Tabel 13. Kriteria Penilaian Objek dan Atraksi Wisata
No Faktor
Bobot Nilai
4 Sangat
Baik 3
Baik 2
Buruk 1
Sangat Buruk
1. Letak dari
Jalan Raya 10
1 km 1- 2 km
2- 3 km 3 km
2. Estetika dan
Keaslian 20
Asli Asimilasi,
dominan bentuk
asli Asimilasi,
dominan bentuk
baru Sudah
berubah sama
sekali
3. Atraksi
30 Hanya
terdapat ditapak
Terdapat 3 di
tempat lain
Terdapat 3 – 5
ditempat lain
Terdapat 5 di
tempat lain
4. Fasilitas
Pendukung 10
Tersedia dalam
kondisi sangat
baik Tersedia
dalam kondisi
baik Tersedia
dalam kondisi
kurang baik
Tidak tersedia
5. Ketersediaan
Air Bersih 15
0,5 km 0,5-1 km
1-2 km 2 km
6. Transportasi
dan Aksesibilitas
15 Jalan
aspal, ada kendaraan
umum Jalan
aspal berbatu,
ada kendaraan
umum Jalan
aspal berbatu,
tanpa kendaraan
umum Jalan
berbatu tanah,
tanpa kendaraan
umum
Sumber : Mc.Kinnon 1986. Modifikasi
3. Analisis Akseptibilitas Masyarakat
Keikutsertaan masyarakat dalam pariwisata memacu perkembangan pariwisata dan kawasan kearah yang lebih baik. Keikutsertaan masyarakat dinilai
dari tingkat akseptibilitas masyarakat. Akseptibilitas masyarakat ditunjukan dengan tingkat kesediaan masyarakat dalam menerima pengembangan lokasi
penelitian menjadi kawasan wisata. Akseptibilitas masyarakat didasarkan pada jawaban responden 3 respondenobjek yang dipilih acak pada setiap desa unit
penilaian. Penilaian diklasifikasikan menjadi bersedia, kurang bersedia, tidak bersedia dan tidak tahu. Penilaian tingkat akseptibilitas masyarakat dapat dilihat
pada Tabel 14.
Tabel 14. Penilaian Akseptibilitas Masyarakat
Sumber : Yusiana 2007 Aseptibilitas Masyarakat = Pdtw + Ppkw + Ppmp + Pkkw + Pkw
Keterangan : Pdtw = Pengembangan kawasan sebagai daerah tujuan wisata
Ppkw = Pengelolaan kawasan wisata oleh masyarakat Ppmp = Peran aktif masyarakat dalam pariwisata
Pkkw = Keuntungan kegiatan wisata Pkw
= Keberadaan wisatawan Skor preferensi pada tiap objek diklasifikasikan dengan ketentuan Tinggi T
dengan nilai 45, Sedang S dengan nilai 30 – 45, Rendah R dengan nilai 15 – 30. Skor preferensi kumulatif selanjutnya diklasifikasikan untuk memperolah
kategori kesesuaian wisata dengan klasifikasi sangat sesuai S1, sesuaiS2, tidak sesuaiS3, dan selanjutnya di buat bentuk peta akseptibilitas untuk wisata
.
4. Zonasi Kawasan Wisata Potensial
Zonasi dilakukan dengan bantuan GIS arcview 3.3 dengan teknik overlay untuk memetakan hasil analisis objek dan atraksi wisata dengan hasil
analisis kualitas biofisik kawasan serta dengan hasil analisis akseptibilitas masyarakat, sehingga menghasilkan tiga zona pengembangan wisata dengan
ketentuan:
No Faktor
Peringkat 4
Bersedia 3
Kurang Bersedia
2 Tidak
bersedia 1
Tidak tahu
1 Pengembangan kawasan
sebagai daerah tujuan wisata
Setuju Kurang
setuju Tidak
setuju Tidak tahu
2 Pengelolaan kawasan wisata oleh masyarakat
Setuju Kurang
setuju Tidak
setuju Tidak tahu
3 Peran aktif masyarakat dalam pariwisata
Ya Kurang
Tidak Tidak tahu
4 Keuntungan kegiatan
wisata Ya
Kurang Tidak
Tidak tahu 5 Keberadaan wisatawan
Bersedia Kurang
Bersedia Tidak
Bersedia Tidak tahu
Zona Pengembangan = B b + B odtw + B am Keterangan:
b = Biofisik
odtw = Objek dan Atraksi Wisata
am = Akseptibilitas Masyarakat
B = Bobot
Ketiga zona pengembangan diperoleh dengan klasifikasi skor akhir total yaitu: Zona Pengembangan = Skor total tertinggi - Skor total terendah
3
Tahap 3. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Berkelanjutan
Rencana lanskap kawasan wisata berdasarkan zona kesesuaian wisata, yang kemudian dilakukan pengembangan dan penataan kawasan wisata.
