 5 Hasil penafsiran tutupan lahan pada citra PALSAR. Gambar 6 Peta hasil analisis NDVI pada citra Landsat. Tabel 1 Hasil analisis backscatter untuk kelapa sawit dan karet pada beberapa ukuran sampel citra PALSAR Vegetasi Luas Pixel DN DN Backscatter Backscatter HH min HH max HV min HV max HH min HH max St. Dev HV min HV max St. Dev Karet 1x1 pixel 2411.750 8121.500 912.000 4370.500 -15.353 -4.807 1.948 -23.800 -10.189 3.047 2x2 pixel 2560.667 7956.667 958.556 4274.333 -14.833 -4.985 1.826 -23.368 -10.383 2.969 3x3 pixel 2550.563 7546.563 947.938 4278.438 -14.867 -4.950 1.833 -23.464 -10.393 2.918 4x4 pixel 2729.640 7895.880 1010.800 4262.040 -14.278 -5.052 1.728 -22.907 -10.408 2.821 5x5 pixel 2796.222 7933.667 1051.333 4282.139 -14.069 -5.011 1.711 -22.565 -10.367 2.740 6x6 pixel 2923.755 7857.755 1097.551 4310.878 -13.681 -5.094 1.654 -22.192 -10.309 2.700 7x7 pixel 2983.250 7870.208 1148.719 4255.266 -13.506 -5.080 1.627 -21.796 -10.421 2.612 8x8 pixel 3061.519 7832.840 1194.284 4278.531 -13.281 -5.122 1.567 -21.458 -10.374 2.519 9x9 pixel 3283.800 7854.218 1329.020 4191.560 -12.672 -5.098 1.487 -20.529 -10.552 2.345 10x10 pixel 3373.438 7840.000 1393.050 4143.579 -12.439 -5.114 1.415 -20.121 -10.652 2.188 Kelapa Sawit 1x1 pixel 4816.250 6768.500 1803.500 3493.750 -9.346 -6.390 0.824 -17.878 -12.134 1.034 2x2 pixel 4912.444 6751.667 1893.889 3138.222 -9.174 -6.412 0.763 -17.453 -13.066 0.879 3x3 pixel 3807.438 6816.000 1441.625 3242.688 -11.387 -6.329 0.937 -19.823 -12.782 1.150 4x4 pixel 3881.480 6746.560 1456.880 3039.240 -11.220 -6.418 0.876 -19.732 -13.345 1.011 5x5 pixel 4899.639 6712.417 1914.806 3042.405 -9.197 -6.462 0.731 -17.358 -13.336 0.803 6x6 pixel 4924.776 6619.571 1912.061 3003.163 -9.152 -6.583 0.699 -17.370 -13.448 0.767 7x7 pixel 4944.938 6533.281 1939.781 2933.750 -9.117 -6.697 0.709 -17.245 -13.652 0.743 8x8 pixel 4980.322 6502.864 1941.556 2902.617 -9.055 -6.738 0.685 -17.237 -13.744 0.723 9x9 pixel 4979.700 6544.436 1963.040 2843.764 -9.056 -6.683 0.680 -17.141 -13.922 0.703 10x10 pixel 5013.121 6497.868 1963.372 2821.050 -8.998 -6.745 0.672 -17.140 -13.992 0.696 12

2.3.3 Pengambilan Data Lapangan

Dokumen yang terkait

Pendugaan biomassa atas permukaan pada tegakan pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) menggunakan citra alos palsar resolusi spasial 50 M dan 12,5 M (studi kasus di KPH Banyumas Barat)

0 3 69

Evaluasi Akurasi Klasifikasi Penutupan Lahan Menggunakan Citra Alos Palsar Resolusi Rendah Studi Kasus Di Pulau Kalimantan

0 22 94

Penyusunan model pendugaan dan pemetaan biomassa permukaan pada tegakan jati (Tectona grandis Linn F) menggunakan citra alos palsar resolusi 50 M dan 12,5 M (Studi kasus: KPH Kebonharjo perhutani unit 1 Jawa Tengah)

1 8 165

Evaluasi manual penafsiran visual citra alos palsar dalam mengidentifikasi penutupan lahan menggunakan citra alos palsar resolusi 50 M

3 12 72

Pendugaan Distribusi Spasial Biomassa di Atas Permukaan Tanah Menggunakan Citra Alos Palsar Resolusi 50 M di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Studi Kasus Areal Reklamasi Bekas Tambang)

0 7 115

Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau Wilayah Jakarta Menggunakan Citra Satelit ALOS PALSAR

0 3 47

Identifikasi Hutan Lahan Basah Menggunakan Citra ALOS PALSAR di Kalimantan Selatan

1 5 55

Pendugaan Biomassa Tegakan Pinus Menggunakan Backscatter ALOS Palsar, Umur, dan Tinggi Tegakan: Kasus di KPH Banyumas Barat, Jawa Tengah

0 2 109

Pendugaan biomassa tegakan jati menggunakan citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 M dan 50 M dengan peubah backscatter, umur, dan tinggi pohon (Kasus KPH Kebonharjo PERUM PERHUTANI UNIT I Jawa Tengah

0 2 128

Model Spasial Pendugaan dan Pemetaan Biomassa di Atas Permukaan Tanah Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 12.5 M.

4 19 51