Produksi Ikan Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan

mengalami perubahan konsumsi yang sangat besar apabila terjadi perubahan pendapatan total rumahtangga. Tabel 33. Hasil Pendugaan Parameter Konsumsi Nonpangan Rumahtangga di Kabupaten Brebes Tahun 2008 Variabel Parameter Dugaan Pr |t| Elastisitas Intercept Pengeluaran konsumsi pangan rumahtangga Pendapatan total rumahtangga Jumlah anggota rumahtangga 270178.0 0.101453 0.355265 74451.02 0.8272 0.4093 .0001 0.6901 0.8327 R square 0.66702 F value 37.39 Keterangan: taraf uji α= 0.1 Semakin banyak jumlah anggota rumahtangga maka konsumsi non pangan juga akan bertambah, budaya pesisir yang akan membelanjakan pendapatannya untuk kebutuhan nonpangan masih sangat kental. Bahkan ada yang beranggapan bahwa dengan mempunyai barang-barang di dalam rumah yang semakin banyak maka penghargaan terhadap nelayan oleh masyarakat setempat akan bertambah juga, akan tetapi dalam penelitian nelayan tradisonal di Kabupaten Brebes hal ini berpengaruh nyata.

5.3.4. Produksi Ikan

Nelayan tradisional melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat dan perahu yang sederhana, daerah penangkapannya juga relatif masih dekat dengan daratan pantai, operasi penangkapanya di bawah 12 mil. Dengan alat yang sederhana, nelayan tradisional biasanya hanya menangkap ikan-ikan pelagis kecil. Hasil dari tangkapan sangat bergantung sekali dengan faktor alam, pada musim paceklik nelayan akan sangat susah untuk dapat menangkap ikan. Tabel 34. Hasil Pendugaan Parameter Produksi Ikan di Kabupaten Brebes Tahun 2008 Variabel Parameter Dugaan Pr |t| Elastisitas Intercept Biaya total operasional melaut Curahan total tenaga kerja rumahtangga melaut Pengalaman kerja suami melaut 207.1065 0.000100 1.008052 3.003273 0.3725 .0001 0.0305 0.6101 0.4811 0.2869 R square 0.71576 F value 47.00 Keterangan: taraf uji α= 0.1 Biaya operasional melaut merupakan penjumlahan dari biaya bahan bakar dan biaya perbekalan melaut. Dalam melakukan pekerjaannya, nelayan bersifat berburu ikan yang menentukan hasil tangkapan ikan tidak menentu. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak, maka nelayan tradisional akan menambah fishing ground sehingga diperlukan adanya bekal yang lebih, selain itu kebutuhan bahan bakar pun juga akan semakin besar. Pada Tabel 34 dapat dilihat bahwa dengan pengalaman melaut yang tinggi, maka produksi yang didapat juga akan besar. Pengalaman melaut nelayan tradisional akan dapat dengan mudah menentukan fishing ground yang paling bagus untuk menangkap ikan. Dengan pengalaman itu pula nelayan dapat mengetahui dimana terdapat ikan yang banyak, misalnya pada saat banyak burung berterbangan di atas permukaan air laut maka di situ pasti akan banyak ikan. Nilai elastisitas variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi bersifat inelastis. Apabila biaya total operasional melaut meningkat 1 persen maka produksi akan meningkat sebesar 0.48 persen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan biaya total melaut yang tinggi nelayan akan mempunyai kesempatan melaut yang cukup banyak untuk mendatangi fishing ground sehingga diharapkan akan mendapatkan ikan yang banyak pula. Curahan total tenaga kerja rumahtangga melaut naik sebesar 1 persen, maka produksi akan merespon kenaikannya sebesar 0.28 persen. 