Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa pengeluaran nonpangan rumahtangga lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran pangan, walaupun tidak terpaut
terlalu jauh, yaitu sebesar Rp. 8 .
583 .
000.
5.3. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan
Model yang digunakan dalam penelitian ini termasuk overidentified teridentifikasi berlebih. Metode analisis yang digunakan adalah 2 SLS Two
Stage Least Squares karena metode ini menghasilkan taksiran yang konsisten, lebih sederhana dan mudah dalam penerapannya. Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan diperoleh hasil pendugaan seperti dijelaskan berikut ini. Hasil Pendugaan model alokasi waktu, pendapatan dan pengeluaran
rumahtangga memperlihatkan hasil yang cukup baik. Nilai koefisien determinasi R
2
5.3.1. Curahan Kerja Rumahtangga Nelayan
dari masing-masing persamaan berkisar antara 0.52 sampai 0.91. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum variasi variabel-variabel penjelas yang
digunakan mampu menjelaskan variasi perilaku variabel-variabel endogen dalam model bentuk.
5.3.1.1.Curahan Tenaga Kerja Suami Melaut
Peran dan fungsi nelayan sebagai suami dalam suatu rumahtangga sangat penting yaitu sebagai kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab untuk
memimpin rumahtangga dan sebagai tulang punggung keluarga untuk memberi nafkah istri dan anak-anaknya. Nelayan mencurahkan waktunya untuk bekerja
pada kegiatan melaut dan nonmelaut.
Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa pendapatan suami melaut merupakan tawaran bagi nelayan untuk menambah curahan kerjanya. Posisi suami nelayan
tradisional payang di Kabupaten Brebes berada pada keadaan increasing sehingga pendapatan yang tinggi merupakan motivasi ataupun tawaran bagi suami untuk
menambah waktu kerjanya pada kegiatan melaut. Sedangkan kegiatan nonmelaut merupakan suatu kompetisi, sehingga apabila suami lebih banyak mencurahkan
waktu kerjanya pada kegiatan melaut maka otomatis akan mengurangi waktu kerjanya pada kegiatan nonmelaut.
Fenomena yang terjadi pada daerah penelitian adalah bahwa pendidikan formal rata-rata suami sangatlah rendah, sehingga kesempatan atau peluang kerja
pada sektor lain selain perikanan sangatlah minim sehingga suami tetap memilih melaut sebagai pekerjaan utamanya.
Tabel 20. Hasil Pendugaan Parameter Curahan Tenaga Kerja Suami pada Kegiatan Melaut di Kabupaten Brebes Tahun 2008
Variabel Parameter
Dugaan Pr |t| Elastisitas
Intercept Pendapatan suami melaut
Curahan tenaga kerja suami nonmelaut Umur suami
Pendidikan suami Jarak daerah penangkapan ikan dari
pangkalan pendaratan ikan Jumlah anggota rumahtangga
154.3900 4.336E-6
-1.10775 0.786972
4.134205 4.407650
-8.69873 0.0023
0.0782 0.0002
0.4495 0.0389
0.0101 0.0482
0.1314 -0.1516
0.0641 0.2516
-0.2346 R square
0.51217 F value
9.27
Keterangan: taraf uji α= 0.1
Dalam rumahtangga nelayan tradisional, tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga kerja dalam rumahtangga tidak pernah memakai tenaga kerja luar
rumahtangga. Dengan terbatasnya alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan
tradisional, maka anak laki-laki dalam suatu rumahtangga akan mensubtitusi tenaga kerja suami dalam pekerjaan melaut.
Perhitungan nilai elastisitas menunjukkan bahwa pengaruh variabel- variabel penjelas bersifat inelastis nilai elastisnya kurang dari satu. Untuk
menambah pendapatan melaut maka seorang nelayan akan menambah waktu melautnya, peningkatan pendapatan suami melaut sebesar 1 persen akan
menambah waktu kerja nelayan sebesar 0.13 persen. Kegiatan melaut mempunyai hubungan subtitusi dengan kegiatan non melaut, sehingga penambahan curahan
waktu kerja suami non melaut sebesar 1 persen akan mengurangi alokasi waktu suami dalam kegiatan melaut sebesar 0.15 persen. Rata-rata pendidikan nelayan di
Kabupaten Brebes sangat rendah dengan dominasi tamat sekolah dasar. Dengan pendidikan formal yang sangat rendah tersebut maka kesempatan untuk mencari
pekerjaan selain melaut juga akan sangat terbatas. Nilai elastisitas pendidikan terhadap curahan waktu kerja suami melaut sangat kecil, peningkatan pendidikan
sebesar 1 persen akan menambah curahan waktu kerja suami melaut sebesar 0.06 persen.