Rencana lanskap kawasan wisata berkelanjutan dalam bentuk: a. Konsep pengembangan dan penataan yang akan dilaksanakan adalah
kawasan wisata berkelanjutan dengan memperhatikan tersedianya fasilitas pendukung. Kawasan wisata berkelanjutan dapat terbentuk apabila
pemanfaatan sebagai kawasan wisata menjamin keberlanjutan kawasan tersebut secara biofisik dan budaya serta dapat juga memberikan
kesejahteraan bagi
masyarakat disekitar
kawasan. Konsep
ini diimplementasikan dalam bentuk pengembangan kawasan sebagai kawasan
ekowisata, rencana lanjutan adalah dalam atribut pengembangan kawasan wisata yaitu tata ruang wisata, akses, dan touring plan dan infrastruktur
wisata. Perencanaan ini dilakukan untuk mendapatkan tatanan lanskap kawasan wisata yang mendukung keberlanjutan kawasan. Hasil penelitian
yang akan diperoleh berupa rencana pengembangan kawasan wisata dalam bentuk model grafisarsitektural pada skala destination planning untuk
penataan kawasan wisata di Kabupaten Sintang. b. Untuk mendukung keberlanjutan lanskap perlu disusun program secara
teknis yang ditujukan untuk menjaga kualitas lingkungan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta untuk pelestarian kebudayaan lokal. Program
pengembangan dan penataan kawasan wisata berupa rencana perbaikan dan penataan kawasan sesuai konsep pengembangan kawasan. Perencanaan
program ini dilakukan berdasarkan nilai-nilai potensi wisata kawasan, hasilnya
berupa arahan pengembangan kawasan yang diilustrasikan secara grafis sebagai panduan penataan kawasan wisata berkelanjutan di Kecamatan
Kelam Permai.
Batasan Istilah Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan
dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat The Ecotourism Society 1990.
Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata undang-undang Nomor 9 Tahun 1990.
Lanskap adalah bentang alam yang memilki karakteristik tertentu, dapat
dinikmati oleh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu dengan harmonis dan alami antara komponen-komponennya Simonds 1983.
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang
meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut Suparmoko 1989.
Lanskap berkelanjutan adalah umumnya menggambarkan suatu lanskap yang
mendukung kualitas lingkungan dan memelihara sumberdaya alami Rodie dan Streich 2000.
Obyek dan Daya Tarik Wisata adalah merupakan potensi yang menjadi
pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata Suwantoro 2004.
Perencanaan adalah suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk
mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan atau pengendalian terhadap proses pengembangan dan pembangunan Nurisyah
2000.
Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang
dilandasi oleh semangat pemanfaatan sumberdaya, arah investasi, orientasi pembangunan teknologi dan perubahan kelembagaan yang dilakukan secara
harmonis dan amat memperhatikan potensi pada saat ini dan dimasa yang akan datang dalam pemenuhan aspirasi masyarakat Mitchell et al. 2007.
Pembangunan wisata berkelanjutan adalah pembangunan tanpa penurunan
dan pemusnahan dari sumber-sumber kepariwisataan, karena pengembangan pariwisata tidak dapat dibatasi oleh waktu, geografis, maupun sosial budaya
McIntyre 1993 dalam Yoeti et al 2006.
Wisata adalah suatu pergerakan temporal manusia menuju tempat selain dari
tempat biasa mereka tinggal dan bekerja, selama mereka tinggal ditujuan tersebut mereka melakukan kegiatan dan diciptakan fasilitas untuk
mengakomodasi kebutuhan mereka Gunn 1994.
Wisata berkelanjutan adalah suatu bentuk kepariwisataan yang memperhatikan
keseimbangan antar aspek-aspek pendukungnya yaitu aspek ekologi, social budaya dan social ekonomi menuju kelestarian lingkungan Avenzora 2003.
Pote
1. Potensi Wisata