Prosedur Analisis METODE PENELITIAN
                                                                                Gambar 8  Nilai rata-rata kadar air kepala udang hasil demineralisasi.  Notasi huruf yang sama  pada histogram rata rata a menunjukkan tidak berbeda nyata
antar perlakuan p  0,05.
Hasil analisis ragam untuk pengaruh demineralisasi pada kadar air kepala udang Lampiran  1  menunjukkan  bahwa  perlakuan  demineralisasi  tidak  memberikan
pengaruh  yang nyata  p  0,05 terhadap kadar air.  Penggunaan konsentrasi larutan HCl  yang  masih  rendah  dan  waktu  perendaman  yang  singkat  selama  proses
demineralisasi,  belum  dapat  memutuskan  semua  ikatan  hidrogen  molekul  air  dalam membran  atau  jaringan  matriks  kepala  udang  sehingga  belum  dapat  menghilangkan
semua kandungan air terikat dalam kepala udang. Molekul air yang terikat pada molekul lain seperti atom O dan N memerlukan
energi yang besar untuk menghilangkannya.  Energi yang diperlukan ini dapat berasal dari  proses  pemanasan  biasa.    Pemanasan  akan  memutus  ikatan  van  der  walls  dan
kovalen  atom  hidrogen  sehingga  mengurangi  kemampuan  air  terikat  dalam  kepala udang untuk berikatan dengan senyawa lain Winarno 2008.
4.1.3  Pengaruh  demineralisasi  terhadap  kadar  abu  kulit  kepala  udang  vanname Litopenaeus vannamei
Kadar  abu  dapat  menunjukkan  kandungan  mineral  yang  terdapat  dalam  bahan baku.    Kadar  abu    kepala  udang  yang  mengalami  proses  demineralisasi  berkisar
antara  4,09-8,01,  hasil  analisis  kadar  abu  kepala  udang  dapat  dilihat  pada Gambar 9.
Gambar 9  Nilai rata-rata kadar abu kepala udang hasil demineralisasi. Notasi huruf
yang berbeda  pada histogram rata rata a,b menunjukkan berbeda nyata antar perlakuan p  0,05.
Hasil  analisis  ragam  untuk  pengaruh  demineralisasi  pada  kadar  abu  kepala udang  Lampiran  2  menunjukkan  bahwa  perlakuan  demineralisasi  memberikan
pengaruh  yang nyata  p  0,05 terhadap kadar abu.  Uji lanjut Tukey Lampiran 2 menunjukkan  bahwa  kadar  abu  kepala  udang  perendaman  dalam  HCl  0M  berbeda
nyata dengan kadar abu kepala udang yang telah direndam dalam HCl 0,75N; 1,00N dan  1,25N.    Kadar  abu  kepala  udang  yang  direndam  dalam  HCl  cenderung
mengalami  penurunan  sebesar  38,11-41,89  dari  kadar  abu  kepala  udang  mentah sebesar 7,05.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi HCl 1,25N adalah
konsentrasi  terbaik  untuk  demineralisasi  mineral  dalam  kepala  udang,  karena  dapat menurunkan  kadar  abu  kepala  udang  hingga  41,89,  hal  ini  dimungkinkan  HCl
merupakan  asam  kuat  yang  dapat  mengurangi  mineral.  Menurut  Bastaman  1989 mineral yang terdapat pada limbah udang sebagian besar berupa CaCO
3
dan sebagian kecil berupa Ca
3
PO
4 2.
Proses demineralisasi kepala udang akan mengubah  CaCO
3
dan Ca
3
PO
4 2
menjadi CaCl
2
yang larut dalam air, dengan reaksi sebagai berikut:
CaCO
3
+ HCl                   CaCl
2
+ H
2
CO
3
H
2
CO
3
H
2
O + CO
2
Ca
3
PO4
2
+ HCl              CaCl
2
+ H
3
PO
4
Konsentrasi  HCl  yang  semakin  tinggi  akan  mengakibatkan  mineral  yang terlepas dari ikatan khitin lebih banyak.  Kulit kepala udang yang mengalami proses
demineralisasi  lebih  lunak  dibandingkan  dengan  yang  direbus  atau  yang  dikukus. Semakin tinggi konsentrasi HCl yang digunakan akan semakin memperlunak tekstur
kepala udang. Hal ini dimungkinkan mineral yang terdapat pada kepala udang mulai berkurang.    Suharto  1984  dan  Winarti  1992,  menyatakan  bahwa  demineralisasi
akan memperbesar volume partikel bahan substrat, sehingga  ikatan antar komponen menjadi renggang, dan mampu menghidrolisis gugus asetil pada khitin.
Komponen mineral tersebut dapat larut dalam asam encer seperti asam klorida, asam  sulfat  atau  asam  laktat  Bastaman  1989.    Mineral  yang  terlarut  dalam  proses
demineralisasi adalah Ca, P, Al, Mg, Fe, Na, dan K Winarti 1992.
4.1.4  Pengaruh  demineralisasi  terhadap  kadar  lemak  kulit  kepala  udang  vanname Litopenaeus vannamei
Lemak adalah senyawa yang memiliki ikatan organik yang terdiri dari C, H dan O  yang  memiliki  sifat  dapat  larut  dalam  zat-zat  pelarut  tertentu  zat  pelarut  lemak.