5.3.1.2.Curahan Tenaga Kerja Suami Nonmelaut
Menurut Sitorus 1994 seluruh kasus rumahtangga miskin menerapkan strategi nafkah ganda yaitu tidak mengharapkan hanya dari satu pekerjaan,
melainkan dari beberapa macam pekerjaan tergantung musim dan kesempatan. Melihat kenyataan tersebut maka pengembangan kegiatan di dalam dan di luar
sektor melaut perlu diberikan perhatian yang lebih besar guna meningkatkan pendapatan nelayan dan kesejahteraan nelayan.
Karena adanya ketidakpastian dalam melakukan kegiatan melaut, biasanya nelayan tradisional tidak akan melakukan spekulasi untuk melaut pada saat musim
paceklik. Agar dapat mencukupi kebutuhan rumahtangga pada saat tidak melaut maka suami akan mencurahkan waktunya pada kegiatan nonmelaut.
Tabel 21. Hasil Pendugaan Parameter Curahan Tenaga Kerja Suami pada Kegiatan Nonmelaut di Kabupaten Brebes Tahun 2008
Variabel Parameter
Dugaan Pr |t| Elastisitas
Intercept Pendapatan suami nonmelaut
Curahan tenaga kerja anak laki-laki melaut
Umur suami Pendidikan suami
-10.9270 0.000029
0.015400 0.334016
-0.43680 0.1942
.0001 0.2555
0.0623 0.2226
6.4212
0.5431 R square
0.91186 F value
142.25
Keterangan: taraf uji α= 0.1
Seperti dilihat pada Tabel 21 di atas bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki seorang suami, maka curahan tenaga kerja non melaut yang
dilakukan suami akan semakin rendah, walaupun dalam fenomena yang ada di daerah pesisir Kabupaten Brebes pendidikan suami nelayan tradisional sebagian
besar hanya memiliki pendidikan setara sekolah dasar. Faktor lain yang berpengaruh adalah adanya alternatif pekerjaan di pesisir pantai Kabupaten
Brebes sangat kurang, sehingga walaupun seorang suami mempunyai pendidikan setinggi apapun, maka tetap tidak bisa mencurahkan waktu kerjanya pada kegiatan
nonmelaut. Keadaan semacam ini, menyebabkan suami yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap rumahtangganya akan tetap melakukan kegiatan
melaut setiap waktu walaupun memang bukan musim penangkapan. Dengan kondisi ekonomi rumahtangga nelayan yang sangat rendah, maka
setiap anggota rumahtangga akan mencurahkan waktu sebanyak-banyaknya untuk
meningkatkan pendapatan. Suami mempunyai tanggung jawab paling besar dalam rumahtangga, semakin besar umur suami, maka beban yang ditanggungnya juga
akan semakin besar, baik karena jumlah keluarga yang bertambah ataupun karena kebutuhan keluarga yang semakin meningkat. Penambahan umur suami nelayan
Kabupaten Brebes sebesar 1 persen akan meningkatkan curahan kerja nonmelaut suami sebesar 0.54 persen.
5.3.1.3.Curahan Tenaga Kerja Istri Nonmelaut
Peran dan fungsi istri dalam rumahtangga adalah pelaksana unsur rumahtangga selain kepala rumahtangga atau suami yang mengurus rumahtangga
dan memelihara anak-anak. Dalam rumahtangga nelayan tradisional peran istri tidak hanya sebagai seorang istri, tetapi sebagai sumberdaya manusia yang
memiliki potensi sebagai tenaga kerja yang dapat menghasilkan pendapatan sehingga pendapatan istri dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan
pendapatan total keluarga. Dalam kondisi demikian, posisi perempuan memegang peranan cukup
penting. Beragam pekerjaan bisa dimasuki oleh istri-istri nelayan untuk menambah penghasilan, seperti sebagai pengumpul kerang-kerangan, pengolah
hasil ikan, pembersih perahukapal yang baru mendarat, pengumpul nener, pekerja pada perusahaan penyimpanan udang beku atau industri rumahtangga untuk
pengolahan ikan, pembuat jaring, pedagang ikan eceran, pedagang ikan perantara, beternak, dan berkebun Poernomo, 1992. Ragam pekerjaan yang bisa
dimasuki oleh perempuan sebagian besar masih terkait dengan kegiatan perikanan, walaupun ada yang bekerja sebagai buruh cuci, buruh tani, berdagang
dan lain-lain tetapi hanya sedikit yang menggelutinya.