5.3.4.1.Biaya Bahan Bakar Minyak Bahan bakar minyak merupakan komponen utama dalam usaha penangkapan ikan, pada nelayan tradisional biasanya bahan bakar yang digunakan adalah campuran bensin dan minyak tanah. Bensin biasanya dibeli di agen-agen sekitar desa pada hari sebelumnya, hal ini dikarenakan waktu berangkat nelayan yang masih terlalu pagi. Tabel 35. Hasil Pendugaan Parameter Biaya Bahan Bakar Minyak di Kabupaten Brebes Tahun 2008 Variabel Parameter Dugaan Pr |t| Elastisitas Intercept Jarak daerah penangkapan ikan dari pangkalan pendaratan ikan Frekuensi melaut -4448811 308374.4 17555.76 .0001 .0001 .0001 1.1360 1.2850 R square 0.74398 F value 82.82 Keterangan: taraf uji α= 0.1 Pada Tabel 35 dapat dilihat bahwa semakin jauh daerah penangkapan ikan, maka bahan bakar yang digunakan juga akan semakin banyak. Seorang nelayan yang handal akan mengetahui dimana daerah penangkapan fishing ground yang bagus, sehingga perahu akan langsung menuju daerah penangkapan tanpa harus memutar-mutar terlebih dahulu. Hal ini akan sangat berguna sekali untuk menghemat bahan bakar 5.3.4.2.Biaya Perbekalan Melaut Perbekalan yang dibawa pada saat melaut biasanya adalah berasnasi, teh, gula dan rokok. Perbekalan dimasak atau disiapkan sambil menunggu penarikan jaring, biasanya di dalam kapal nelayan tradisional sudah terdapat kompor kecil yang digunakan untuk memasak air ataupun menanak nasi. Tabel 36. Hasil Pendugaan Parameter Biaya Perbekalan Melaut di Kabupaten Brebes Tahun 2008 Variabel Parameter Dugaan Pr |t| Elastisitas Intercept Jarak daerah penangkapan ikan dari pangkalanpendaratan ikan Frekuensi melaut Pengeluaran konsumsi pangan rumahtangga -3651927 135120.2 10660.04 0.369823 0.0011 0.0247 0.0096 .0001 0.4996 0.7830 0.8881 R square 0.55887 F value 23.65 Keterangan: taraf uji α= 0.1 Pada Tabel 36 dapat dilihat apabila pengeluaran konsumsi pangan meningkat, maka biaya perbekalan juga akan meningkat. Hal ini dikarenakan perbekalan melaut nelayan tradisional merupakan bahan-bahan makanan yang ada pada rumahtangga nelayan. Perbekalan dalam kegiatan melaut sebagian besar adalah bahan pangan. Dalam rumahtangga nelayan tradisional di Kabupaten Brebes perbekalan melaut tidak dianggarkan sendiri, melainkan dengan mengambil bahan pangan yang ada di dalam rumahtangga, sehingga pengeluaran konsumsi pangan rumahtangga yang mempunyai nilai elastisitas sebesar 0.88, dapat diinterpretasikan bahwa peningkatan pengeluaran konsumsi pangan rumahtangga sebesar 1 persen akan meningkatkan biaya perbekalan sebesar 0.88 persen.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Kegiatan melaut yang dilakukan oleh suami dan anak laki-laki merupakan subtitusi untuk kegiatan nonmelaut. Apabila suami dan anak laki-laki lebih memilih bekerja melaut maka akan mengurangi waktu kerjanya di nonmelaut. Dengan alternatif pekerjaan menangkap ikan opportunity cost yang sangat sedikit, maka pendidikan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan pendapatan, tetapi pada kenyataannya suami akan tetap melaut walaupun memiliki pendidikan yang tinggi, hal ini dikarenakan pendapatan dari nonmelaut tukang ojek, tukang batu dan buruh angkat tanah tidak signifikan dibandingkan dengan melaut. Sedangkan anak laki-laki dan perempuan akan memilih untuk bekerja di nonmelaut apabila memiliki pendidikan yang tinggi. 2. Jumlah balita tidak mempengaruhi curahan tenaga kerja istri, dengan curahan waktu kerja yang tinggi, istri mempunyai kontribusi pendapatan pada kegiatan nonmelaut paling tinggi. Sebaliknya anak perempuan akan mengurangi jam kerjanya untuk mengurus balita. Kontribusi pendapatan suami dan anak laki- laki dalam rumahtangga nelayan tradisional payang tidak berbeda jauh, hal ini dikarenakan adanya pembagian pendapatan yang sama antara suami dan anak laki-laki dalam satu unit alat penangkapan perahu.

6.2. Saran

1. Kegiatan nonmelaut merupakan kegiatan untuk memberikan tambahan pendapatan bagi rumahtangga nelayan tradisional, tetapi di daerah pesisir pekerjaan nonmelaut masih sangat minim, bahkan tertutup untuk anak laki-