tergantung lebih khusus daris ekedar minum dari qirbah. Dan tidak ada argumen dari hadits-hadits yang menunjukkan
pembolehan secara mutlak, melainkan hanya pada keadaan ini saja. Dan memahami pembolehan tersebut pada keadaan
darurat sebagai upaya menyelaraskan kedua hadits tersebut lebih utama dari pada menggiringnya sebagai nasikh , Wallahu
a’lam
98
18. Disenangi bagi seorang yang menuang minuman,
sebagai orang terakhir yang minum
Dalil akan masalah itu adalah hadits Qatadah radhiallahu ‘anhu yang panjang : “ … Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menuang minuman kepada wadah mereka hingga tidak ada lagi yang tersisa selain saya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam . Beliau berkata : Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuangkan kepadaku, dan berkata : Minumlah.
Saya berkata : Saya tidak minum hingga anda minum wahai Rasulullah . Beliau bersabda :
“ Sesungguhnya yang menuangkan minum adalah yang palingterakhir minum”
Beliau berkata : Maka sayapun minum dan Rasulullah kemudian juga minum … al-hadits “
99
Penunjukan pada hadits ini sangatlah jelas, bahwa yang bertanggung jawab menuangkan minum kepada suatu kaum ,
maka dia mendahulukan mereka dari dirinya sendiri, dan dia adalah orang yang paling akhir minum, untuk meneladani
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
19. Disenangi berbicara ketika menghadapi makanan
98
Fathul Bari 10 94
99
HR. Muslim 681 , Ahmad 22040 , At-Tirmidzi 1894 , Ibnu Majah 3434 , Ad-Darimi 2135 , sebagianya meriwayatkan secara panjang dan sebagian hanya meringkas pada lafazh syahid saja. Dan
sebagian lagi meriwayatkannya dengan kedua lafazh tersebut
Sebagai bentuk penyelisihan akan kebiasaan orang asing, dimana mereka tidak berbicara sama sekali ketika makan
100
. Ibnu Muflih mengatakan : “ Ishaq bin Rahawaih mengatakan ,
saya pernah sekali waktu makan malam bersama Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal dan beberapa kerabat beliau. Dan kami
tidak berbicara sedikitpun sementara beliau makan dan mengatakan : Alhamdulillah, bismillah, kemudian beliau
mengatakan : Makan, memuja lebih baik dari pada makan smabil berdiam diri. Dan saya tidak menjumpai dari Imam Ahmad yang
menyelisihi riwayat ini dengan penyelisihan yang jelas. Dan juga kami tidak menjumpai riwayat tersebut pada mayoritas
perkataan para ulama Hanabilah. Zhahirnya Imam ahmad rahimahullah mengikuti atsar dalam perkataan beliau itu, karena
diantara jalan dan kebiasaan beliau adalah memfokuskan pada ittiba’ atsar
101
.
20. Disenangi makan berjam’ah