Seperti halnya keluarga nelayan tradisional yang ada di daerah lain, keluarga nelayan tradisional di Kabupaten Brebes masih relatif miskin. seluruh
anggota keluarga semaksimal mungkin mencurahkan waktu kerjanya untuk mendapatkan pendapatan sebesar-besarnya. Pada Tabel 22 dapat dilihat bahwa
curahan tenaga kerja anak laki-laki non melaut yang semakin tinggi akan menambah curahan tenaga kerja istri pada kegiatan non melaut juga. Anak laki-
laki akan berusaha semaksimal mungkin untuk berkontribusi dalam pendapatan rumahtangganya, karena mempunyai tanggung jawab yang cukup besar dalam
keluarga. Tabel 22. Hasil Pendugaan Parameter Curahan Tenaga Kerja Istri di Kabupaten
Brebes pada Kegiatan Nonmelaut Tahun 2008 Variabel
Parameter Dugaan
Pr |t| Elastisitas Intercept
Pendapatan istri nonmelaut Umur istri
Curahan tenaga kerja suami melaut Curahan tenaga kerja anak laki-laki
nonmelaut Pendidikan istri
Pengalaman kerja istri Jumlah balita
23.19070 0.000030
-0.70831 0.151670
0.898940 -4.30352
-0.75354 1.184277
0.7064 .0001
0.6207 0.1826
0.0027 0.0302
0.4691 0.8815
0.9166
0.1518 -0.1130
R square 0.61003
F value 11.62
Keterangan: taraf uji α= 0.1
Dengan terbatasnya pendidikan formal yang ditempuh oleh istri nelayan tradisional, maka hanya pekerjaan nonmelaut di sektor perikanan saja yang bisa
digeluti. Terbatasnya pendidikan yang dimiliki nelayan tradisional salah satu sebabnya adalah masih rendahnya kemampuan sosial ekonomi orang tua mereka.
Keterbatasan pendidikan formal nelayan tradisional terutama istri menyebabkan
kesulitan untuk mencari pekerjaan lain yang menuntut adanya ijazah pendidikan yang lebih tinggi, sehingga para istri memilih untuk bekerja sebagai buruh.
Perhitungan nilai elastisitas menunjukkan bahwa pengaruh variabel- variabel penjelas bersifat inelastis. Istri mempunyai peran yang besar juga dalam
kontribusi pendapatan rumahtangga, dengan dominasi pekerjaan sebagai pekerja dalam kegiatan pasca panen membersihkan kotoran ikan, seorang istri akan di
upah sesuai dengan banyaknya hasil yang didapat. Variabel pendapatan istri nonmelaut berpengaruh cukup besar, dimana peningkatan pendapatan sebesar 1
persen akan menambah waktu kerjanya sebesar 0.91 persen. Dengan pendidikan yang tinggi seorang istri akan mencari pekerjaan di luar sektor perikanan.
Pekerjaan di luar sektor perikanan akan menjamin kepastian dalam mendapatkan upah, sehingga pendapatan rumahtangga tidak tergantung dengan musim.
Penambahan pendidikan istri sebesar 1 persen akan mengurangi alokasi waktu istri dalam kegiatan nonmelaut sebesar 0.12 persen.
5.3.1.4.Curahan Tenaga Kerja Anak Perempuan Nonmelaut
Keadaan ekonomi keluarga nelayan sebagian besar masih dalam belenggu kemiskinan, untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup setiap individu anggota
keluarga atau rumahtangga nelayan dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan dasar rumahtangga, sehingga
kelangsungan hidupnya terpelihara. Setiap individu rumahtangga harus memiliki kemauan untuk mencari nafkah, bagaimanapun kecilnya penghasilan itu. Setiap
anggota rumahtangga bisa memasuki beragam pekerjaan occupational multiplicity yang dapat diakses. Dalam situasi penuh tekanan sistem pembagian
kerja rumahtangga nelayan tidak lagi rigid, tetapi bersifat fleksibel. Hal tersebut bisa dipandang sebagai strategi adaptasi terhadap lingkungan yang mengitarinya.