Lemak  yang  memegang  peranan  penting  adalah  lemak  netral  Sediaoetama  2006. Menurut  Poedjiadi  1994  lemak  hewan  pada  umumnya  berupa  padatan  pada  suhu
ruang,  sedangkan  lemak  tumbuhan  berupa  zat  cair.    Kadar  lemak  kepala  udang setelah  mengalami  proses  demineralisasi  berkisar  antara  hingga  0,50-0,92,  hal  ini
disajikan pada Gambar 10.
Gambar  10    Nilai  rata-rata  kadar  lemak  kepala  udang  hasil  demineralisasi.    Notasi huruf    yang  sama    pada  histogram  rata  rata  a  menunjukkan  tidak
berbeda nyata antar perlakuan p  0,05.
Hasil  analisis  ragam  untuk  pengaruh  demineralisasi  pada  kepala  udang Lampiran  3  menunjukkan  bahwa  perlakuan  demineralisasi  tidak  memberikan
pengaruh  yang nyata  p   0,05 terhadap kadar lemak kepala udang.   Kepala udang memiliki  kandungan  lemak  sekitar  1,  proses  demineralisasi  dalam  HCl  dengan
perlakuan  konsentrasi  tidak  dapat  menurunkan  kadar  lemak  kepala  udang. Kemungkinan  hal  ini  disebabkan  HCl  merupakan  pelarut  yang  bersifat  polar,
memiliki nilai kepolaran tinggi sehingga tidak dapat melarutkan lemak yang terdapat dalam kepala udang.
Lemak  dalam  bahan  pangan  merupakan  lemak  tidak  murni  yang  bercampur dengan  komponen  lain  yang  disebut  fraksi  lipida.    Fraksi  ini  dapat  diekstraksi  atau
dilarutkan  dalam  pelarut  yang  bersifat  nonpolar,  seperti  petroleum  eter,  etil  eter, benzene, dan kloroform Winarno 2008
4.1.5  Pengaruh  demineralisasi  terhadap  kadar  protein  kulit  kepala  udang  vanname Litopenaeus vannamei
Kadar  protein  merupakan  senyawa-senyawa  yang  mengandung  unsur  nitrogen N seperti purin, purimidin dan senyawa lainnya. Kadar kadar protein kepala udang
setelah  mengalami  proses  demineralisasi  berkisar  antara  hingga  12,77-15,32, grafik analisis kadar protein dalam kepala udang disajikan pada Gambar 11.
Gambar  11    Nilai  rata-rata  kadar  protein  kepala  udang  hasil  demineralisasi.    Notasi huruf    yang  berbeda    pada  histogram  rata  rata  a,b  menunjukkan
berbeda nyata antar perlakuan p  0,05.
Hasil  analisis  ragam  untuk  pengaruh  demineralisasi  pada  kadar  protein  kepala udang  Lampiran  4  menunjukkan  bahwa  perlakuan  demineralisasi  memberikan
pengaruh yang nyata p  0,05 terhadap kadar protein kepala udang. Hasil uji lanjut Tukey  Lampiran  4  menunjukkan  bahwa  perendaman  dalam  HCl  1,25M
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar protein kepala udang. Perendaman
dalam  HCl  cenderung  menurunkan  kadar  protein  dalam  kepala  udang,  hal  ini dimungkinkan  konsentrasi  HCl  yang  semakin  besar  akan  mengakibatkan  banyak
molekul  protein  yang  terhidrolisis.    Penurunan  kadar  protein  yang  berbeda  nyata dengan  demineralisasi  menggunakan  HCl  1,25  M  dijadikan  juga  sebagai  salah  satu
faktor  penggunaan  HCl  pada  konsentrasi  1,25  M  sebagai  larutan  untuk  proses demineralisasi kepala udang.
Proses  hidrolisis  protein  akan  menambah  kepolaran  protein  sehingga  molekul yang tidak larut dalam air akan menjadi larut selama proses perendaman.  Kepolaran
protein bertambah karena hidrolisis protein menyebabkan pemecahan  ikatan peptida yang  selanjutnya  meningkatkan  gugus  NH
2
dan  COOH  bersifat  polar,  sehingga
semakin  berkurangnya  kadar  protein  dalam  bahan  baku,  karena  terlarut  dalam  air perendaman Harrow  Mazur 1961.
Hidrolisis protein diantaranya akan menghasilkan ammonia yang dapat terlepas selama  proses  dan  merunkan  kadar  kadar  protein  dalam  kepala  udang.    Perlakuan
perendaman  dengan  bahan  kimia  mempunyai  prinsip    dapat    menghancurkan  atau meregangkan  ikatan  protein  dengan  khitin  dan  kalsium  karbonat  pada  kulit  udang,
sehingga  akan  meningkatkan  efektivitas  cerna  oleh  enzim  atau  mikroorganisme  dan pada gilirannya meningkatkan daya cerna limbah tersebut West dan Todd 1964.
4.1.6  Uji aktivitas enzim pepsin dan papain Enzim pepsin dan enzim papain merupakan enzim protease yang mengkatalisis
hidrolisis  molekul  protein  menjadi  fragmen-fragmen  yang  lebih  sederhana Muchtadi  et  al.    1992.    Faktor  utama  yang  mempengaruhi  aktivitas  enzim  adalah
konsentrasi  enzim,  substrat,  produk,  inhibitor,  dan  aktivator  Suhartono  1989. Aktivitas  enzim  pepsin  dan  papain  pada  variasi  suhu  dan  pH  berturut-turut  dapat
dilihat pada Gambar 12 dan 13.
a                                                           b Gambar 12 Aktivitas pada suhu optimum : a enzim pepsin, b enzim papain.
                                            
                