Tabel 23. Hasil Pendugaan Parameter Curahan Tenaga Kerja Anak Perempuan di Kabupaten Brebes pada Kegiatan Nonmelaut Tahun 2008
Variabel Parameter
Dugaan Pr |t| Elastisitas
Intercept Pendapatan anak perempuan nonmelaut
Pengalaman kerja anak perempuan nonmelaut
Jumlah balita Umur anak perempuan
Pendidikan anak perempuan Curahan tenaga kerja suami melaut
Curahan tenaga kerja anak laki-laki melaut
29.11170 0.000042
13.99625 -40.1563
-6.66460 12.01421
0.020397
-0.04560 0.3995
0.0012 .0001
0.0029 0.0123
0.0029 0.8997
0.6956 0.8530
0.4507 -0.1810
-0.8429 0.5277
R square 0.71180
F value 18.35
Keterangan: taraf uji α= 0.1
Curahan tenaga kerja anak perempuan dipengaruhi oleh pendapatan anak perempuan pada kegiatan nonmelaut, pengalaman kerja anak perempuan
nonmelaut, jumlah balita, umur anak perempuan, pendidikan anak perempuan, curahan tenaga kerja suami melaut, dan curahan tenaga kerja anak laki-laki
melaut. Pada Tabel 23 di atas, bahwa kondisi anak perempuan nelayan tradisional
di Kabupaten Brebes dapat dikatakan dalam keadaan increasing, dan memungkinkan untuk terus menambah pendapatan dengan mencurahkan lebih
banyak waktu kerja pada kegiatan nonmelaut. Kondisi rumahtangga nelayan tradisional yang masih memerlukan tambahan pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, maka anak perempuan yang sudah berpengalaman dalam pekerjaannya akan menambah jam kerjanya untuk mendapatkan uang sebanyak-
banyaknya. Dalam rumahtangga nelayan tradisional, anak perempuan juga
merupakan sumberdaya yang dapat menghasilkan pendapatan untuk membantu ekonomi rumahtangga. Pekerjaan yang dilakukan oleh anak perempuan biasanya
cenderung mengikuti pekerjaan istri. Dalam suatu rumahtangga, anak balita memerlukan perhatian dan waktu
luang yang besar dari orangtuanya ataupun anggota keluarga perempuan lainnya untuk pemeliharaan. Dengan kondisi rumahtangga nelayan tradisional yang masih
miskin, maka seorang istri yang mempunyai pengalaman bekerja yang lebih banyak akan mencurahkan waktu kerjanya untuk mendapatkan pendapatan yang
sebanyak-banyaknya, sedangkan untuk mengurus balita diserahkan tanggung jawabnya kepada anak perempuan. Sehingga curahan tenaga kerja anak
perempuan akan berkurang apabila terdapat balita dalam rumahtangga nelayan. Dengan pengalaman yang tinggi anak perempuan akan lebih produktif,
sehingga dengan modal pengalaman tersebut anak perempuan akan memaksimalkan waktu kerjanya untuk menambah pendapatan yang lebih tinggi.
Peningkatan pengalaman kerja anak perempuan dalam kegiatan nonmelaut sebesar 1 persen akan meningkatkan alokasi waktu bekerjanya sebesar 0.45
persen. Dengan tanggung jawab balita yang dibebankan kepada anak perempuan, maka penambahan jumlah balita dalam rumahtangga sebesar 1 persen akan
mengurangi alokasi waktu bekerja anak perempuan sebesar 0.18 persen.
5.3.1.5.Curahan Kerja Anak Laki-laki Melaut
Anak laki-laki mempunyai tanggung jawab yang besar untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan rumahtangga. Dalam melakukan kegiatan
melaut biasanya digunakan tenaga kerja rumahtangga, sehingga anak laki-laki merupakan tumpuan utama dalam membantu suami melakukan kegiatan melaut.
Anak laki-laki dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan memilih pekerjaan yang lain selain melaut. Sehingga kesempatan anak laki-laki untuk
mencari pekerjaan di tempat atau daerah lain yang banyak membutuhkan tenaga kerja masih sangat terbuka. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 24, dimana semakin
tinggi pendidikan anak laki-laki, maka semakin rendah curahan tenaga kerja melautnya.
Karakteristik nelayan tradisional adalah pemberdayaan anggota rumahtangga dalam melaksanakan kegiatan melaut, sehingga antara suami dan
anak laki-laki akan bekerjasama dalam satu kapal untuk melaksanakan kegiatan melaut. Apabila suami mencurahkan lebih waktu kerjanya dalam melaut, maka
anak laki-laki akan merespon dengan lebih mencurahan waktu kerja pada kegiatan melaut.
Tabel 24. Hasil Pendugaan Parameter Curahan Tenaga Kerja Anak Laki-laki di Kabupaten Brebes pada Kegiatan Melaut Tahun 2008
Variabel Parameter
Dugaan Pr |t|
Elastisitas Intercept
Curahan tenaga kerja suami melaut Pendapatan bersih total melaut
Umur anak laki-laki Pendidikan anak laki-laki
Pengalaman kerja anak laki-laki melaut -74.3740
0.404984 3.718E-6
11.49808 -3.68114
-10.9084 0.0056
0.0015 0.0057
.0001 0.2170
.0001 0.4881
0.2466 1.2036
-0.3871 R square
0.77515 F value
37.23
Keterangan: taraf uji α= 0.1
Semakin tinggi umur anak laki-laki, maka curahan kerja melaut yang dilakukan oleh anak laki-laki juga akan semakin banyak. Kondisi anak laki-laki
masih sangat potensial, maka kekuatan tubuh dan fikiranya masih sangat tinggi, di samping itu anak laki-laki mempunyai tanggung jawab yang besar dalam keluarga
nelayan tradisional selain suami sehingga akan dapat mencurahkan waktu kerjanya dalam kegiatan melaut.
Pada Tabel 24 di atas juga dapat dilihat bahwa dengan pengalaman kerja yang semakin banyak, maka anak laki-laki akan sangat menghemat waktu kerja.
Pengalaman kerja dalam melaut akan sangat berguna untuk menunjukkan fishing ground yang bagus sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal dalam melaut,
dan juga akan menghemat bahan bakar minyak dan perbekalan. Pekerjaan melaut yang dilakukan oleh nelayan tradisional di Kabupaten
Brebes hanya menggunakan tenaga kerja dari dalam rumahtangga. Suami dalam melakukan kegiatan melaut akan dibantu hanya oleh anak laki-laki ataupun
saudara laki-laki dalam satu keluarga. Sehingga peningkatan sebesar 1 persen curahan tenaga kerja suami melaut akan menambah curahan kerja anak laki-laki
melaut sebesar 0.48 persen.
5.3.1.6.Curahan Tenaga Kerja Anak Laki-laki Nonmelaut
Curahan tenaga kerja nonmelaut merupakan mata pencaharian alternatif yang diarahkan untuk mengalihkan profesi nelayan atau sebagai tambahan
pendapatan. Pengembangan mata pencaharian alternatif bukan saja dalam bidang perikanan, seperti pengolahan, pemasaran, atau budidaya ikan tetapi patut
diarahkan ke kegiatan nonperikananmelaut. Kegiatan-kegiatan nonmelaut yang dilakukan oleh anak laki-laki lebih fleksibel dibandingkan dengan suami, hal ini
disebabkan karena kegiatan nonmelaut yang dilakukan suamianak laki-laki berhubungan dengan fisik, sehingga anak laki-laki lebih mendominasi. Pekerjaan-
pekerjaan yang ada antara lain: buruh bangunan, buruh angkut tanah, buruh kebun, tukang ojek dan lain-lain.
Tabel 25. Hasil Pendugaan Parameter Curahan Tenaga Kerja Anak Laki-laki di Kabupaten Brebes pada Kegiatan Nonmelaut Tahun 2008
Variabel Parameter
Dugaan Pr |t| Elastisitas
Intercept Pendapatan anak laki-laki nonmelaut
Pengalaman kerja anak laki-laki nonmelaut
Umur anak laki-laki Jumlah anggota rumahtangga
-6.22557 0.000034
-0.14801 0.159609
1.095353 0.2681
.0001 0.6958
0.3390 0.2757
0.9181
R square 0.90067
F value 124.68
Keterangan: taraf uji α= 0.1
Pada Tabel 25 di atas dapat dilihat bahwa pendapatan yang tinggi dalam kegiatan nonmelaut merupakan tawaran yang dapat diambil oleh anak laki-laki
dengan menambahkan curahan waktu kerjanya dalam kegiatan nonmelaut. Semakin bertambah jumlah keluarga maka tanggung jawab seorang anak laki-laki
akan semakin besar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di samping suami, maka anak laki-laki akan mencurahkan sebanyak mungkin waktu kerjanya selama
tidak melaut untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga.
5.3.2. Pendapatan Anggota Keluarga